Makalah LBM 4 Fix (Tiba-Tiba Pingsan)
Makalah LBM 4 Fix (Tiba-Tiba Pingsan)
Makalah LBM 4 Fix (Tiba-Tiba Pingsan)
PENDAHULUAN
TIBA-TIBA PINGSAN | 1
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
TIBA-TIBA PINGSAN | 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.2 Skenario
TIBA-TIBA PINGSAN
I. Klarifikasi Istilah
1. GCS : Glasglow Coma Scale merupakan skala yang digunakan
untuk mengukur tingkat kesadaran pasien apakah pasien
sedang koma atau tidak dengan menilai respon pasien
terhadap rangsang yang diberikan (Budiman, 2006).
2. Pingsan : Disebut juga dengan sinkop merupakan hilangnya
kesadaran dan tonus postural secara sementara akibat
penurunan dari aliran darah ke otak (Fauci, 2008).
III.Brainstorming
1. Pingsan merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami dari tubuh.
Hal ini biasanya terjadi ketika pasokan darah dan oksigen sangat
rendah di dalam otak. Karena ini, fungsi otak akan terhambat dan juga
akan berpengaruh pada organ-organ lain di dalam tubuh. Pingsan bisa
terjadi saat tekanan darah mendadak turun. Turunnya tekanan darah
mengakibatkan aliran darah ke otak berkurang sehingga otak
kekurangan oksigen. Penurunan aliran darah ini biasanya akan
diseimbangkan oleh tubuh secara otomatis. Tetapi jika proses
penyesuaian tersebut memakan waktu terlalu lama, seseorang dapat
mengalami pingsan. Penyebab di balik penurunan aliran darah ke otak
bisa beragam. Beberapa faktor penyebab pingsan yaitu (Fauci, 2008):
a. Malfungsi yang bersifat sementara pada sistem saraf otonom
TIBA-TIBA PINGSAN | 4
Yaitu sistem saraf yang berfungsi otomatis, misalnya untuk
mengatur detak jantung dan tekanan darah. Malfungsi pada sistem
saraf ini merupakan penyebab di balik sebagian besar kasus
pingsan. Gangguan fungsi tersebut dapat dipicu oleh stress, rasa
sakit yang terjadi tiba-tiba, berdiri terlalu lama, tertawa, atau
bahkan bersin.
b. Tekanan darah yang mendadak turun
Orang yang memiliki tekanan darah rendah bisa pingsan secara
tiba-tiba. Hal itu dikarenakan penurunan tekanan darah didalam
saraf vagus sehingga membuat seseorang menjadi pingsan.
Penyebab darah rendah bisa diatasi dengan berbagai kondisi yang
sesuai dengan keadaan tubuh. Adapun beberapa cara mengatasi
darah rendah salah satunya dengan mengkonsumsi makanan
penambah darah rendah. Adapun beberapa faktor yang membuat
darah rendah misalnya karena terlalu cepat berdiri dari posisi
duduk atau tidur, diabetes, dehidrasi, gangguan saraf, atau karena
obat-obatan. Misalnya obat antihipertensi dan antikejang.
c. Perubahan irama jantung
Perubahan irama jantung bisa menyebabkan seseorang menjadi
pingsan dikarenakan menyebabkan terjadinya fluktuasi. Fluktuasi
itu berpengaruh terhadap jumlah darah yang akan dipompa ke
seluruh tubuh manusia. Jumlah darah yang dipompa itu bisa
menyebabkan berkurangnya pasokan darah yang mengalir ke otak,
jika jumlah darah berkurang, maka pasokan oksigen juga akan
berkurang. Hal ini lah yang menyebabkan seseorang pingsan.
Kondisi ini biasanya juga sering terjadi pada orang yang menderita
jenis penyakit jantung tertentu.
d. Anemia
Anemia merupakan suatu kondisi dimana jumlah sel darah merah
berkurang atau sedikit akibatnya orang tersebut akan mengalami
pusing bahkan pingsan.
