Makalah Kelompok 1
Makalah Kelompok 1
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Tematik dan Terpadu
Disusun Oleh :
Rista (18320039)
i
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan taufiq-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tanpa suatu halangan apapun.
Tujuan penyusunan makalah ini sebagai pemenuhan tugas mata kuliah. Tersusunnya makalah ini
berkat kerja sama tim,
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca guna menjadi acuan agar kami bisa menjadi
lebih baik lagi di masa yang akan datang. Akhir kata, semoga laporan ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca dan dapat bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu
pengetahuan.
Ungaran, Maret 2021
kelompok 1
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model pembelajaran Webbed, Connected, Intregrated?
2. Apa saja karakteristik model pembelajaran Webbed, Connected, Intregrated?
3. Apa saja kelebihan dan kelemahan model pembelajaran Webbed, Connected,
Intregrated?
C. Tujuan Penulisan :
1. Untuk mengetahui apa saja yang dimaksud dengan model pembelajaran Webbed,
Connected, Intregrated.
2. Untuk mengetahui karakteristik model pembelajaran Webbed, Connected,
Intregrated.
3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Webbed,
Connected, Intregrated .
D. Manfaat Penulisan :
1. Bagi siswa
Agar siswa lebih mudah memahami setiap kegiatan pembelajaran
2. Bagi guru
Agar guru lebih mudah melakukan proses belajar mengajar di kelas.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
4. Lebih memperhatikan proses dari pada hasil semata.
Pada pembelajaran terpadu dikembangkan pendekatan discovery inquiry
(penemuan terbimbing) yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam proses
pembelajaran yaitu mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai proses evaluasi.
Pembelajaran terpadu dilakspeserta an dengan melihat hasrat, minat, dan kemampuan
peserta didik, sehingga memungkinkan peserta didik termotivasi untuk belajar terus
menerus.
5. Sarat dengan muatan keterkaitan.
Pembelajaran terpadu memusatkan perhatian pada pengamatan dan pengkajian
suatu gejala atau peristiwa dari beberapa mata pelajaran sekaligus, tidak dari sudut
pandang yang terkotak-kotak. Sehingga memungkinkan peserta didik untuk memahami
suatu fenomena pembelajaran dari segala sisi, yang pada gilirannya nanti akan membuat
peserta didik lebih arif dan bijak dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada.
4
konsep tersebut secara utuh.Hal ini diperlukan untuk membantu peserta didik dalam
memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
5. Pembelajaran terpadu bersifat luwes (fleksibel), sebab guru dapat
mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya,
bahkan dengan kehidupan peserta didik dan keadaan lingkungan di mana sekolah dan
peserta didik berada.
6. Hasil pembelajaran dapat berkembang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi
yang dimilikinya secara maksimal.
Sementara itu Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(1996:3) menjelaskan karakteristik pembelajaran
terpadu adalah sebagai berikut:
1. Holistik
Suatu gejala atau fenomena yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu
diamati dan dikaji dari beberapa bidang kajian sekaligus dan tidak dari sudut pandang
yang terkotak-kotak.Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik untuk
memahami suatu fenomena dari segala aspek sisi. Hal ini pada gilirannya nanti akan
membuat peserta didik menjadi lebih arif dan bijak di dalam menyikapi atau menghadapi
kejadian yang ada di depan peserta didik.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai macam aspek seperti yang sehingga
memungkinkan terbentuknya jalinan antar konsep-konsep yang berhubungan yang
disebut skemata. Hal ini akan berdampak pada kebermaknaan dari materi yang dipelajari.
Rujukan yang nyata dari segala konsep yang diperoleh dan keterkaitannya dengan
konsep-konsep lainnya akan menambah kebermaknaan konsep yang dipelajari,
selanjutnya hal ini akan mengakibatkan pembelajaran yang fungsional. Peserta didik
mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk memecahkan masalah-masalah yang
muncul di dalam kehidupannya.
3. Otentik.
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta memahami secara langsung prinsip
dan konsep yang ingin dipelajarinta melalui kegiatan belajar secara langsung.Peserta
5
didik memahami dari hasil belajarnya sendiri, bukan sekedar pemberitahuan
guru.Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatnya menjadi lebih otentik. Guru
lebih banyak bersifat sebagai fasilitator dan katalisator, sedangkan peserta didik bertindak
sebagai aktor pencari informasi dan pengetahuan. Guru memberikan bimbingan kearah
mana yang dilalui dan memberikan fasilitas seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan
tersebut.
