1. Pengertian Mahasiswa
2. Tipe Mahasiswa
3. Jenis Organisasi
4. Sejarah Gerakan Mahasiswa
5. Sejarah PMII
6. Tujuan PMII
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan
komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
A. KEINDONESIAAN
1. Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Peristiwa sejarah di Indonesia sebelum merdeka syarat dengan nuansa perjuangan
melawan penjajahan. Indonesia menjadi negara yang tidak hanya dijajah oleh satu bangsa
saja. Kondisi ini menyebabkan bangsa Indonesia harus berjuang selama berabad-abad
lamanya untuk mencapai kemerdekaannya. Beberapa peristiwa sejarah di Indonesia sebelum
merdeka diantaranya adalah:
1. Penjajahan Bangsa Portugis
Portugis menjadi negara pertama yang menjajah Indonesia. Bangsa Portugis pertama
kali tiba di daerah Malaka pada tahu 1509. Portugis pun berhasil menguasai Malaka pada
tanggal 10 Agustus 1511 di bawah pimpinan Alfonso de Albuquerque. Bangsa ini juga
memperluas area kekuasaannya dari Madura hingga Ternate.
Salah satu bentuk perlawanan yang terkenal adalah perlawanan di bawah komando
Fatahillah. Fatahillah berasal dari Demak di Sunda Kelapa (Jakarta). Saat itu, Fatahillah dapat
mengusir bangsa Portugis dan berhasil merebut kembalis Sunda Kelapa. Ia pun mengubah
nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta.
2. Penjajahan Bangsa Spanyol
Kedatangan Portugis ke Indonesia menumbuhkan keinginan bangsa Eropa lainnya,
seperti Spanyol. Spanyol lebih memfokuskan diri untuk bersekutu dengan Tidore. Hal ini
menyebabkan persaingan antara Portugis (yang lebih berfokus pad Ternate) dan Spanyol di
kawasan Maluku. Spanyol bahkan mendirikan benteng di Tidore. Keberadaan benteng
tersebut semakin mempertajam persaingan persekutuan antara Portugis dan Ternate dengan
Spanyol dan Tidore. Pada 1527, terjadi pertempuran antara Ternate dengan bantuan Portugis
melawan Tidore dengan bantuan Spanyol. Benteng Spanyol di Tidore berhasil dikuasai oleh
persekutuan Ternate dan Portugis.
Spanyol dan Portugis menyadari kerugian yang disebabkan oleh persaingan tersebut,
sehingga pada tahun 1534 disepakati Perjanjian Saragosa. Perjanjian tersebut menyepakatai
bahwa Maluku menjadi daerah pengaruh dan kegiatan Portugis serta Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan memusatkan diri di Filipina. Isi perjanjian tersebut semakin
memperkuat kedudukan Portugis di Maluku. Portugis juga berambisi untuk menanamkan
kekuasaan di Maluku dalam melaksanakan monopoli perdagangan. Keinginan tersebut
menyebabkan rakyat dan raja Ternate balik menentang Portugis
3. Penjajahan Bangsa Belanda
Perjuangan melawan Portugis berakhir pada tahun 1602. Namun, Belanda kemudian
datang untuk menguasai Indonesia. Belanda mendirikan VOC (Verenigde Oostindische
Compagnie) demi menguasai perdagangan rempah-rempah di Indonesia. Pada awalnya VOC
hanya berkuasa di Banten. VOC bersaing dengan Inggris dan Tionghoa dalam bidang
perdagangan. Markas VOC pun dipindahkan ke Sulawesi Selatan.
VOC mendapat perlawanan secara besar-besaran dari Sultan Hasanuddin. Hingga
akhirnya, Sultan Hasanuddin dan pihak dari Belanda melakukan sebuah perjanjian yang
dinamakan Perjanjian Bongaya. Namun, isi perjanjian tersebut merugikan rakyat Indonesia,
sehingga Sultan Hasanuddin dan pengikutnya enggan menuruti perjanjian tersebut.
VOC berpindah-pindah tempat hingga akhirnya sampai di Yogyakarta. VOC di
Yogyakarta menyepakati Perjanjian Giyanti yang berisi bahwa Belanda mengakui
mangkubumi sebagai Sultan Hamengkubuwono I. Perjanjian ini juga membagi kerajaan
Mataram menjadi Kasultanan Yogyakarta dan Kasunanan Surakarta. VOC akhirnya
dibubarkan setelah Perancis mengalahkan Belanda pada 1 Januari 1800.
Pembubaran VOC bukan berarti pada berhentinya penjajahan Belanda terhadap
Indonesia. Belanda pun bahkan menjajah Indonesia selama 350 tahun lamanya. Belanda
selanjutnya memilih Deandels sebagai Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Rakyat Indonesia
dipaksa membuat jalan raya dari Anyer hingga Panarukan. Masa pemerintahan Deandels
berlangsung singkat dan kemudian digantikan oleh Johannes Van den Bosch.
