Anda di halaman 1dari 39

TUGAS 1 SUSTEM UTILITAS

STANDAR SISTEM UTILITAS

Disusun Oleh :

Nama : Yusnita Sri Handayani


NIM : 181711032
Kelas/Prodi : 3A / D3 TEN

PROGRAM STUDI D-III TEKNIK KONVERSI ENERGI

JURUSAN TEKNIK KONVERSI ENERGI

POLITEKNIK NEGERI BANDUNG

2021
SISTEM UTILITAS BANGUNAN
Utilitas bangunan adalah suatu kelengkapan fasilitas bangunan yang digunakan untuk
menunjang tercapainya unsur-unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, kemudahan komunikasi,
dan mobilitas dalam bangunan.
Jenis perancangan utilitas bangunan tinggi adalah sebagai berikut:
1. Perancangan sistem plambing dan sanitasi
2. Perancangan pencegahan kebakaran
3. Perancangan tata udara atau penghawaan
4. Perancangan daya listrik dan penerangan atau pencahayaan
5. Perancangan komunikasi
6. Perancangan CCTV dan sistem sekuritas
7. Perancangan penangkal petir
8. Perancangan tata suara
9. Perancangan transportasi dalam bangunan
10. Perancangan landasan helikopter
11. Perancangan pembuangan limbah sampah
12. Perancangan alat pembersih luar bangunan

1. SISTEM PLAMBING DAN SANITASI


Tata cara perencanaan system plambing diatur pada standar SNI 03-7065-2005. Sistem
plambing adalah suatu sistem penyediaan atau pengeluaran air ke tempat-tempat yang
dikehendaki tanpa ada gangguan atau pencemaran terhadap daerah-daerah yang dilaluinya dan
dapat memenuhi kebutuhan penghuninya dalam masalah air.
Peran arsitek didalam merancang sistem plambing bangunan tinggi:
1. Menentukan letak/posisi denah toilet terhadap denah keseluruhan dengan
mempertimbangkan letak shaft air buangan, mengingat pipa pembuangan pada umumnya
berpenampang besar dan memerlukan kemiringan sehingga mempengaruhi kebutuhan
ruang diatas plafon yang berakibat pada ketinggian antar lantai. (volume bangunan
meningkat jadi tidak ekonomis)
2. Memilih/menentukan jenis/tipe/warna sanitary fixtures.
3. Mengatur layout/tata letak sanitary fixtures didalam ruang toilet, dengan memperhatikan
daerah basah, kering, bukaan pintu, letak/arah lubang air buangan, dan lain-lain, dan juga
pada ruang-ruang lainnya yang membutuhkan seperti ruang laboratorium, dapur, rumah
sakit, dan lain-lain.
4. Memilih/menentukan jenis/bentuk/bahan atap, terkait dengan sistem pembuangan air
hujan.
5. Merencanakan sistem pembuangan air hujan meliputi:
- Kemiringan atap
- Menentukan jumlah, dimensi, dan posisi pipa tegak pembuangan air hujan.
- Merencanakan sistem pembuangan air hujan di halaman bangunan, meliputi: posisi,
dimensi, kemiringan pipa saluran, bak kontrol, dll.
6. Sesuai kondisi, merencanakan sistem pembuangan air selain sistem diatas.
7. Menentukan letak/posisi bak penampung air kotoran (limbah manusia) yaitu
septictank/Sewage Treatment Plant (STP)
8. Menentukan letak/posisi kran taman (untuk penyiraman taman, pencucian, dll.)
9. Menentukan letak/posisi sumur bor (dengan memperhatikan faktor keamanan dan
kehigienisan seperti jarak terhadap septictank / rembesannya, dll.)
10. Hal-hal lain yang berkaitan dengan sistem plambing Jenis peralatan plambing:
1. Peralatan untuk penyediaan air bersih
2. Peralatan untuk penyediaan air panas
3. Peralatan untuk pembuangan air kotor
4. Peralatan-peralatan lain yang ada hubungannya terhadap perencanaan pemipaan

Syarat instalasi plambing:

1. Daya tahan bahan harus lama, minimal 30 tahun.


2. Permukaan harus halus dan tahan air
3. Tidak ada bagian-bagian yang tersembunyi / menyimpan kotoran pada bahan yang
dimaksud.
4. Bebas dari kerusakan, baik mekanis maupun yang lain.
5. Mudah pemeliharaannya
6. Memenuhi aturan-aturan yang berlaku

1.1 JENIS AIR BANGUNAN


1.1.1 AIR BERSIH
Air bersih adalah air yang digunakan baik oleh penghuninya ataupun
oleh keperluan-keperluan lain yang ada kaitannya dengan fasilitas bangunan.
Sumber-sumber air bersih:
1. Mata air
Merupakan sumber keluarnya air dari dalam tanah, biasanya terdapat di
daerah-daerah pegunungan. Kondisi air pada umumnya masih jernih dan
belum tercemar.
2. Sungai
Merupakan tempat penampungan dan mengalirnya air dari hulu (sumber
mata air) ke hilir (laut). Kondisi air biasanya tidak jernih atau sudah tercemar
3. Hujan
Sumber air yang datang dari atas (awan/langit). Kondisi air pada umumnya
relatif cukup jernih, dan diperoleh dengan cara penadahan atau
penampungan
4. Dalam tanah
Berupa lapisan-lapisan tanah sebagai tempat mengalirnya air tanah yang
berasal dari satu sumber air tertentu. Kondisi air pada umumnya jernih, dan
diperoleh dengan bantuan pompa air / hisap, setelah diadakan penggalian /
pengeboran tanah (berupa sumur galian / sumur bor) sampai kedalaman
tertentu sesuai kebutuhan.

Mata air Sungai

Hujan Air Tanah


Mata air, air sungai, dan air hujan biasanya merupakam sumber air
sebagai bahan baku untuk diproses/diolah oleh Perusahaan Air Minum (PAM)
menjadi air bersih / layak minum.
Kebutuhan air dibagi atas:
1. Keperluan-keperluan
2. Kebutuhan yang sifatnya sirkulasi
3. Kebutuhan yang sifatnya tetap
4. Kebutuhan air cadangan yang sifatnya berkurang karena
penguapan

Penyimpanan air bersih:

1. Reservoir bawah
2. Reservoir atas

1.1.2 AIR BUANGAN


Air buangan / air kotor adalah air bekas pakai yang dibuang. Air kotor
dapat dibagi dalam beberapa bagian sesuai dengan hasil penggunaannya:
1. Air bekas buangan
2. Air limbah
3. Air hujan
4. Air limbah khusus

Untuk membuang dan mengalirkan air kotor ini, ada yang dapat digabung
pembuangannya da nada yang harus dipisahkan serta diproses tersendiri.

