III.1.1 Alat percobaan Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini meliputi kolom, statif, pipet tetes, batang pengaduk, corong kaca, vial, gelas kimia,gelas ukur,wadah kaca (seperti aquariumukuran kecil sampai sedang),kain hitam,lampu,pompa aerator, cawan petri,aluminuim foil,labu ukur,mikro pipet, spektrofotometer UV- Vis III.1.2 Bahan Percobaan Adapun bahan yang digunakan yaitu alumunium foil, kapas,kertas saring, silika gel, ekstrak temulawak, eluen etil astetat dan n-heksan dengan perbandingan (10:0, 8:2, 6:4, 4:6, 2:8, 10:10),air laut,ragi,ekstrak,serbuk DPPH,BHT,kuersetin III.2 Cara Kerja III.2.1 Kromatografi Kolom 1. Ditimbang sejumlah fase diam silika gel lalu dibuat bubur silika dengan cara memasukkan silika gel kedalam gelas kimia kemudian ditambahkan pelarut n-heksan, diaduk dengan batang pengaduk hingga tercampur rata 2. Disiapkan alat-alat perangkat kolom, dicuci dengan methanol dan dikeringkan, dirangkai alat kolom dan ditengakkan dengan bantuan staif dan klem. 3. Dimasukkan kapas diujung kolom untuk mencegah keluarnya fase diam ketika dibuka 4. Dimasukkan fase diam silika yang telah dibuat bubur silika kedalam kolom 5. Diketuk dinding kolom secara perlahan untuk mendorong gelembung udara yang ada naik kebagian atas kolom 6. Dimasukkan sampel ekstrak perlahan lahan kedalam kolom 7. Dimasukkan kertas saring kedalam kolom 8. Lalu dimasukkan fase gerak eluen mulai dari dari non-polar hingga polar dengan perbadingan etil asetat dan n-heksan (10:0, 8:2, 6:4,4:6, 2:8, 10:10) 9. Kemudian hasil pemisahan ditampung pada masing-masing vial yang telah dikalibrasi 10. Diamati warna yang dihasilkan dan dipisahkan sesuai perbandingan eluen yang digunakan III.2.2 ANTIOKSIDAN a. Penentuan Panjang Gelombang Serapan Maksimum DPPH 1. Larutan DPPH 50 µM dinuat dengan melarutkan 1,9 mg serbuk DPPH dalam metanol hingga volume 100 ml 2. Sebanyak 3,8 ml larutan DPPH 50 µM direaksikan dengan 0,2 ml metanol 3. Kemudian didiamkan selama 30 menit dalam tempat gelap 4. Diukur panjang gelombang 400-600 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis yang merupakan absorbansi kontrol DPPH b. Penentuan Aktivitas Antioksidan 1. Larutkan ekstrak metanol 1 mg/ml 2. Larutkan 25 mg ekstrak dalam 25 ml metanol hal yang sama dilakukan pula dalam membuat larutan ekstrak etil asetat dan air 3. Masing-masing larutan diencerkan dengan menambahkan metanol hingga diperoleh konsentrasi 10,30,50,70 dan 90 µM/ml 4. Masukan 0,2 ml larutan sampel kedalam vial dan direaksikan dengan 3,8 ml larutan DPPH 50 µM 5. Campuran dihomogenkan dan diamkan selama 30 menit di tempat gelap 6. Absorbansi diukur pada panjang gelombang 515 nm menggunakan spektrofotometer UV-Vis 7. Perbandingan hal yang sama dilakukan pula terhadap kuersetin dan BHT. III.2.3 BSLT (Brine shrimp lethality test) a. Penyiapan Larva Udang Cara Kerja 1. Siapkan wadah kaca kemudian masukkan air laut yang sudah disaring 2. Beri penerangan pada aquarium dan nyalakan pompa aerator 3. Masukkan satu sendok teh telur larva udang 4. Tutup aquarium dengan kain hitam (cahaya untuk aquarium hanya berasa dari lampu) 5. Beri ragi sebagai makanan larva udang dengan cara mensuspensikan ragi dengan air laut lalu di masukkan ke dalam aquarium 6. Biarkan larva udang menetas dalam waktu 48 jam
b. Pengujian Toksisitas dengan Metode BSLT
Cara Kerja 1. Siapkan ekstrak dengan beberapa kosentrasi yang telah ditentukan (hasil studipustaka) 2. Vial disiapkan berdasarkan konsentrasi ekstrak yang akan digunakan juga untuk kontrol negatif (Vial yang hanya berisi larva dan diberi makan ragi). Tiap konsentrasi ekstrak dan kontrol negatif menggunakan 3 vial. Contoh : misalnya konsentrasi yang digunakan 100 ppm, 200 ppm dan 300 ppm dan kontrol negatif, jadi vial yang digunakan 12 (1 perlakuan 3 vial). 3. Kalibrasi vial hingga 10 mL 4. Masukkan air laut ke dalam vial (sedikit saja air laut) 5. Tiap vial diisi dengan 10 larva udang. 6.Dimasukkan masing masing ekstrak berdasarkan konsentrasinya kemudian vial dicukupkan dengan air laut hingga 10 mL. 7. Beri makan larva udang dengan suspensi ragi 8. Vial ditutup menggunakan alumunium foil lalu di beri lubang pada alfol 9. Kematian larva udang dapat diamati setelah 24 jam, jumlah hewan yang mati dalam masing-masing vial dapat digunakan untuk menghitung LC 50 III.2.4 Kromatografi Lapis Tipis Preparatif 1. Disiapkan fase diam yang akan digunakan berupa silika gel GF 254 dengan tebal 0, 25 mm dengan ukuran lempeng 20x20 cm sebanyak 5 lempeng dan dipilih fraksi yang akan dimurnikan. Fraksi terpilih dilarutkan dengan pelarut yang sesuai secukupnya 2. Fraksi terpilih ditotolkan pada lempeng yang telah disiapkan dengan bentuk pita yang memanjang 3. Lempeng kemudian dielusi dengan fase gerak etil asetat: heksan (3:2 v/v) 4. Plat yang telah dielusi diamati dibawah lampu UV 254 dan 365 nm 5. Pita yang memberikan hasil positif terhadap senyawa yang diinginkan dilakukan penyemprotan pada tepi lempeng menggunakan serium (IV) sulfat 6. Pita yang positif selanjutnya dikerok 7. Hasilpreparatif tersebut kemudian disari dengan pelarut kloroform- metanol (1:1 v/v). 8. Larutan kemudian disentrifus, selanjutnya filtratnya diambil dan diuapkan III.2.3 Kromatografi Laois Tipis 2 Dimensi 1. Disiapkan plat KLT 2. Filtrat dari hasil KLTP selanjutnya diuji kemurniannya dengan cara ditotolkan pada ujung plat yang telah diberi tanda batas atas dan bawah 3. Plat dielusi menggunakan 3 campuran pelarut yang berbedan dengan polaritas yang berbeda 4. Plat dielusi kembali dengan cara memutar 90° plat dan dielusi menggunakan eluen yang berbeda 5. Apabila bercak noda yang muncul tunggal maka dapat disimpulkan isolat tersebut telah murni.