Van den Bosch menerapkan cultuur stelsel (sistem tanam paksa). Setiap desa
diwajibkan menyisihkan sebagian tanahnya untuk ditanami komoditi ekspor seperti tebu,
nila, dan kopi. Hasil dari tanam paksa tersebut harus dijual kepada pemerintah kolonial
dengan harga yang terjangkau.
4. Penjajahan Bangsa Jepang
Bangsa Jepang datang ke Indonesia setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada
Jepang melalui Perjanjian Kalijati pada 8 Maret 1942. Masa penjajahan Jepang di
Indonesia dimulai pada tahun 1942 hingga 17 Agustus 1945. Jepang membentuk beberapa
organisasi saat melakukan penjajahan di Indonesia. Organisasi bentukan Jepang diantaranya
Putera, Heiho (Pasukan Indonesia Buatan Jepang), PETA (Pembela Tanah Air), dan Jawa
Hokokai (pengganti Putera). Awalnya kedatangan jepang disambut ramah oleh bangsa
Indonesia, tetapi pada kenyataannya Jepang tidak jauh berbeda dengan Belanda.
5. Pembentukan BPUPKI atau Dokuritsu Junbi Tyosakai
Jepang meyakinkan Indonesia tentang kemerdekaan dengan
membentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
atau Dokuritsu Junbi Tyosakai. Jepang melalui Jenderal Kumakichi Harada, Komandan
Pasukan Jepang Jawa, melantik anggota BPUPKI di Gedung Cuo Sangi Ini pada 28 April
1945 di Pejambon Jakarta. Saat itu ketua BPUPKI yang ditunjuk oleh Jepang adalah dr.
Rajiman Wedyodiningrat dengan wakil Icibangase (Jepang) dan Sekretaris R. P. Soeroso.
Anggota BPUPKI berjumlah 63 orang yang mewakili hampir seluruh wilayah di Indonesia.
6. Pembentukan PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
BPUPKI dibubarkan oleh Jepang pada 7 Agustus 1945. Jepang membentuk Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Dokuritsu Junbi Iinkai untuk menindaklanjuti
BPUPKI. Anggota PPKI berjumlah 21 orang yang mewakili seluruh lapisan masyarakat
Indonesia. PPKI dipimpin oleh Ir. Soekarno dengan wakilnya Drs. Moh. Hatta serta
penasihatnya Ahmad Subarjo. Baca juga sejarah pembentukan PPKI, sejarah berdirinya
BPUPKI, dan sejarah pembentukan BPUPKI.
7. Kekosongan Kekuasaan di Indonesia
Pada tanggal 6 Agustus 1945, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom ke kota
Hiroshima, Jepang. Selanjutnya pada tanggal 9 Agustus, Jepang kembali dihancurkan dengan
bom atom yang dilepaskan oleh Amerika Serikat di kota Nagasaki, Jepang. Hal ini membuat
Jepang menyerah kalah kepada Sekutu pada tanggal 14 Agustus 1945. Momen ini
dimanfaatkan oleh Indonesia untuk memberanikan diri memproklamasikan kemerdekannya
oleh Tokoh Proklamator Kemerdekaan Indonesia.
Soekarno, Moh. Hatta, dan Radjiman Wedyodiningrat segera terbang ke Dalat setelah
mengetahui peristiwa pengeboman tersebut. Mereka mendapat kabar bahwa Jepang sedang
berada di ujung tanduk kekalahan dan akan memberikan hak kemerdekaan kepada rakyat
Indonesia. Marsekal Terauchi pada 12 Agustus 1945, di Vietnam, menyatakan bahwa Jepang
akan memberikan kemerdekaan kepada rakyat Indonesia. Jepang menginginkan Indonesia
memproklamasikan kemerdekaan pada 24 Agustus 1945.
8. Peristiwa Rengasdengklok
Sesampainya Hatta, Soekarno, dan Radjiman ke tanah air, Sutan Syahrir langsung
mendesak Soekarno agar memproklamasikan kemerdekaan. Ia menilai bahwa hasil
pertemuan di Dalat merupakan salah satu tipu muslihat pihak Jepang. Para golongan muda
mendesak golongan tua untuk memproklamasikan kemerdekaan sesegera mungkin. Bahkan
mereka menolah rapat yang dibentuk oleh PPKI. Para golongan muda hanya menginginkan
kemerdekaan Indonesia bukan karena hadiah dari Jepang.
