Oleh:
Nurul Pebriani
931300218
Mahfudhotin M.Si
NIP atau NIDN.
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Kami panjatkan puja dan puji atas limpahan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Praktek Pengelolaan Ziswaf
(PPZ) di NU CARE LAZISNU Kabupaten Kediri dengan lancar.
Suksesnya kegiatan PPZ ini tidak lepas dari bimbingan, arahan serta do’a
yang terus mengalir kepada kami sehingga kegiatan PPZ berjalan dengan lancar.
Banyak pihak yang telah membimbing dalam melaksanakan PPZ ini, diantaranya:
1. Bapak Muhammad Badrul Munir selaku Ketua PC NU CARE
LAZISNU Kabupaten Kediri.
2. Staf-Staf dan Jajaran Pegawai PC NU CARE LAZISNU
Kabupaten Kediri.
3. Ibu Mahfudhotin M.Si selaku Dosen Pembimbing Lapangan.
Saya sadar, masih banyak kekurangan dalam pelaksanaan PPZ maupun
dalam hal pembuatan laporan PPZ. Karenanya kritik dan saran sangat dibutuhkan
agar mampu melakukan hal yang lebih baik lagi untuk kedepannya. Semoga
dengan pelaksanaan PPZ ini dapat meningkatkan kemampuan dan pengetahuan
penulis dalam hal pengelolaan ZISWAF.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Dasar Pemikiran
Umat Islam sebagai penduduk mayoritas diIndonesia yang saat ini
mencapai 222 juta jiwa (82,5%), didominasi oleh Islam Sunni (disisi ini, NU
sebagai lembaga yang mewakili ideology Sunni di Indonesia). Kuantitas tersebut
tidak bergaris lurus dengan kualitas kesejahteraan terutama dilevel proletar
(buruh, tani, kelas bawah lainnya, pertumbuhan ekonomi umat Islam di Indonesia
masih tersendat oleh kompleksitas problem baik secara individu dan kelompok
(kurangnya kesadaram dan keinginan yang kuat untuk naik ketingkat menengah
ke-atas) Ideology atau paradigma berpikir,adanya paradigm defensive untuk
berada digaris aman ekonomi yang penting sekedar cukup maupun hadirnya
tantangan-tantangan pihak ketiga yang membuat umat Islam semakin sulit
mencapai taraf ekonomi tertinggi.
Pertumbuhan ekonomi umat Islam yang terkesan kurang progresif tersebut
dapat dilihat pada wilayah desa-desa dan wilayah terdalam bagian Indonesia.
Seperti studi kasus pada permasalahan sanitasi (air bersih dan penyalurannya),
kasus lainnya seperti pada tingkat kesehatan masyarakat dan kebutuhan pangan
dan kebutuhan ekonomi lainnya. Meskipun umat islam mengalami ketertinggalan
disector ekonomi dibandingkan drngan masyarkat global dan sistem
konvensional, tidak lantas menyurutkan semangat bergerak ke arah yang lebih
baik.
Dewasa ini, ekonomi islam mulai menyesuaikan diri dengan perubahan
zaman, dibuktikan dengan hadirnua system dan Program yang dibuat oleh
Perbankan Syariah yang tentunya mengedepankan pada prinsip-prinsip Islam dan
tentu mengutamakan peningkatan kualitas hidup umat Islam, kemudian koperasi
dan lembaga-lembaga seperti Badan Amil Zakat Nasional, Lembaga Amil Zakat
dan lembaga lain yang bergerak baik dijasa maupun produksi yang berlabel
syariah juga semakin marak ditengah persaingan global. Setidaknya, ini menjadi
cermin bahwa ekonomi umat Islam memiliki masa depan yang cerah. Solusi yang
ada bisa di lihat dan di rasakan yaitu dengan hadirnya suatu Lembaga Amil Zakat
Nadhatul Ulama (LAZISNU).1
Salah satu organisasi sosial keagamaan Islam tertua dan terbesar di
Indonesia yaitu organisasi Nadhatul Ulama (NU), dimana disini NU mendirikan
LAZISNU yang kemudian menjadi NU CARE-LAZISNU. LAZISNU adalah
salah satu ujung tombak PCNU KABUPATEN KEDIRI untuk mewujudkan 3 visi
terbesarnya,yaitu Penguatan Aqidah, Pengayaan Ilmu dan Kemandirian
Jam’iyyah. Lembaga ini berfungsi sebagai wahana pelayanan ummat dalam
bidang pengumpulan, pengelolaan dan pendistribusian zakat,infaq, shodaqoh,
CSR dana social lainnya.
