Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI

Penggunaan dan Perawatan Centrifuge

OLEH:
Mahasiswa Analis Kesehatan
SEMESTER II

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
D III JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
Penggunaan dan Perawatan Centrifuge
Tanggal Praktikkum : 18 Maret 2013
Tempat Praktikkum : Laboratorium Analis Kesehatan

I. Tujuan
1.1. Umum
1. Mengetahui jenis instrument laboratorium serta memahami prinsip kerjanya.
2. Menggunakan, memelihara, dan mengkalibrasi serta memperbaiki kerusakan
ringan instrument tersebut.
1.2. Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja centrifuge.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja centrifuge.
3. Mahasiswa mengetahui cara pemeliharaan dan perawatan centrifuge.

II. Dasar Teori


Centrifuge adalah sebuah mesin putar dengan gaya putar atau centrifugasi
terdiri dari rangkaian terpadu yaitu Elektrik dan Mekanik. Dalam elektriknya terdapat
adanya sebuah motor penggerak yang terhubung dalam sumber tegangan listrik yang
menggerakan rangkaian mekanik yang sudah disusun dengan berbagai ukuran, jumlah
tempat tabung sampel dan jarak tertentu, dimana pabrikasi tersebut sudah disesuaikan
dengan perkembangan kebutuhan di bidang laboratorium ilmu kesehatan.
Dalam kerja centrifuge, sampel yang dikehandaki ditimbang (sesuai
kebutuhan dan ukuran tabung) dimasukan dalam tempat tabung pada centrifuge, agar
putaran berimbang maka harus diseimbangkan antara sisi kanan dan kiri tempat tabung,
penyeimbang bisa saja menggunakan tabung sampel yang diisi dan sudah disamakan
ukuran dan beratnya, sehingga putaran kerja motor penggerak berimbang oleh beban.
Melakukan putaran gerak sesuai yang direncanakan dengan ukuran putar RPM (Rotation
Per Menit), ukuran RPM dari pabrikasi biasanya sudah dibatasi dalam range tertentu,
misal 500-3000 Rpm, Haematrocit centrifuge 1500–10.000 Rpm, dan sebagainya.
Ada beberapa klasifikasi centrifuge menurut jenisnya, antara lain :
1. General Purpose Centrifuge
Model biasanya adalah tabletop (bisa diletakkan di atas meja) yang dirancang untuk
pemisahan sampel urine, serum atau cairan lain dari bahan padat yang tidak larut.
Centrifuge ini biasanya berkecepatan 0-3000 rpm, dan bisa menampung sampel dari
5-100 ml.
2. Micro Centrifuge
Atau disebut juga microfuges, memutar microtubes khusus pada kecepatan tinggi.
Volume micotubes berkisar 0.5-2.0 ml.
3. Speciality Centrifuge
Yaitu centrifuge yang dipakai untuk keperluan yang lebih spesifik. Seperti
microhematocrit centrifuges dan blood bank centrifuges, yang dirancang untuk
pemakaian spesifik di laboratorium klinik. Microhematocrit centrifuge adalah
merupakan variasi dari microcentrifuge yang dapat menampung sampel kapiler
untuk pengukuran volume hematocrit pack cell, sedangkan Blood Bank Centrifuge
adalah centrifuge yang dipakai di bank darah dan serologi yang dirancang untuk
memisahkan sampel serologis dalam tabung.
Jenis lain adalah centrifuge berkecepatan tinggi, yaitu ultracentrifuges dan
refrigerated centrifuges. Centrifuge berkecepatan tinggi berputar pada kecepatan 0-
20.000 rpm dan ultracentrifuge berputar pada kecepatan di atas 50.000 rpm. Kebanyakan
centrifuge ini dilengkapi dengan sistem pendinginan untuk menjaga sampel tetap dingin
selama sentrifugasi. Centrifuge ini lazim dipakai di laboratorium penelitian.
Jenis-jenis rotor pada centrifuge :
1. Swing Out / Horizontal Rotor
 Keuntungan
Menghasilkan butiran endapan yang terdistribusi merata, dapat disesuaikan
dengan berbagai tabung, bisa untuk volume tunggal yang besar.
 Kerugian
Kecepatannya terbatas, menimbulkan gesekan yang tinggi (bunyi,panas,
kecepatannya lambat), ada bagian bergerak yang lebih banyak.
2. Fixed Angle Rotor
Keuntungan: Bisa berkecepatan tinggi.
III. Alat dan Bahan
3.1. Alat
1. Centrifuge.
2. Tabung centrifuge.
3. Beaker glass
3.2. Bahan
1. Sampel: AgNO3 dan NaCl
2. Aquadest

IV. Cara Kerja


4.1. Penggunaan Centrifuge
1. Hidupkan alat dengan menekan power on.
2. Atur kecepatan dan waktu yang diinginkan. Untuk alat yang sudah
deprogram, apabila mengubah kecepatan dan waktunya program disesuaikan.
3. Masukan tabung yang akan di centrifuge dengan posisi yang seimbang,
saling berhadapan.
4. Jika semua tabung sudah masuk, tutup penutupnya lalu tekan start.
5. Alat akan memutar secara otomatis, dan apabila sudah selesai dan alat alat
akan berhenti secara otomatis.
6. Tkan stop dan buka penutupnya lalu ambil tabung-tabung yang sudah di
centrifuge.
7. Jika alat selesai digunakan, matikan alat dengan menekan power off.

4.2. Perawatan Centrifuge


1. Penempatan sampel harus dalam keadaan seimbang dan simetris hal ini untuk
menjaga agar putaran tidak bergetar dan alat akan berumur lama.
2. Jangan letakkan alat terlalu dekat dengan tembok di belakangnya, karena ada
ventelasi aliran udara.
3. Untuk perawatan, bersihkan alat hanya dengan lap bersih atau lap yang
dibasahi air kemudian lap dengan kain kering setiap selesai kerja.
4. Lumasi bagian engsel tutup dengan pelumas setiap bulan sekali.
V. Hasil Pengamatan
Penutup
centrifu
ge

Layar Tombol
speed “on
Tombol
Layar “off”
time

Gambar 5.1. Centrifuge


Tombol Tombol tertutup
speed timer
control

Tabung
centrifuge
berbentuk Tabung
runcing centrifuge
berbentuk
bulat

Gambar 5.2. Tabung


Centrifuge

VI. Pembahasan
Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan partikular padat dalam
cairan. Salah satu parameter penting dalam pemisahan dengan alat ini adalah kecepatan
(speed) yang digunakan. Cara kerja alat ini adalah dengan gaya centrifugal yang
dibutuhkan oleh rotor (pemutar tabung centrifuge). Pada rotor, terdapat tempat untuk
meletakkan tabung centrifuge. Rotor ini akan berputar dengan kecepatan sesuai seperti
yang ditentukan dengan waktu tertentu. Putaran rotor tersebutlah yang akan memaksa
partikel padat untuk terkumpul/mengendap di dasar tabung centrifuge. Alat ini bekerja
dengan menggunakan prinsip sedimentasi, dimana percepatan centrifugal menyebabkan
zat yang lebih padat akan mengendap di dasar tabung. Dengan cara yang sama, benda
ringan akan cenderung bergerak ke atas tabung (melayang). Gaya centrifugal yang
dihasilkan berasal dari putaran motor listrik (rotor) yang mendapatkan supply. Semakin
tinggi putaran motor, maka semakin besar gaya centrifugal yang dihasilkan, begitu juga
sebaliknya.
Pada centrifuge yang digunakan pada praktikkum kali ini berjenis Genelar
Purpose Centrifuge dan terdapat 8 buah lubang pada rotor yang digunakan sebagai
tempat dari tabung centrifuge. Terdapat pula bantalan pada dasar tempat tabung tersebut.
Bantalan tersebut berfungsi sebagai penyangga tabung centrifuge, sehingga tidak akan
pecah ketika rotor berputar dengan kecepatan tinggi karena adanya getaran yang keras.
Adapun bagian-bagian dari centrifuge, yaitu:

1 Rotor Adalah sebuah alat mekanik yang berputar. Dalam hal ini,
selain sebagai alat yang berputar, pada rotor juga terdapat
lubang-lubang yang digunakan sebagai tempat
meletakkan tabung centrifuge.
2 Tombol “on” Untuk menghidupkan alat.
3 Tombol “off” Untuk menghidupkan alat.
4 Tombol “speed Untuk mengatur kecepatan putar rotor.
control”
5 Tombol “timer” Untuk mengatur waktu putar rotor.
6 Layar speed Untuk mengontrol/menunjukkan kecepatan rotor yang
sedang berputar.
7 Layar time Untuk menunjukkan/mengontrol waktu yang masih
dibutuhkan
Centrifuge merupakan alat semi kualitatif dan kuantitatif. Dikatakan demikian
karena centrifuge digunakan untuk mengamati secara kualitatif perpisahan/mendapatkan
pisahan dari padatan yang terdapat dalam cairan, namun alat ini menggunakan parameter
waktu dan kecepatan yang merupakan parameter kuantitatif.
Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
centrifuge, yaitu:
1. Centrifuge butuh alat pendingin. Hal tersebut dikarenakan oleh perputaran dengan
kecepatan tinggi oleh centrifuge menimbulkan getaran yang keras, yang geteran
tersebut kemudian akan menghasilkan panas. Sehingga alat pendingin dibutuhkan
untuk menjaga suhu alat agar tidak meningkat drastis, begitu pula dengan suhu
sampel yang di-centrifuge, karena suhu sampel juga akan meningkat dengan adanya
benturan-benturan antar partikel.
2. Peletakkan tabung centrifuge yang berisi sampel harus dalam posisi seimbang
(jumlah genap), dengan isi yang sama dalam tiap tabungnya. Karena, apabila tidak
demikian, akan timbul ketidakseimbangan atau ketidakstabilan pada rotor yang
menyebabkan kecelakaan pada alat (tabung pecah, alat rusak, rotor rusak, dll).

Pembahasan Diskusi
1. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis centrifuge?
a) General Purpose Centrifuge
- Kelebihan: dapat digunakan untuk segala macam spesimen (darah, urine,
larutan tertentu, dll).
- Kekurangan: tidak terdapat spesifikasi
b) Micro Centrifuge
- Kelebihan: dapat memutar sampel dengan kecepatan yang sangat tinggi,
sehingga membutuhkan waktu yang sedikit.
- Kekurangan: hanya dapat menampung sedikit sampel dan hanya dapat
digunakan untuk sampel yang boleh diputar dengan kecepatan tinggi.
c) Speciality Centrifuge
- Kelebihan: memiliki spesifikasi yang jelas dengan kecepatan dan waktu yang
pasti.
- Kekurangan: hanya dapat digunakan untuk 1 jenis sampel.

2. Apa fungsi mesin pendingin dari centrifuge?


Fungsi dari mesin pendingin tersebut adalah untuk menjaga suhu alat dan sampel
yang sedang diputar oleh rotor, agar tidak menjadi terlalu pantas sehingga dapat
menyebabkan pecahnya tabung centrifuge.

3. Apa pengaruh yang terjadi jika sampel yang telah memiliki ukuran kecepatan
tertentu, kecepatannya ditambah atau dikurangi?
Akibat dari penambahan dan pengurangan kecepatan tersebut adalah tidak
maksimalnya hasil kerja dari centrifuge, karena standar kecepatan yang telah
ditetapkan pada alat untuk sampel tertentu pastinya telah mempertimbangkan ±
massa zat yang akan diendapkan, maka kecepatan dan waktu yang dibutuhkan rotor
pun telah diperkirakan. Jika melebihi dari kecepatan yang telah ditetapkan, akan
menyebabkan tabung pecah, karena tekanan oleh putaran rotor akan terus ada
walaupun partikel-partikel padat dalam sampel telah sepenuhkan terendapkan.
Namun jika kecepatan dikurangi, maka kemungkinan besar partikel padat pada
sampel masih bercampur dengan cairan.