Pada 16 Agustus 1945 dini hari, para golongan muda (Sukarni, Chaerul Saleh,
Shodanco Singgih, Wikana, dan lain sebagainya) menculik Soekarno dan Hatta ke
Rengasdengklok. Peristiwa ini lebih dikenal dengan nama Sejarah Peristiwa
Rengasdengklok yang bertujuan untuk menjaga agar Soekarno dan Hatta tidak dipengaruhi
oleh Jepang. Pada tanggal 17 Agustus 1945 dimulai pembacaan proklamasi oleh Ir. Soekarno
di kediamannya yakni Jalan Pegangsaan Timur 56. Soekarno membacakan teks proklamasi
dan langsung melakukan pidatonya yang bersemangat tanpa teks.
3. 4 Pilar Kebangsaan
Berikut adalah 4 pilar kebangsaan Indonesia:
1. Pancasila
Pancasila sebagai ideologi dan dasar negara. Sebagai dasar NKRI, Pancasila memiliki
fungsi sangat fundamental. Pancasila disebut sebagai sumber dari segala sumber
hukum. Sifat Pancasila yuridis formal maka mengharuskan seluruh peraturan
perundang-undangan berlandaskan pada Pancasila. Pancasila sebagai dasar filosofis
dan sebagai perilaku kehidupan. Artinya, Pancasila merupakan falsafah negara dan
pandangan atau cara hidup bagi bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai cita-cita nasional.
2. UUD 1945
Nilai-nilai luhur Pancasila tertuang dalam norma-norma yang terdapat dalam
Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945. Norma konstitusional UUD 1945 menjadi
acuan dalam pembangunan karakter bangsa. Keluhuran nilai dalam Pembukaan UUD
1945 menunjukkan komitmen bangsa Indonesia untuk mempertahankan pembukaan
dan bahkan tidak mengubahnya. Pembukaan UUD 1945 mengatur ketatanegaraan
Indonesia khususnya tentang bentuk negara dan sistem pemerintahan Nilainya sangat
tinggi bagi bangsa dan negara Indonesia sebab dalam Pembukaan UUD 1945 terdapat
rumusan dasar negara yaitu Pancasila.
3. Bhineka Tunggal Ika
Bhinneka Tunggal Ika bertujuan menghargai perbedaan atau keragaman namun tetap
bersatu dalam ikatan sebagai bangsa Indonesia. Tidak bisa dipungkiri, Indonesia
terdiri dari beragamnya suku, agama, ras dan antargolongan (SARA). Oleh sebab itu,
Bhinneka Tunggal Ika harus dapat menjadi penyemangat terwujudnya persatuan dan
kesatuan bangsa.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
NKRI Dalam Pasal 1 ayat 1 UUD 1945 disebutkan negara Indonesia adalah Negara
Kesatuan yang berbentuk republik. Dalam pembangunan karakter bangsa dibutuhkan
komitmen terhadap NKRI. Karakter yang dibangun pada manusia dan bangsa
Indonesia dalah karakter yang memperkuat dan memperkukuh komitmen terhadap
NKRI.
B. KEISLAMAN
1. Pengertian Aswaja
Ahlu Sunnah Wa al-Jamaah atau yang biasa disingkat dengan ASWAJA secara
bahasa berasal dari kata Ahlun yang artinya keluarga, golongan, dan pengikut.
Ahlussunnah berarti orang-orang yang mengikuti sunnah (perkataan, pemikiran atau amal
perbuatan Nabi Muhammad SAW). Sedangkan al Jama’ah adalah sekelompok orang
yang memiliki tujuan. Jika dikaitkan dengan madzhab mempunyai arti sekumpulan orang
yang berpegang berpegang teguh pada salah satu imam madzhab dengan tujuan
mendapatkan keselamatan dunia dan akhirat.
2. Nilai-Nilai Aswaja
Nilai-nilai dasar Aswaja yaitu tawasuth, tawazun, tasamuh, ta’adul
1. Tawasuth
Tawasuth berasal dari kata wasatho artinya tengah-tengah. Hal ini berarti memahami
segala bentuk ajaran Islam senantiasa berpedoman pada nilai-nilai kemoderatan
2. Tawazun
Tawazu mempunyai makna seimbang. Setiap langkah dalam sendi kehidupan
beragama senantiasa menggunakan prinsip keseimbangan. Hal ini juga sesuai dengan
konsep Islam dan rumusan Nilai Dasar Pergerakan
3. Tasamuh
Tasamuh mempunyai makna toleransi, artinya dalam menyikapi keberbedaan dan
kemajemukan yang ada baik suku, agama, ras, senantiasa dengan prinsip toleransi
4. Ta’adul
Ta’adul berasal dari kata “adala” yang artinya adil. Adil disini dimaknai bukan berarti
harus sama atau setara. Adil disini dimaknai sesuai pada tempat dan kebutuhannya
5. Rukun Islam
Rukun Islam (bahasa Arab: أركان اإلسالم, translit. arkān al-Islām) adalah lima tindakan
dasar dalam Islam, dianggap sebagai pondasi wajib bagi orang-orang beriman dan
merupakan dasar dari kehidupan Muslim. Kesemua rukun-rukun itu terdapat
pada hadits Jibril. Rukun Islam terdiri daripada lima perkara, yaitu:
o Syahadat: menyatakan tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad itu utusan Allah.
