OLEH:
Mahasiswa Analis Kesehatan
SEMESTER II
I. Tujuan
1.1. Umum
1. Mengetahui jenis instrument laboratorium serta memahami prinsip kerjanya.
2. Menggunakan, memelihara, dan mengkalibrasi serta memperbaiki kerusakan
ringan instrument tersebut.
1.2. Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja centrifuge.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara kerja centrifuge.
3. Mahasiswa mengetahui cara pemeliharaan dan perawatan centrifuge.
Layar Tombol
speed “on
Tombol
Layar “off”
time
Tabung
centrifuge
berbentuk Tabung
runcing centrifuge
berbentuk
bulat
VI. Pembahasan
Centrifuge adalah alat yang digunakan untuk memisahkan partikular padat dalam
cairan. Salah satu parameter penting dalam pemisahan dengan alat ini adalah kecepatan
(speed) yang digunakan. Cara kerja alat ini adalah dengan gaya centrifugal yang
dibutuhkan oleh rotor (pemutar tabung centrifuge). Pada rotor, terdapat tempat untuk
meletakkan tabung centrifuge. Rotor ini akan berputar dengan kecepatan sesuai seperti
yang ditentukan dengan waktu tertentu. Putaran rotor tersebutlah yang akan memaksa
partikel padat untuk terkumpul/mengendap di dasar tabung centrifuge. Alat ini bekerja
dengan menggunakan prinsip sedimentasi, dimana percepatan centrifugal menyebabkan
zat yang lebih padat akan mengendap di dasar tabung. Dengan cara yang sama, benda
ringan akan cenderung bergerak ke atas tabung (melayang). Gaya centrifugal yang
dihasilkan berasal dari putaran motor listrik (rotor) yang mendapatkan supply. Semakin
tinggi putaran motor, maka semakin besar gaya centrifugal yang dihasilkan, begitu juga
sebaliknya.
Pada centrifuge yang digunakan pada praktikkum kali ini berjenis Genelar
Purpose Centrifuge dan terdapat 8 buah lubang pada rotor yang digunakan sebagai
tempat dari tabung centrifuge. Terdapat pula bantalan pada dasar tempat tabung tersebut.
Bantalan tersebut berfungsi sebagai penyangga tabung centrifuge, sehingga tidak akan
pecah ketika rotor berputar dengan kecepatan tinggi karena adanya getaran yang keras.
Adapun bagian-bagian dari centrifuge, yaitu:
1 Rotor Adalah sebuah alat mekanik yang berputar. Dalam hal ini,
selain sebagai alat yang berputar, pada rotor juga terdapat
lubang-lubang yang digunakan sebagai tempat
meletakkan tabung centrifuge.
2 Tombol “on” Untuk menghidupkan alat.
3 Tombol “off” Untuk menghidupkan alat.
4 Tombol “speed Untuk mengatur kecepatan putar rotor.
control”
5 Tombol “timer” Untuk mengatur waktu putar rotor.
6 Layar speed Untuk mengontrol/menunjukkan kecepatan rotor yang
sedang berputar.
7 Layar time Untuk menunjukkan/mengontrol waktu yang masih
dibutuhkan
Centrifuge merupakan alat semi kualitatif dan kuantitatif. Dikatakan demikian
karena centrifuge digunakan untuk mengamati secara kualitatif perpisahan/mendapatkan
pisahan dari padatan yang terdapat dalam cairan, namun alat ini menggunakan parameter
waktu dan kecepatan yang merupakan parameter kuantitatif.
Adapun beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam penggunaan
centrifuge, yaitu:
1. Centrifuge butuh alat pendingin. Hal tersebut dikarenakan oleh perputaran dengan
kecepatan tinggi oleh centrifuge menimbulkan getaran yang keras, yang geteran
tersebut kemudian akan menghasilkan panas. Sehingga alat pendingin dibutuhkan
untuk menjaga suhu alat agar tidak meningkat drastis, begitu pula dengan suhu
sampel yang di-centrifuge, karena suhu sampel juga akan meningkat dengan adanya
benturan-benturan antar partikel.