4. Apakah boleh centrifuge untuk urine digunakan untuk sampel lain seperti darah atau
feses?
Tidak, karena pada centrifuge speciality biasanya telah tercantum dan ditentukan
kecepatan beserta waktu yang dapat diproses, begitu juga untuk centrifuge spesial
untuk urine. Penjelasan pada soal nomor 3 juga berlaku pada pertanyaan ini.

5. Bagaimana cara mengkalibrasi centrifuge?


a) Mengkalibrasi kecepatan (± 5% rpm)
- Ujung suatu kabel dikaitkan pada kumparan motor di dalam alat dan ujung
lainnya dihubungkan dengan alat tachometer.
- Diseting kecepatan (rpm) pada kecepatan yang paling sering digunakan.
- Dicatat rpm yang ditunjukkan oleh tachometer.
- Diulangan proses di atas beberapa kali, kemudian dicari rata-ratanya.
b) Mengkalibrasi timer (± 10% waktu)
- Diseting waktu pada waktu yang sering digunakan.
- Dijalankan alat dibarengi dengan dijalankannya stopwacth.
- Pada saat centrifuge berhenti, dimatikan stopwatch dan dicatat waktu yang
ditunjukkan.
- Diulangi beberapa langkah di atas, kemudian dicari rata-ratanya.
c) Mengkalibrasi suhu (± 10% suhu)
- Menggunakan termometer standar/bersertifikat.

6. Apa saja gangguan yang dapat dialami dalam penggunaan centrifuge?


- Sampel yang tidak seimbang
- Perputaran rotor yang tidak seimbang.
- Tidak ada bantalan pada tempat tabung centrifuge.
- Menempelnya kotoran pada tabung atau rotor centrifuge.
- Getaran pada tempat peletakkan alat.

7. Apa yang dapat menyebabkan tabung centrifuge pecah pada saat di-centrifuge?
- Panas berlebih, dapat terjadi karena tidak ada alat pendingin.
- Waktu dan kecepatan yang diseting berlebih dari yang seharusnya.
- Ketidak seimbangan pada rotor, dapat terjadi karena adanya kotoran pada
rotor atau tabung centrifuge, volume sampel yang tidak sama, dan kerusakan
pada alat misalnya sampel tidak mendapatkan gaya sentrifugal yang sama
besar.
- Luas penampang tabung yang tidak sesuai dengan tempatnya.
- Kondisi tabung yang kurang baik.

8. Jika tabung centrifuge rusak, apakah centrifuge masih dapat digunakan?


Masih. Tabung dapat dibeli lepasan (tanpa membeli alat centrifuge).

9. Bagaimana hubungan dari jenis sampel dan kecepatan yang digunakan?


Kecepatan dapat ditentukan dari massa partikel dalam larutan. Hubungannya adalah,
semakin besar massa maka semakin besar pula kecepatan dan waktu yang
dibutuhkan. Namun semakin besar massa partikel tersebut, maka semakin kecil
kecepatan dan waktu yang dibutuhkan.

VII. Kesimpulan
1. Prinsip kerja centrifuge adalah menggunakan prinsip sedimentasi, dimana
percepatan centrifugal menyebabkan zat yang lebih padat akan mengendap di
dasar tabung. Dengan cara yang sama, benda ringan akan cenderung bergerak ke
atas tabung (melayang). Gaya centrifugal yang dihasilkan berasal dari putaran
motor listrik (rotor) yang mendapatkan supply. Semakin tinggi putaran motor,
maka semakin besar gaya centrifugal yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya.
2. Cara penggunaan centrifuge yaitu, dengan menekan tombol “on”, kemudian
mengatur kecepatan dan waktu putar rotor, meletakkan tabung centrifuge pada
rotor dengan posisi seimbang (saling berhadapan), menutup centrifuge kemudia
menekan tombol start. Setelah rotor selesai berputar, menekan tombol “stop” lalu
membuka penutupnya, kemudian mengambil tabung yang telah dicentrifuge.
Menekan tombol “off”.
3. Beberapa cara perawatan centrifuge
- Dalam penggunaannya, sampel yang dicentrifuge harus berjumlah genap
dengan posisi peletakkan seimbang (saling berhadapan).
- Setelah dan sebelum penggunaan, alat dibersihkan.
- Jangan diletakkan dekat tembok atau benda lainnya saat digunakan (jarak
minimal 15 cm).
- Bagian engsel diberi pelumas setiap bulan.

Daftar Pustaka

Wahyu Candra Kurniawan. 2011. Centrifuge. Online. http://www.google.co.id/tanya/thread?


tid=7cee64f1706087f7. Diakses pada 22 Juni 2013.
Setyawan. 2011. Centrifuge. Online. http://as6tya.wordpress.com/2011/06/15/centrifuge/.
Diakses pada 22 Juni 2013.
Anonim. 2013. Rotor. Online. http://id.wikipedia.org/wiki/Rotor. Diakses pada 22 Juni 2013.
Elian. 2013. Centrifuge. Online. http://yurryelian.blogspot.com/2013/04/centrifuge.html.
Diakses pada 22 Juni 2013.
LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 18 Maret 2013


Praktikan

an.Mahasiswa Analis Kesehatan Semester II

Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) (Jannah Sofi Yanty, S.Si)

Pembimbing 3

(A. A. Ngurah Putra R. Prasetya, S.Farm.,Apt)

PENGGUNAAN TURBIDITY METER DAN


PERAWATANNYA
Oleh :
Jurusan : DIII Analis Kesehatan
Semester : II

KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013

PENGGUNAAN TURBIDITY METER DAN


PERAWATANNYA

Hari/ tanggal : Senin/ 18 Maret 2013


Tempat : Laboratorium Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar

I. TUJUAN
a. Umum
1. Mengetahui jenis instrumen laboratorium serta memahami prinsip kerjanya.
2. Menggunakan, memelihara dan mengkalibrasi serta memperbaiki kerusakan
ringan.

b. Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja turbidimeter.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan turbidimeter.
3. Mahasiswa mengetahui cara pemeliharaan dan perawatan turbidimeter.

II. DASAR TEORI


Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-
kondisi lainnya konstan.
Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas
berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung. juga
pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat
tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang
gelombangnya (Endrah, 2012).
Turbiditas merupakan pengukuran optik dari hamburan sinar yang dihasilkan.
Hamburan sinar terjadi karena interaksi antara sinar yang diberikan dengan partikel
suspensi yang terdispersi dalam larutan. Partikel-partikel suspensi tersebut dapat berupa
lempung alga, material organik, mikroorganisme, material koloid dan bahkan molekul
besar sekalipun seperti tannin dan lignin (Reski, 2011).
Metode yang biasa digunakan untuk mengukur turbiditas suatu larutan adalah
turbidimetri dengan alat turbidimeter. Dasar dari analisis turbidimetri adalah
pengukuran intensitas cahaya yang ditranmisikan sebagai fungsi dari konsentrasi fase
terdispersi, bilamana cahaya dilewatkan melalui suspensi maka sebagian dari energi
radiasi yang jatuh dihamburkan dengan penyerapan, pemantulan, dan sisanya akan
ditranmisikan (Alamkun,2010).
Prinsip umum dari alat turbidimeter adalah sinar yang datang mengenai suatu
partikel ada yang diteruskan dan ada yang dipantulkan, maka sinar yang diteruskan
digunakan sebagai dasar pengukuran(Day and Underwood, 2002). Di bawah ini adalah
salah satu contoh turbidimeter beserta aksesoris lainnya (Azizah, 2012).

III. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. Turbidimeter
2. Tabung sampel (kuvet)
3. Gelas beaker

b. Bahan
1. Larutan standar
2. Tissue
3. Sampel:
- Aqua
- Air keran
- Air got
- VO2
- Aquarian
IV. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Alat turbidimeter disambungkan dengan sumber listrik dan didiamkan selama 15
menit.
3. Larutan standar diletakkan pada tempat sampel, dilakukan pengukuran dan
disesuaikan nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilain
yang tertera pada layar sesuai dengan nilai standar.
Cara kalibrasi:
a. Ditekan tombol “call”
b. Ditunggu hingga muncul pemberitahuan untuk memasukkan larutan standar
1000 NTU.
c. Ditekan tombol enter dan ditunggu hingga muncul angka pemberitahuan
untuk memasukkan larutan standar 10 NTU.
d. Dilakukan cara yang sama untuk larutan standar 10 NTU dan 0,02 NTU.
4. Kuvet dibilas dengan aquades, lalu dibilas dengan air sampel paling sedikit 2 kali.
5. Kuvet dilap dengan tissue.
6. Sampel dimasukkan pada tempat pengukuran samprl.
7. Skala pengukuran kekeruhan dibaca (pengukuran dilakukan 3 kali dengan menekan
tombol pengulangan untuk setiap pengulangan).

V. HASIL PENGAMATAN

8 4

5 7

6 2

Batas deteksi alat ini yang paling besar yaitu 1000 NTU jika lebih maka akan muncul
tulisan “over” dan batas deteksi paling kecil yaitu 0,2 NTU apabila lebih kecil maka
“eror”.
No Keypad Fungsi
1. Tempat Kuvet Untuk meletakkan kuvet

2. Call Tombol untuk melalukan kalibrasi

3. ON/OFF Untuk menghidupkan dan mematikan alat


turbidimeter
4. ENTER  Ditekan pada saat melakukan kalibrasi
ketika penggantian lkarutan standar
 Untuk mendapatkan history sampel
sebelumnya.
5. Tombol seting saat kalibrasi 5(menaikkan
angka)
6. Tombol seting saat kalibrasi (menurunkan angka
)
7. Kuvet Sebagai tempat larutan standar dan sampel

8. Monitor Menampilkan hasil pengukuran dalam bentuk


angka

Larutan standar ada 3 yaitu:


1. 0,02 NTU
2. 10 NTU
3. 1000 NTU

Hasil pengukuran saat praktikum


Sampel Pengukuran I Pengukuran II Pengukuran III Rata-rata
Aqua 0,05 NTU 0,03 NTU 0,05 NTU 0,04333 NTU
Air keran 0,37 NTU 0,37 NTU 0,35 NTU 0,3633 NTU
Air got 1,27 NTU 1,25 NTU 1,27 NTU 1,2767 NTU
VO2 0,16 NTU 0,15 NTU 0,15 NTU 0,153 NTU
Aquarian 2,85 NTU 2,83 NTU 2,93 NTU 2,87 NTU
VI. PEMBAHASAN
Turbidimeter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur tingkat suatu
kekeruhan dari suatu sampel berdasarkan hamburan cahaya. Turbidimeter memiliki
sifat optik akibat dispersi sinar yang dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang
dipantulkan terhadap cahaya yang tiba.
Prinsip kerja dari spektrofotometer adalah sejumlah cahaya ditembakkan dari
sebuah sumber cahaya menuju monokromator. Monokromator akan menguraikan
cahaya dan meneruskannya menuju kuvet yang berisikan suspensi sel (sampel). Ketika
melewati kuvet, maka terjadi tiga kemungkinan:
 Cahaya akan diserap sebagian oleh partikel tersuspensi.
 Sebagian cahaya diteruskan.
 Sebagian lagi menyebar ke segala arah.
Jumlah cahaya yang diserap akan sebanding dengan jumlah partikel tersuspensi
(konsentrasi sampel). Pengukuran dilakukan dengan spektrofotometer (detektor)

Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan, yaitu:

 Pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap


intensitas cahaya yang datang.
 Pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak
didalam lapisan medium yang keruh.
 Instrumen pengukur perbandingan tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam
instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedangkan pada nefelometer,
intensitas cahaya diukur dengan larutan standar.
Sebelum digunakan turbidimeter harus dikalibrasi terlebih dahulu dengan
menggunakan larutan standar. Hal ini dilakukan untuk menstandarkan kembali alat
tersebut. Sebelum dilakukan pengukuran, kuvet harus dilap dengan tissue agar terbebas
dari kotoran yang menempel pada dinding kuvet. Sebab jika tidak dibersihkan akan
mempengaruhi hasil bahkan dapat merusak alat turbidimeter. Tidak lupa lubang tempat
meletakkan kuvet harus dibersihkan.
Tujuan analisa kekeruhan ini yaitu barguna untuk instalasi, pengolahan air untuk
memastikan kekeruhannya. Faktor yang mempengaruhi hasil kekeruhan diantaranya,
kekuatan sinar, ukuran partikel, vial yang rusak dan lainnya. Agar pengukuran yang
dihasilkan memberikan hasil yang optimal maka vial sampel yang digunakan harus
tetap dalam kondisi baik, vial yang digunakan harus seragam agar memberikan hasil
yang akurat. Gangguan yang mungkin terjadi yang dapat mempengaruhi hasil
pengukuran yaitu :
 Adanya kerusakan pada alat
 Adanya debu pada lubang tempat meletakkan sampel
 Adanya lemak, debu, goresan dan kotoran pada tabung sampel yang dapat
mempengaruhi jalannya cahaya.
 Adanya tekanan dab getaran pada meja tempat turbiditymeter diletakkan.
 Tidak dilakuakan kalibrasi pada alat sebelum dilakukan pengukuran
 Larutan standar yang digunkan sudah kadaluarsa.

