Anda di halaman 1dari 3

 

Annisa Muliani - 1811102411065


Proses triage dimulai ketika pasien masuk ke pintu UGD. Perawat triage harus
mulaimemperkenalkan diri, kemudian menanyakan riwayat singkat dan melakukan pengkajian,misalnya
melihat sekilas kearah pasien yang berada di brankar sebelum mengarahkan ke ruang perawatan yang
tepat.
Pengumpulan data subjektif dan objektif harus dilakukan dengan cepat, tidak lebih dari 5menit
karena pengkajian ini tidak termasuk pengkajian perawat utama. Perawat triage bertanggung jawab
untuk menempatkan pasien di area pengobatan yang tepat; misalnya bagiantrauma dengan peralatan
khusus, bagian jantung dengan monitor jantung dan tekanan darah, dll.Tanpa memikirkan dimana
pasien pertama kali ditempatkan setelah triage, setiap pasien tersebutharus dikaji ulang oleh perawat
utama sedikitnya sekali setiap 60 menit.
Untuk pasien yang dikategorikan sebagai pasien yang mendesak atau gawat darurat, pengkajian
dilakukan setiap 15 menit / lebih bila perlu.Setiap pengkajian ulang harusdidokumentasikan dalam
rekam medis.Informasi baru dapat mengubah kategorisasi keakutan danlokasi pasien di area
pengobatan.Misalnya kebutuhan untuk memindahkan pasien yang awalnya berada di area pengobatan
minor ke tempat tidur bermonitor ketika pasien tampak mual ataumengalami sesak nafas, sinkop, atau
diaforesis.(Iyer, 2004).
Bila kondisi pasien ketika datang sudah tampak tanda - tanda objektif bahwa iamengalami
gangguan pada airway, breathing, dan circulation, maka pasien ditangani terlebihdahulu. Pengkajian
awal hanya didasarkan atas data objektif dan data subjektif sekunder dari pihak keluarga. Setelah
keadaan pasien membaik, data pengkajian kemudian dilengkapi dengandata subjektif yang berasal
langsung dari pasien (data primer)

Penanganan awal dalam Primary Survey membantu mengidentifikasi keadaan-keadaan yang


mengancam nyawa, yang terdiri dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
A. Airway, pemeliharaan airway dengan proteksi servikal
B. Breathing, pernapasan dengan ventilasi
C. Circulation, kontrol perdarahan
D. Disability, status neurologis
E. Exposure/Environmental control, membuka seluruh baju penderita, tetapi cegah hipotermia
1. Airway. Keadaan kurangnya darah yang teroksigenasi ke otak dan organ vital lainnya merupakan
pembunuh pasien-pasien trauma yang paling cepat. Obstruksi airway akan menyebabkan kematian
dalam hitungan beberapa menit. Gangguan pernapasan biasanya membutuhkan beberapa menit
lebih lama untuk menyebabkan kematian dan masalah sirkulasi biasanya lebih memakan waktu
yang lebih lama lagi. Maka dari itu, penilaian airway harus dilakukan dengan cepat begitu memulai
penilaian awal
2. Breathing. irway yang baik tidak menjamin ventilasi yang baik. Pertukaran gas yang baik terjadi
pada saat bernafas mutlak untuk pertukaran oksigen dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
(American College of Surgeons, 2009) Ventilasi adalah pergerakan dari udara yang dihirup kedalam
dengan yang dihembuskan ke luar dari paru. Pada awalnya, dalam keadaan gawat darurat, apabila
teknik-teknik sederhana seperti head-tilt maneuver dan chin-lift maneuver tidak berhasil
mengembalikan ventilasi yang spontan, maka penggunaan bagvalve mask adalah yang paling efektif
untuk membantu ventilasi.
3. Circulation. Masalah sirkulasi pada pasien-pasien trauma dapat diakibatkan oleh banyak jenis
perlukaan. Volume darah, cardiac outptut, dan perdarahan adalah masalah sirkulasi utama yang
perlu dipertimbangkan
4. Disability. Menjelang akhir dari primary survey, dilakukan suatu pemeriksaan neurologis yang cepat.
Pemeriksaan neurologis ini terdiri dari pemeriksaan tingkat kesadaran pasien, ukuran dan respon
pupil, tanda-tanda lateralisasi, dan tingkat cedera korda spinalis
5. Exposure. Merupakan bagian akhir dari primary survey, penderita harus dibuka keseluruhan
pakaiannya, kemudian nilai pada keseluruhan bagian tubuh. Periksa punggung dengan
memiringkan pasien dengan cara log roll. Selanjutnya selimuti penderita dengan selimut kering dan
hangat, ruangan yang cukup hangat dan diberikan cairan intra-vena yang sudah dihangatkan untuk
mencegah agar pasien tidak hipotermi.

Annisa Muliani – 1811102411065

Memberikan intervensi pada korban sesuai hasil temuan di prymary survey, seperti: pasang infus,
pasang bidai. Memeriksa TTV Menanyakan pada pasien : S A M P L E

- S : Symptom : Keluhan yang dirasakan

- A : Alergi : makanan/ obat/

- M : Medication : Obat yang terahir dikonsumsi

- P : Penyakit : Penyakit yang diderita

- L : Last Meal: Makan terahir jam berapa

- E : Event : Kejadiannya bagaimana

Secondary Survey : Pemeriksaan Head to Toe

Kepala : - Inspeksi : - DECAP BLS - Lihat adanya tanda fraktur basis crani (FBC) : racoon eyes, rhinorea,
otorea, batle sign. - Lihat reflek pupil : isokor/tdk, ukuran. - Palpasi : TIC mulai dari tulang oksipital,
parietal, temporal, frontal, orbita, zigomatica, nasal, maksilaris, mandibularis.

Leher : Inspeksi : DECAP BLS

Palpasi : TIC, Jugular venous distended (JVD), deviasi trachea, kuatnya denyut karotis. Dada : Inspeksi :
DECAP BLS Palpasi (TIC, Paradoksal movement sbg tanda flail chest) Auskultasi ( suara nafas menjauh
tanda tension pneumotorak, suara jantung menjauh tanda tamponade jantung) Perkusi : hipersonor
tanda tension pneumothorak, redup tanda hematothorak

Abdomen : Inspeksi (DECAP BLS)

Palpasi 4 region (TIC). Curiga perdarahan intrabdomen Pelvis : Inspeksi (DECAP BLS) Palpasi (TIC.. Curiga
fraktur pelvis & perdarahan pelvis). Femur : Inspeksi (DECAP BLS) Palpasi (TIC.. Curiga fraktur femur &
perdarahan femur).
Selesai Secondary Lakukan dokumentasi.

Kaki : Inspeksi : DECAP BLS Palpasi : TIC, PMS (Pulse, Motorik, Sensorik) Tangan : Inspeksi : DECAP BLS
Selesai Secondary Lakukan dokumentasi. Observasi berkala : ABC, TTV, irama EKG, kelancaran infus,
Aliran oksigen.

Anda mungkin juga menyukai