4. Aktif.
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan peserta dalam pembelajaran, baik
secara fisik, mental, intelektual, maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang
optimal dengan mempertimbangkan hasrat, minat dan kemampuan peserta didik sehingga
peserta didik termotivasi untuk terus menerus belajar.
Dengan demikian pembelajaran terpadu bukan semata-mata merancang aktivitas-
aktivitas dari masing-masing mata pelajaran yang saling terkait.Pembelajaran terpadu
dapat saja dikembangkan dari suatu tema yang disepekati bersama dengan melirik aspek-
aspek kurikulum yang bisa dipelajari secara bersama-sama melalui pengembangan tema
tersebut.
B. Model Jaring Laba-laba (Webbed)
Model ini bertolak dari pendekatan tematis sebagai pemadu bahan dan kegiatan
pembelajaran.Dalam hubungan ini tema dapat mengikat kegiatan pembelajaran baik dalam
mata pelajaran tertentu maupun lintas mata pelajaran.Untuk membantu Anda memahami
model ini, coba perhatikan gambar atau ilustrasi di bawah.
Model pembelajaran ini adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan
tematik. Pendekatan ini dimulai dengan menentukan tema, yang kemudian dikembangkan
6
menjadi subtema dengan memperhatikan keterkaitan tema tersebut dengan mata pelajaran yang
terkait. Dari subtema tersebut diharapkan aktivitas siswa dapat berkembang dengan sendirinya.
Kelebihan pembelajaran terpadu model jaring laba-laba adalah sebagai berikut.
a. Adanya faktor motivasional yang dihasilkan dari menyeleksi tema yang sangat diminati.
b. Model jaring laba-laba relatif lebih mudah dilakukan oleh guru yang belum berpengalaman.
c. Model ini mempermudah perencanaan kerja tim untuk mengembangkan tema ke dalam semua
bidang isi pelajaran.
7
Model keterhubungan adalah model pembelajaran terpadu yang secara sengaja
diusahakan untuk menghubungkan satu konsep dengan konsep lain, satu topik dengan topik lain,
satu keterampilan dengan keterampilan lain, tugas-tugas yang dilakukan dalam satu hari dengan
tugas-tugas yang dilakukan di hari berikutnya, bahkan ide-ide yang dipelajari dalam satu
semester dengan ide-ide yang akan dipelajari pada semester berikutnya di dalam satu mata
pelajaran.
Kelebihan pembelajaran terpadu model keterhubungan adalah:
a. Dengan mengaitkan ide-ide dalam satu mata pelajaran, siswa memiliki keuntungan gambaran
yang besar seperti halnya suatu mata pelajaran yang terfokus pada satu aspek.
b. Konsep-konsep kunci dikembangkan siswa secara terus-menerus sehingga terjadi internalisasi.
c. Usaha-usaha yang terkonsentrasi untuk mengintregrasikan ide-ide dalam suatu mata pelajaran
dapat mengabaikan kesempatan untuk mengembangkan hubungan yang lebih global dengan
mata pelajaran lain.
D. Model Pembelajaran Terpadu Integrated
8
menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang saling
tumpang tindih dalam beberapa bidang studi (Fogarty, 1991: 76).
1. Model pembelajaran terpadu ini menggunakan pendekatan antar mata pelajaran. Model ini
diusahakan dengan cara menggabungkan beberapa mata pelajaran yaitu dengan
menetapkan prioritas dari kurikulum dan menemukan keterampilan, konsep dan sikap yang
saling tumpang tindih di dalam beberapa mata pelajaran.
2. Model pembelajaran integrated (terpadu) mempunyai ciri khusus yakni memadukan
sejumlah topik dari mata pelajaran yang berbeda tetapi inti topiknya sama. Pada model ini
tema yang berkaitan dan tumpang tindih merupakan hal terakhir yang ingin dicari dan
dipilih oleh guru dalam tahap perencanaan program. Pertama kali guru menyeleksi konsep-
konsep, keterampilan dan sikap yang diajarkan dalam satu semester dari beberapa bidang
studi, selanjutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang memiliki
keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara berbagai bidang studi.