Perawatan turbidimeter dapat dilakukan dengan cara :

 Kuvet sampel dan larutan standar harus dibersihkan sebelum dan setelah
digunakan.
 Turbiditymeter sebaiknya disimpan dalam ruangan khusus yang bebas debu dan
terhindar dari sinar matahari langsung
 Sebelum digunakan alat sebaiknya dipanaskan 15-30 menit.
 Dilakukan kalibrasi sebelum digunakan.

Pada praktikum kali ini dilakukan uji kekeruhan pada sampel air aqua, VO 2, air
keran, air got, dan aquaria. Dari data yang didapat menunjukkan air yang paling tinggi
tingkat kekeruhannya adalah aquaria. Tingginya hasil tersebut menunjukkan bahwa air
tersebut banyak mengandung partikel-partikel yang tersuspensi.

Menurut WHO (World Health Organization) menetapkan bahwa air minum


tidak boleh lebih dari 5 NTU dan idealnya harus dibawah 1 NTU. Berdasarkan teori
tersebut dapat disimpulkan bahwa semua sampel yang diujikan telah memenuhi
kelayakan untuk dikonsumsi sebab tingkat kekeruhan (turbiditas) berada di bawah 5
NTU.

Hasil Diskusi

1. Bagaimana kita mengetahui turbidimeter tersebut masih berfungsi dengan baik atau
tidak?
Jawab:
Dapat diketahui dari hasil kalibrasi. Apabila hasil kalibrasi menunjukkan hasil yang
sama sesuai larutan standar artinya alat masih dalam kondisi baik. Jika jauh
melenceng alat dikatakan sudah tidak berfungsi dengan baik.
2. Apa saja faktor penghambat dari penggunaan turbidimeter? Apakah ada syarat
/spesikasi sampel yang boleh diukur dengan menggunakan alat ini?
Jawab:
Faktor penghambatnya diantaranya:
 Adanya debu atau lemak pada dinding kuvet.
 Adanya kerusakan pada alat.
 Alat belum dikalibrasi sebelum digunakan dan lainnya.

Spesifikasi sampel yang boleh diukur yaitu sampel yang berbentuk cair.

3. Apa maksud dari kekuatan sinar pada faktor yang mempengaruhi kinerja alat ini?
Jawab:
 Sejumlah cahaya ditembakkan dari sumber cahaya menuju monokromator.
 Monokromator akan menguraikan cahaya dan meneruskannya menuju
kuvet yang berisikan sampel.
 Ketika cahaya melewati kuvet maka terjadi 3 kemungkinan:
 Cahaya akan diserap oleh partikel
 Cahaya diteruskan
 Cahaya dipantulkan ke segala arah
 Cahaya diteruskan kemudian dideteksi oleh detektor dan mengubahnya
dalam bentuk angka.

Apabila cahaya redup maka hasil pengukuran akan kurang optimal dan apabila
cahaya terang hasilnya akan lebih akurat.

4. Darimana kita dapat mengetahui apa larutan standar masih layak digunakan atau
tidak? Terdapat 3 satuan yang dapat digunakan pada turbiditymeter. Apa perbedaan
dari ketiga satuan tersebut?
Jawab:
Larutan standar masih layak digunakkan apabila pada hasil kalibrasi hasilnya tidak
jauh berbeda dari hasil yang tertera pada larutan standar. Batas toleransi alat
turbidimeter yaitu ±0,05. Apabila hasil yang ditunjukkan jauh berbeda maka
larutan tidak layak digunakan.

Untuk satuannya disesuaikan dengan larutan standar yang digunakan seperti:


 FTU satuan ini dipakai apabila memakai standar Formazin.
 NTU satuan ini dipakai karena menggunakan prinsip Nepelometer.
 JTU dimana 1 JTU sama dengan turbiditas yang disebabkan 1 mg/L SO 2
dalam air (1 NTU = 1 FTU + 40 JTU)
5. Bagaimana jika larutan rusak? Jika botol kuvet rusak, apakah bisa dibeli satu-satu
atau harus satu paket dengan alat turbidimeter?
Jawab:
Dapat dibeli kuvetnya saja asalkan ukuran dan bentuknya sama. Selain itu asalkan
ada produksinya lagi
6. Apakah ada massa expired dari larutan standar? Berapa lamanya? Bagaimana jika
alat tidak dikalibrasi sebelum digunakan? Apakah ada pengaruhnya dengan
penggunaannya nanti?
Jawab :
Ada, massa expirednya adalah 3 tahun
Expired tergantung dari:
 Adanya benturan
 Suhu
 Kemasan

Jika alat tidak dikalibrasi sebelum digunakan maka hasil yang didapatkan kurang
akurat.

VII. KESIMPULAN
1. Turbiditymeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan suatu
sampel .
2. Prinsip kerja alat ini yaitu alat akan memancarkan cahaya pada media atau
sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan, atau menembus media
tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur dan ditransfer dalam
bentuk angka.
3. Cara penggunaan turbiditymeter yaitu alat turbiditymeter disambungkan ke
sumber listrik, dipanaskan 15 menit, lalu alat dikalibrasi kemudian sampel
dimasukkan ke tempat pengukuran sampel lalu skala pengukuran dibaca.
4. Cara pemeliharaan turbiditimeter dapat dilakukan dengan cara :
 membersihkan kuvet baik sebelum dan setelah penggunaan,
 alat seharusnya disimpan dalam ruang khusus,
 sebelum digunakan alat dipanaskan selama 15 menit,
 sebelum digunakkan untuk mengukur alat dikalibrasi

VIII. DAFTAR PUSTAKA


Alamku, 2010, Turbidimeter, online, http://alamkun1.blogspot.com/, 30 Maret 2013

Azizah, 2012, Turbidimeter, online,


http://smakazizah.blogspot.com/2012/10/kelompok-1b_16.html, 30 Maret
2013

Endrah, 2012, Turbidimeter, online,


http://nannananot.blogspot.com/2012/10/turbidimeter.html, 30 Maret 2013
Reski, 2011, Metode Hamburan Cahaya “Turbidimeter”, online, http://udin-
reskiwahyudi.blogspot.com/2011/10/metode-hamburan-cahaya-
turbidimeter.html, 30 Maret 2013

Ririn, 2012, Turbidimeter dan pH meter, online,


http://ririnddielovt.blogspot.com/2012/10/turbidimeter-dan-ph-meter.html, 30
Maret 2013

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 18 Maret 2013


Praktikan

an.Mahasiswa Analis Kesehatan Semester II

Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) (Jannah Sofi Yanty, S.Si)

Pembimbing 3

(A. A. Ngurah Putra R. Prasetya, S.Farm.,Apt)

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI


PENGGUNAAN CONDUCTIVITY METER dan
PERAWATANNYA
OLEH:

Mahasiswa Analis Kesehatan


SEMESTER II

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
D III JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
PRAKTIKUM III

PENGGUNAAN CONDUCTIVITY METER


DAN PERAWATANNYA

Hari / tanggal : Senin, 8 April 2013


Senin,15 April 2013
Tempat: Ruang Kelas Tingkat I Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar
I. TUJUAN
A. Tujuan Instruksional Umum
1. Mengetahui jenis instrumen laboratorium serta memahami prinsip
kerjanya.
2. Menggunakan, memelihara dan mengkalibrasi serta memperbaiki
kerusakan ringan instrumen tersebut.
B. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja conductivity meter.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan conductivity meter.
3. Mahasiswa mengetahui cara pemeliharaan dan perawatan conductivity
meter.

II. PRINSIP
Kandungan elektrolit pada suatu larutan mengalami ionisasi menjadi ion positif
dan ion negative. Ion-ion tersebut mengalami pergerakan menuju probe dimana
probe mempunyai dua kutub ( anoda dan katoda ) , ion yang mengandung anion
akan menempel di katoda dan yang mengandung kation akan menempel pada
anoda ,kemudian probe akan menerjemahkan nilai DHL yang diukur dalam
bentuk angka dan akan ditampilkan pada monitor / layar .

III. DASAR TEORI


Konduktivitas listrik air secara langsung berhubungan dengan konsentrasi
padatan terlarut yang terionisasi dalam air. Ion dari konsentrasi padatan terlarut
dalam air menciptakan kemampuan pada air untuk menghasilkan arus listrik yang
dapat diukur menggunakan konduktivity meter. Elektrikal konduktiviti ini adalah
mengukur konduktivitas listrik bahan-bahan yang terkandung dalam air. Semakin
banyak bahan (mineral logam maupun nonlogam) dalam air, maka hasil
pengukuran akan semakin besar pula. Sebaliknya, bila sangat sedikit bahan yang
terkandung dalam air maka hasilnya mendekati nol, atau yang kita sebut dengan
air murni (pure water) (Hendri,2012).
Banyak senyawa dalam suhu kamar terurai secara spontan dan menjadi
bagian-bagian yang lebih sederhana , peristiwa ini dikenal dengan istilah
disosiasi . rreaksi disosiasi merupakan reaksi kesetimbangan ,disosiasi elektrolit
merupakan suatu proses reversible dan sejah mana disosiasi ini terjadi tergantung
dari konsentrasi. Salah satu metode yang digunakan untuk menentukan derajat
disosiasi larutan elektrolit adalah metode konduktivitas. Dimana akan menentukan
konduktansi suatu larutan elektrolit dengan menggunakan konduktivitimeter. Yang
kemudian akan digunakan untuk menentukan derajat disosiasi dan konstanta
kesetimbangan.
Konduktivitas merupakan suatu besaran yang diturunkan , karena tidak
dapat diukur langsung. Untuk larutan elektrolit, biasanya menyatakan besaran
yang disebut dengan konduktivitas Molar , L. Ini adalah konduktivitas larutan
yang mengandung 1 mol zat terlarut antara 2 elektroda yang besarnya tak
terhingga, dan berjarak 1 cm satu sama lain (Atkins , 1997)
Konduktiviti meter adalah alat yang digunakan untuk menentukan daya
hantar suatu larutan dan mengukur derajat ionisasi suatu larutan elektrolit dalam
air dengan cara menetapkan hambatan suatu kolom cairan selain itu konduktivity
meter memiliki kegunaan yang lain yaitu mengukur daya hantar listrik yang
diakibatkan oleh gerakan partikel di dalam sebuah larutan. Menurut literatur
faktor-faktor yang mempengaruhi daya hantar adalah perubahan suhu dan
konsentrasi. Dimana jika semakin besar suhunya maka daya hantar pun juga akan
semakin besar dan apabila semakin kecil suhu yang digunakan maka sangat kecil
pula daya hantar yang dihasilkan dan begitu dengan sebaliknya antara konsentrasi
dan daya hantar. Oleh sebab itu pengaruh suhu dan konsentrasi dapat
mempengaruhi daya hantar (Anonim, 2010).

IV. ALAT DAN BAHAN


a) ALAT
1. Conductivity meter
2. Probe
3. Battery
4. Beaker glass

b) BAHAN
1. Aquadest
2. Larutan standar KCl 0,01 M
3. Larutan standar KCl 0,1 M
4. Larutan standar KCl 0,5 M

V. CARA KERJA
1. Kalibrasi Alat
a. Dicuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
b. Diatur suhu larutan KCl 0,01 M pada 250C.
c. Dicelupkan elektroda kedalam larutan KCl 0,01 M.
d. Ditekan tombol kalibrasi.
μm h os
e. Diatur sampai menunjuk angka 1413 cm (sesuai dengan

instruksi kerja alat).