o Shalat: ibadah sembahyang lima waktu sehari.
o Zakat: memberikan 2,5% dari uang simpanan kepada orang miskin atau yang
membutuhkan.
o Saum: berpuasa dan mengendalikan diri selama bulan suci Ramadan
o Haji: pergi beribadah ke Mekkah, setidaknya sekali seumur hidup bagi mereka
yang mampu
Rukun Islam adalah lima tindakan dasar dalam Islam yang dianggap sebagai pondasi
wajib bagi orang-orang beriman.
6. Rukun Iman
Iman, bila ditinjau dalam bahasa arab, maka anda akan mendapatkan artinya yakni
percaya. Sedangkan apabila anda meninjaunya dalam segi istilah, maka anda akan
mendapatkan bahwa pengertian dari iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan
oleh lisan dan diwujudkan melalui perbuatan. Sedangkan dalam hadis, iman berarti
membenarkan secara batin.
Terdapat enam rukun iman, yang didasarkan pada ayat-ayat Jibril pada kitab
Shahih Bukhari dan Shahih Muslim yang diriwayatkan oleh Umar bin Khattab. Berikut
keenam rukun iman tersebut:
1. Iman kepada Allah
Cara beriman kepada Allah ada dua macam, yaitu beriman kepada Allah secara
rububuiah yang berarti bahwa tiada yang mampu mencipta, menguasai dan mengatur
alam semesta kecuali Allah. Dan secara uluhiah yang berarti bahwa tidak ada dzat
yang berhak disembah kecuali Allah dan mengingkari adanya tuhan lain selain Allah.
2. Iman kepada Malaikat
Sebagai makhluk yang selalu taat kepada perintah Allah, malaikat berhak di yakini
dan diakui keberadaannya. Salah satu cara untuk mengimani keberadaan malaikat
adalah dengan menghafalkan dan memahami nama maupun tugas dari masing-masing
malaikat Allah.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah
Allah telah menurunkan beberapa kitab yang berisi tentang wahyu dan petunjuk
kepada nabi ataupun rasul, sehingga dapat mereka jadikan petunjuk untuk para umat
dan pengikutnya. Berdasarkan Al Qur’an, Allah telah menurunkan empat buah kitab
melalui malaikat jibril ataupun secara langsung kepada masing-masing nabi dan rasul
Nya.
4. Iman kepada rasul
Salah satu cara mengimani nabi dan rasul Allah adalah dengan cara mempercayai
bahwa Allah telah mengutus manusia dengan segala kelebihannya untuk memberikan
petunjuk kepada kaumnya dan juga seluruh umat manusia di muka bumi ini untuk
beriman dan mengakui keesaan Allah Subhanallahu wa ta’ala.
5. Iman kepada hari akhir
Hari akhir atau disebut juga hari kiamat merupakan akhir dari seluruh kehidupan di
dunia. Pada saat itu, dunia dan seluruh isinya akan hancur secara berkeping-keping.
Tidak akan ada kehidupan satu pun baik manusia maupun makhluk gaib seperti
malaikat maupun iblis. Pada hari kiamat ini tidak akan ada satupun makhluk yang bisa
lolos dari kehancuran yang membinasakan.
6. Iman kepada qodho dan qodar
Qodho merupakan suatu keputusan atau nasib dari seseorang yang telah bersifat tetap
dan tidak bisa di ubah lagi, seperti hari kematian. Sedangkan qodar adalah takdir atau
nasib yang masih berupa perkiraan atau masih dapat diusahakan untuk diperbaiki atau
diarahkan ke arah yang lebih baik, dan tentunya atas izin Allah Subhanallahu wa
ta’ala, salah satunya adalah kapan rezeki akan di berikan.
C. KEMAHASISWAAN
1. Pengertian Mahasiswa
Mahasiswa secara harfiah berasal dari 2 buah kata Maha dan Siswa, Maha artinya
“besar” dan siswa artinya “orang yang sedang belajar di institusi” jadi dari definisi
tersebut mahasiswa memikul tanggung jawab besar dalam melaksanakan fungsina
sebagai kaum muda terdidik yang harus sadar akan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat
hari ini dan masa depan. Mahasiswa merupakan golongan generasi muda yang menuntut
ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa
terbangun oleh citra diri sebagai insan religius, insan dimnamis, insan sosial, dan insan
mandiri. Dari identitas mahasiswa tersebut terpantul tanggung jawab keagamaan,
intelektual, sosial kemasyarakatan, dan tanggung jawab individual baik sebagai hamba
Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan negara.