Fokus utama NU CARE LAZISNU ialah 4 pilar program yang terdiri dari
bidang Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi Dan Sosial. Keempat bidang tersebut
merupakan program utama bagi Nahdlatul Ulama (NU), yang dikenal dengan
empat pilar bidang strategis. Misalnya saja pada bidang Pendidikan :
Pendistribusian dan Pendayagunaan ZIS untuk kegiatan pendidikan yang bersifat
formal maupun non formal, meliputi pembiayaan pendidikan, dan pembangunan
sarana fisik infrastruktur pendidikan dan lain-lain. Pada bidang Kesehatan :
pendistribusian dan pendayagunaan ZIS meliputi kegiatan layanan kesehatan dan
pemenuhan sarana dan prasarana Kesehatan, Pada Bidang Ekonomi :
Pendistribusian dan pendayagunaan ZIS meliputi kegiatan bantuan finansial atau
permodalan, pengembangan kapasitas serta kapabilitas dan pembangunan fisik
infrastruktur perekonomian, yang terakhir bidang Sosial : Pendistribusian dan
pendayagunaan ZIS meliputi kegiatan pengurangan penderitaan dan kesusahan
masyarakat, pemenuhan kebutuhan dasar, bantuan kebencanaan maupun
rekonstruksi sarana prasarana.
Penulis memilih NU CARE LAZIS NU KABUPATEN KEDIRI dengan
pertimbangan potensi masyarakat dalam mengeluarkan ZIS sudah berjalan dengan
baik dan pengelolaan dan pendayagunaan ZIS juga sudah terorganisir dengan baik
pula, bahkan dengan adanya NU CARE LAZIS NU KABUPATEN KEDIRI
dapat meminimalisir pengangguran dan tingkat kemiskinan. Selain itu, program-
1
NU Care Lazisnu Kabupaten Kediri, Madrasah Amil, (PC NU Kab. Kediri, 2019), Hlm. 138-139
program yang berada di dalam naungan NU CARE LAZIS NU KABUPATEN
KEDIRI pun semakin berkembang dibuktikan dengan adanya pelatihan
wirausaha. Tak hanya di bidang wirausaha saja NU CARE LAZIS NU
KABUPATEN KEDIRI juga menghimpun dana dari masyarakat melalui beberapa
program dan kemanfaatannya, dalam hal ini tentu pengoptimalan pendayagunaan
dana-dana Zakat, Infaq, Shodaqoh (ZIS) harus di lakukan semaksimal dan
seefektif mungkin.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengetahui lebih
lanjut terkait optimalisasi pendayagunaan zakat, infaq, dan shodaqoh dengan judul
penelitian: “Optimalisasi Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh di NU
CARE LAZIS NU KABUPATEN KEDIRI”
B. Pelaksanaan Praktik
1. Praktik Penghimpunan Dana (Fundraising)
Dalam hal ini praktik penghimpunan dana (fundraising)
zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) Lembaga NU Care-Lazisnu
Kabupaten Kediri dalam melakukan kegiatan penghimpunan dana
(fundraising) terdiri dari 2 jenis metode, yaitu metode secara
langsung (ditect fundraising) dan metode secara tidak langsung
(indirect fundraising). Dalam metode penghimpunan dana
(fundraising) secara langsung (ditect fundraising) menggunakan
teknik-teknik atau cara-cara yang melibatkan partisipasi donatur
secara langsung, seperti direct mail, direct advertising,
telefundraising, dan presentasi langsung. Sedangkan metode
penghimpunan dana (fundraising) secara tidak langsung (indirect
fundraising) menggunakan teknik-teknik atau cara-cara yang tidak
melibatkan partisipasi donatur secara langsung, seperti contohnya
image compaign, penyelenggara event, menjalin relasi, melalui
referensi mediasi para tokoh, dll. Pada saat in kegiatan
penghimpunan dana (fundraising) di NU Care-Lazisnu Kabupaten
Kediri yaitu dengan melakukan penghimpunan dana (fundraising)
secara langsung (ditect fundraising) maupun secara tidak langsung
(indirect fundraising). Salah satunya melalui Gerakan Koin Amal
(GKA) yang dimana dalam melakukan kegiatan penghimpunan
dana (fundraisimg) dilakukan dengan kedua metode baik secara
langsung maupun tudak langsung. Untuk metode secara langsung
(ditect fundraising) dilakukan dengan meletakan kaleng atau
umplung dan kotak-kotak di rumah-rumah dan toko-toko.