μm h os
Catatan : Apabila DHL contoh uji lebih besar dari 1413 cm ,

lakukan tahapan pada 3.4 dengan menggunakan larutan baku KCl

μm h os
0,1 M (DHL = 12900 cm ) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460

μm h os
cm ).

2. Prosedur
a. Dibilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
b. Dicelupkan elektroda kedalam contoh uji sampai conductivity meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
c. Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan conductivity
meter dan dicatat suhu contoh uji.

VI. HASIL PENGAMATAN


VI.1 Gambar Konduktivitimeter dan bagiannya

9
2
1
4
10 3
6
5
8
7

Keterangan :
1. Yes Log view : untuk menampilkan angka hasil pengukuran dalam
bentuk logaritma
2. Mode : untuk mengatur pilihan parameter pengukuran
3. Log : untuk menepatkan angka hasil kalibrasi dengan
menaikkan nilai angka kalibrasi
4. Cal : untuk kalibrasi alat
5. Log CLR : untuk menepatkan angka hasil kalibrasi dengan
menaikkan nilai angka kalibrasi
6. Set Up : untuk mengatur suhu yang digunakan
7. Tombol on / off : untuk mematikan dan menghidupkan alat
8. Print : untuk mencetak hasil
9. Monitor : layar / tempat ditampilkan angka hasil pengukuran
10. Probe :tempat menempelnya ion positif dan ion negatif

VI.2 Perawatan conductivity meter


1. Setelah pemakaian , baterai conductivity meter dilepas. Baterai
conductivity meter mudah melelh sehingga dapat merusak bagian
elektronik conductivity meter
2. Probe dicuci dengan sabun dan air mengalir setelah digunakan
3. Saat penyimpanan probe tidak boleh basah

VI.3 Hal-hal yang perlu diperhatikan saat pemakaian


conductivity meter
1. Probe harus bebas dari lemak , kotoran dan debu
2. Sebelum dan sesudah pemakaian probe harus dibilas dengan aquades
3. Saat pemakaian disekitar probe tidak boleh ada gelembung
4. Probe harus dimasukkan pada posisi vertical saat pengukuran dengan
conductivity meter agar diperoleh pembacaan yang stabil
VI.4 Cara kalibrasi
1. Elektrode dicuci dengan larutan 0,01 M sebanyak 3 kali
2. Suhu larutan diatur hingga menunjukkan 250 C
3. Elektrode dicelupkan kedalam larutan KCl
4. Tombol kalibrasi ditekan
5. Diatur sampai angka µΩ/cm

VII. PEMBAHASAN
Conductivity meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
keelektrolitan suatu sampel yang berbentuk cair. 3 aspek yang diukur oleh
conductivity meter adalah :
a. Mengukur konduktivitas
b. Mengukur salinitas
c. Mengukur TDS (Total Dissolve Solid)
Adapun pengertian dari konduktivitas salinitas dan TDS :
a. Konduktivitas
Gambaran numberik dari kemampuan suatu larutan untuk meneruskan
daya hantar listrik. Konduktivitas suatu larutan sangat tergantung pada
suhu , tidak seperti logam dimana konduktivitas elektrolit umumnya
meningkat dengan meningkatnya suhu.
b. Salinitas
Tingkat keasinan atau kadar garam dalam air. Salinitas juga dapat mengacu
pada kandungan garam dalam suatu zat.
c. TDS (Total Disolve Solid)
Ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun non organic) yang
terdapat pada sebuah larutan
Hubungan antara konduktivitas , salinitas , dan TDS adalah :
 Hubungan antara Konduktivitas dan Salinitas
Konduktivitas merupakan kapasitas dari air untuk memindahkan arah aliran
elektris dan bergantung pada konsentrasi ion-ion salinitas adalah tingkat
keasinan atau kadar garam terlarut dalam air laut. Jadi hubungan antara
konduktivitas dengan salinitas adalah berbanding lurus . semakin banyak
kadar garam diperairan maka semakin tinggi salinitasnya begitu pula semakin
besar nilai konduktivitasnya.
 Hubungan antara Salinitas dan TDS
TDS mempunyai hubungan erat dengan salinitas sebagai contoh air laut
memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia,
yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik
(DHL). Hubungan antara TDS dan salinitas ditunjukkan dalam table berikut :
no Nilai TDS (Mg/L) Tingkat Salinitas
1. 0-1000 Air tawar
2. 1001-3000 Agak asin / payau
3. 3001-10.000 Keasinan sedang
4. 10.001-100.000 Asin (Saline)
5. > 100.000 Sangat asin

 Hubungan Antara Konduktivitas dan TDS


Konduktivitas menunjukkan seberapa besar kation dan anion yang dikandung
oleh larutan tersebut dan sangat erat hubungannya dengan sifat keelektrolitan
suatu larutan sehingga dapat / tidaknya dalam menghantarkan listrik. Besarnya
TDS menunjukkan banyaknya partikel terlarut yang dikandung oleh suatu
larutan . jadi jika suatu larutan terdapat banyak partikel-partikel dari ion dan
kation yang terlarut didalamnya maka akan semakin baik larutan tersebut
dalam menghantarkan listrik. Adapun hubungan TDS/ ppm dan EC :
1µΩ/cm = 1 x 10-6 s/cm
1 s/cm = 1 Mho/cm
1 µΩ/cm = 0,5 ppm
1 ppm = 2 µΩ/cm

 Satuan untuk konduktivitas pada conductivity meter


Satuan dasar untuk konduktansi dalam Siemens (S) dan formalnya
menggunakan satuan Mho (kebalikan dari ohm). Karena luas penampang alat
dan jarak antara plat juga mempengaruhi konduktansi, maka secara matematis
ditulis dengan :
C = G x L/A
Dimana :
C = Konduktansi
G = Konduktansi yang teratur (s)
L = Jarak antara plat (m)
A = Luas penampang (cm2)

 Konduktansi
EC (electrical conductivity) atau konduktansi adalah ukuran kemampuan suatu
bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktansi (G) merupakan
kebalikan (invers) dari resistensi ( R ) ,sehingga persamaan matematika adalah
:
G=I
R
Sehingga dengan menggunakan hokum ohm , maka didasarkan definisi jika 2
plat yang diletakkan dalam suatu larutan diberi beda potensial listrik
(normalnya berbentuk sinusoida) , maka plat tersebut akan mengalir arus
listrik. Konduktansi suatu larutan akan sebanding dengan konsentrasi ion-ion
dalam larutan tersebut . Adapun hubungan antara konduktivitas dan TDS
( TDS/ppm dengan EC)
1 S/cm = 1 Mho/cm
1 µΩ/cm = 0,5 ppm
1 ppm = 2 µΩ/cm
2 kppm = 4 k µΩ/cm = 4 ms/cm = ¼ k ohm = 250 ohm
250 kpm = 20 µΩ/cm = 1/20 M ohm = 0,05 M ohm = 50 K ohm

 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan conductivity meter


adalah :
1) Probe harus dihindari dari debu, kotoran dan lemak.
2) Sebelum dan sesudah pemakaian alat, probe harus dibilas dengan
aquadest.
3) Saat pemakaian alat, pastikan tidak ada gelembung udara disekitar
probe.
4) Pada saat pengukuran, probe harus dimasukkan secara vertikal agar
pada pembacaan pada conductivity meter stabil.
5) Setiap mengukur larutan standar maupun sampel pastikan suhu yang
digunakan adalah 250C.

 Cara perawatan conductivity meter :


1) Setiap pemakaian, bettery conductivity meter harus dilepas. Hal ini
dilakukan karena battery conductivity meter mudah meleleh jika
didiamkan terlalu lama sehingga dapat merusak bagian elektrolit alat.
2) Probe harus dicuci dengan sabun dan air mengalir setelah alat
digunakan.
3) Saat penyimpanan probe direndam dalam larutan KCl 0,01 M.
4) Saat penyimpanan probe harus dilepas dari alat.
5) Alat dapat disimpan dalam kotak penyimpanan.

 Pembahasan hasil diskusi :


1) Mengapa menggunaka larutan KCl untuk kalibrasi? Apakah boleh
diganti dengan larutan yang lain?
Jawaban :
Digunakan larutan KCl untuk kalibrasi karena KCl bersifat inert (tidak
mudah bereaksi dengan yang lainnya). Larutan KCl dapat diganti
dengan yang lainnya asalakn mempunyai sifat yang sama dengan KCl.
2) Apa hubungan antara TDS, konduktivitas dan salinitas?
Jawaban :
Hubungan antara konduktivitas, salinitas dan TDS sangat erat dan
berbanding lurus. Bila TDS tinggi, salinitas tinggi, dan konduktivitas
juga akan tinggi. Jika TDS banyak terlarut dalam sampel, maka
salinitas pada sampel juga akan tinggi (kandungan garam) sehingga
konduktivitas sampel tersebut juga akan tinggi. Penyebab
konduktivitas tinggi karena dalam sampel banyak mengandung garam
yang menandakan kuatnya keelektrolitan sampel tersebut.
3) Bagaimana pengaruh suhu saat pengukuran? Apakah boleh
menggunakan suhu selain 250C?
Jawaban :
Pengaruh suhu pada pengukuran adalah semakin tinggi suhu, maka
semakin cepat bereaksi ionisasi yang mengakibatkan tingginya DHL.
Suhu 250C tersebut sudah digunakan sebagai standar internasional.
4) Apa saja yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran dengan
conductivity meter?
Jawaban :
Hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil pengukuran dengan
conductivity meter adalah probe kotor, terkena debu atau lemak,
adanya gelembung disekitar probe, dan suhu pengukuran tidak 250C.

VIII. KESIMPULAN
 Conductivity meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
keelektrolitan suatu sampel yang berbentuk cair. 3 aspek yang diukur oleh
conductivity meter adalah :
a. Mengukur konduktivitas
b. Mengukur salinitas
c. Mengukur TDS (Total Dissolve Solid)
 Prinsip kerja konduktivitimeter yaitu Kandungan elektrolit pada suatu larutan
mengalami ionisasi menjadi ion positif dan ion negative. Ion-ion tersebut
mengalami pergerakan menuju probe dimana probe mempunyai dua kutub
( anoda dan katoda ) , ion yang mengandung anion akan menempel di katoda dan
yang mengandung kation akan menempel pada anoda ,kemudian probe akan
menerjemahkan nilai DHL yang diukur dalam bentuk angka dan akan
ditampilkan pada monitor / layar .
 Cara perawatan konduktivitimeter :
1. Setelah pemakaian , baterai conductivity meter dilepas. Baterai conductivity
meter mudah melelh sehingga dapat merusak bagian elektronik conductivity
meter
2. Probe dicuci dengan sabun dan air mengalir setelah digunakan
3. Saat penyimpanan probe tidak boleh basah
 Cara penggunaan konduktivitimeter :
1. Alat dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan standar KCl 0,01 M
2. Elektroda dibilas dengan contoh uji sebanyak 3 kali
3. Elektroda dicelupkan kedalam contoh uji sampai konduktivitimeter
menunjukkan pembacaan yang tetap
4. Dicatat hasil pembacaan angka pada tampilan konduktivitimeter

IX. DAFTAR PUSTAKA


 Adam, wiryawan.2011.Elektrolit Kuat dan Lemah.online
http://www.chem-is-try/materi_kimia/kimia_dasar/asam-dan-basa/elektrolit-
kuat-dan -elektrolit-lemah.html. diakses pada tanggal 25 April 2013
 Anonim, 2010.“KonduktansiElektrolitKuat Dan Lemah”.(online).
(http://ml.scribd.com/doc/52687112/KONDUKTANSI-ELEKTROLIT-KUAT-
DAN-LEMAH (diunduh 25 April 2013)
 Atkins,P.W.1997.Kimia Fisika.Jilid 2.Jakarta-Erlangga
 Hendri, 2012.“DayaHantarListrik”, (online), (http://hendrichem.blogspot.com/
(diunduh25April 2013)
 Zemansky.1962.Fisika untuk Universitas.Jakarta:Tri Mitra Mandiri
Lembar Pengesahan

Denpasar, 21 Juni 2013


Praktikan

an.Mahasiswa Analis Kesehatan


Semester II

Mengetahui,

Pembimbing 1 Pembimbing 2

(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) (Jannah Sofi Yanty, S.Si)

Pembimbing 3

(A.A. Ngurah Putra R. Prasetya, S.Farm.,Apt)


PENENTUAN PANJANG GELOMBANG NITRIT-N

METODE KOLORIMETRI

OLEH

Jurusan Analis Kesehatan Semester 2

2013

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

POLIEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

D III JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2013
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG NITRIT-N

METODE KOLORIMETRI

Hari/ tanggal : Senin,13 Mei 2013

Tempat: Laboratorium Patologi Klinik Jurusan Analis Kesehatan

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


1. Mengetahui jenis instrument laboratorium serta memahami prinsip kerjanya.
2. Menggunakan, memelihara, dan mengalibrasi serta memperbaiki kerusakan ringan
instrument tersebut.
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip analisa nitrit secara spektrofotometri.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan reagen warna nitrit.
3. Mahasiswa dapat menggunakan peralatan spektrofotometer.
4. Mahasiswa dapat menentukan panjang gelombang maksimum larutan nitrit.
C. DASAR TEORI

Sebagai seorang analis yang akan bekerja di laboratorium, tentu tidak akan terlepas
dari cara menentukan panjang gelombang suatu sampel larutan. Untuk dapat menentukan
panjang gelombang tersebut dapat digunakan suatu metode yang disebut metode kolorimetri.

