Histamin Dan Antialergi
Histamin Dan Antialergi
HISTAMIN
Pengaruh Histamin Terhadap Sistem kardiovaskuler
Dilatasi kapiler
Permeabilitas kapiler meningkat udem
Pada pembuluh darah besar konstriksi
Frekuensi denyut jantung >>>
Tekanan darah : menurun, bila dosis histamin >> syok histamin
Otot polos non-vaskuler
Kontraksi karena aktivasi pada reseptor H1
Relaksasi karena aktivasi reseptor H2
Kelenjar eksokrin
Kel lambung : meningkatkan sekresi asam lambung
Kel lain : sekresi saliva, pankreas, bronkial dan air mata
Ujung saraf sensoris
Nyeri dan gatal
2. Histamin eksogen
Sumber : daging, bakteri lumen usus/ kolon yg membentuk histamin dari
histidin abs biotransformasi
Pemberian IV dan IM abs lebih baik
Intoksikasi jarang hanya bila over dosis
Indikasi : penetapan kemampuan sekresi asam lambung, menilai reaktivitas
bronkus, tes integritas serabut saraf sensoris, diagnosis feokromositoma
Kontra indikasi : asma, hipotensi
Efek samping : sakit kepala, kemerahan pada wajah, tekanan darah turun
( postural )
ANTIHISTAMIN
- Merupakan antagonis dari histamin
- Epinefrin antihistamin yg pertama kali digunakan
- Ada 2 gol : penghambat reseptor H1 dan penghambat reseptor H2
- Kerja : kompetitif menghambat interaksi histamin dengan reseptor
Farmakokinetika
- Absorpsi :
Oral / parenteral : baik
Ooa : 15 – 30 menit , maksimal 2 jam
Doa : 4-6- jam dan 8-12 jam
- Distribusi :
Kadar tertinggi pada paru-2
Pada organ lain lebih rendah
- Biotransformasi
Tempat utama : hati, paru, dan ginjal
- Ekskresi :
Setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolit
- Efek samping :
Sedasi paling sering
Vertigo, tinitus, lelah, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia,
gelisah, insomnia, tremor berhubungan dg efek sentral
Nafsu makan berkurang, mual, muntah, konstipasi, diare berkurang bila
diberikan pada waktu makan.
Mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala efek
antikolinergik
Golongan piperazin teratogenik
- Intoksikasi akut :
Sering terjadi karena merupakan obat persediaan dalam rumah tangga
kecelakaan atau bunuh diri
Pada anak -2 : perangsangan dg gejala halusinasi, eksitasi, inkoordinasi,
kejang diserta tremor, midriasis, kemerahan pd muka, demam, koma,
kematian dalam 1 – 2 jam. Dosis letal 20 – 30 tablet.
Pada orang dewasa : depresi kemudian eksitasi depresi SSP lebih lanjut
Pengobatan : simptomatik dan suportif , karena tidak ada antidotum
spesifik.
- Indikasi :
1. Pengobatan simtomatik alergi
Membatasi dan menghambat efek histamin yg dilepas waktu terjadi reaksi
antigen – antibodi.
Tidak dapat melawan reaksi alergi akibat autakoid lain
Pada anafilaksis, AH1 hanya merupakan tambahan dari epinefrin
Epinefrin merupakan obat pilihan untuk mengatasi krisis alergi , karena :
a. Lebih efektif
b. Efek lebih cepat
c. Merupakan antagonis fisiologis dari histamin dan autakoid lain
merubah respons fisiologi dari autakoid.
Efektif terhadap alergi debu, tapi tidak efektif bila jumlah debu banyak dan
kontak lama.
Menghilangkan bersin, gatal pada mata, hidung dan tenggorokan
Efektif mengatasi urtikaria akut, tidak pada kronis.kadang-2 dapat
mengatasi dermatitis atopik, dermatitis kontak dan gigitan serangga.
Mengentalkan sekresi bronkus menyulitkan ekspektorasi
penggunaan pada anak dengan batuk dan asma diragukan.
- Farmakokinetika
Simetidin :
Abs dihambat oleh makanan pemberian bersama makanan atau
segera sesudah makan memperpanjang efek pada periode pasca
makan.
Bioavailabilitas per oral : 70%
Ekskresi : urin , dalam bentuk asal
Ranitidin :
Metabolisme lintas pertama di hati besar
Ekskresi terutama ginjal , sisa : feses
- Indikasi
Tukak peptik
Thd tukak peptik yg diinduksi oleh AINS mempercepat penyembuhan,
tidak mencegah terbentuk tukak.
- Efek samping
Insidens efek samping rendah , a.l : nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia,
mual, diare, konstipasi, ruam kulit, pruritus, kehilangan libido dan
impotensi.