Sistem air kotor plambing harus diperhatikan cara pembuangan dan


penyambungannya supaya tidak terjadi perembesan yang berakibat
mencemarkan lingkungan.
1.2 SISTEM PEMIPAAN PLAMBING
Sistem pemipaan, menurut cara pengaliran airnya, adalah cara untuk mengalihkan
air ke tempat yang memerlukan.
Ada dua cara pengaturan air yaitu sistem horizontal dan vertikal.
1.2.1 SISTEM HORIZONTAL
Sistem horizontal adalah suatu sistem pemipaan yang banyak digunakan
untuk mengalirkan kebutuhan air pada suatu komplek perumahan atau rumah
tinggal yang tidak bertingkat.
Ada dua cara yang dipakai untuk sistem pemipaan horizontal:
1. Pemipaan yang menuju ke satu titik akhir
Keuntungannya adalah pemakaian bahan pipa yang lebih efisien, sedangkan
kerugiannya adalah daya pancar air tidak sama, semakin jauh semakin kecil
2. Pemipaan yang melingkar/membentuk ring
Keuntungannya adalah daya pancar air ke semua titik sama, sedangkan
kerugiannya adalah penggunaan bahan pipa yang banyak

1.2.2 SISTEM VERTIKAL


Sistem pengaliran air bersih dengan sistem vertikal banyak digunakan pada
bangunan-bangunan bertingkat tinggi. Cara pendistribusiannya adalah dengan
menampung lebih dulu pada tangki air (ground reservoir) yang terbuat dari beton
dengan kapasitas sesuai dengan kebutuhan air pada bangunan tersebut. Kemudian
air dialirkan dengan menggunakan pompa untuk langsung ke titik-titik kran yang
diperlukan.

Cara lain adalah dengan menggunakan pompa untuk menampung air pada
tangki di atas bangunan. Kemudian dari tangki dialirkan ke tempat-tempat yang
memerlukan dengan menggunakan sistem gravitasi / turun langsung. Pada tempat
tertentu dengan jarak kurang dari 9m biasa menggunakan pompa tekan.

2. PENCEGAHAN KEBAKARAN
Untuk menghindari terjadinya kebakaran pada suatu bangunan, diperlukan suatu cara /
sistem pencegahan kebakaran karena kebakaran dapat menimbulkan kerugian berupa korban
manusia, harta benda, terganggunya proses produksi barang dan jasa, kerusakan lingkungan
dan terganggunya masyarakat.
Peran arsitek dalam perancangan sistem pencegahan dan penanggulangan bahaya
kebakaran:
1. Merencanakan / menentukan lokasi area isolasi pada perencanaan denah bangunan
seperti area core bangunan, tangga kebakaran, ruangan-ruangan khusus, dan lain-lain.
2. Menentukan bahan-bahan / finishing bangunan yang bersifat tahan api (fireproof), tidak
mudah terbakar (non-combustible), dan tidak menghasilkan asap apabila terbakar.
3. Merencanakan letak dan jenis tangga kebakaran.
4. Menentukan letak alat-alat pemadam kebakaran seperti:
a. Di dalam bangunan : - sprinkler
- detector
- hydrant
- fire extinghuiser
- gas (mis: halon)
- lift kebakaran
b. Di luar gedung : - hydrant taman
- pompa kebakaran
5. Merencanakan posisi helipad (bila ada)
6. Merencanakan jalan masuk / akses untuk mobil pemadam kebakaran pada halaman
gedung, terutama untuk mencapai sarana / peralatan pemadam kebakaran
7. Menentukan posisi pintu-pintu ruangan yang karena letak dan fungsi ruangannya harus
membuka keluar (baik ruangan maupun bangunan
Pertimbangan pokok kebutuhan sistem penanggulangan kebakaran pada bangunan tinggi:
1. Sebagian terbesar lantai bangunan tinggi berada diluar jangkauan tangga kebakaran
2. Evakuasi darurat menyeluruh pada bangunan tinggi mustahil dilakukan dalam waktu
yang singkat (< 10 menit)
Tips aman terhindar dari bahaya kebakaran:
1. Ketika anda memasuki gedung:
a. Pahami sarana jalan keluar (emergency exit) pada saat anda memasuki gedung /
mall
b. Perhatikan dan ingat peralatan tombol alarm kebakaran pada lantai tempat anda
berada
c. Anda harus tahu dimana letak alat pemadam api ringan / hidran gedung, harus tahu
pula menggunakannya
2. Ketika anda melihat adanya kebakaran:
a. Jika menjumpai kebakaran gunakan tombol alarm terdekat untuk memberikan tanda
bahaya atau menghubungi operator telepon
b. Gunakan alat pemadam kebakaran api / hidran gedung terdekat untuk memadamkan
kebakaran, hindari resiko keselamatan jiwa
c. Jika kebakaran tidak dapat dikendalikan tutup semua pintu yang dilewati,
tinggalkan gedung melalui tangga kebakaran. Jangan sekali-sekali menggunakan
lift ataupun elevator
3. Ketika anda terjebak dalam kebakaran / asap:
a. Minta tolong, beritahukan dimana anda berada dengan cara menghubungi operator
telepon, dengan cara memukul-mukul pintu atau dengan mengibarkan sesuatu pada
jendela untuk menerangkan orang-orang yang ada di bawah
b. Agar api tidak masuk ke dalam ruangan, tutuplah celah-celah pintu dengan kain /
handuk basah
c. Jika disekeliling anda penuh dengan asap, bernafaslah pendek-pendek, dan
berjalanlah dengan merangkak karena udara pada permukaan lantai lebih bersih
d. Janganlah melompat, regu penyelamat pasti segera menolong anda
2.1 KLASIFIKASI BANGUNAN MENURUT KETENTUAN STRUKTUR UTAMA
Klasifikasi bangunan menurut ketentuan struktur utamanya terhadap api, dibagi
dalam 4 kelas:
1. Kelas A
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 3 jam. Bangunan
kelas A ini biasanya merupakan bangunan untuk kegiatan umum, seperti hotel,
pertokoan dan pasar raya, perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat
hiburan, museum, dan bangunan dengan penggunaan ganda / campuran.
2. Kelas B
Struktur utamanya harus tahan terhadap api sekurang-kurangnya 2 jam. Bangunan-
bangunan tersebut meliputi perumahan bertingkat, asrama, sekolah, dan tempat
ibadah.
3. Kelas C
Bangunan-bangunan dengan ketahanan api dari struktur utamanya selama 1 jam
biasanya bangunan-bangunan yang tidak bertingkat dan sederhana.
4. Kelas D
Bangunan-bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur
tersendiri, seperti instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata atau mesin.

2.2 SISTEM PENCEGAHAN KEBAKARAN


Sistem pencegahan kebakaran dapat berfungsi dengan baik asalkan sebelumnya
dilakukan suatu persyaratan pada bangunan atau komplek perumahannya.
Syarat-syarat untuk mencegah bahaya kebakaran pada bangunan atau komplek
perumahan:
1. Mempunyai bahan struktur utama dan finishing yang tahan api
2. Mempunyai jarak bebas dengan bangunan-bangunan di sebelahnya atau terhadap
lingkungannya
3. Melakukan penempatan tangga kebakaran sesuai dengan persyaratan-
persyaratannya
4. Mempunyai pencegahan terhadap sistem elektrikal
5. Mempunyai pencegahan terhadap sistem penangkal petir
6. Mempunyai alat kontrol untuk ducting pada sistem pengkondisian udara
7. Mempunyai sistem pendeteksian dengan sistem alarm, sistem automatic smoke,
dan heat ventilating
8. Mempunyai alat kontrol terhadap lift
9. Melakukan komunikasi dengan stasiun komando

2.3 PENGAMAN TERHADAP API


NO. BAHAN-BAHAN STRUKTUR PENGAMANAN TERHADAP API
1 BATU : Tidak perlu dilindungi → tahan sampai
- Alam 1100° C
- Buatan : bata, bataco, dll.
2 KAYU Perlu dilindungi (misalnya dengan cat
tahan
api)
3 BAJA : Perlu dilindungi, karena walaupun sukar
- Utama terbakar, tetapi kalau terkena api / panas
- Pendukung (misalkan tulangan pada MUDAH MEMUAI → berkurang
beton) daya
dukungnya pada ±10-15 menit setelah
terbakar
4 BETON Terbaik dalam ketahanan terhadap api.
Akan
lebih baik lagi kalau terlindungi oleh
bahan finishing seperti marmer, keramik,
dll.