Pada model ini terdapat team teching yang berasal dari beberapa mata pelajaran berbeda
namun memiliki tema yang tumpang tindih(overlap). Dalam tahap ini, guru yang tergabung
haruslah kompak serta memiliki skill yang tinggi. Tahap ini juga dapat membangun rasa
percaya diri dan kepercayaan sebagai perancang model(Forgaty 1991:78)
Langkah – langkah pembelajaran integrated pada tahap awal guru hendaknya membentuk
tim antar bidang studi untuk menyeleksi konsep-konsep, keterampilan-keterarnpilan, dan
sikap-sikap yang akan dibelajarkan dalam satu semester tertentu untuk beberapa bidang
studi, Langkah berikutnya dipilih beberapa konsep, keterampilan, dan sikap yang
mernpunyai keterhubungan yang erat dan tumpang tindih di antara beberapa bidang studi.
Bidang studi yang diintegrasikan misal matematika seni dan bahasa, dan pelajaran sosial.
9
Berikut langkah-langkah dalam model pembelajaran integrated antara lain :
Kelebihan dan kekurangan pembelajaran terpadu tipe Integrated. Tipe integrated memiliki
kelebihan, yaitu:
1. Adanya kemungkinan pemahaman antar bidang studi, karena dengan memfokuskan pada
isi pelajaran, strategi berpikir, keterampilan sosial dan ide-ide penemuan lain, satu
pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa, pembelajaran menjadi
semakin diperkaya dan berkembang.
2. Satu pelajaran dapat mencakup banyak dimensi, sehingga siswa menjadi kaya akan
pengetahuan dari apa yang telah diajarkan guru melalui model integrated.
3. Memotivasi siswa dalam belajar.
4. Tipe terintegrasi juga memberikan perhatian pada berbagai bidang yang penting dalam
satu saat, tipe ini tidak memerlukan penambahan waktu untuk bekerja dengan guru lain.
Dalam tipe ini, guru tidak perlu mengulang kembali materi yang tumpang tindih,
sehingga tercapailah efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
10
Kekurangan tipe Integrated yaitu :
1. Terletak pada guru, yaitu guru harus menguasai konsep, sikap, dan keterampilan yang
diprioritaskan.
2. Tipe ini memerlukan tim antar bidang studi, baik dalam perencanaannya maupun
pelaksanaannya.
3. Pengintegrasian kurikulum dengan konsep-konsep dari masing-masing bidang studi
menuntut adanya sumber belajar yang beraneka ragam.
4. Dalam penerapannya ,sulit menerapkan tipe ini secara penuh.
5. Penerapan Model Tematik Integrated.
Penerapan model pembelajaran integrated diatur dalam Permendiknas Nomor 22
Tahun 2006 secara tegas mengatakan pembelajaran pada Kelas I s.d. III dilaksanakan
melalui pendekatan tematik, sedangkan pada Kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui
pendekatan mata pelajaran. Wacana perubahan pada kurikulum 2013 semua kelas pada
sekolah dasar menggunakan pendekatan tematik integratif. Penerapan model tematik
integratif tidak meninggalkan model dan metode pembelajaran yang lain. Tematik
integratif merupakan model payung. Strategi pembelajaran lain yang bertujuan untuk
meningkatkan kecakapan tertentu tetap dilaksanakan dengan pendekatan tematik
integratif. Penerapan untuk kelas rendah (1, 2, dan 3) Sekolah Dasar dilakukan dengan
pendekatan tematik webbed jaring labang-laba. Kelas atas (4, 5, dan 6) dengan
pendekatan integrated atau terpadu beberapa mata pelajaran.
11
1. Filosofi, perencana dan pelaksana kurikulum harus memahami filosofi dan teori yang
melandasi pembelajaran integratif dan berpusat pada siswa; dan filofosi dan teori materi
pelajaran. Penerapan sebuah metode pembelajaran harus didasari pada teorinya.
Penguasaan filosofi dan teori yang kuat, memberi keyakinan keberhasilan
pelaksanaannya. Perencanaan pembelajaran yang dimulai dari merumuskan indikator
pembelajaran sebagai penjabaran standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD)
membutuhkan penguasaan filosofi dan teori atau isi mata pelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dengan memperhatikan isi materi, pencapaian kecakapan dan perilaku
(afektif), serta ranah psikomotor. Perencanaan pelaksanaan pembelajaran dengan
menyiapkan strategi pembelajaran yang tepat membutuhkan pemahaman terhadap
strategi tersebut. Dapat kita lihat islustrasi materi kelas IV untuk mata pelajaran Bahasa
Indonesia, IPA, IPS, dan Matematika.