2. Fungsi Mahasiswa
Berikut fungsi-fungsi dari mahasiswa :
a. Sebagai Iron Stock
Iron Stock yang dimaksudkan disini adalah mahasiswa adalah aset atau harapan yang
berharga bagi masa depan suatu bangsa. Satu aset penting untuk melanjutkan pergerakan
suatu negara adalah mahasiswa yang merupakan generasi yang diharapkan mampu
menjadi pribadi yang tangguh yang memiliki kemampuan serta moralitas yang baik,
sehingga nantinya dapat menjadi pengganti bagi generasi-generasi sebelumnya.
b. Sebagai Guardian Of Value
Suatu masyarakat tentu memiliki tatanan nilai, hak dan kewajiban di dalamnya.
Mahasiswa dengan titel akademis dan iktelektualitasnya diharapkan selalu dapat menjaga
tatanan yang ada dalam masyarakat itu agar terus terpelihara.
c. Sebagai Agent Of Change
Sebagai agent of change, berarti mahasiswa merupakan salah satu agen pembawa
perubahan bagi kebaikan bangsa dan negara kedepannya. Perubahan yang diharapkan ini
dapat diwujudkan dengan mengakomodasikan berbagai sudut pandang yaitu faktor
materialistik seperti teknologi dan faktor-faktor ideologis. Tentu saja, perubahan yang
diharapkan terjadi tidak akan pernah bisa dilakukan secara instan. Semua itu melalui
proses yang seyogyanya dimulai dari diri sendiri hingga meluas ke seluruh sasaran yang
diharapkan.
d. Sebagai Social Control
Fungsi mahasiswa sebagai social control diwujudkan melalui mahasiswa bertindak
sebagai penengah antara pemerintah dan masyarakat, dimana mahasiswa sebagai
penyampai pendapat dan aspirasi masyarakat kepada pemerintah dan mahasiswa juga
harus menyampaikan dengan baik kebijakan dari pemerintah kepada masyarakat.
4. Sejarah NKK/BK
Setelah gerakan mahasiswa 1978, praktis tidak ada gerakan besar yang dilakukan
mahasiswa selama beberapa tahun akibat diberlakukannya konsep Normalisasi
Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan (NKK/BKK) oleh pemerintah
secara paksa. Kebijakan NKK dilaksanakan berdasarkan SK No.0156/U/1978 sesaat
setelah Dooed Yusuf dilantik tahun 1979. Konsep ini mencoba mengarahkan mahasiswa
hanya menuju pada jalur kegiatan akademik, dan menjauhkan dari aktivitas politik karena
dinilai secara nyata dapat membahayakan posisi rezim. Menyusul pemberlakuan konsep
NKK, pemerintah dalam hal ini Pangkopkamtib Soedomo melakukan pembekuan atas
lembaga Dewan Mahasiswa, sebagai gantinya pemerintah membentuk struktur
keorganisasian baru yang disebut BKK. Berdasarkan SK menteri
P&K No.037/U/1979 kebijakan ini membahas tentang Bentuk Susunan Lembaga
Organisasi Kemahasiswaan di Lingkungan Perguruan Tinggi, dan dimantapkan dengan
penjelasan teknis melalui Instruksi Dirjen Pendidikan Tinggi tahun 1978 tentang pokok-
pokok pelaksanaan penataan kembali lembaga kemahasiswaan di Perguruan Tinggi.
Kebijakan BKK itu secara implisif sebenarnya melarang dihidupkannya kembali
Dewan Mahasiswa, dan hanya mengijinkan pembentukan organisasi mahasiswa tingkat
fakultas (Senat Mahasiswa Fakultas-SMF) dan Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas
(BPMF). Namun hal yang terpenting dari SK ini terutama pemberian wewenang
kekuasaan kepada rektor dan pembantu rektor untuk menentukan kegiatan mahasiswa,
yang menurutnya sebagai wujud tanggung jawab pembentukan, pengarahan, dan
pengembangan lembaga kemahasiswaan.
Dengan konsep NKK/BKK ini, maka peranan yang dimainkan organisasi intra dan
ekstra kampus dalam melakukan kerjasama dan transaksi komunikasi politik menjadi
lumpuh. Ditambah dengan munculnya UU No.8/1985 tentang Organisasi
Kemasyarakatan maka politik praktis semakin tidak diminati oleh mahasiswa, karena
sebagian Ormas bahkan menjadi alat pemerintah atau golongan politik tertentu. Kondisi
ini menimbulkan generasi kampus yang apatis, sementara posisi rezim semakin kuat.