2.4 HIDRAN KEBAKARAN


Selain mengusahakan peralatan, penggunaan bahan, dan persyaratan-
persyaratannya, perlu direncanakan alat-alat lainnya seperti hidran. Hidran kebakaran
adalah satu alat untuk memadamkan kebakaran yang sudah terjadi dengan alat baku air.
Hidran dibagi menjadi:
1. Hidran kebakaran dalam gedung
2. Hidran kebakaran di halaman
Untuk memasang peralatan hidran diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Sumber persediaan air hidran kebakaran harus diperhitungkan pemakaian selama
30-60 menit dengan daya pancar 200 galon/menit.
2. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran
listrik tersendiri dari sumber daya listrik darurat
3. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5” – 2” harus terbuat dari bahan yang
tahan panas, dengan panjang selang 20-30 m
4. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari unit
pemadam kebakaran
5. Penempatan hidran harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau, dan tidak
terhalang oleh benda-benda / barang-barang lain.
6. Hidran di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4” untuk
2 kopling, diameter 6” untuk 3 kopling, dan mampu mengalirkan 250 galon/menit
atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.
2.5 SPRINKLER
Jika kebakaran terjadi pada bangunan-bangunan tinggi yang kesulitan dalam
mengadakan pemadaman harus menggunakan alat pemadam kebakaran tambahan yang
bersifat otomatis, tidak dilakukan secara manual atau dengan tenaga manusia.
Selain itu, apabila unit pemadam kebakaran setempat belum memiliki tangga
pemadam kebakaran setinggi 40 m, maka ketentuan mulai dipakainya instalasi sprinkler
harus disesuaikan dengan tangga maksimum 1 unit pemadam kebakaran yang dimiliki
daerah tersebut.
Penyediaan air sprinkler dapat diusahakan melalui:
1. Tangki gravitasi, harus diletakkan sedemikian rupa sehingga air dapat
menghasilkan aliran dan tekanan cukup pas setiap kepala sprinkler
2. Tangki bertekanan, harus selalu berisi 2/3 dari volume dan diberi tekanan 5 kg/cm²
3. Jaringan air bersih khusus untuk pipa sprinkler
Kepala sprinkler adalah bagian dari sprinkler yang berada pada ujung jaringan pipa,
diletakkan sedemikian rupa sehingga perubahan suhu tertentu akan memecahkan kepala
sprinkler tersebut dan akan memancarkan air secara otomatis.
Kepala sprinkler ada beberapa jenis yang dibedakan dengan warna untuk
menentukkan tingkat kepekaannya terhadap suhu:
1. Jingga, tabung pecah pada suhu 57º C
2. Merah, tabung pecah pada suhu 68º C
3. Kuning, tabung pecah pada suhu 79º C
4. Hijau, tabung pecah pada suhu 93º C
5. Biru, tabung pecah pada suhu 141º C

2.6 HALON
Pada daerah yang penanggulangan pemadam kebakarannya tidak diperbolehkan
menggunakan air, seperti pada ruangan penuh dengan peralatan-peralatan atau ruangan
arsip. Ruangan tersebut harus dilengkapi dengan sistem pemadam kebakaran, yaitu sistem
halon.
Tabung gas halon diletakkan dan dihubungkan dengan instalasi ke arah sprinkler.
Kalau terjadi kebakaran, kepala sprinkler akan pecah dan secara otomatis gas halon akan
mengalir keluar untuk memadamkan kebakaran. Selain gas halon yang sudah tidak boleh
dipergunakan, terdapat sistem lain yaitu alat pemadam yang menggunakan busa (foam),
Dry Chemical CO2, atau bahan lainnya.

2.7 FIRE DAMPER


Fire damper adalah satu alat yang diletakkan pada ujung-ujung ducting yang
terdapat diatas plafon, yang dapat menutup secara otomatis ketika terdeteksi adanya asap.
Tahan terhadap api, minimal selama satu setengah jam.

2.8 SMOKE AND HEAT VENTILATING


Alat ini dipasang pada daerah-daerah yang menghubungkan udara luar. Kalau
terjadi kebakaran, asap yang timbul segera dapat mengalir ke luar, sehingga para petugas
pemadam kebakaran akan terhindar dari asap-asap tersebut.

2.9 VENT AND EXHAUST


Alat ini dipasang pada tempat-tempat khusus seperti di tangga kebakaran:
1. Dipasang di depan tangga kebakaran yang akan berfungsi mengisap asap yang akan
masuk pada tangga yang dibuka pintunya.
2. Dipasang di dalam tangga, secara otomatis berfungsi memasukkan udara untuk
memberikan tekanan pada udara di dalam ruangan tangga. Tekanan tersebut akan
mengatur tekanan udara di dalam bangunan khususnya yang sedang terjadi
kebakaran, sehingga kalau pintu kebakaran terbuka, udara di dalam tangga akan
menekan ke dalam ruangan dan asap tidak akan masuk ruangan tangga.
3. Untuk bangunan dengan sistem atrium (ruangan lantai yang terbuka menerus),
dipakai alat exhaust yang secara otomatis terbuka pada saat terjadi kebakaran
sehingga asap dapat keluar ke atas melewati alat tersebut.

2.10 TANGGA KEBAKARAN


Tangga adalah satu tempat untuk menghubungkan ruangan bawah dengan ruangan
diatasnya. Selain untuk menghubungkan ruangan-ruangan tersebut, tangga berfungsi juga
sebagai tempat untuk melarikan diri dari gangguan kebakaran, sehingga disebut tangga
kebakaran.
Tangga kebakaran ini mempunyai syarat-syarat tertentu, yaitu:
1. Tangga terbuat dari konstruksi beton atau baja yang punya ketahanan kebakaran
selama 2 jam
2. Tangga dipisahkan dari ruangan-ruangan lain dengan dinding beton yang tebalnya
minimum 15 cm atau tebal tembok 30 cm yang memiliki ketahanan kebakaran
selama 2 jam.
3. Bahan-bahan finishing, seperti lantai dari bahan yang tidak mudah terbakar dan
tidak licin, susuran tangan terbuat dari besi
4. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang)
5. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakarannya 2 jam (pintu tahan api)
6. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu lainnya
membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka ke luar
dan langsung berhubungan dengan ruang luar
7. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci, dan
pegangan yang juga tahan api. Pintu tak dapat dibuka secara otomatis dari ruangan
tangga, kecuali pintu paling atas atau paling bawah.
8. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam jarak
radius 25 m. Oleh karena itu, diperlukan satu tangga kebakaran dalam satu
bangunan dengan luas 600 m², yang ditempati 50-70 orang
9. Supaya asap kebakaran tidak masuk dalam ruangan tangga, diperlukan: Exhaust
fan yang berfungsi menghisap asap yang ada di depan tangga dan Pressure fan
yang berfungsi menekan / memberi tekanan di dalam ruang tangga yang lebih
besar daripada tekanan di ruang luar
10. Di dalam dan di depan tangga diberi alat penerangan sebagai penunjuk arah ke
tangga dengan daya otomatis / emergency
3. TATA UDARA ATAU PENGHAWAAN
Untuk mencapai kenyamanan, kesehatan, dan kesegaran hidup dalam rumah tinggal
atau bangunan-bangunan bertingkat, khususnya kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada daerah
yang beriklim tropis dengan udaranya yang panas dan kelembaban udaranya yang tinggi, maka
diperlukan usaha untuk mendapatkan udara segar dari aliran udara alam dan aliran udara buatan

Udara yang nyaman mempunyai kecepatan tidak lebih dari 5 km/jam dengan suhu
temperature < 30°C dan banyak mengandung O2. Dengan memenuhi persyaratan tersebut,
kenyamanan akan dinikmati sehingga semua kegiatan di bangunan dapat berjalan dengan baik.