Metode kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar dengan
menggunakan sumber cahaya polikromatis.

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer dibagi dua yaitu spektrofotometer
single beam dan spektrofotometer double beam. Perbedaan dua jenis spektrofotometer
tersebut pada pemberian cahaya. Dimana pada single beam cahaya yang melewati satu arah
sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi yang dimasukkan. Sedangkan
spektrofotometer double beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan
yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.

Komponen spektrofotometer ada 5, yaitu :

1. Sumber cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi.
2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya
agar sinar yang masuk tetap konstan.
3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai
yang dibutuhkan oleh pengukuran
Macam-macam monokromator :
 Prisma
 Kaca untuk daerah sinar tampak
 Kuarsa untuk daerah UV
 Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
 Kisi difraksi
4. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan
besaran yang dapat diukur.

Syarat-syarat ideal sebuah detektor :


 Kepekan yang tinggi
 Perbandingan isyarat atau signal dengan bising tinggi
 Respon konstan pada berbagai panjang gelombang.
 Waktu respon cepat dan signal minimum tanpa radiasi.
 Signal listrik yang dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi.
5. Kuvet
Kuvet (sel ) Adalah tempat disimpannya larutan sampel yang akan diukur
serapannya, kuvet ini diletakkan pada jalan cahaya dari monokromator. Adapun
syarat khusus yang harus dipenuhi , yaitu :
 Tidak berwarna (agar dapat mentransmisikan semua cahaya)
 Permukaannya sejajar
 Inert (tidak bereaksi terhadap bahan kimia)
 Tidak rapuh
 Tidak menyerap cahaya
 Terbuat dari gelas silikat biasa)
 Bentuk sederhana ( persegi panjang atau silinder )

Metode analisa menggunakan spektrofotometer disebut spektrofotometri.


Spektrofotometri merupakan suatu metode analisa yang didasarkan pada pengukuranserapan
sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detector fototube.

Jenis-jenis spektrofotometri berdasarkan sumber cahaya yang digunakan antara lain :

1. Spektrofotometer Vis (Visible) : 380-750 nm


2. Spektrofotometer UV (Ultra Violet) : 190-380 nm
3. Spektrofotometer UV-Vis (Ultra Violet-Visible)
4. Spektrofotometri IR : 2,5-1000µm

Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil
dengan keberadaan oksigen. Nitrit ini jika dalam suasana asam (pH 2,0–2,5) akan bereaksi
dengan sulfanisme dan N-1 napthyl ethylene diamnine dihydrocloride membentuk senyawa
yang berwarna merah keunguan.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat

 Spektrofotometer  Erlenmeyer
 Labu ukur 100 ml  Gelas beker
 Pipet volume 1 mL, 5 mL, 25  Neraca analitik
mL  Batang pengaduk
 Pipet ukur 1 mL  Botol reagen
 Pipet tetes  Botol semprot
 Bola hisap  Kertas grafik
2. Bahan
 Aquadest
 HCl
 Natrium nitrit
 Reagen warna 1
3. Cara pembuatan :
1. Ditimbang 1 gram bubuk sulfanilamide
2. Diambil 60 ml aquadest dan ditambahkan 10 ml HCl pekat
3. Dilarutkan dan diaduk hingga homogen
4. Dipindahkan larutan ke labu ukur 100ml
5. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas lalu ,dikocok hingga homogen
6. Dituang ke botol coklat dengan menggunakan corong yang dibantu dengan
batang pengaduk yang diletakkan vertikal
7. Diberi label nama larutan dan tanggal pembuatan (larutan dapat bertahan
hingga 1 bulan)
8. Ditunggu ±1 jam sebelum penggunaan
 Reagen warna 2
4. Cara pembuatan :
1. Ditimbang 0,1 gram N-(1-napthyl)ethylene diamine dihydrochloride
2. Dilarutkan dengan aquadest sampai volume tepat 100ml
3. Diaduk dengan batang pengaduk
4. Dilarukan dalam labu ukur 100 ml
5. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
6. Dimasukkan dalam botol coklat dengan menggunakan corong yang dibantu
dengan batang pengaduk yang diletakkan vertical
7. Diberi label nama larutan dan tanggal pembuatan (larutan dapat bertahan
hingga 1 bulan)
8. Ditunggu ± 1 jam sebelum digunakan
5.
E. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan induk nitrit-N
 Ditimbang 0,308 gram Natrum Nitrit
 Dilarutkan dengan aquadest sampai volume 250 ml
 Ditambahkan 0,25 ml kloroform untuk pengawet
2. Pembuatan larutan intermedia nitrit-N 10 ppm
 Diambil 4 ml larutan 250 ppm
 Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
 Ditambahkan aquadest ingga tepat batas anda
 Dikocok larutan
3. Pembuatan larutan kerja 0,1 ppm dan 0,5 ppm
a. Pembuatan larutan kerja 0,1 ppm
 Diambil 1 ml (0,1 ppm) larutan 10 ppm
 Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
 Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
 Dikocok larutan hingga homogen
b. Pembuatan larutan kerja 0,5 ppm
 Diambil 5 ml (0,5 ppm) larutan 10 ppm
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
Dikocok larutan hingga homogen
4.
Penetuan panjang gelombang nitrit-N
a) Diambil 25 ml aquadest dimasukkan kedalam erlenmeyer sebagai blanko
b) Diambil 25 ml larutan kerja ke dalam erlenmeyer
c) Ditambahkan reagen warna I & II sebnyak 0,5 mL ke larutan kerja & blanko
d) Dihidupkan spektrofotometer
e) Dihidupkan lampu visible & dipanaskan selama ±15 menit
f) Diatur pajang gelombang 400 nm
g) Diletakkkan kuvet yang berisi aquadest untuk mengenolkan spektrofotometer
h) Diletakkan kuvet yang berisi larutan kerja
i) Dicatat absorbansinya
j) Digambar hasil pada kertas grafik
k) Ditentukan panjang gelombang maksimum.
F. HASIL PENGAMATAN
6. Gambar Spektorfotometer
7.
8.
9. Gambar Spektrofotometer Gambar blanko dan larutan kerja
10.
11.
12.
13.

14.

15.

16.

17.

 Tabel penentuan panjang gelombang maksimum (λ maks)

18. Panjang 20. Absorbansi


Gelombang (λ) 22. Larutan nitrit-N 23. Larutan nitrit-N
19. nm 0,1 ppm 0,1 ppm
24. 25. 26.
27. 400 28. 0,082 29. 0,306
30. 410 31. 0,074 32. 0,408
33. 420 34. 0,117 35. 0,597
36. 430 37. 0,162 38. 0,817
39. 440 40. 0,227 41. 1,075
42. 450 43. 0,284 44. 1,360
45. 460 46. 0,351 47. 1,578
48. 470 49. 0,394 50. 1,730
51. 480 52. 0,420 53. 1,813
54. 490 55. 0,412 56. 1,644
57. 500 58. 0,385 59. 1,596
60. 510 61. 0,311 62. 1,426
63. 520 64. 0,235 65. 1,166
66. 530 67. 0,145 68. 0,670
69. 540 70. 0,074 71. 0,381
72. 550 73. 0,034 74. 0,170
75. 560 76. 0,010 77. 0,063
78. 570 79. 0,005 80. 0,033
81. 580 82. 0,000 83. 0.014
84. 590 85. 0,000 86. 0,010
87. 600 88. 0,002 89. 0,007
90.
91. Jadi Panjang gelombang maksimum = 480 nm
 Kurva larutan kerja 0,1 ppm
92.
93.

0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0

94.
 Kurva larutan kerja 0,5 ppm
2

1.5

0.5

95.
G. PEMBAHASAN

96.Pada praktikum kali ini, dapat diketahui tentang cara penggunaan


spektrofotometer dan banyak hal lain yang berkaitan dengan spektrofotometer. Prinsip
kerja spektrofotometer adalah bila cahaya(monokromatik maupun campuran) jatuh
pada suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan dipantulkan, sebagian
diserap dalam medium itu, dan sisanya akan diteruskan. Nilai yang keluar dari cahaya
yang diteruskan dinyatakan dalam nilai absorbansi karena memiliki hubungan dengan
konsentrasi sampel. Studi spektrofotometri dianggap sebagai perluasan suatu
pemeriksaan visual yang lebih mendalam dari absorbansi cahaya berbanding lurus
dengan konsentrasi dan kekebalan bahan atau medium.

97.Secara garis besar, spektrofotometer haruslah memiliki pancaran


radiasi yang stabil. Ada 4 bagian penting dalam spektrofotometri yaitu sumber
cahaya, monokromator, kuvet, dan detektor. Keempat bagian tersebut saling
berhubungan satu sama lain. Apabila ada salah satu dari keempat bagian tersebut yang
rusak, maka hal tersebut akan mempengaruhi hasil pengukuran.

98.Metode kolorimetri dengan alat spektofotrometer ini dapat diterapkan


untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna,
namun dengan menggunakan reagen pewarna yang sesuai dapat menghasilkan
senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponenya. Jika telah
tercapai kesamaan warna berarti jumlah molekul zat menyerap yang dilewati sinar
pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.

99.Pada praktikum ini, karena larutan Nitrit tidak berwarna, maka harus
dilakukan penambahan reagen warna. Reagen warna yang dipakai untuk analisa nitrit
adalah sulfanilamide sebagai reagen warna I dan NED dihydrochloryde sebagai
reagen warna II. Jika dalam suasana asam (pH 2,0 – 2,5) nitrit akan bereaksi dengan
reagen warna I dan II membentuk warna merah keunguan.

100. Dalam kegiatan praktikum, dapat diketahui bahwa secara visual


larutan blanko tidak berwarna dan berfungsi untuk mengenolkan nilai absorbansi alat.
Sedangkan larutan kerja 0,5 ppm berwarna merah keunguan lebih pekat dibandingkan
larutan kerja 0,1 ppm. Hal ini terjadi karena konsentrasi larutan kerja 0,5 ppm lebih
besar daripada larutan kerja 0,1 ppm sehingga nitrit yang mengkompleks dengan
reagen warna lebih banyak.