Sedangkan metode secara tidak langsung (indirect fundraising)
dilakukan dengan secara online dengan membuat pamflet yang
disebar di media sosial, pembuatan konten youtube dan via transfer
melalui rekening bank serta menggunakan scan kode QR yang
disedia di setiap kotak-kotak yang disebat ke toko-toko. Selain itu
NU Care-Lazisnu Kabupaten Kediri juga melayani penghimpunan
zakat, infak, dan sedekah secara langsung ke kantor. Mahasiswa
ikut diarahkan dalam hal kegiatan fundraising melalui media sosial
dengan cara mengupload brosur dari NU Care-Lazisnu Kabupaten
Kediri ke akun media sosial masing- masing mahasiswa.
2. Praktik Penyaluran dan Pendistribusian Zakat, Infaq, dan Sedekah
(ZIS)
Dalam kegiatan pendistribusian zakat, infak, dan sedekah
(ZIS) NU Care- Lazisnu Kabupaten Kediri memiliki 4 pilar
program seperti program pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan
social/bencana. Dalam kegiatan praktik penyaluran dan
pendistribusian mahasiswa diarahkan untuk melakukan
pendistribusian yang lebih ditekankan kepada 4 pilar program
tersebut yaitu seperti bantuan alat pendidikan atau beasiswa kepada
pelajar, pelatihan atau pemberian modal kepada pelaku usaha,
pelayanan kesehatan seperti ambulance yang siap mengantarkan
masyarakat ke rumah sakit serta pelayanan Kesehatan, dan program
tanggap atau peduli bencana dengan diadakan penggalangan dana
serta mendirikan posko bencana.
Dalam pendistribusian pihak penerima manfaat ditentukan
langsung oleh lembaga NU Care-Lazisnu Kabupaten Kediri melalui
kader-kader yang tersebar di berbagai wilayah. Selain itu juga
terdapat survey kelayakan untuk penerima manfaat yang dilakukan
oleh pihak internal NU Care-Lazisnu Kabupaten Kediri itu sendiri.
Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi agar pendistribusian
zakat, infak, maupun sedekah tepat sasaran dan sesuai syariat Islam.
3. Praktik pembuatan laporan hasil pendistribusian
Pembuatan laporan hasil pendistribusian zakat, infak, dan
sedekah digunakan lembaga NU Care-Lazisnu Kabupaten Kediri
untuk sarana informasi kepada para donatur. Hal ini sekaligus untuk
membangun kepercayaan donatur dengan pengelolaan zakat, infak,
dan sedekah dilakukan secara profesional dan sesuai syariat Islam
oleh lembaga NU Care-Lazisnu Kabupaten Kediri. Laporan ini
berupa indentitas diri penerima manfaat seperti nama, umur serta
alamat tempat tinggalnya. Selain itu juga dilampirkan bukti saat
kegiatan pendistribusian berupa foto selain itu guna validitas juga
diperlukan dari penerima manfaat.
C. Permasalahan di Lapangan
Dalam melaksanakan praktik di lapangan penulis menemukan
suatu masalah. Masalah yang dimaksud merupakan sebuah
permasalahan yang menarik untuk dibahas yakni “ Optimalisasi
Pendayagunaan Zakat, Infaq, dan Shodaqoh ”. Penulis menemukan
permasalahan tersebut dengan melakukan observasi dilapangan pada
tanggal 26 Januari 2021. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati
setiap aktivitas atau kejadian untuk memperoleh informasi-informasi
yang dibutuhkan oleh penulis. Penulis melakukan pengamatan dan
memfokuskan permasalahan terhadap pengoptimaan pendayagunaan
dana-dana Zakat, Infaq, dan Shodaqoh tersebut. Penulis tertarik untuk
menggali masalah-masalah tentang seberapa optimalkah pendayagunaan
terhadap dana-dana tersebut, penulis menemukan bahwa adanya
program pendayagunaan dana – dana tersebut tersalurkan dalam 4
program utama yaitu Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi dan Sosial yang
dilaksanakan oleh lembaga PC NU CARE LAZISNU Kabupaten Kediri.