Peran arsitek dalam perancangan sistem tata udara (AC)


1. Bersama-sama Mechanical Engineering memilih / menentukan sistem / jenis AC yang
akan digunakan
2. Merencanakan tata letak peralatan / perlengkapan AC bangunan:
a. Di dalam ruangan / bangunan:
i. Plafon : - Sistem sentral: Grille / exhaust grille FCU (Fan Coil Unit)
- Sistem split / multi split: Indoors unit (ceiling type)
- Sistem package unit: Grille / exhaust grille
ii. Dinding : - Kotak window unit
- Sistem split / multi split: Indoors unit (wall type)
- Sistem package unit: Grille / exhaust grille
iii. Lantai : - Sistem split: Indoors unit (floor type)
- Sistem sentral: Ruang AHU (Air Handling Unit)
b. Di luar ruangan / bangunan:
i. Lantai / atap : - Sistem split / multi split: Outdoors unit Mesin multi split
- Sistem package unit: Mesin package unit
- Sistem sentral: Mesin chiller
ii. Atap : - Cooling tower
3. Menentukan ketinggian plafon (floor to ceiling) dan lantai ke lantai (floor to floor),
berdasarkan kebutuhan ketinggian ruang diatas plafon karena adanya jaringan pipa /
ducting AC, dimensi struktur, dan lain-lain
Tujuan dari sistem tata udara (air conditioning) adalah untuk memberikan kenyamanan
kepada penghuni bangunan / gedung. Sistem tata udara meliputi pendinginan (cooling) dan
pemanasan (heating).
Unsur-unsur sistem tata udara:
1. Mengatur temperatur udara
2. Mengatur kelembaban udara
3. Mengatur sirkulasi udara
4. Menjaga kualitas udara
3.1 KOMPONEN POKOK UNIT AIR CONDITIONER
Compressor, berfungsi memberi tekanan, sehingga cairan refrigerant akan
mengalir ke seluruh sistem dan bentuk refrigerant akan berubah dari gas menjadi cair
dan kembali menjadi gas, serta temperature dan tekanannya akan berubah-rubah.
Condensor, berfungsi mendinginkan, sehingga gas dengan temperatur dan
tekanan tinggi akan membuang panasnya keluar dan didalam pipa terjadi pengembunan
(kondensasi), dan gas akan berubah bentuk menjadi cair pada temperatur pengembunan
(tetapi tekanannya masih tinggi)
Expansion valve, berfungsi menurunkan tekanan cairan refrigerant dank arena
mendapat pendinginan maka temperaturnya pun kan turun
Evaporator, berfungsi untuk penguapan dan untuk proses ini cairan akan
mengambil panas dari udara yang dialirkan melalui rusuk-rusuk evaporator dan akan
berubah menjadi gas engan temperatur dan tekanan rendah, dan mengalir kembali ke
compressor.
Compressor Condensor
(Tekanan) (Pengembunan)

Gas: Tek Tinggi


Gas: Tek Rendah
Temp rendah Temp tinggi

Evaporator
Expansion valve
----------------------- (Penurunan
Cairan dingin: Tekanan dan
Tek rendah Temperatur)
Temp rendah

3.2 JENIS-JENIS UNIT AIR CONDITIONING

Window unit, keempat komponen pokok (Compressor, condensor, expansion


valve, dan evaporator) berada di dalam satu tempat / wadah, akan tetapi pada
pemasangannya secara fisik evaporator berada dalam ruangan sedangkan compressor,
condensor, dan expansion valve berada di bagian luar ruangan.
Split system, prinsip kerja dan pengelompokkan / grouping komponen pokok
sama dengan sistem window unit, akan tetapi secara fisik penempatannya pada 2 tempat
/ wadah yang terpisah sehingga 3 komponen pokok yang ditempatkan di luar ruangan
dapat ditempatkan dengan jarak yang cukup jauh dengan ruangan yang bersangkutan,
dan saling dihubungkan dengan refrigerant.
Sistem sentral, karena berkapasitas besar, maka dimensi indoor unit dan
outdoor unit pun besar, sehingga penempatannya pun dapat dimana saja dengan syarat
outdoor unit harus diletakkan di ruang terbuka yang mempunyai sirkulasi udara yang
baik untuk kebutuhan pendinginan komponen condensor.
Package unit, prinsipnya sama dengan window unit, hanya saja berukuran besar
(karena dibuat untuk men-supply beberapa buah ruangan). Penempatannya bias
dimana saja, sedangkan untuk men-supply udara dingin ke ruangan-ruangan adalah
dengan sistem pemipaan / ducting (supply duct dan return duct)

3.3 SISTEM PENDINGINAN


1. AIR COOLED:
Proses pendinginan pada condensor dengan menggunakan udara luaryang
disirkulasikan denngan menggunakan fan.
2. WATER COOLED:
Proses pendinginan pada condensor dengan menggunakan air.