TIBA-TIBA PINGSAN | 5
2. GCS (Glasglow Coma Scale) merupakan skala yang digunakan untuk
mengukur tingkat kesadaran pasien, apakah pasien itu dalam keadaan
koma atau tidak, dengan menilai respon pasien terhadap rangsang yang
diberikan. Teknik penilaian dengan GCS terdiri dari tiga penilaian
terhadap respon yang ditunjukkan oleh pasien setelah diberi stimulus
tertentu, yakni respon buka mata, respon verbal dan respon motorik.
Setiap penilaian mencakup poin-poin, dimana total poin tertinggi
bernilai 15 berarti pasien dalam batas normal. Berikut tabel skor
pemeriksaan GCS (Glasglow Coma Scale) (Budiman, 2006).
Berorientasi baik 5
Tidak bersuara 1
Ngekstensi spontan 2
(Budiman, 2006)
Biasanya hasil pengukuran GCS ditulis dalam bentuk symbol huruf
yaitu nilai E, nilai M, dan nilai V. selanjutnya semua skor yang didapat
dari pemeriksaan eye, verbal, dan motorik semua dijumlahkan, nilai
GCS yang tertinggi adalah 15 (GCS normal) yaitu E4 V5 M6 dan
terendah adalah 3 yaitu E1 V1 M1. Biasanya pasien dengan nilai GCS
dibawah 5 ialah pasien emergensi yang sulit dipertahankan
keselamatannya (Budiman, 2006).
Tingkat kesadaran dapat dibedakan kedalam beberapa tingkatan yaitu
(Budiman, 2006):
a. Composmentis, yaitu kondisi seseorang yang sadar sepenuhnya,
baik terhadap dirinya maupun terhadap lingkungannya dan dapat
menjawab pertanyaan yang ditanyakan pemeriksa dengan baik.
b. Apatis, yaitiu kondisi seseorang yang tampak segan dan acuh tak
acuh terhadap lingkungannya.
c. Delirium, yaitu kondisi seseorang yang mengalami kekacauan
gerakan, siklus tidur bangun yang terganggu dan tampak gaduh
gelisah, kacau, disorientasi serta meronta-ronta.
d. Somnolen, yaitiu kondisi seseorang yang mengantuk namun masih
dapat sadar bila dirangsang, tetapi bila rangsang berhenti akan
tertidur kembali.
TIBA-TIBA PINGSAN | 7
e. Sopor, yaitu kondisi seseorang yang mengantuk dalam, namun
masih dapat dibangunkan dengan rangsang yang kuat, misalnya
rangsang nyeri, tetapi tidak terbangun sempurna dan tidak dapat
menjawab pertanyaan dengan baik
f. Semi-coma, yaitu penurunan kesadaran yang tidak memberikan
respons terhadap pertanyaan, tidak dapat dibangunkan sama sekali,
respons terhadap rangsang nyeri hanya sedikit, tetapi reflex kornea
dan pupil masih baik.
g. Coma, yaitu penurunan kesadaran yang sangat dalam, memberikan
respon terhadap pertanyaan, tidak ada gerakan, dan tidak ada
respons terhadap rangsang nyeri.
TIBA-TIBA PINGSAN | 8
IV. Rangkuman Permasalahan
Bagan
KOMPLIKASI
AKUT KRONIS
HIPOKLIKEMI HIPERGLIKEMI
KAD HHS
DEFINISI DIAGNOSIS
PATOFISIOLOGIS TERAPI
TIBA-TIBA PINGSAN | 9
Penjelasan bagan
TIBA-TIBA PINGSAN | 10
V. Learning Issues
1. Identifikasi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang
ada pada skenario!
2. Jelaskan mengenai salah satu komplikasi akut diabetes melitus, yaitu
krisis hiperglikemia!
VI. Referensi
1. Identifikasi hasil pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.
a. Tjokroprawiro, A., Murtiwi, S. Kegawatdaruratan Diabetes
Mellitus. Dalam: Tjokroprawiro, A., et al., editor. (2015). Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed-2. Surabaya: Airlangga University
Press (AUP).
2. Krisis hiperglikemia.
a. PERKENI. (2015). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta: Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PB PERKENI).
b. Soewondo, P. Ketoasidosis Diabetik. Dalam: Sudoyo, AW., et al.,
editor. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed. V.
Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
c. Soewondo, P. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Non Ketotik.
Dalam: Sudoyo, AW., et al., editor. (2009). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III Ed. V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam FKUI.
d. Tortora, GJ., Derrickson, B. (2012). Principles of Anatomy and
Physiology 12th Ed. Hoboken: John Wiley & Sons, Inc.
TIBA-TIBA PINGSAN | 11
VII. Pembahasan Learning Issues
KU Lemah + +
TD menurun + +
N meningkat + +
RR meningkat, cepat,
+ -
dan dalam (Kussmaul)
T meningkat + -
GDS meningkat + +
(Tjokroprawiro, 2015)
TIBA-TIBA PINGSAN | 12
Patofisiologi
o Defisiensi dan/atau resistensi insulin, serta ↑ hormon
kontraregulator (glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan) ↑ glukoneogenesis, glikogenolisis, lipolisis,
dan proteolisis; serta ↓ sintesis protein, dan lipogenesis.
↑ glukoneogenesis & glikogenolisis ↑ produksi glukosa
hati ↓ penggunaan glukosa oleh sel tubuh hiperglikemia.
↑ lipolisis ↑ asam lemak bebas (Free Fat Acid/FFA)
sebagian akan dikonversi menjadi keton.
↑ keton ↑ keasaman sirkulasi sistemik (asidosis).
o Gejala klinis KAD dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
Akibat hiperglikemia glukosa darah >250 mg/dL.
Mengalami diuresis osmotik poliuri hipovolemik
dehidrasi polidipsi.
Akibat ketosis.
o Karena sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa sebagai
energinya sistem homeostasis tubuh teraktivasi untuk
memproduksi glukosa dalam jumlah banyak hiperglikemia
o Defisiensi insulin & ↑ konsentrasi hormon kontraregulator
(terutama epinefrin) mengaktivasi hormon lipase sensitif
pada jaringan lemak ↑ lipolisis ↑ produksi benda keton
dan asam lemak bebas.
Akumulasi benda keton oleh sel hati asidosis metabolik.
Benda keton utama:
Asam asetoasetat (AcAc).
3 beta hidroksi butirat (3HB).
o Defisiensi insulin juga disebabkan oleh ↓ suplai insulin endogen
atau eksogen.
Defisiensi insulin 3 proses patologi pada 3 organ, yaitu:
Sel-sel lemak.
Hati.
TIBA-TIBA PINGSAN | 13
Otot.
o Resistensi insulin berperan dalam memperberat defisiensi
insulin relatif.
↑ hormon kontraregulator, ↑ asam lemak bebas,
hiperglikemia, gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-
basa mengganggu sensitivitas insulin.
o ↑ Glukagon menghambat pembentukan malonyl CoA.
Malonyl CoA adalah suatu penghambat carnitine acyl
transferases (CPT 1 dan 2) yang bekerja pada transfer asam
lemak bebas ke dalam mitokondria.
↑ glukagon merangsang oksidasi beta asam lemak dan
ketogenesis.
o ↑ Hormon pertumbuhan & stres menstimulasi pembentukan
benda keton, glukoneogenesis, berpotensial sebagai pencetus
KAD.
Gejala klinis
o Riwayat pemberentian penggunaan insulin eksogen, demam,
atau infeksi keluhan poliuri dan polidipsi.
o Pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul).
o Dehidrasi dengan berbagai derajat (turgor kulit berkurang, lidah
dan bibir kering).
o Terkadang hipovolemia hingga syok.
o Derajat kesadaran komposmentis, delirium, atau depresi
sampai koma.
Diagnosis
o Anamnesis.
o Pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan konsentrasi glukosa darah
dengan glucose sticks dan pemeriksaan urin dengan urine strip
untuk melihat secara kualitatif jumlah glukosa, keton, nitrat,
dan leukosit dalam urin.