Jalur perjuangan lain ditempuh oleh para aktivis mahasiswa dengan memakai
kendaraan lain untuk menghindari sikap represif pemerintah, yaitu dengan meleburkan
diri dan aktif di Organisasi kemahasiswaan ekstra kampus seperti HMI (himpunan
mahasiswa islam), PMII (Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), GMNI (Gerakan
Mahasiswa Nasional Indonesia), PMKRI (Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik
Indonesia), GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia) atau yang lebih dikenal
dengan kelompok Cipayung. Mereka juga membentuk kelompok-kelompok diskusi dan
pers mahasiswa.
D. KEPMIIAN
1. Makna PMII
Kata 'Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia' jika diuraikan lebih lanjut adalah:
1. Pergerakan berarti dinamis, gerak yang terus-menerus. Pergerakan meniscayakan
dinamisasi, tidak boleh stagnan (berhenti beraktivitas) dan beku, beku dalaam pengertian
kaku, tidak kreatif-inovatif. Prasyarat kreatif-inovatif adalah kepekaan dan kekritisan, dan
kekritisan butuh kecerdasan. Pergerakan bukan hanya menerangkan suatu
perkumpulan/organisasi tetapi juga menerangkan sifat dan karakter organisasi itu sendiri.
2. Mahasiswa adalah sebutan orang-orang yang sedang melakukan studi di perguruan
tinggi, dengan predikat sebutan yang melekat, mahasiswa sebagai 'wakil' rakyat, agen
perubahan, komunitas penekan terhadap kebijaakan penguasa dll
3. Islam, Agama Islam yang dijadikan basis landasam sekaligus identitas bahwa PMII
adalah organisasi mahasiswa yang berlandaskan agama. Karenanya jelas bahwa rujukan
PMII adalah kitab suci agama Islam ditambah dengan rujukan selanjutnya, sunnah nabi
dan para sahabat, yang itu terangkum dalam pemahaman jumhur, yaitu ahlussunnah
waljama'ah. Jadi Islam ala PMII adalah Islam yang mendasarkan diri pada aswaja
--dengan varian didalamnya-- sebagai landasan teologis (keyakinan keberagamaan).
4. Indonesia. Kenapa founding fathers PMII memasukkan kata 'Indonesia' pada organisasi
ini, tidak lain untuk menunjukkan sekaligus mengidealkan PMII sebagai organisasi
kebangsaan, organisasi mahasiswa yang berpandangan nasionalis, punya tanggung-jawab
kebangsaan, kerakyataan dan kemanusiaan.
2. Tujuan PMII
Tujuan PMII berdasarkan Anggaran Dasar Pergeraan Mahasiswa Islam Indonesia
pada BAB IV Pasal 4 :
Terbentuknya pribadi muslim Indonesia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berbudi
luhur, berilmu, cakap, dan bertanggung jawab dalam mengamalkan ilmunya dan
komitmen memperjuangkan cita-cita kemerdekaan Indonesia
3. Sejarah berdirinya PMII
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Indonesian Moslem Students Movement)
atau yang disingkat PMII, dalam bahasa jawanya adalah Anak Cucu organisasi NU yang
lahir dari rahim Departemen perguruan Tinggi IPNU.
Lahirnya PMII bukannya berjalan mulus, banyak sekali hambatan dan rintangan.
Hasrat mendirikan organisasi NU sudah lama bergolak. namun pihak NU belum
memberikan green light. Belum menganggap perlu adanya organisasi tersendiri buat
mewadahi anak-anak NU yang belajar di perguruan tinggi. melihat fenomena yang ini,
kemauan keras anak-anak muda itu tak pernah kendur, bahkan semakin berkobar-kobar
saja dari kampus ke kampus. hal ini bisa dimengerti karena, kondisi sosial politik pada
dasawarsa 50-an memang sangat memungkinkan untuk lahirnya organisasi baru. Banyak
organisasi Mahasiswa bermunculan dibawah naungan payung induknya. misalkan saja
HMI yang dekat dengan Masyumi, SEMI dengan PSII, KMI dengan PERTI, IMM
dengan Muhammadiyah dan Himmah yang bernaung dibawah Al-Washliyah. Wajar saja
jika kemudiaan anak-anak NU ingin mendirikan wadah tersendiri dan bernaung dibawah
panji bintang sembilan, dan benar keinginan itu kemudian diwujudkan dalam bentuk
IMANU (Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) pada akhir 1955 yang diprakarsai oleh
beberapa tokoh pimpinan pusat IPNU.
Namun IMANU tak berumur panjang, dikarenakan PBNU menolak
keberadaannya. ini bisa kita pahami kenapa NU bertindak keras. sebab waktu itu, IPNU
baru saja lahir pada 24 Februari 1954. Apa jadinya jika organisasi yang baru lahir saja
belum terurus sudah menangani yang lain? hal ini logis seakli. Jadi keberatan NU bukan
terletak pada prinsip berdirinya IMANU ( PMII ), tetapi lebih pada pertimbangan waktu,
pembagian tugas dan efektifitas organisasi.