KD Bahasa Indonesia : Menulis petunjuk untuk melakukan sesuatu atau penjelasan
tentang cara membuat sesuatu (menulis).
KD IPA : Mendeskripsikan hubungan antara struktur kerangka tubuh
manusia dengan fungsinya.
KD IPS : Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/kota, provinsi)
dengan menggunakan skala sederhana.
KD Matematika : Melakukan operasi perkalian dan pembagian.
KD Gabungan yang dapat didiskusikan adalah : menulis petunjuk penggunaan alat peraga
struktur kerangka tubuh manusia dan fungsinya, dan
menemukan skala antara alat peraga dengan rata-rata tinggi
badan siswa.
2. Mengembangkan staf. Staf dalam konteks ini adalah semua pemangku kepentingan
pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Dinas Pendidikan, LPMP,
Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Guru, dan Tenaga Kependidikan. Pada tataran
pelaksanaan kegiatan persekolahan sehari-hari, yang terlibat secara langsung adalah
LPMP (khususnya Widyaiswara); Pengawas Sekolah; Kepala Sekolah; dan Guru.
Keempat unsur ini dituntut menguasai filosofi dan teori pembelajaran tematik integratif,
dan strategi pembelajaran dari sisi keluasan dan kedalamannya. Mekanisme pemeliharaan
12
dan pengembangan kompetensi yang seiring dengan jabatan fungsional yang diembanya
dilakukan secara sistematis.
3. Komunitas Pembelajaran yang Mendukung (supportive learning communities). Sekolah
sebagai organisasi dituntut untuk menjadi organisasi pembelajar (learning organisation).
4. Kepemimpinan yang berdedikasi. Peran pemimpin dalam sebuah organisasi adalah
menciptakan visi, membangun tim, memberikan penugasan, mengembangkan orang, dan
memotivasi anak buah (Arjanti, 2012).
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Pembelajaran terpadu merupakan suatu pendekatan dalam proses pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran maupun antar
mata pelajaran. Prabowo (2000:3) mengatakan bahwa pembelajaran terpadu sebagai suatu
proses mempunyai beberapa ciri yaitu: (1) berpusat pada siswa (student centered), (2)
proses pembelajaran mengutamakan pemberian pengalaman langsung, dan (3) pemisahan
antar bidang studi tidak terlihat jelas.
14
B. Saran
Demikianlah makalah yang kami susun.Kami sadar makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi perbaikan tugas selanjutnya.Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua
khususnya para calon pendidik.
15
DAFTAR PUSTAKA
1. https://lpmpjogja.kemdikbud.go.id/pembelajaran-terpadu-pada-sekolah-dasar/
2. https://eurekapendidikan.com/pengertian-model-pembelajaran-terpadu
3. Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for learning, teaching, and assesing. a
revision of Bloom’s taxonomy of education objectives. New York: Addison Wesley Longman.
4. Arjanti, R. A. (2012, March 29). Lima Peranan Penting Pemimpin. Retrieved Januari 25, 2013, from
Leadership Centre: http://leadershipqb.com/index.php?
option=com_content&task=view&id=6933&Itemid=30
5. Atan, H. (2009, June 14). Teo-Education.com. Retrieved January 22, 2013, from Teo-Education.com:
http://www.teo-education.com/teo/
6. Clark, E. (2005, May 1). Designing and implementing an integrated curriculum. Retrieved Januari 23,
2013, from Great Ideas: http://great-ideas.org
7. Aminuddin. (1994). Pembelajaran Terpadu sebagai Bentuk Penerapan Kurikulum 1994 Mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Makalah dalam Seminar JPBS IKIP Malang, 26 November 1994.
8. Fogarty, Robin. (1991). How to Integrated the Curricula. Palatine, Ilinois: IRI/ Skylight Publishing, Inc.
9. Marzano, Robert J. (1992). Dimensions of Thinking: A Framework for Curricullum and Instruction.
ASCD. Alexandria:125 New Street.
10. Mathews, Louis De Vries dan Jean Crawford. (1989). Learning through an Integrated Curruculum:
Approach and Guidelines. Victoria: Ministry of Education.
11. Resmini, Novi, dkk. (1996). Penentuan Unit Tema dalam Pembelajaran Terpadu. Malang: IKIP
Malang.
16