TIBA-TIBA PINGSAN | 14
o Pemeriksaan laboratorium lengkap untuk menilai karakteristik
dan tingkat keparahan KAD, meliputi konsentrasi HCO3,
anion gap, pH darah, dan konsentrasi AcAc, laktat, serta
3HB.
pH < 7,35
HCO3 ↓
Anion gap ↑
Tatalaksana
o Prinsip-prinsip pengelolaan KAD, yaitu:
Penggantian cairan dan garam yang hilang.
Menekan lipolisis sel lemak dan glukoneogenesis sel hati
dengan pemberian insulin.
Mengatasi stres sebagai pencetus KAD.
Mengembalikan keadaan fisiologi normal dan menyadari
pentingnya pemantaun serta pemberian obat.
o Ada enam hal yang harus diberikan, lima diantaranya:
TIBA-TIBA PINGSAN | 15
Cairan
Gunakan larutan garam fisiologis mengatasi dehidrasi.
Keuntungannya:
Memperbaiki perfusi jaringan.
↓ hormon kontraregulator insulin.
Insulin
Insulin eksogen ↓ konsentrasi hormon glukagon
menekan produksi benda keton di hati, pelepasan asam
lemak bebas dari jaringan otot dan ↑ penggunaan glukosa
oleh jaringan.
Setelah konsentrasi glukosa darah < 200 mg/dL,
insulin diteruskan, namun untuk mencegah
hipoglikemia diberikan asupan glukosa oral hingga
kadar pulih kembali.
Kalium
KAD ↑ ion kalium serum atau hiperkalemia.
Pemberian kalium mengantisipasi masuknya ion K ke
dalam sel serta mempertahankan konsentrasi K serum
dalam batas normal.
Glukosa
Konsentrasi glukosa darah mencapai < 200 mg/dL pada
saat setelah pemberian insulin eksogen, maka dapat
dimulai infus mengandung glukosa untuk menekan
ketogenesis.
Bikarbonat
Hanya dianjurkan bagi penderita KAD yang berat.
o Pengobatan umum
Antibiotik yang adekuat.
Oksigen bila pO2 < 80 mmHg.
Heparin bila ada DIC (Disseminated Intravascular
Coagulation).
TIBA-TIBA PINGSAN | 16
Komplikasi
o Edema paru.
o Hipertrigliseridemia.
o Infark miokard akut.
o Komplikasi iatrogenik (hipoglikemia, hipokalemia,
hiperkloremia, edema otak, dan hipokalsemia).
TIBA-TIBA PINGSAN | 17
b. Hiperosmolar hiperglikemia non ketotik (HHNK)
Definisi
o Ditandai dengan hiperglikemia, hiperosmolar tanpa disertai
ketosis.
o Gejala klinis utama: dehidrasi berat, hiperglikemia berat, dan
seringkali disertai dengan gangguan neurologis dengan atau
tanpa adanya ketosis.
o Perjalanan klinis HHNK berlangsung dalam jangka waktu
tertentu dengan gejala khas poliuri, podipsi, dan penurunan
berat badan.
Patofisiologi
o Faktor yang memulai timbulnya HHNK diuresis glukosuria.
Glukosuria kegagalan ginjal dalam mengkonsentrasikan
urin yang memperberat derajat kehilangan air.
Normalnya, ginjal berfungsi mengeliminasi glukosa.
↓ volume intravaskular atau penyakit ginjal yang sudah
ada sebelumnya ↓ laju filtraso glomerulus ↑
konsentrasi glukosa.
Hilangnya air > natrium hiperosmolar.
Sebagai kompensasi tubuh karena ↑ kadar glukosa darah
sebagai akibat dari defisiensi dan/atau resistensi insulin.
o Tidak mengalami ketoasidosis.
Diduga karena keadaan hiperosmolar, ↓ konsentrasi asam
lemak bebas untuk ketogenesis ketersediaan insulin yang
cukup untuk menghambat ketogenesis, namun tidak cukup
untuk mengatasi hiperglikemia, dan resistenasi hati terhadap
glukagon.
o Defisiensi insulin relatif timbulnya hiperglikemia, ↓
penggunaan glukosa oleh jaringan perifer, sel otot dan sel
lemak, ketidakmampuan menyimpan glukosa sebagai glikogen
TIBA-TIBA PINGSAN | 18
pada otot dan hati, serta stimulasi glukagon pada sel hati untuk
glukonegenesis semakin naik kadar glukosa darah.