3.4 PENEMPATAN RUANG AC DAN SISTEM DISTRIBUSI PENGUDARAAN


Untuk merancang penempatan ruang AC diperlukan beberapa cara:
1. Ruang AC terletak di tengah ruangan yang akan diberikan pengudaraan.
Sistem ini paling efisien baik pemipaan maupun penyebaran udaranya.
2. Ruang AC terletak langsung berhadapan dengan ruangan yang akan
diberikan pengudaraan. Kerugiannya adalah pengurangan cahaya alam
dan terhalangnya pandangan.
3. Ruang AC berada di luar bangunan. Kerugiannya adalah pemipaan
isolasi dari udara yang dingin banyak terbuang. Keuntungannya hanya
memudahkan servis dan kebutuhan air untuk AC.
4. Ruang AC terletak di antara ruangan yang akan didistribusi penghawaan.
Dalam pendistribusian udara dingin dari ruang mesin AC ke ruangan yang
memerlukan, terdapat 3 cara sistem pendistribusian:
1. Sistem radial pattern, dapat memperpendek jangkauan / pemipaan
pengudaraan
2. Sistem perimeter loop, membuat pemipaan melingkar sehingga
kekuatan pancaran udara dingin akan mempunyai nilai yang sama
3. Sistem lateral, yang paling praktis dengan menggunakan pemipaan
utama dan cabang
4. DAYA LISTRIK DAN PENERANGAN ATAU PENCAHAYAAN
Perancang bangunan bertingkat harus mempelajari masalah penerangan atau
pencahayaan sehingga bangunan dapat berfungsi seperti yang diharapkan. Selain itu, perancang
bangunan harus juga memperhatikan manfaat penerangan atau pencahayaan alam selama masih
dapat dimanfaatkan.
Peran arsitek di dalam perancangan sistem daya listrik bangunan tinggi:
1. Menentukan jumlah dan letak . posisi electrical fixtures seperti: titik lampu, sakelar, stop
kontak, dan lain-lain baik di dalam maupun di luar bangunan sesuai rencana denah
/ layout furniture, peralatan, dan perlengkapan bangunan.
2. Menentukan letak / posisi ruang trafo, panel, ruang control, dan ruang diesel / genset.
3. Menentukan letak / posisi gardu listrik (apabila ada / diperlukan)
4. Menentukan letak / posisi meteran listrik, box sekring, dan lain-lain.
5. Menentukan jenis, warna, dan bentuk fixtures.
6. Merencanakan sistem penerangan halaman / taman
7. Dan lain-lain dengan kebutuhan sistem daya listrik bangunan lainnya
Sumber listrik:
1. Perusahaan Listrik Negara (PLN)
- Merupakan sumber penghasil daya listrik utama dengan tegangan sebesar 20 KV
(20.000 V)
- Untuk kebutuhan daya dan penerangan secara umum / menyeluruh / normal
2. Generator (Generator Set / Genset)
Merupakan sumber penghasil daya listrik darurat (berfungsi sebagai cadangan / backup)
maka kapasitasnya tidak sama dengan kapasitas daya listrik yang di supply dari PLN,
tetapi didtetapkan oleh pemilik bangunan sesuai kebutuhan (biasanya berkisar 25%-
60% dari total kebutuhan), misalnya:
- Beban Esensial / Penting (yang harus tetap hidup pada saat terjadi kebakaran
gedung), seperti:
 Pompa kebakaran
 Lift pemadam kebakaran
 Sebagian lampu penerangan
 Sistem evakuasi dan sekuriti
- Beban Non Esensial (dengan tujuan agar operasional gedung tetap berjalan pada
saat PLN padam), seperti:
 Sebagian atau seluruh lampu penerangan
 Sebagian atau seluruh lift
 Sebagian AC dan ventilasi
3. Baterai
Merupakan sumber penghasil daya listtrik yang konstan dan tidak terputus (Uninterupted
Power Supply) untuk kebutuhan peralatan / perlengkapan khusus seperti:
- Lampu darurat (±60 menit)
- Komputer
- Peralatan khusus (rumah sakit, laboratorium, dll.)

4.1 CAHAYA MATAHARI


Matahari adalah sumber cahaya atau penerangan alami yang paling udah
didapat dan banyak manfaatnya, oleh karena itu, harus dapat dimanfaatkan semaksimal
mungkin. Apalagi di Indonesia sebagai daerah tropis yang terletak di garis khatulistiwa,
matahari memancarkan sinarnya sepanjang tahun tanpa perbedaan siang dan malam.
Matahari selain memberikan panas (radiasi) juga memberikan cahaya (sinar).
Mengingat cahaya matahari pada siang hari adalah cahaya yang bermanfaat sekali bagi
semua kehidupan di darat dan air, maka cahaya matahari sangat diperlukan khususnya
dalam pencahayaan bangunan.
Tujuan pemanfaatan cahaya matahari sebagai penerangan alami dalam
bangunan adalah sebagai berikut:
1. Menghemat energi dan biaya operasional bangunan
2. Menciptakan ruang yang sehat mengingat sinar matahari mengandung
ultraviolet yang memberikan efek psikologis bagi manusia dan
memperjelas kesan ruang.
3. Mempergunakan cahaya alami sejauh mungkin ke dalam bangunan, baik
sebagai sumber penerangan langsung maupun tidak langsung.
Pemanfaatan cahaya matahari ke dalam ruang dapat dilakukan dengan berbagai
cara, dilihat dari arah jatuhnya sinar matahari dan kompenen / bidang- bidang yang
membantu memasukkan dan memantulkan cahaya matahari. Sudut jatuhnya sinar
matahari ini berbeda-beda pada setiap daerah. Untuk mengukur jatuhnya sinar matahari
digunakan diagram lintang matahari.
Matahari merambat dari arah timur ke barat. Hal ini mempengaruhi besar cahaya
ke dalam ruangan yang menghadap ke arah timur, barat, utara, dan selatan. Pada
perancangan bangunan, khususnya bangunan bertingkat tinggi, permukaan kacanya
diusahakan menghadap arah utara atau selatan untuk menghindari radiasi panas matahari
yang masuk ke dalam ruangan.
Oleh karena cahaya yang cukup dibutuhkan pada waktu bekerja, sedangkan
cahaya yang masuk ke dalam ruangan dibatasi, mengingat semua bangunan (khususnya
bangunan bertingkat banyak) menghindari banyaknya cahaya matahari, maka diperlukan
suatu cara untuk menggantikan cahaya tersebut dengan cahaya buatan.
4.2 CAHAYA BUATAN
Cahaya buatan dikelola atau diperoleh dari perusahaan pemerintah melalui suatu
pembangkit tenaga. Perusahaan tersebut adalah Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang
menyelenggarakan dan menyiapkan suatu tenaga pembangkit listrik dengan sistem:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
2. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
3. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
Di luar negeri terdapat pembangkit tenaga listrik lain, yaitu:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Surya
2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin
3. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir
Dari tempat pembangkit ini, listrik dialirkan melalui kawat-kawat / kabel- kabel
bertegangan tinggi ke kota-kota yang memerlukan dan diubah dari tegangan tinggi ke
tegangan menengah pada gardu-gardu induk. Tegangan menengah yang berada di jalan-
jalan besar untuk menuju ke gardu-gardu tertentu perlu diubah menjadi kabel tegangan
rendah sehingga dapat disalurkan pada bangunan-bangunan rumah.
Daya penerangan yang masuk dalam panel-panel pembagi (subpanel) dibagi dalam 2
bagian:
1. Pencahayaan / daya langsung
Pencahayaan yang berupa titik-titik lampu penerangan. Peletakan lampu penerangan
ini harus diatur sedekimian rupa sehingga menghasilkan pencahayaan yang baik,
memenuhi syarat yang diminta, dan merata. Selain itu, harus diatur posisinya
terhadap letak-letak diffuser AC, sprinkler, fire alarm, smoke detector, speaker, dan
sebagainya.
2. Daya yang tidak langsung
Daya ini digunakan untuk menghidupkan alat-alat tertentu seperti computer dan
mesin ketik.
Perancangan utilitas untuk pencahayaan / penerangan harus dikoordinasikan
antara perancang arsitektur, elektrikal, dan bagian - bagian lain sehingga dapat memnuhi
persyaratan pencahayaan pada ruangan / bangunan yang dimaksud.
Jumlah titik lampu dalam ruangan banyak dipengaruhi oleh factor :
1. CU ( Coeffisien of Utilization ) rata – rata 50% - 65%, tergantung dari :
- P = persentase pantulan
- Pc = persentase pantulan pada ceiling
- Pw = persentase pantulan pada wall
- Pf = persentase pantulan pada floor
juga dipengaruhi oleh furniture, tetapi yang lebih menonjol lagi dalam
pantulan adalah warna
2. LLF ( Light Loss Factor ) rata – rata 0,7 – 0,8
4.3 GENERATOR
Generator adalah alat pembangkit tenaga listrik dalam bangunan-bangunan yang
bersifat sebagai pembangkit tenaga listrik dengan menggunakan bahan minyak diesel
dalam skala kecil. Fungsinya untuk pengganti sementara untuk mendapatkan tenaga aliran
listrik ketika PLN mengalami pemdaman
Generator memerlukan alat pembakar yaitu minyak diesel yang harus memerlukan
alat pembakar yaitu minyak diesel yang harus dapat disimpan di dalam ruangan generator
dan di luar ruang generator. Perputaran mesin yang dihasilkan daya listrik tidak dapat
stabil, karena itu perlu adanya alat pengatur tegangan / stabilisator dan juga perlu adanya
alat tambahan untuk menghidupkan secara otomatis jika aliran PLN mati.