Oleh karenanya, sampai pada kongres IPNU yang ke-2 (awal 1957 di pekalongan)
dan ke-3 (akhir 1958 di Cirebon). NU belum memandang perlu adanya wadah tersendiri
bagi anak-anak mahasiswa NU. Namun kecenderungan ini sudah mulai diantisipasi dalam
bentuk kelonggaran menambah Departemen Baru dalam kestrukturan organisasi IPNU,
yang kemudian departemen ini dikenal dengan Departemen Perguruan Tinggi IPNU.
Dan baru setelah konferensi Besar IPNU (14-16 Maret 1960 di kaliurang),
disepakati untuk mendirikan wadah tersendiri bagi mahsiswa NU, yang disambut dengan
berkumpulnya tokoh-tokoh mahasiswa NU yang tergabung dalam IPNU, dalam sebuah
musyawarah selama tiga hari (14-16 April 1960) di Taman Pendidikan Putri
Khadijah(Sekarang UNSURI) Surabaya. Dengan semangat membara, mereka membahas
nama dan bentuk organisasi yang telah lama mereka idam-idamkan.
Bertepatan dengan itu, Ketua Umum PBNU KH. Idam Kholid memberikan lampu
hijau. Bahkan memberi semangat pada mahasiswa NU agar mampu menjadi kader partai,
menjadi mahasiswa yang mempunyai prinsip: Ilmu untuk diamalkan dan bukan ilmu
untuk ilmu…maka, lahirlah organisasi Mahasiswa dibawah naungan NU pada tanggal
17 April 1960. Kemudian organisasi itu diberi nama Pergerakan Mahasiswa Islam
Indonesia ( PMII ).
5. Trilogi PMII
CITRA DIRI MAHLUK ULUL ALBAB
Kader PMII Dapat Mewujudkan:
Tri Motto: Dzikir, Fikir, Amal Sholeh
Tri Khidmad: Taqwa, Intelektual, Profesional
Tri Komitmen: Kebenaran, Kejujuran, Keadilan
6. Paradigma PMII
Sepanjang sejarah PMII dari Tahun 80an hingga 2010, ada 3 (tiga) Paradigma yang telah
dan sedang digunakan. Berikut ada beberapa jenis paradigma yang disinggung pada
pembahasan di atas:
a. Paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran
Nalar gerak PMII secara teoritik mulai terbangun secara sistematis pada masa
kepengurusan Muhaimin Iskandar (Ketum) dan Rusdin M. Noor (sekjend) 1994-1997.
Untuk pertama kalinya istilah paradigma yang populer dalam bidang sosiologi digunakan
dalam PMII.
Paradigma pergerakan dirasa mampu untuk menjawab kegerahan anggota pergeraan yang
gerah dengan situasi sosial-politik nasional. Era pra reformasi di PMII menganut
paradigma Arus Balik Masyarakat Pinggiran. Paradigma ini muncul dikarenakan
restrukturisasi yang dilakukan orde baru telah menghasilkan format poltik baru yang ciri-
ciri umumnya tidak jauh berbeda dengan negara-negara kapitalis pinggiran (peripheral
capitalist state) di beberapa negara Amerika Latin dan Asia.
b. Paradigma Kritis Transformatif
Pada periode sahabat Saiful Bahri Anshari (1997-2000) diperkenalkan paradigma Kritis
Transformatif. Pada hakikatnya, prinsip-prinsip dasar paradigma ini tidak jauh berbeda
dengan paradigma Arus Balik. Titik bedanya terletak pada kedalaman teoritik serta
pengambilan eksemplar-eksemplar teori kritis madzhab Frankfurt serta krtisisme
intelektual muslim seperti, Hasan Hanafi, Ali Asghar Enginer, Muhammad Arkoun dll.
Di lapangan terdapat konsentrasi pola yang sama dengan PMII periode sebelumnya,
gerakan PMI terkonsentrasi di aktivitas jaanan dan wacana kritis. Semangat perlawanan
terhadap negara dan dengan kapitalisme global masih mewarnai gerakan PMII.
c. Paradigma Menggiring Arus, Berbasis Realitas
Pada masa kepengurusan sahabat Heri Harianto Azumi (2006-2008) secara massif,
paradigma gerakan PMII masih kental dengan nuansa perlawanan frontal baik baik
terhadap negara maupun terhadap kekuatan kapitalis internasional. Sehingga ruang taktis-
strategis dalam kerangka cita-cita gerakan yang berorientasi jangka panjang justru tidak
memperoleh tempat. Aktifis-aktifis PMII masih mudah terjebak larut dalam persoalan
temporal-spasial, sehingga perkembangan internasional yang sangat berpengaruh
terhadap arah perkembangan Indonesia sendiri sulit dibaca. Dalam kalimat lain, dengan
energi yang belum seberapa, aktifis PMII sering larut pada impian membendung dominasi
negara dan ekspansi neoliberal saat ini juga. Efek besarnya, upaya strategis untuk
mengakumulasikan kekuatan justru masih sedikit dilakukan.