Hiperglikemia diuresis osmotik ↓ cairan tubuh total
akan mengakibatkan semakin mengalami hiperglikemia dan
hilangnya volume sirkulasi
Hiperglikemia dan ↑ konsentrasi protein plasma serta
hilangnya cairan intravaskular keadaan hiperosmolar
memicu sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan timbulnya
rasa haus.
o Jika pada saat hiperglikemia dan hiperosmolar terjadi
kehilangan cairan yang tidak dikompensasi dengan masukan
cairan oral akan timbul dehidrasi dan hipovolemia.
Hipovolemia hipotensi gangguan perfusi jaringan.
Gangguan elektrolit berat disertai hipotensi koma
(stadium akhir).
Gejala klinis
o Umumnya berusia lanjut (> 60 tahun), belum diketahui DM
(hampir separuh pasien) atau DM tanpa insulin, dan pasien
DMT2 dengan pengaturan diet dan atau obat hipoglikemik oral.
o Keluhan pasien:
Rasa lemah.
Gangguan penglihatan.
Kaki kejang.
Mual dan muntah (jarang).
Keluhan saraf, seperti:
Letargi.
Disorientasi.
Hemiparesis.
Kejang atau koma.
TIBA-TIBA PINGSAN | 19
o Pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda:
Dehidrasi berat, seperti turgor yang buruk, mukosa pipi
kering, mata cekung, perabaan ekstremitas yang dingin, dan
denyut nadi yang cepat dan lemah.
↑ suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi.
o Status mental dari disorientasi hingga koma.
o Derajat gangguan neurologis yang timbul berhubungan
langsung dengan osmolaritas efektif serum, yaitu:
Koma: osmolaritas serum > 350 mOsm/kg (350 mmol/kg).
o Gejala dan tanda:
Berusia > 60 tahun.
Tidak punya riwayat DM atau DM tanpa insulin.
Mempunyai penyakit dasar lain, seperti penyakit ginjal,
kardiovaskular, dll.
Sering disebabkan oleh obat-obatan, antara lain tiazid,
furosemid, manitol, digitalis, reserpin, steroid,
klorpromazin, dll.
Memiliki faktor pencetus infeksi.
o Pemeriksaan laboratorium
Awal: ↑ konsentrasi glukosa darah (> 600 mg/dL) dan ↑
osmolaritas serum (> 320 mOsm/kg air [normal = 250-300
mOsm/kg]), dengan pH > 7,30, disertai dengan ketonemia
ringan atau tidak, konsentrasi kalium meningkat atau
normal, konsentrasi kreatinin, blood urea nitrogen (BUN),
dan hematokrit hampir selalu meningkat.
TIBA-TIBA PINGSAN | 20
HHNK tubuh kehilangan berbagai elektrolit.
Natrium 7 – 13
Klorida 3–7
Kalium 5 – 15
Fosfat 70 – 140
Kalsium 50 – 100
Magnesium 50 – 100
Penatalaksanaan
o Diberikan cairan hipotonis, pemantauan konsentrasi glukosa
darah, dan pemberian insulin.
Komplikasi
o Oklusi vaskular.
o Infark miokard.
o Low-flow syndrome.
o Disseminated intravascular coagulopathy.
o Rabdomiolisis.
o Adult respiratory distress syndrome dan edema serebri akibat
dari overhidrasi.
TIBA-TIBA PINGSAN | 21
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
TIBA-TIBA PINGSAN | 22
Kadar glukosa darah pada kasus ini adalah >600 mg/dL dan osmolaritas mencapai
>320 mOsm/kg. Terapi yang dapat diberikan pertama kali yaitu pemberian insulin
untuk menurunkan kadar glukosa darah hingga normal. Selain itu, terapi berbagai
elektrolit juga dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar elektrolit darah.
Komplikasi yang terjadi bila HHNK tidak diobati adalah infark miokard dan
disseminated intravascular coagulation (DIC).
TIBA-TIBA PINGSAN | 23