101. Syarat metode kolorimetri adalah larutan harus berwarna. Jika


larutan tidak berwarna maka dilakukan pengompleksan dengan penambahan reagen
warna. Syarat reagen warna adalah sebagai berikut :

a. Warna yang terbentuk stabil


b. Reaksi pewarnaan harus spesifik
c. Larutan harus transparan
d. Kesensitifannya tinggi
e. Ketepatan ulang tinggi
f. Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi

102. Dari hasil pengukuran, panjang gelombang nitrit pada larutan


kerja 0,5 ppm dan 0,1 ppm dapat diketahui bahwa absorbansi yang ditunjukkan
berbeda-beda. Larutan kerja 0,5 ppm menunjukkan absorbansi yang lebih besar
daripada larutan kerja 0,1 ppm. Hal tersebut dapat membuktikan bahwa besarnya
konsentrasi dapat mempengaruhi nilai absorbansi.

103. Dari data hasil pengamatan yang didapatkan, dapat diketahui


bahwa walaupun nilai absorbansi antara larutan kerja tersebut berbeda, tetapi
keduanya memiliki panjang gelombang maksimum yang sama yaitu 480 nm.
Sedangkan nilai absorbansi pada panjang gelombang maksimum untuk larutan 0,5
ppm adalah 1,813 , dan larutan kerja 0,1 ppm adalah 0,420.

104. Berdasarkan teori, panjang gelombang maksimum untuk nitrit


adalah 543 nm. Sedangkan hasil pengukuran pada praktikum ini menunjukkan adanya
kesalahan pada pengukuran dengan spektrofotometer di praktikum ini. Kesalahan
tersebut mungkin terjadi karena :

a. Spektrofotometer yang sudah tidak baik.


105. Spektrofotometer yang sudah tidak bekerja dengan baik dapat
disebabkan karena beberapa faktor misalnya umur alat yang sudah lama &
bagian-bagian penting dari spektrofotometer terganggu (bagian penting
tersebut adalah monokromator, detektor, sumber cahaya dan kuvet).
b. Kuvet yang kotor atau sudah lecet.
c. Kesalahan dari praktikan yang kurang tepat mengatur panjang gelombang.
Hal ini dipersulit karena pengatur panjang gelombang pada alat masih
dilakukan dengan manual.
d. Peletakan kuvet yang tidak sesuai pada tempat kuvet.

106. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Penggunaan Spektrofotometer adalah :

a. Alat harus dipanaskan sebelum digunakan selama ± 15 menit agar dapat


bekerja lebih maksimal.
b. Hindarkan spektrofotometer dari tekanan saat pengukuran karena dapat
mempengaruhi hasil pembacaan.
c. Posisi peletakan kuvet harus diperhatikan. Tanda garis putih pada kuvet
diusahakan menghadap ke depan.
d. Kuvet hanya dipegang bagian atasnya untuk menghindari menempelnya
lemak yang dapat mempengaruhi absorbansi cahaya.
e. Proses pengukuran harus dilakukan dengan cepat agar sampel tidak terlalu
banyak terkena cahaya dari luar sehingga hasil pengukuran menjadi tidak
tepat.
f. Sebelum dimasukkan ke tempat kuvet, kuvet harus selalu dalam keadaan
bersih.

107. Cara perawatan sprektrofotometer :

a. Spektrofotometer diletakkan ditempat yang bebas dari getaran dan tekanan.


b. Spektrofotometer diletakkan ditempat yang kering serta ruangan yang
intensitas cahayanya kecil.
c. Spektrofotometer sebaiknya jangan dipindah-pindahkan.
108. Cara perawatan kuvet :

a. Bagian dalam kuvet tidak boleh dicuci dengan sikat, karena dapat merusak
bagian dalam kuvet.
b. Setelah selesai digunakan, kuvet harus segera dibilas dengan aquades untuk
mencegah terbentuknya kerak.
c. Saat pencucian, kuvet juga tidak boleh bergesekan karena dapat merusak
permukaan luar kuvet sehingga menyebabkan kesalahan pembacaan.
109.
 Pembahasan hasil diskusi :
1. Apakah dasar pemilihan reagen warna ?
110. Jawab : reagen warna harus membentuk warna yang stabil, spesifik,
larutan harus transparan, kespesifikannya tinggi, ketepatan ulang tinggi, dan
warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi.
2. Apakah pengaruh tekanan pada pengukuran dengan spektrofotometer ?
111. Jawab : jika ada tekanan, angka yang dibaca dimonitor tidak akan
stabil. Hal ini diseakan karena cahaya yang diserap dan diteruskan oleh
monokromator tidak stabil. Saat ada getaran, maka posisi kaca pada
monokromator akan berubah sehingga absorbansi yang ditunjukkan tidak
stabil.
3. Kenapa harus menggunakan 2 reagen warna?
112. Jawab : karena kedua reagen warna tersebut memang sudah spesifik
dan sensitif untuk pengukuran nitrit. Apabila hanya menggunakan 1 reagen
warna bisa saja tidak akan terjadi adanya warna. Prinsip pembentukan warna
adalah reaksi pembentukan warna yang berdasarkan pada reaksi drazotisasi
kopling yaitu reaksi nitrit dengan sulfalinamide dalam suasana asam
membentuk azo direaksikan dengan NED menghasilkan suatu kompleks diazo
yang membentuk warna komplementer merah keunguan.
4. Apakah fungsi dari masing-masing bagian alat spektrofotometer ?
113. Jawab : a) Monitor berfungsi untuk menampilkan hasil
absorbansi/transmitasi pada sampel. b) Mode untuk setting. c) OA untuk
mengenolkan hasil absorbansi dari larutan blanko. d) Pengatur panjang
gelombang untuk mengatur panjang gelombang yang diinginkan. e) Penunjuk
panjang gelombang untuk menunjukkan panjang gelombang yang berupa
skala. f) Tempat meletakkan kuvet untuk meletakkan kuvet yang sudah berisi
blanko/sampel. g) 0% T untuk mengukur transmitasi.
5. Hambatan apa yang dapat terjadi pada pengukuran dengan spektrofotometer ?
114. Jawab : hambatan yang dapat terjadi antara lain getaran, sinar dari luar,
kotoran atau debu pada kuvet, kecepatan pengukuran, dan spektrofotometer
yang harus dikalibrasi.
6. Kenapa kuvet terbuat dari silica ?
115. Jawab : Boleh menggunakan bahan kaca boleh juga dari kuarsa. Syarat
bahan yang digunakan adalah inert (tidak ikut bereaksi).
7. Kenapa reagen warna II harus didiamkan selama 1 jam ?
116. Jawab : Agar terbentuk zat pengompleks.
8. Kenapa ada sumber lampu yang berbeda ? apa maksudnya ?
117. Jawab : Karena pada spektrofotometer UV – VIS digunakan dua lampu
yaitu lampu tungsten untuk daerah tampak dan lampu deuterium untuk daerah
UV.
9. Apakah hubungan antara konsentrasi dan absorbansi ?
118. Jawab : Huungan konsentrasi dengan absorbansi adalah berbanding
lurus. Konsentrasi larutan juga tidak boleh terlalu pekat karena dapat
menyebabkan homogenitas larutan yang tidak sama, apabila konsentrasi
terlalu rendah juga tidak bagus kareena keterulangan pengukuran akan
menghasilkan hasil yang berbeda. Panjang gelombang maksimal berbeda-
beda setiap zat.
10. Apakah hubungan panjang gelombang dengan absorbansi ?
119. Jawab : Tiap zat memiliki absorbansi yang maksimal di titik tertentu
yang dapat muncul 3x atau lebih, tergantung pada kemampuan zat.
Absorbansi berbanding lurus dengan panjang gelombang.
11. Apakah pengaruh interval lamda ?
120. Jawab : Jika interval yang digunakan kecil, data akan lebih akurat
karena disetiap titik mendapat pengukuran, tetapi linieritasnya berkurang.
Pada saat praktikum menggunakan lamda 10 supaya lebih cepat.
12. Kenapa menggunakan 2 larutan kerja (0,1 dan 0,5 ppm) ?
121. Jawab : Agar hasil kurva nantinya linier. Kita boleh menggunakan
larutan kerja selain 0,1 ppm dan 0,5 ppm, tetapi harus dipastikan agar masih
linier.
13. Apakah pengaruh tissue terhadap pengukuran ?
122. Jawab : Apabila tissue tersebut meninggalkan serpihan-serpihan kecil
pada kuvet, hal itu akan mempengaruhi pengukuran karena akan menghambat
cahaya untuk menembus medium dalam kuvet. Selain itu, apabila kuvet
terlalu sering dilap dengan tissue juga dapat mengakibatkan kuvet lecet dan
lecetnya kuvet tentu akan sangat mempengaruhi hasil pengukuran.
14. Kenapa reagen warna bisa berwarna ?
123. Jawab : Prinsip pembentukan warna : Reaksi pembentukan warna
didasarkan pada reaksi diazotisasi kopling yaitu reaksi nitrit dengan
sulfanilamide dalam suasana asam membentuk azo, direaksikan dengan NED
menghasilkan suatu kompleks diazo yang membentuk warna komplementer
merah keunguan.
15. Bagaimana jika sprektofotometer hasilnya melenceng ?
124. Jawab : Jika sperktrofotometer hasilnya melenceng maka perlu
dilakukan kalibrasi di balai kalibrasi.
16. Kenapa peletakan kuvet harus lurus dengan tanda garis putih ?
125. Jawab : karena dalam posisi tersebut dianggap paling stabil. Posisi
peletakan juga menjadi tetap dan hal tersebut juga dapat memperkecil
kemungkinan kesalahan pengukuran.
17. Kenapa pengukuran harus cepat ?
126. Jawab : Agar sampel tidak terlalu banyak terkena cahaya dari luar
sehingga hasil pengukuran menjadi tidak tepat. Tetapi sebenarnya tidak harus
cepat, yang terpenting adalah cekatan karena bila terlalu lama didiamkan,
nitrit bisa berubah akibat adanya oksigen (nitrit bersifat tidak stabil).
127.
H. KESIMPULAN
1. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitan atau
absorben suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
2. Prinsip analisa nitrit secara spektrofotometer didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik.
3. Pada penentuan panjang gelombang larutan nitrit-N digunakan 2 reagen warna.
Reagen warna I dibuat dari sulfanilamide yang dilarutkan dengan penambahan
campuran larutan HCl pekat dan aquades. Reagen warna II dibuat dari NED
dihydrochloride yang dilarutkan dengan aquades.
4. Cara menggunakan spektrofotometer adalah alat dihidupkan dan dipanaskan selama
15 menit, dimasukkan kuvet yang berisi larutan blanko dan ditekan OA untuk
mengenolkan, lalu dimasukkan larutan nitrit dan dibaca absorbansinya.
5. Panjang gelombang maksimum (ʅ max) adalah panjang gelombang dimana terjadi
absorbansi maksimum. Pada praktikum ini didapatkan panjang gelombang maksimum
(ʅ max) untuk larutan nitrit sebesar 480 nm. Panjang gelombang maksimum (ʅ max)
sebesar 480 nm tersebut didapatkan dari absorbansi maksimum larutan kerja 0,1 ppm
yaitu 0,420 dan dari larutan kerja 0,5 ppm yaitu 1,813.
128.
129.
130.
I. DAFTAR PUSTAKA
131.

132. Agustina, 2012.Spektrofotometer, online , http://iyanalidasi.blogspot.com,1 Juni


2013.

133. Aljabbar, 2008, Gelombang, online, http://aljabbar.wordpress.com, 8 Juni 2013.

134. Edy, 2009, Kimia Analisis”Spektrofotometri”,online, http://www.chem-is-try.org,


8 Juni 2013.

135. Fiona, 2012, Spektrofotometri, online,http://finnfiona.wordpress.com, 8 Juni


2013.

136. Hikmah, 2012, Spektrofotometri, online, http://hikmaharifblog.blogspot.com, 1


Juni 2013.

137. Hilda, 2013, Sprektofotometer, online, http://hilda09.student.ipb.ac.id, 1 Juni


2013.

138. Lab Industri, 2013, Spektrofotometer, online, http://lab_industri.blogspot.com, 8


Juni 2013.

139. Maisyah, 2008, Spekfotometri, online, http ://rgmaisyah.wordpres.com, 8 Juni


2013.
140. Pranata, 2013, Praktikum Kimia Analitik Instrumen, online
,http://pranatagiat.blogspot.com, 8 Juni 2013.