Dalam upaya pengoptimalan pendayagunaan dana-dana tersebut
tentu mempunyai berbagai tantangan, tantangan tersebut meliputi
beberapa hal diantaranya : Dengan adanya persaingan antar lembaga ZIS
, NU Care Lazisnu Kabupaten Kediri diharapkan dapat berinovasi
seperti memberikan program-program yang menarik masyarakat dalam
melakukan ZIS dan terus mengikuti perkembangan teknologi yang
semakin maju agar terus berkembang dan dapat bersaing dengan
lembaga lain. Dana-dana yang ada pun nantinya akan di distribusikan
atau disalurkan kepada piak-pihak yang memang tepat sasaran.
BAB III
PEMBAHASAN ATAU
ANALISIS TERHADAP TEMUAN TEORI
2
Gus Arifin, Zakat, Infak, Sedekah :Dalil Dalil Dan Keutamaan, Jakarta : Elex Media
Komputindo, 2011, Hlm. 3
3
Nurul Huda, dkk, Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis Ed. Pertama (Jakarta: Kencana,
2008) Hlm. 10
2. Infak
Infak berasal dari kata anfaqa yang berarti mengeluarkan,
membelanjakan uang. Sedangkan menurut istilah infak adalah segala
bentuk pengeluaran baik untuk pribadi maupun untuk keluarganya.4
3. Sedekah
Sedekah berasal dari kata shadaqa yang berarti benar, sedangkan
menurut istilah, sedekah sama dengan pengertian infak, yang termasuk
juga hukum dan ketentuan-ketentuanya, hanya saja infak berkaitan
dengan materi, sedangkan sedekah memiliki arti lebih luas. 5 Sedekah
adalah harta maupun non harta yang dikeluarkan oleh seseorang atau
badan usaha untuk kemaslahatan umum.6
4
Nilda Susilawati, Analis Model Fundraising Zakat, Infak, Sedekah Di Lembaga Zakat , Al-Intaj
Vol. 4, No. 1, Maret 2018 Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam, Hlm. 112
5
Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Dan Sedekah (Depok : Gema Insani,
1998) Hlm. 15
6
Taufikur Rahman, Akuntansi Zakat, Infak Dan Sedekah (Psak 109): Upay a Peningkatan
Transparansi Dan Akuntabilitas Organisasi Pengelola Zakat (Opz), Jurnal Muqtasid Volume 6,
Nomor 1, Juni 2015, Hlm. 146
7
Purwadarminta Wojowasito, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1976), 400
8
Ibid., 398
Sehingga empat fungsi manajemen dalam distribusi dan
pendayagunaan dapat dijabarkan dalam pola-pola berikut ini :
a. Perencanaan Distribusi dan Pendayagunaan
Sama halnya dengan perencanaan fundraising jika
donator fundraiser dan tujuan adalah yang harus
dilakukan,maka hal pertama yang perlu dilakukan dalam
perencanaan distribusi dan pendayagunaan adalah
Identifikasi calon Penerima manfaat, dan tujuan
pemanfaatan donasi tersebut. Identifikasi calon penerima
manfaat dilakukan berdasarkan kaidah syara’ yaitu untuk
zakat ada delapan golongan yang memenuhi kriteria
sebagai berikut : Fakir,miskin,gharim, mualaf, amil, riqab,
ibnu Sabil dan mereka yang berjuang dijalan Allah atau
disebut Fisabilillah. Sedangkan penerima manfaat Infaq
dan Sedekah Lebih luas daripada delapan golongan
tersebut.9
b. Pengoorganisasian Distribusi dan Pendayagunaan
Tahap selanjutnya adalah pengoorganisasian distribusi
dan pendayagunan. Tanpa pengoorganisasi dan tujuan dan
perencanaan distribusi dan pendayagunaan akan bergerak
tanpa arah. Koordinasi merupakan upaya penyatuan
langkah dan sikap, begitupun dalam organisasi atau
lembaga filantropi Islam koordinasi ini mutlak diperlukan.