Generator akan mengeluarkan suara gaduh dan asap dari bekas pembakaran
minyak diesel maka sebaiknya diletakkan berjauhan dengan ruang kerja. Ruang panel
dan ruang stabilisator adalah tempat untuk menyambung kabel-kabel dari generator
sebagai daya emergency sehingga ruang generator harus sedekat mungkin dengan ruangan
tersebut. Karena mengeluarkan asap generator harus diletakan bersebelahan dengan
ruang terbuka.
Ruang untuk generator sebaiknya tertutup rapat, paling baik dengan atap beton
dan dinding dibuat dari tembok rangkap, dan kalau perlu diberi alat peredam suara,
semuanya berfungsi mengurangi suara bising yang dihasilkan generator. Pondasi
generator dibuat terpisah dengan pondasi bangunan dengan cara diberi lapisan ijuk
dengan pasir. Mengingat udara di dalam ruang generator akan menjadi panas akibat dari
mesin generator maka perlu adanya ventilasi atau diberi bantuan alat exhaust untuk
mengalirkan udara ke dalam ruang tersebut.

5. TELEPON
Sistem telepon harus menggunakan sistem hubungan seperti saluran untuk daya
pembangkit computer, yaitu aliran di dalam lantai (floor duct). Diperlukan juga sistem panel –
panel atau terminal telepon, yang dapat langsung berhubungan dengan luar melalui penggunaan
sistem terminal utama menuju titik – titik yang diperlukan atau penggunaan sistem PABX
(Private Automatic Branch Exchange).
Supaya sistem telepon ini dapat berfungsi harus dipersiapkan :
1. Panel distribusi saluran telepon.
2. Unit PABX sesuai dengan jumlah sambungan
3. Handset telepon sama dengan jumlah kebutuhan
4. Kabel telepon dalam bangunan
5. Konektor kabel bangunan
Untuk menentukan jumlah pesawat telepon direct line maupun extensions harus
mempertimbangkan faktor – faktor :
1. Jabatan personel
2. Tugas personel yang dianggap cukup penting sehingga memerlukan sarana telepon
3. Jumlah dari penyewa gedung perkantoran bertingkat
4. Fungsi ruangan dan lokasi
6.CCTV DAN SISTEM SEKURITI
CCTV (Closed Circuit Television) adalah suatu alat yang berfungsi untuk memonitor suatu
ruangan melalui layar televisi / monitor, yang menampilkan gambar dari rekaman kamera yang
dipasang di setiap sudut ruangan yang diinginkan oleh bagian keamanan.
Sistem kamera dan TV ini terbatas pada gedung tersebut. Semua kegiatan di dalamnya dapat
dimonitori di suatu ruangan sekuriti. CCTV ini dapat bekerja 24 jam sesuai dengan kebutuhan.
Setiap gambar dapat ditayang-ulang pada posisi waktu yang diinginkan oleh operator.
Karena bersifat rahasia, maka perletakan kamera dan tempat monitor diatur oleh bagian sekuriti,
dalam sistem ini, peralatan yang diperlukan adalah :

7. PENANGKAL PETIR
Pada bangunan bertingkat perlu dilakukan pengamanan bahaya sambaran petir dengan
cara memasang penangkal petir yang diletakkan pada puncak bangunan. Penangkal petir harus
dipasang pada bangunan yang minimal memiliki ketinggian 2 lantai dan yang lebih utama
adalah bangunan yang memiliki ketinggian paling tinggi dari bangunan yang berada di
sekitarnya. Fungsi dari penangkal petir itu sendiri adalah untuk pengamanan bangunan dari
bahaya sambaran petir Jadi, sistem penangkalan petir harus dapat melindungi seluruh bagian
bangunan dan manusia yang ada di dalamnya. Berikut ini adalah pembagian sistem instalasi
penangkal petir.

7.1 SISTEM KONVENSIONAL/FRANKLIN

Batang runcing yang dipasang paling atas terbuat dari copper spit, batang
tersebut dihubungkan dengan batang tembaga menuju ke batang elektroda yang
ditanahkan. Pada batang eletroda tersebut dibuat bak kontrol untuk memudahkan
pemeriksaan dan pengetesan. Sistem ini sederhana, instalasinya cepat dan mudah,
biayanya murah dan mampu melindungi rumah dari efek sambaran petir. Akan tetapi
sistem ini tidak cocok pada daerah yang memiliki frekuensi sambaran petirnya tinggi,
jangkauan perlindungan terbatas dan tidak mampu melindungi peralatan-peralatan
listrik yang ada di dalam bangunan dari medan magnet yang ditimbulkan oleh petir.

7.2 SISTEM SANGKAR FARADAY

Sistem ini hampir sama dengan sistem Konvensional/Franklin, akan tetapi sistem
ini dapat dibuat memanjang sehingga jangkauannya lebih luas. Biaya yang dibutuhkan
sedikit lebih mahal dari sistem Konvensional dan sistem ini sedikit mengganggu keindahan
pada bangunan.
Cara kerja sistem ini adalah menyalurkan aliran listrik yang diterima melalui kabel-
kabel konduktor yang dibuat, sehingga partikel muatan yang berada dalam aliran listrik
akan bertabrakan dengan medan elektromagnetik yang diciptakan oleh konduktor dan
kemudian disalurkan ke tanah. Kerusakan peralatan-peralatan listrik yang ada di dalam
bangunan akibat sambaran listrik dapat diminimalisir dengan menggunakan sistem ini.

Sistem Sangkar Faraday

7.3 SISTEM RADIOAKTIF ATAU SEMI-RADIOAKTIF/SISTEM THOMAS

Sistem ini cocok untuk bangunan tinggi dan besar, karena menggunakan sistem
payung yang pemasangannya tidak perlu dibuat tinggi. Cara pemasangan sistem ini adalah
dengan menghubungkan titik puncak dari alat penangkal petir dengan pipa tembaga yang
menuju ke tanah yang berair. Pada satu bangunan cukup menggunakan satu tempat
penangkal petir sebab bentangan perlindungan sistem ini cukup besar. Keindahan
bangunan tidak akan terganggu jika tempat-tempat tersebut dibuat sedemikian rupa.

Sistem Thomas
Faktor- Faktor Perancangan Sistem Penangkal Petir

- Keamanan teknis
- Penampang hantaran-hantaran pentanahan
- Ketahanan teknis
- Ketahanan terhadap korosi
- Bentuk dan ukuran bangunan
- Faktor ekonomis

Jenis-Jenis Bangunan yang Memerlukan Sistem Penangkal Petir

1. Bangunan yang paling tinggi dari bangunan di sekitarnya.


2. Bangunan yang menyimpan bahan-bahan yang mudah terbakar dan meledak,
seperti pabrik amunisi dan gudang penyimpanan bahan peledak, cairan atau gas
yang mudah terbakar.
3. Bangunan yang perlu dilindungi dengan baik, seperti museum dan gedung arsip
negara.