141. Zullyandri, 2013, Penerapan Fotometri, online,


http://zullyandri47.weblog.esaunggul.ac,id, 1 Juni 2013.

142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
J. LEMBAR PENGESAHAN

164. Mengetahui Denpasar, 20 Juni 2013


165. Pembimbing I Praktikan
166.
167.
168.
169. (I Nyoman Mastra, S.KM., M.Si)
( Analis Kesehatan )
170.
171. Pembimbing II Pembimbing III
172.
173.
174.
175. (A.A Ngr Putra R.P, S.Farm., Apt)
( Jannah Sofy Yanti, S.Si)
176.
177.

178.
179.

180.

181.

182.

183.

184.

185. LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI


186. PEMBUATAN KURVA KALIBRASI NITRIT-N DAN
PENENTUANKONSENTRASI NITRIT-N PADA SAMPEL AIR
187.
188.
189.
190.
191.

192.

193. OLEH:

194. Mahasiswa Analis Kesehatan


195. SEMESTER II
196.
197.
198.

199.

200.

201.

202.

203.

204. POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


205. KEMENTERIAN KESEHATAN RI
206. D III JURUSAN ANALIS KESEHATAN
207. 2013
208. PRAKTIKUM VI & VII
209.
210. Pembuatan Kurva Kalibrasi Nitrit-N dan
211. Penentuan Konsentrasi Nitrit-N pada Sampel Air
212.
213. Tanggal Praktikum : Praktikum VI: Senin, 20 Mei 2013
214. Praktikum VII: Senin, 27 Mei 2013
215. Tempat : Laboratorium Hematologi Jurusan Analis
KesehatanPoltekkes Denpasar
A. Tujuan
I. Tujuan Instruksional Umun
a. Mengetahui jenis instrument laboratorium serta memahami prinsipkerjanyaI.
b. Menggunakan , memelihara, dan mengkalibrasi serta memperbaikikerusakan
ringan instrumen tersebut.
II. Tujuan Instruksional Khusus
a. Mahasiswa mengetahui cara pembuatan kurva kalibrasi nitrit.
b. Mahasiswa mengetahui cara menentukan koefisien korelasi.
c. Mahasiswa mengetahui cara menggunakan kurva kalibrasi nitrit.
d. Mahasiswa mengetahui konsentrasi nitrit dalam sampel air.
216.
B. Dasar Teori
217. Analisis Spektroskopi didasarkan pada interaksi radiasi dengan spesies
kimia. Berprinsip pada penggunaan cahaya/tenaga magnek atau listrik untuk
mempengaruhi senyawa kimia sehingga menimbulkan tanggapan.Tanggapan tersebut
dapat diukur untuk menetukan jumlah atau jenis senyawa. Cara interaksi dengan suatu
sampeldapat dengan absorpsi, pemendaran (luminenscence) emisi, dan
penghamburan(scattering) tergantung pada sifat materi.Teknik spektroskopi meliputi
spektroskopiUV-Vis, spektroskopi serapan atom, spektroskopi infra merah,
spektroskopifluorensi, spektroskopi NMR, spektroskopi massa (Khophar, 2003).
218. Metoda penyelidikan dengan bantuan spektrometer disebut
spektrometri. Dengan sumber cahaya apapun, spektrometer terdiri atas sumber sinar,
prisma, selsampel, detektor dan pencatat. Fungsi prisma adalah untuk memisahkan
sinar polimkromatis di sumber cahaya menjadi sinar monokromatis, dan dengan
demikian memainkan peran kunci dalam spektrometer. Dalam spektrometer modern,
sinar yangdatang pada sampel diubah panjang gelombangnya secara kontinyu. Hasil
percobaan diungkapkan dalam spektrum dengan absisnya menyatakan panjang
gelombang (atau bilangan gelombang atau frekuensi) sinar datang dan ordinatnya
menyatakan energiyang diserap sampel (Underwood, 1986).
219. Spektrofotometer sesuai dengan namanya merupakan alat yang terdiri
dari spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorbsi. Jadi spektrofotometer digunakan
untuk mengukur energi cahaya secara relatif jika energi tersebut
ditransmisikan,direfleksikan atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum sinar tampak yang sinambung
dan monokromatis. Sel pengabsorbsi untuk mengukur perbedaan absorbsi antara
cuplikan dengan blanko ataupun pembanding.
220. Prinsip pengukuran pada alat spektofotometer adalah seberkas cahaya
monokromatis yang dijatuhkan pada suatu larutan berwarna dengan ketebalan
tertentu, maka sebagian dari sumber cahaya tersebut akan diabsorbsi oleh
larutan berwarna tersebut. Banyaknya cahaya yang terabsorbsi tergantung dari
konsentrasi zat dalam larutan tersebut.Ion nitrit dalam suasana asam pada pH 2 – 2,5
akan bereaksi dengan sulfanilamide dan N-(1-naplhy) ethylene diamine
dihyrochloride membentuk senyawa azo yang berwarna merah keunguan. Warna yang
terbentuk dapat diukur absorbansinya secara spektofotometri pada panjang gelombang
maksimum yang didapatkan.
221. Nitrit ( NO2 ) merupakan salah satu bentuk senyawa Nitrogen, dalam
hal ini nitrit adalah derivat senyawa nitrogen. Nitrit dalam bentuk senyawa ionik di
simbolkan dengan NO2- yang merupakan hasil oksidasi senyawa ammonia (NH 3 dan
NH4+ ). Proses oksidasi ini berlangsung dengan bantuan bakteri nitrifikasi yaitu
bakteri nitrosomonas. Jika oksidasinya berlanjut maka akan menghasilkan nitrat.
Proses reduksi nitrit ( NO2 ) akan menghasilkan nitrogen bebas ( N2 ) di udara. Proses
oksidasi pada ammonia menjadi nitrit memerlukan oksigen bebas dalam air. Adanya
nitrit ( NO2 ) dalam air minum / air bersih dapat di deteksi dan di analisa. Dalam hal
ini nitrit di tentukan secara koorimetris dengan alat spektrofotometer. Pada pH 2.0
sampai 2.5 nitrit bereaksi dengan diazo asam sulfanilik ( sulfanilamid ) dan N-(1-
naftil)etilendiamin dihidroklorida atau Naftilamin. Akan terbentuk senyawa berwarna
ungu atau merah atau ungu kemerah – merahan. Warna tersebut mengikuti hukum
Lambert – Beer dan menyerap sinar dengan panjang gelombang 543 nm. Metode
kolorimetri seperti ini sangat peka sehingga biasanya perlu pengenceran sampel
(Huta,2011).
222. Nitrit lebih toksik daripada ammonia atau nitrat. Nitrit dapat
mengkhawatirkan lingkungan karena ketoksikannya dalam air pabrik dan biota karena
mempengaruhi kesehatan manusia. Ion nitrit dapat berkombinasi dengan haemoglobin
menjadi sebuah bentuk methaemoglobin kompleks (Karunia, 2012).
C. Alat dan Bahan :
I. Alat :
 Spektofotometer
 Kuvet
 Labu ukur 50 mL,100 mL ,250 mL
 Pipet volumetric 1 mL, 4 mL, 5 mL, 10 mL, 15 mL, 20 mL, dan 25 mL.
 Pipet ukur 1 mL.
 Pipet tetes
 Karet hisap
 Erlenmeyer
 Rak tabung
 Botol semprot
 Corong.
 Kertas grafik
II. Bahan :
 Air suling (aquadest)
 Reagen warna I (sulfanilamide)
 Reagen warna II (NED)
 Sampel air minum
223.
D. Langkah Kerja
1. Pembutan larutan intermedia Nitrit – N 10 ppm.
224. Dipipet 4,0 mL larutan 250 ppm dan dimasukan ke dalam labu ukur 100 mL
serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
2. Pembuatan larutan baku kerja Nitrit – N 1 ppm.
225. Dipipet 25,0 mL larutan 10 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur 250,0mL
serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
3. Pembuatan larutan kerja
a. 0,01 ppm
226. Dipipet 1,0 mL larutan 1 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0mL serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
b. 0,03 ppm
227. Dipipet 3,0 mL larutan 1 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0mL serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
c. 0,05 ppm
228. Dipipet 5,0 mL larutan 1 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0mL serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
d. 0,1 ppm
229. Dipipet 10,0 mL larutan 1 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0mL serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
e. 0,2 ppm
230. Dipipet 20,0 mL larutan 1 ppm dan dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0mL serta ditambahkan aquadest sampai tepat pada tanda.
4. Membuat kurva kalibrasi Nitrit – N
a. Dipipet 25,0 mL aquadest dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Digunakan
sebagai blanko.
b. Dipipet 25,0 mL masing – masing larutan kerja dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer dan diberi label agar tidak tertukar.
c. Larutan yang terdapat pada erlenmeyer masing – masing ditambahkan reagen I
sebanyak 0,5 mL menggunakan pipet ukur dan reagen II sebanyak 0,5 mL
menggunakan pipet ukur.
d. Spektrofotometer dihidupkan.
e. Lampu visibel dihidupkan dan didiamkan ± 15 menit untuk pemanasan.
f. Diatur panjang gelombang yang memberi absorbans maksimum (λmax =480 nm)
g. Larutan blanko dituangkan kedalam kuvet dan diletakkan dalam tempat sample
pada spektofotometer. Absorbans diatur pada spektofotometer sehingga
menunjukkan nol atau zero.
h. Masing – masing larutan kerja dituangkan kedalam kuvet (darikonsentrasi kecil
ke besar) dan diletakkan dalam tempat sample pada spektofotometer.
Absorbansinya dibaca dan dicatat.
i. Hasil yang didapat digambar pada kertas grafik dengan menggunakan sumbu Y
sebagai fungsi absorbans (A) dan sumbu X sebagai fungsikosentrasi (C).
j. Kurva kalibrasi dibuat dengan memplot kosentrasi (C) terhadapabsorbansi (A)
dengan garis lurus.
5. Menentukan konsentrasi Nitrit sampel air minum
a. Dipipet 25 mL aquadest dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer.
Aquadestdigunakan sebagai blanko.
b. Dipipet 25 mL masing – masing sample dan dimasukkan kedalam erlenmeyer.
c. Ke dalam larutan blanko dan sample, ditambahkan 0,5 mL reagen warna I dan 0,5
mL reagen warna II. Dikocok hingga timbul warna lalu didiamkan 10menit.
d. Spektrofotometer dihidupkan, diatur pada lampu visible lalu didiamkan 15menit.
e. Diatur spektrofotometer diatur pada panjang gelombang maksimum (480nm)
f. Dituang larutan blanko dituangkan ke dalam kuvet dan diletakkan di tempat
sample pada spektrofotometer. Absorban pada spektrofotometer diatur sehingga
menunjukkan nol.
g. Dituang masing – masing sample dituangkan ke dalam kuvet dan di letakkan
dalamtempat sample pada spektrofotometer. Absorbansinya dibaca dan dicatat.
h. Ditentukan konsentrasi (ppm) Nitrit – N dari sample tersebut dapat ditentukan
dengan melihat absorbannya.
231.
E. Hasil Pengamatan
 Gambar Larutan Kerja 0,01 ppm, 0.03 ppm, 0,05 ppm, 0,1 ppm, dan 0,2 ppm
232.
233.
234.
235.
236.
237.
238.
 Pembuatan Kurva Kalibrasi
239. Konsentrasi Standar (C) 241. Absorbans (A)
240. X (ppm) 242. Y
243. 0,01 ppm 244. 0.037
245. 0,03 ppm 246. 0.118
247. 0,05 ppm 248. 0.200
249. 0,1 ppm 250. 0.375
251. 0,2 ppm 252. 0.784
253.
255. Konsentrasi 257. Absorb
254.
Standar (C) ans (A) 259. X2 260. Y2 261. XY
No
256. X (ppm) 258. Y
262. 264. 0 265. 0, 266. 0, 267. 0,0
263. 0,01 ppm .03
1 7 0001 001369 0037