Bentuk
Perisai berarti ketahanan dan keampuhan mahasiswa islam terhadap berbagai
tantangan dan pengaruh dari luar.
Bintang adalah perlambang ketinggian dan semangat cita-cita yang selalu memancar.
5 (lima) bintang sebelah atas, menggambarkan Rasulullah dengan empat sahabat
terkemuka (Khulafa’ur Rasyidin)
4 (empat) bintang sebelah bawah menggambarkan empat madzhab yang berhaluan
Ahlussunnah Wal Jama’ah.
9 (sembilan) bintang secara keseluruhan dapat berarti ganda, yaitu:
a. Rasulullah dengan empat orang sahabatnya serta empat imam madzhab ASWAJA
itu laksana bintang yang selalu bersinar cemerlang, mempunyai kedudukan tinggi
dan penerang umat manusia.
b. Sembilan bintang juga menggambarkan sembilan orang pemuka penyebar Agama
Islam di Indonesia yang disebut Wali Songo.
Warna
Biru, sebagaimana tulisan PMII, berarti kedalaman ilmu pengetahuan yang harus
dimiliki dan digali oleh warga pergerakan, biru juga menggambarkan lautan Indonesia
yang mengelilingi kepulauan Indonesia dan merupakan kesatuan wawasan nusantara.
Biru muda, sebagaimana dasar perisai sebelah bawah berarti ketinggian ilmu, budi
pekerti dan taqwa.
Kuning, sebagaimana perisai sebelah atas, berarti identitas mahasiswa yang menjadi
sifat dasar pergerakan, lambang kebesaran dan semangat yang selalu menyala serta
penuh harapan menyongsong masa depan.
8. Struktur PMII
Pengurus Besar
Ketua : Agus Mulyono Herlambang
Pengurus Koordinator Cabang (Jawa Timur)
Ketua : Abdul Goni
Pengurus Cabang (Kota Malang)
Ketua : Sena Kogam M.N.V.I
Pengurus Komisariat (PK PMII Sunan Kalijaga Malang)
Ketua : Fitrah Izul Falaq
Pengurus Rayon
Bersemilah, Bersemilah
Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita Tunas PMII
Pembela bangsa, penegak agama Tumbuh subur, tumbuh Subur
Tangan terkepal dan maju kemuka Kader PMII
Habislah sudah masa yang suram Masa depan Kita rebut
Selesai sudah derita yang lama Untuk meneruskan perjuangan
Bangsa yang jaya Islam yang benar Bersemilah, bersemilah
kaulah harapan bangsa
Bangun tersentak dari bumiku subur Bersemilah, Bersemilah
*Reff : Tunas PMII
Denganmu PMII Tumbuh subur, tumbuh Subur
Pergerakanku Kader PMII
Ilmu dan bakti, ku berikan Masa depan Kita rebut
Untuk meneruskan perjuangan
Adil dan makmur kuperjuangkan Bersemilah, bersemilah
Untukmu satu tanah airku kaulah harapan bangsa
Untukmu satu keyakinanku
Inilah kami wahai Indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju kemuka
Rujukan
Admin. 2011. Sejarah Pergerakan Mahasiswa Era NKK/BKK, (Online).
https://skb2011.wordpress.com/2011/11/08/sejarah-pergerakan-mahasiswa-
era-nkkbkk/, diakses pada 10 Maret 2020
Penakhkluk, Sang. 2012. Ahlu as Sunnah wa al-Jama’ah, (Online).
https://pmiipenaklukadawiyah.wordpress.com/2012/11/05/ahlu-as-sunnah-
wal-jamaah-aswaja/, diakses 10 Maret 2020
Kusumaningsih, Asih. 2017. 8 Peristiwa Sejarah di Indonesia Sebelum
MerdekaTerlengkap,(Online).
https://sejarahlengkap.com/indonesia/kemerdekaan/peristiwa-sejarah-di-
indonesia-sebelum-merdeka, diakses 10 Maret 2020
Shiddiq,Ahmad.2013.ParadigmaPMII,(Online).
http://materipmii.blogspot.com/2013 /10/paradigma-pmii.html, diakses 10
Maret 2020
Modul Mapaba Raya Tahun 2020
Modul Mapaba Raya 2021