8. SISTEM TATA SUARA

Sistem tata suara perlu direncanakan untuk memberikan fasilitas kelengkapan pada
bangunan. Tata suara tersebut dapat berupa background music dan announcing system (public
address) yang berfungsi sebagai penghias keheningan ruangan atau jika terdapat pengumuman-
pengumuman yang penting. Pada bangunan-bangunan umum terdapat sistem untuk car call.
Beberapa peralatan yang berhubungan dengan tata suara, seperti speaker, volume control,
microphone, cassette deck, mix amplifier, speaker selector switch dan horn speaker yang biasanya
digunakan utuk car call.

Speaker Sound Pressure

Peletakan speaker sangat mempengaruhi rencana langit-langit pada ruangan umum atau
kantor. Hal tersebut menjadikan letak speaker satu dengan yang lain perlu diperhatikan agar suara
yang dihasilkan dapat dinikmati dengan baik.

Speaker-Speaker
Horn Speaker

Horn speaker biasanya terletak di tempat parkir terbuka dan di tempat sopir-sopir
beristirahat, sehingga suara yang dihasilkan oleh horn speaker hanya dapat didengarkan oleh
sopir-sopir yang menunggu mobil.

Microphone dan Amplifier

Alat-alat ini biasanya diletakkan di tempat yang aman, strategis, mudah dijangkau dan
tidak mengganggu ruangan. Sebaiknya alat-alat ini diletakkan di reception desk atau pada
ruangan khusus yang dekat dengan reception desk. Ruangan tersebut harus ditangani oleh
operator yang berperan sebagai pengelola alat-alat tersebut.

Microphone

9. TRANSPORTASI DALAM BANGUNAN

Sebuah bangunan tinggi memerlukan suatu alat transportasi angkut yang memberi
kenyamanan. Berikut adalah beberapa alat angkut sesuai dengan arah geraknya :

1. Elevator (arah geraknya secara vertikal)

Elevator atau yang sering disebut lift adalah sebuah alat angkut yang digunakan
untuk mengangkut orang atau barang dalam suatu bangunan yang tinggi. Lift dapat dipasang
pada bangunan-bangunan yang memiliki ketinggian lebih dari 4 lantai, karena manusia
hanya mampu naik dan turun bangunan sampai 4 lantai.

Berdasarkan fungsinya, secara umum elevator atau lift dapat dibagi menjadi :
a. Lift Penumpang (Passenger Elevator)
Lift ini digunakan untuk mengangkut penumpang manusia. Terdapat 2 macam
lift penumpang yaitu lift penumpang yang tertutup dan terbuka. Lift penumpang
yang tertutup dengan kecepatan rendah hanya bisa melayani bangunan yang
tingkatannya tidak lebih dari 10 lantai, sedangkan kecepatan tinggi bisa
melayani bangunan yang

memiliki tingkatan lebih dari 10 lantai. Pada lift penumpang perlu dibedakan
dari segi kapasitas, jumlah muatan dan kecepatan.
b. Lift Barang (Freight Elevator)
Lift ini biasa disebut lift service karena lift ini biasanya digunakan untuk
mengangkut barang/beban berat dan peralatan atau perlengkapan gedung.
(Gambar 2)
c. Lift Makanan (Dumb Weiters)
Lift ini digunakan untuk mengangkut makanan. Letaknya biasanya ada di dalam
dapur. Biasanya lift ini digunakan di dalam restoran. (Gambar 3)
d. Lift Pemadam Kebakaran
Lift ini biasanya digunakan oleh petugas pemadam kebakaran pada saat teerjadi
kebakaran. Karena lift ini digunakan untuk pemadam kebakaran, maka lift ini
harus tahan terhadap api minimal selama 2 jam. Pintu pada lift terakhir harus
dapat langsung dijangkau dari luar.
e. Lift Rumah Sakit
Lift ini digunakan untuk mengangkut orang sakit. Biasanya lift ini ukurannya
memanjang dan memiliki 2 pintu yang letaknya berlawanan. (Gambar 4)

Gambar 1 Gambar 2 Gambar 3


Gambar 4
Sistem Pergerakan Elevator

- Sistem gearless yaitu mesin di atas. Biasanya sistem ini digunakan untuk lift kantor,
pertokoan, hotel, apartemen dan rumah sakit.
- Sistem hydrolic yaitu mesin di bawah terbatas 3-4 lantai. Sistem ini biasanya digunakan
pada lift makanan.

Berikut adalah bagian utama lift yang harus diperhatikan dalam proses perancangan :

- Lift Pit
Lift pit adalah tempat pemberhentian terakhir yang paling bawah berupa buffer sangkar
dan buffer beban pengimbang.
- Ruang Luncur (Hoist Way)
Ruang luncur adalah tempat meluncurnya sangkar/kereta lift, tempat pintu-pintu masuk
ke sangkar/kereta lift, tempat meluncurnya beban pengimbang (counter weight) dan
tempat meletakkan rel-rel peluncur.
- Ruang Mesin
Ruang mesin adalah tempat untuk meletakkan mesin atau motor traksi lift dan tempat
panel kontrol untuk mengatur jalannya lift.

Cara Kerja Lift

Keseimbangan antara kereta penumpang dengan beban pengimbang dapat mengatur


naik dan turunnya lift. Motor traksi lift yang ada di ruang mesin bekerja melalui panel
kontrol sesuai dengan sentuhan tombol-tombol yang ada pada pintu lift. Jika panel kontrol
bekerja secara manual, kereta penumpang akan berada di lantai paling bawah dengan
keadaan terbuka ketika tidak ada penumpang yang akan naik dan turun. Sedangkan jika panel
kontrol bekerja secara otomatis, kereta penumpang akan bergerak naik dan turun mencari
penumpang. Pada saat terjadinya kebakaran hanya lift kebakaran yang menyala dengan
bantuan diesel, sedangkan lift lain secara otomatis akan bergerak turun dan tidak dapat
digunakan karena semua aliran listrik mati.

Kriteria Perancangan Elevator

- Tipe dan fungsi bangunan


- Jumlah lantai bangunan
- Luas lantai bangunan
- Mudah dicapai dan dioprasikan
- Banyaknya jumlah
- Jumlah penghuni bangunan
- Jumlah total penumpang yang diangkut
- Waktu menunggu
- Kapasitas daya angkut
- Kecepatan
2. Kenveyor (arah geraknya secara horizontal)

Kenveyor adalah alat angkut berupa landasan/lantai berjalan untuk manusia atau
barang yang dipasang dalam keadaan datar atau kemiringan tertentu. Landasan tersebut
berupa plat yang terpotong-potong kemudian plat yang satu dengan yang lain dihubungkan
dengan rantai dan dinding sebagai pegangan. Lebar alat ini dibuat untuk 2 orang. Alat ini
bertujuan untuk mengurangi beban dalam membawa beban berat dan menghilangkan
kejenuhan ketika berjalan dalam jarak tempuh yang cukup jauh. Jarak jangkauan tergantung
kebutuhan. Alat ini umumnya dapat kita temukan di terminal, airport, stasiun dan pabrik.
3. Eskalator (arah geraknya secara diagonal)

Eskalator adalah alat transportasi angkut yang serupa dengan alat angkut konveyor.
Alat ini berupa tangga berjalan untuk pergerakan orang yang padat dan ramai. Kemiringan
alat ini berbeda dengan konveyor. Kemiringan konveyor kurang dari 10°, sedangkan
eskalator kemiringannya lebih besar dari 10°. Alat ini bertujuan mengangkut orang
dengan aman, nyaman dan cepat tanpa membutuhkan waktu untuk menunggu. Panjang
eskalator disesuaikan dengan kebutuhan dan lebar eskalator untuk 2 orang. Penyusunan dan
pemasangannya dibuat sejajar, berurutan atau saling bersilangan.