268. 270. 0 271. 0, 272. 0, 273. 0,0


269. 0,03 ppm .11
2 8 0009 013924 0354

274. 276. 0 277. 0, 278. 0, 279. 0,0


275. 0,05 ppm .20
3 0 0025 04 1

280. 282. 0 283. 0, 284. 0, 285. 0,0


281. 0,1 ppm .37
4 5 01 140625 3754

286. 288. 0 289. 0, 290. 0, 291. 0,1


287. 0,2 ppm .78
5 4 04 614656 568
292. 295. ʅ 296. ʅ 297. ʅX
294. ʅY=
n= 293. ʅX= 0,39 X2 Y2= Y=
1,514
5 =0,0535 0,810574 0,20821
298.
299. Persamaan garis :
300. Y= A + BX
301. B = 305.
306.
307.
n. ∑ XY −∑ X . ∑ Y 308. A =
2 2
n . ƩX −( ƩX ) ∑ Y −b . ∑ X
n
302. =
309. =
5 x 0,20821−0,39 x 1,514 1,514−3,904 x 0,39
2 5
5 .0,0535−( 0,39)
310.
303. =
311. =
1,514−1,52256
1,04105−0,59046 5
0,2675−0,1521
312. = - 0,001712
304. = 3,904
313. Jadi, Y = 3,904X – 0,001712
n . ∑ XY −∑ X . ∑ Y
314. r =

{ n . ƩX 2−( ƩX )2 }{n . ƩY 2− ( ƩY )2 }
5 x 0,20821−0,39 x 1,514
315. = √{5 .0,0535−(0,39) } {5 . 0,810574−( 1,514 ) }
2 2

0,45059
316. = √ 0,1154 x 1,760674

317. = 0,99962
318.
 Perhitungan Konsentrasi (X) sebenarnya
a. Y = BX + A
319. 0,037 = 3,904X – 0,001712
320. X = 0,009 ppm
b. Y = BX + A
321. 0,118 = 3,904X – 0,001712
322. X = 0,030 ppm
c. Y = BX + A
323. 0,200 = 3,904X – 0,001712
324. X = 0,051 ppm
d. Y = BX + A
325. 0,375 = 3,904X – 0,001712
326. X = 0,096 ppm
e. Y = BX + A
327. 0,784 = 3,904X – 0,001712
328. X = 0,201 ppm
329.
 Kurva Kalibrasi
Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi
0.900
0.800
KURVA KALIBRASI
0.700
0.600
0.500
ABSORBANSI (Y) 0.400

0.300
0.200
KURVA KONSENTRASI STANDAR NITRIT SEBENARNYA
0.100
0.000
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250

KONSENTRASI (X)

330.
331.
 Penentuan Konsentrasi Nitrit-N dalam sampel air minum
332. Sampel 333. Absorbansi (Y) 334. Konsentrasi
Air Minum 336. I 337. II 338. III Sampel (ppm) X
340. Fontan 341. 0,0 343. 0,00
342. 0,001 344. 0,00069
a 01 1
346. 0,0 348. 0,01
345. Vit 347. 0,014 349. 0,00420
15 5
351. 0,0 353. 0,09
350. Oasis 352. 0,093 354. 0,02390
90 2
356. 0,0 358. 0,00
355. Cleo 357. 0,001 359. 0,00069
01 1
360.
361. Perhitungan :
a. Fontana
362. Rata-rata absorbansi Nitrit – N dalam air minum Fontana
0,001+ 0,001+ 0,001
363. Y = 3

364. = 0,001
Y + 0,001712
365. X = 3,904
0,001+ 0,001712
366. = 3,904

367. = 0,00069 ppm


b. Vit
368. Rata-rata absorbansi Nitrit – N dalam air minum Vit
0,015+ 0,014+0,015
369. Y = 3

370. = 0,0147
Y + 0,001712
371. X = 3,904

0,0147+0,001712
372. = 3,904

373. = 0,00420 ppm


c. Oasis
374. Rata-rata absorbansi Nitrit – N dalam air minum Oasis
0,090+ 0,093+0,092
375. Y = 3

376. = 0,0916
Y + 0,001712
377. X = 3,904

0,0916+0,001712
378. = 3,904

379. = 0,02390 ppm


d. Cleo
380. Rata-rata absorbansi Nitrit – N dalam air minum Cleo
0,001+ 0,001+ 0,001
381. Y = 3

382. = 0,001
Y + 0,001712
383. X = 3,904

0,001+ 0,001712
384. = 3,904

385. = 0,00069 ppm


 Kurva Sampel Air Minum

KURVA SAMPEL
0.1
0.09
0.08

0.06

0.04

0.02
0.01

00
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
386.
F. Pembahasan
 Pembuatan Kurva Kalibrasi Nitrit
387. Ada beberapa langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif suatu zat atau
larutan adalah ;
1. Pembentukan warna (untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang kuat),
2. Penentuan panjang gelombang maksimum,
3. Pembuatan kurva kalibrasi,
4. Pengukuran konsentrasi sampel.
388. Dengan membandingkan serapan radiasi oleh sampel terhadap larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditentukan konsentrasi sampel.
Penentuan konsentrasi zat dalam contoh dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan
cara kurva kalibrasi dan cara standar adisi. Dalam praktikum ini penentuan kadar nitrit
dilakukan dengan menggunakan cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan
dengan menggunakan cara iniadalah pembuatan deret larutan standar, larutan standar
yang digunakan dalam praktikum ini adalah 5 larutan standar dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu 0,01 ppm, 0,03 ppm, 0,05 ppm, 0,1 ppm, dan 0,2 ppm. kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang 480 nm. Setelah itu hasil yang diperoleh
dimasukkan ke dalam persamaan garis dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi
dengan serapan. Dengan mengukur serapan sampel dan memasukannya kedalam
persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel
akan diketahui.
• Penentuan Koefisien Korelasi
389. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan antara dua variabel,
yang memiliki nilai antara -1 dan 1. Jika variabel-variabel keduanya memiliki hubungan
linier sempurna, koefisien korelasi itu akan bernilai 1 atau -1. Tanda
positif/negatif bergantung pada apakah variabel-variabel itu memiliki hubungan secara
positif atau negatif. Koefisien korelasi bernilai 0 jika tidak ada hubungan yang linier
antara variabel. Koefisien korelari menunjukkan hubungan linier dan arah hubungan dua
variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi pula.
Sebaliknya jika koefisien korelasi negatif maka kedua variable mempunyai hubungan
terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah
dan sebaliknya. Dalam praktikum ini penentuan koefisien korelasi (r) dilakukan dengan
cara memasukkan nilai Konsentrasi (X) dan nilai absorbansi ke dalam rumus berikut ini :
Hasil koefisien korelasi yang dapat digunakan adalah ± 0,99. Jika hasil yang didapat jauh
dari standar yang ditentukan ( 0,99 ) maka pengukuran harus diulang. Dalam praktikum
ini setelah dihitung diperoleh hasil nilai koefisien korelasi yaitu 0,99962 jadi analisa
sampel dapat dilajutkan karena nilai koefisien korelasi yang didapatkan telah memenuhi
standar.
• Penggunaan Kurva Kalibrasi Nitrit
390. Kurva kalibrasi merupakan grafik yang menyatakan hubungan kadar
larutan kerja dengan hasil pembacaan absorbansi yang merupakan garis lurus.
Dalam praktikun ini kurva kalibrasi digunakan dalam menentukan konsentrasi nitrit
dalam air minum. Dalam pembuatan kurva kalibrasi selain menggunakan nilai
Konsentrasi(X) dan absorbansi (Y) juga perlu ditentukan nilai dari konstanta (A) dan nilai
koefisien regresi (B) dengan rumus sebagai berikut : Dai nilai – nilai tersebut maka kan
didapatkan persamaan garis yang mempunyai bentuk umun Y = A + BX. Dimana setelah
persamaan ini nantinya akan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi dan menentukan
kadar nitrit dalam sampel.
• Konsentrasi Nitrit Dalam Sampel Air
391. Konsentrasi nitrit dalam sampel air minum dapat ditentukan dengan
rumus persamaan garis yang diperoleh saat pembuatan kurva kalibrasi nitrit dengan
memasukkan nilai absorbansi (Y), konstanta (A), dan koefisien regresi (B) dimana rumus
tersebut adalah sebagai berikut : Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai konstanta
yaitu - 0,001712 dan koefisien regresi yaitu 3,904. Sampel air minum yang diuji adalah
air minum merek Fontana, vit, oasis, dan cleo. Konsentrasi sampel air minum setelah
dilakukan pengukuran didapatkan hasil konsentrasinya yaitu Fontana= 0,00069 ppm, vit=
0,00420 ppm, oasis=0,02390 ppm , dan cleo=0,00069 ppm. Keberadaan atau kandungan
nitrit dalam sampel air minum ini dijadikan sebagai parameter indikator pencemaran air.
392. Berdasarkan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum, baku mutu kadar nitrit dalam
air minum adalah 3 mg/l. Sedangkan berdasarkan Kepermenkes No. 416 Tahun 1990
tentang persyaratan kualitas air minum, kadar nitrit sebagai N yang diperbolehkan
maksimal 1,0 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi nitrit dalam air minum
dengan 4 merek air minum yang dilakukan pada praktikum ini maka air minum yang diuji
tersebut masih memenuhi standar karena mempunyai kadar nitrit berdasarkan kedua
ketentuan yang digunakan.
393.
G. Kesimpulan
1. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan cara membuat hubungan antara nilai
absorbansi dan konsentrasi sampel yang telah dimasukkan ke dalam persamaan garis.
2. Pembuatan koefisien korelasi dilakukan dengan cara memasukkan nilai konsentrasi dan
absorbansi ke dalam rumus :
n . ∑ XY −∑ X . ∑ Y
394. r =
√{ n . ƩX −( ƩX ) }{n . ƩY − ( ƩY ) }
2 2 2 2

3. Kurva kalibrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi nitrit dalam air minum dengan
cara memasukkan nilai absorbansi analit pada kurva kalibrasi kemudian dicari titik
perpotongan terhadap konsentrasi (X).
4. Konsentrasi sampel air minum setelah dilakukan pengukuran didapatkan hasil
konsentrasinya yaitu Fontana= 0,00069 ppm, vit= 0,00420 ppm, oasis=0,02390 ppm , dan
cleo=0,00069 ppm. Sehingga masih memenuhi syarat kualitas air karena kadarnya di
bawah standar konsentrasi maksimal nitrit dalam air minum.
395.
H. Daftar Pustaka
396. Anonim. 2011. Makalah Praktikum Instumentasi Spektroskopi. Online.
Available: http://ml.scribd.com/doc/86641292/Makalah-Praktikum-
Instrumen-Spektroskopi, diakses tanggal 8 Juni 2013.
397. Dinas Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Download,Sulsel.go.id/nem/pdf/peraturan/kmk/syarat/dan/pengawasan/kualit
asair/minum.pdf, diakses tanggal 8 Juni 2013
398. Dinas Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Download,web.ipb.ac.id/permenkes/pdf, diakses tanggal 8 Juni 2013
399. Huta. 2011. Nitrit (NO2). Online. Available:
http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/nitrit-no2.html, diakses
tanggal 8 Juni 2013
400. Karunia. 2012. Analisis Nitrit. Online. Available:
http://karuniacahayafajar.blogspot.com/2012/11/revisi-i-17-oktober-2012-
analisis.html, diakses tanggal 8 Juni 2013
401. Khophar S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . UI-Press. Jakarta.
402. Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif . Erlangga. Jakarta.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
I. Lembar Pengesahan
416. Denpasar, 21 Juni 2013
417. Praktikan
418.
419.
420. an.Mahasiswa Analis Kesehatan Semester II
421.
422. Mengetahui,
423. Pembimbing 1 Pembimbing 2
424.
425.
426. (Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) (Jannah Sofi Yanty,
S.Si)
427.
428. Pembimbing 3
429.
430.
(B. A. Ngurah Putra R. Prasetya, S.Farm.,Apt)
431.
432.

Anda mungkin juga menyukai