Dalam tahap ini penting untuk menyatukan visi misi dan
kepentingan para pihak yang terlibat yaitu:
1) Pimpinan, karena di bawah komando pemimpin
yang baik maka organisasi akan berjalan baik pula
2) SDM, kompetensi dan karakter amil
mempengaruhi jalannya lembaga, serta
9
Pasal 31 tentang SOP Pendistribusian dan Pendayagunaan di Pedoman Organisasi NU CARE
LAZISNU Masa Khidmat 2015 – 2020 .
3) Sistem, lembaga yang memiliki sistem kerja yang
terarah akan lebih mampu bertahan lama. 10
Setelah koordinasi internal lembaga terpenuhi,
selanjutnya adalah mengorganisasikan bantuan dengan
strategi pengelompokan, baik segmentasi bantuan misalnya
pendidikan, ekonomi, kesehatan, tanggap bencana maupun
segmentasi mustahik misalnya fakir miskin, berprestasi,
penyandang disabilitas, daerah rawan bencana, muslim
minoritas dan lain-lain.
c. Pelaksanaan Distribusi dan Pendayagunaan.
Proses selanjutnya setelah pengorganisasian distribusi
dan pendayagunaan adalah pelaksaan distribusi dan
pendayagunaan. Dana ZIS dialokasikan sesuai dengan
rumusan pada tahap perencanaan dan pengkoordinasian.
Siapa saja mustahik yang tepat, berapa yang ditasarufkan,
untuk kebutuhan konsumtif ataukah produktif.
Pendistribusian dan pendayagunaan dana ZIS dapat
berupa nominal uang dan natura. Pada tahap pelaksanaan
ini, selain harus sesuai dengan syariat Islam, juga harus
berdasarkan skala prioritas dengan memperhatikan prinsip
pemerataan, keadilan dan kewilayahan, memperhatikan
intruksi negara dalam hal ini Menteri yang terkait11 juga
harus dilakukan sesuai Standar Operasional Prosedur
(SOP) yang sudah ditetapkan lembaga. Distribusi dan
pendayagunaan infak, sedekah dan dana sosial dapat
digunakan sebagai operasional dengan memperhatikan
aspek kewajaran dan kepatutan.12 Selain itu proses
10
Erie Sudewo, Manajemen ZIS, (Jakarta: IMZ, 2012), 215-216.
11
UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat pasal 25-27.
12
Kepatutan dan kewajaran yang dimaksud dalam pasal 42 ayat 3 tentang SOP Pendistribusian
dan Pendayagunaan di Pedoman Organisasi NU CARE LAZISNU yaitu tidak melebihi 30% dari
jumlah dana infak, sedekah dan dana sosial yang dikumpulkan oleh pengelola
distribusi dan pendayagunaan bisa juga melibatkan
kemitraan dengan pihak ketiga, baik swasta maupun
organisasi pemerintah. Kemitraan ini sebagai salah satu
upaya agar distribusi tepat guna, tepat sasaran dan efektif.13
Sedangkan pemanfaatan zakat menurut Amiruddin
Inoed, dkk.14 adalah untuk:
1) Konsumtif tradisional, yaitu pembagian langsung
kepada mustahik untuk kebutuhan sehari-hari,
misalnya zakat fitrah berupa makanan pokok dan
zakal mal secara langsung.
2) Konsumtif kreatif, yaitu proses pengkonsumsian
dalam bentuk lain dari barangnya semula, seperti
diberikan dalam bentuk beasiswa, gerabah,
cangkul dan sebagainya.
3) Produktif tradisional, yaitu proses pemberian
zakat diberikan dalam bentuk benda atau barang
yang diketahui produktif untuk satuan daerah
pengelola zakat, seperti pemberian kambing, sapi,
becak dan sebagainya.
4) Produktif kreatif, proses perwujudan pemberian
zakat dalam bentuk permodalan bergulir baik
untuk usaha sosial, home industry atau pemberian
tambahan modal usaha kecil.
d. Pengawasan Distribusi dan Pendayagunaan.
Pengawasan distribusi dan pendayagunaan dilakukan
setelah selama dan setelah pelaksanaan distribusi dan
pendayagunaan. Apakah sudah terdistribusi dengan baik,
apakah ada kendala selama proses pelaksanaan distribusi
13
Pasal 24 ayat 4 dan pasal 33 ayat 4 tentang SOP Pendistribusian dan Pendayagunaan di
Pedoman Organisasi NU CARE LAZISNU Masa Khidmat 2015 – 2020 .