Eskalator dapat bergerak maju dan mundur karena terdiri atas segmen-segmen dari
tiap anak tangga yang dihubungkan satu dengan yang lainnya. Sama seperti elevator,
eskalator dapat bekerja secara otomatis. Eskalator pada waktu tertentu akan berhenti dan
akan berjalan kembali ketika terdapat sinyal yang menunjukkan bahwa ada penumpang yang
akan menggunakan eskalator tersebut. Lokasi penempatan eskalator biasanya berada di arus
sirkulasi utama sehingga mudah dilihat oleh pengguna, di area yang mendominasi serta
tempat yang memudahkan dan memberikan kenyamanan bagi pengguna untuk mencapainya.
Terdapat 2 macam penyunan eskalator yaitu secara crisscross plan dan paralel. Penyusunan
secara paralel biayanya lebih mahal dan penggunaan ruang kurang efisien, sedangkan
crisscross plan biayanya lebih murah dan penggunan ruang lebih efisien.

Syarat-Syarat Keamanan dan Kenyamanan

Syarat-syarat keamanan

- Untuk menciptakan keseimbangan handrail dan step travel harus memiliki


kecepatan yang sama.
- Anak tangga lebar, stabil dan tidak licin.
- 2 sampai 3 anak tangga harus disediakan pada akhir eskalator untuk mencegah
tersandungnya pengguna eskalator.
- Penghentian otomatis pada keadaan darurat.
- Desain dari komponen eskalator dibuat agar komponen tidak dapat menangkap
pakaian serta barang bawaan pengguna.
- Pencahayaan yang cukup.

Syarat-syarat kenyamanan

- Kapasitas eskalator harus sesuai dengan kebutuhan.


- Pada level selanjutnya harus disediakan ruang pengumpul.

10. LANDASAN HELIKOPTER

Bangunan-bangunan tinggi yang memiliki tinggi lebih dari 10 lantai atau 40 m


dianjurkan untuk membuat suatu landasan helikopter. Landasan helikopter berfungsi
sebagai tempat mendaratnya helikopter agar lebih mudah dan cepat dalam memberikan
pertolongan ketika terjadi kebakaran dan terdapat orang-orang yang terjebak di lantai atas.
Pada bangunan yang tingginya lebih dari 40 lantai biasanya tidak dibangun landasan
helikopter karena kekuatan angin yang dimiliki lebih besar dibandingkan dengan bangunan
yang memiliki ketinggian 30 lantai.

Landasan Helikopter

Persyaratan-Persyaratan Landasan Helikopter

- Strukturnya sudah diperhitungkan agar dapat menahan beban helikopter yang


mendarat sebesar 2.284 kg.
- Memiliki ukuran tertentu dari berbagai macam jenis helikopter yang sering
digunakan, khususnya dari Dinas Kebakaran atau Dinas Keamanan/Kepolisian
atas izin Ditjen Perhubungan Udara.
- Landasan tidak boleh terganggu oleh pagar kabel-kabel penangkal petir, antena
dan sebagainya.
- Landasan dihubungkan dengan tangga terbuka menuju atap bangunan.
11. PEMBUANGAN SAMPAH

Sampah adalah limbah buangan dari bangunan-bangunan, khususnya bangunan yang


digunakan untuk kegiatan-kegiatan tertentu. Bangunan-bangunan tersebut seperti pabrik, hotel,
restoran dan supermarket. Sampah terdiri dari 2 jenis yaitu sampah basah (sisa makanan) dan
sampah kering (kertas, plastik, dll). Dengan hasil buangan yang berupa limbah, maka
diperlukannya tempat khusus untuk menampung sampah yang akan dibuang ke luar dari
bangunan. Tempat tersebut adalah gudang sampah. Hal-hal yang perlu disiapkan pada
bangunan-bangunan bertingkat seperti :

- Boks-boks yang terletak di tempat-tempat bagian servis di setiap lantai untuk tempat
pembuangan sampah.
- Boks penampungan yang berada di bagian paling bawah berupa gudang yang
dilengkapi kereta-kereta bak sampah.

Boks yang berada di setiap lantai dihubungkan oleh pipa-pipa penghubung yang terbuat
dari beton, PVC atau asbes dengan diameter sekitar 10” -14”. Pada bagian atas dinding diberi
lubang untuk udara masuk.

Fasilitas-Fasilitas Pelengkap

- Keran air untuk pembersihan


- Sprinkler untuk mencegah kebakaran
- Lampu untuk penerangan
- Alat pendingin untuk bak sampah basah agar tidak terjadi pembusukan

Sistem Pembuangan Sampah

1. Tempat Sampah
Sampah yang dibuang pada tempat sampah yang berada di masing-masing ruangan dibuang
ke tempat pengumpulan sampah dengan troli, lift atau shaft.
2. Troli
Sampah-sampah yang ada di ruangan-ruangan dibuang ke troli yang berada di beberapa
tempat tertentu di setiap lantai dan kemudian dibawa turun ke tempat pengumpulan sampah
dengan menggunakan lift.
3. Shaft
Sampah-sampah dibuang melalui shaft yang berhubungan langsung dengan tempat
pengumpulan sampah yang berada di lantai dasar.

12. ALAT PEMBERSIH LUAR BANGUNAN

Pada bangunan tinggi dibutuhkan alat untuk membersihkan bagian luar dari bangunan dari
debu-debu yang melekat pda dinding dan kaca bangunan agar warna bangunan tetap terjaga dan
terawat. Alat tersebut berupa gondola yang dipasang di dinding setiap bangunan bertingkat yang
berfungsi sebagai tempat untuk mengangkut orang-orang yang akan membersihkan bagian luar
bangunan. Pada bangunan yang memiliki ketinggian kurang dari 4-5 lantai tidak menggunakan
gondola untuk membersihkan luar bangunan melainkan alat lain yang memiliki fungsi yang sama
seperti gondola. Ukuran kereta yang digunakan untuk orang bekerja berukuran 1-3 orang. Kereta
terbuat dari alumunium yang ringan. Ketika gondola sedang tidak digunakan sebaiknya simpan
di tempat yang aman agar tidak terkena panas dan hujan.

Cara Kerja Gondola


1. Gondola digerakkan oleh alat penggerak yang diatur oleh penumpangnya dari dalam
kereta sehingga gondola dapat bergerak naik dan turun. Cara manual digunakan untuk
menggerakkan gondola ke kiri dan ke kanan. Ketika kereta sudah sampai di bawah, kereta
tersebut digeser dan tempat angkur di atas tali dilepas kemudian dipindahkan ke tempat
angkur berikutnya.

2. Secara otomatis gondola dapat digerakkan ke kiri dan ke kanan kemudian ke atas dan ke
bawah dari dalam kereta. Diperlukan alat di atas yang bergerak menggunakan rel agar
kereta dapat bergerak ke samping. Alat ini membutuhkan sumber tenaga.

Penggunaan Gondola

Tipe gondola yang digunakan untuk membersihkan bangunan tinggi disesuaikan


dengan ketinggian bangunan dan berat gondola yang sudah termasuk tenaga pembersih dan
perlengkapannya.
- Tinggi bangunan kurang dari 100 m kapasitasnya 200 kg.
- Tinggi bangunan antara 100-150 m kapasitasnya 300 kg.
- Tinggi bangunan lebih dari 150 m kapasitasnya 400-600 kg

Anda mungkin juga menyukai