Simetidin mengikat reseptor androgen ( antiandrogen ) disfungsi
seksual dan ginekomastia.
Gangguan SSP lanjut usia, peny hati dan ginjal
Ranitidin : tidak mempunyai efek antiandrogen
- Interaksi :
Simetidin :
Antasid dan metoklopramid mengurangi bioavailabilitas simetidin 20 –
30 % pemberian selang minimal 2 jam
Ketokonazol abs dihambat oleh simetidin pemberian sebelum
simetidin
Menyebabkan obat-2 berikut terakumulasi : warfarin, fenitoin, kafein,
teofilin, fenobarbital, karbamazepin, diazepam, propanolol, metoprolol,
imipramin.
Dengan alkohol peningkatan alkohol dalam serum
Dengan fenobarbital lar IV tidak dapat dicampur
Ranitidin :
Menghambat abs diazepam pemberian dengan selang waktu
Obat-2 berikut terakumulasi : warfarin, nifedipin, teofilin, metoprolol
Penggunaan bersama antasid dan antikolinergik selang waktu min 1 jam
- Posologi
Simetidin
Sediaan : tablet 200, 300, 400 mg
Sirup 300mg/5ml
Inj 300mg/2ml
Dosis : 4 x 300mg bersama makan dan sebelum tidur atau 200 mg bersama
makan dan 400 mg sebelum tidur.
Ranitidin
Kekuatan 4 – 10 x lebih kuat dari simetidin dosis < , DOA lebih lama ( 8-12
jam )
Sediaan :
Tablet 150mg Dosis : 2 x 150 mg
Injeksi 25mg/ml dosis 50mg IM / IV tiap 6-8 jam
Famotidin
- Farmakodinamika :
Merupakan AH2 menghambat sekresi asam lambung
Kekuatan 3x ranitidin dan 20x simetidin
- Farmakokinetika :
2 jam sesudah penggunaan oral kadar plasma maksimal
Waktu paruh 3-8 jam
BA 40-50%
Ekskresi : urin, 25% dalam bentuk asal
Gagal ginjal berat akan memperpanjang waktu paruh sampai 20 jam
- Efek samping :
Ringan dan jarang : sakit kepala, pusing, konstipasi, diare.
Tidak mempunyai efek antiandrogen lebih baik dari simetidin
Hati-2 pada ibu hamil , belum diketahui apakah disekresikan melalui ASI
- Dosis :
Oral dws : tukak lambung dan tukak duodenum aktif : 1xsehari 40mg
waktu akan tidur.
Dosis pemeliharaan : 20 mg.
Nizatidin
- Farmakodinamika
Efektifitas = ranitidin
- Farmakokinetika
BA > 90%
Tidak dipengaruhi oleh makanan
Doa 10 jam
Ekskresi ginjal
- Indikasi : ggn asam lambung
- Efek samping : jarang dan ringan : ggn sal cerna
- Interaksi :
Belum dilaporkan adanya interaksi
Antasid tidak menurunkan abs
- Dosis :
Dewasa oral :
Tukak duodenum aktif : 1xsehari 300mg waktu akan tidur atau
2 x sehari 150mg
Dosis pemeliharaan : 150mg waktu akan tidur
Pemilihan Sediaan
Antagonis reseptor H1 ( AH1 )
- Efektifitas tidak banyak beda
- Perbedaan hanya pada potensi dosis dan efek samping.
- Pilih AH1 yg efek terapinya paling besar dengan efek samping paling kecil
Natrium Kromodin
- Farmakodinamika
Menghambat penglepasan histamin dan leukotrien dari sel mast paru-2
mengurangi bronkospasme.
- Farmakokinetika :
Abs : p.o buruk dipergunakan secara inhalasi
Biotransformasi : tidak ada
Eks ; 50% urin dl bentuk asal dan 50% melalui empedu
- Indikasi :
Profilaksis asma bronkial tidak bermanfaat untuk terapi asma bronkial
akut
Rinitis alergika
- Toksisitas :
Jarang timbul reaksi yang tidak diinginkan , walaupun digunakan jangka
panjang.
Reaksi iritasi dari bubuk kromolin : bronkospasme , batuk, kongesti hidung.
Kadang-2 : pusing, disuria, bengkak dan nyeri sendi, mual, sakit kepala,
kemerahan pada kulit.
- Sediaan :
Larutan 4% 3-6x / hari
Tetes mata 4%
Ketotifen
- Menghambat penglepasan histamin
- Abs : sal cerna
- Eks : urin dan feses metabolit dan utuh
- Efek samping :
Seperti AH1
Meningkatkan nafsu makan dan menambah berat badan
Kombinasi dg antidiabetik oral menurunkan trombosit secara reversible
hindari
- Indikasi : profilaksis asma bronkial Digunakan per oral selama 12 bulan.