14
Amiruddin Inoed, Anatomi Fiqh Zakat: Potret Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005) ,3.
dan pendayagunaan, apakah ada feed back dari mustahik
dan pihak lainnya. Tujuan pengawasan adalah menilai
kemajuan pelaksanaan pendistribusian dana zakat, infak,
sedekah dan dana sosial lainnya.15 Pada tahap ini, bisa juga
dilakukan pendampingan dan juga pembinaan secara
berkala. Dan yang tidak kalah penting adalah pengarsipan
dari kegiatan distribusi dan pendayagunaan baik berupa
bukti serah terima, kuitansi, foto, rincian penggunaan
anggaran dan lain-lain yang nantinya akan dipakai
sebagai bahan dasar evaluasi kinerja dari tim distribusi dan
pendayagunaan.
Selain itu dalam tahap pengawasan ini, perlu juga
dipastikan Bahwa dana ZIS dilarang peruntukannya bagi:
1) orang-orang yang bukan mustahik 2) keluarga muzaki,
yang hidupnya ditanggung oleh muzaki 3) investasi
komersil oleh pengelola zakat 4) kegiatan ekonomi yang
mengandung unsur riba, spekulatif dan gharar 5) kegiatan
politik praktik 6) even atau kegiatan yang tidak ada
hubungan dengan mustahik atau asnaf zakat.16
15
Pasal 26 ayat 3 tentang SOP Pendistribusian dan Pendayagunaan di Pedoman Organisasi NU
CARE LAZISNU Masa Khidmat 2015 – 2020 .
16
Sebagaimana yang tercantum dalam larangan di pasal 44 SOP Pendistribusian dan
Pendayagunaan di Pedoman Organisasi NU CARE LAZISNU Masa Khidmat 2015 – 2020.
beasiswa sekolah bagian anak yang berprestasi. Seperti Bantuan
Beasiswa untuk anak Yatim , Pembangunan Sekolah Tahfid Al-
Qur’an Dll
2. Program Kesehatan
LKG (Layanan Kesehatan Gratis) adalah program NU
Care-Lazisnu yang fokus pada bantuan peningkatan kesehatan,
berupa pengobatan secara gratis kepada masyarakat di wilayah
operasional NU Care-Lazisnu Kabupaten Kediri. Seperti Mobil
Ambulan Gratis , Bantuan Pengobatan Dll
3. Program Ekonomi NU
EMN ( Ekonomi Mandiri NU CARE) adalah program NU
CareLazisnu yang fokus pada bantuan pengembangan, pemasaran,
peningkatan mutu dan nilai tambah juga memberikan modal kerja
dalam bentuk dan bergulir kepada petani, nelayan, peternak
pengusaha mikro. Seperti Mengadakan Pelatihan Pembuatan
Masker Hingga Proses pemasaran Dll
4. Program Siaga Bencana
Program NU Care-Lazisnu yang fokus pada Reseue,
Recovery dan Development. Dimana NU Care disini melakukan
tindakan keperdulian terhadap umat yang tidak mampu dengan
melakukan bantuan social, bedah rumah, dan pendamping pasca
bencana.
Beberapa bentuk program lain NU CARE LAZISNU Kabupaten
Kediri pendayagunaan dana ZIS dalam dua bentuk, Yaitu :
1. Bantuan sesaat (konsumtif), yang berarti bahwa zakat hanya
diberikan kepada mustahik hanya satu kali atau sesaat saja.
Namun berarti bahwa penyaluran kepada mustahik tidak disertai
target terjadinya kemandirian ekonomi (pemberdayaan) dalam diri
mustahik. Hal ini dilakukan karena mustahik yang bersangkutan
tidak mungkin lagi mandiri,yang dalam aplikasinya dapat
meliputi orang tua yang sudah jompo, orang cacat, pengungsi
yang terlantar atau korban bencana alam.
2. Pemberdayaan (produktif), yaitu penyaluran zakat produktif, yang
diharapkan akan terjadi kemandirian ekonomi mustahik. Pada
pemberdayaan ini disertai dengan pembinaan atau pendampingan
atas usaha yang dilakukan.