2. Peletakkan tabung centrifuge yang berisi sampel harus dalam posisi seimbang
(jumlah genap), dengan isi yang sama dalam tiap tabungnya. Karena, apabila tidak
demikian, akan timbul ketidakseimbangan atau ketidakstabilan pada rotor yang
menyebabkan kecelakaan pada alat (tabung pecah, alat rusak, rotor rusak, dll).
Pembahasan Diskusi
1. Apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis centrifuge?
a) General Purpose Centrifuge
- Kelebihan: dapat digunakan untuk segala macam spesimen (darah, urine,
larutan tertentu, dll).
- Kekurangan: tidak terdapat spesifikasi
b) Micro Centrifuge
- Kelebihan: dapat memutar sampel dengan kecepatan yang sangat tinggi,
sehingga membutuhkan waktu yang sedikit.
- Kekurangan: hanya dapat menampung sedikit sampel dan hanya dapat
digunakan untuk sampel yang boleh diputar dengan kecepatan tinggi.
c) Speciality Centrifuge
- Kelebihan: memiliki spesifikasi yang jelas dengan kecepatan dan waktu yang
pasti.
- Kekurangan: hanya dapat digunakan untuk 1 jenis sampel.
3. Apa pengaruh yang terjadi jika sampel yang telah memiliki ukuran kecepatan
tertentu, kecepatannya ditambah atau dikurangi?
Akibat dari penambahan dan pengurangan kecepatan tersebut adalah tidak
maksimalnya hasil kerja dari centrifuge, karena standar kecepatan yang telah
ditetapkan pada alat untuk sampel tertentu pastinya telah mempertimbangkan ±
massa zat yang akan diendapkan, maka kecepatan dan waktu yang dibutuhkan rotor
pun telah diperkirakan. Jika melebihi dari kecepatan yang telah ditetapkan, akan
menyebabkan tabung pecah, karena tekanan oleh putaran rotor akan terus ada
walaupun partikel-partikel padat dalam sampel telah sepenuhkan terendapkan.
Namun jika kecepatan dikurangi, maka kemungkinan besar partikel padat pada
sampel masih bercampur dengan cairan.
4. Apakah boleh centrifuge untuk urine digunakan untuk sampel lain seperti darah atau
feses?
Tidak, karena pada centrifuge speciality biasanya telah tercantum dan ditentukan
kecepatan beserta waktu yang dapat diproses, begitu juga untuk centrifuge spesial
untuk urine. Penjelasan pada soal nomor 3 juga berlaku pada pertanyaan ini.
7. Apa yang dapat menyebabkan tabung centrifuge pecah pada saat di-centrifuge?
- Panas berlebih, dapat terjadi karena tidak ada alat pendingin.
- Waktu dan kecepatan yang diseting berlebih dari yang seharusnya.
- Ketidak seimbangan pada rotor, dapat terjadi karena adanya kotoran pada
rotor atau tabung centrifuge, volume sampel yang tidak sama, dan kerusakan
pada alat misalnya sampel tidak mendapatkan gaya sentrifugal yang sama
besar.
- Luas penampang tabung yang tidak sesuai dengan tempatnya.
- Kondisi tabung yang kurang baik.
VII. Kesimpulan
1. Prinsip kerja centrifuge adalah menggunakan prinsip sedimentasi, dimana
percepatan centrifugal menyebabkan zat yang lebih padat akan mengendap di
dasar tabung. Dengan cara yang sama, benda ringan akan cenderung bergerak ke
atas tabung (melayang). Gaya centrifugal yang dihasilkan berasal dari putaran
motor listrik (rotor) yang mendapatkan supply. Semakin tinggi putaran motor,
maka semakin besar gaya centrifugal yang dihasilkan, begitu juga sebaliknya.
2. Cara penggunaan centrifuge yaitu, dengan menekan tombol “on”, kemudian
mengatur kecepatan dan waktu putar rotor, meletakkan tabung centrifuge pada
rotor dengan posisi seimbang (saling berhadapan), menutup centrifuge kemudia
menekan tombol start. Setelah rotor selesai berputar, menekan tombol “stop” lalu
membuka penutupnya, kemudian mengambil tabung yang telah dicentrifuge.
Menekan tombol “off”.
3. Beberapa cara perawatan centrifuge
- Dalam penggunaannya, sampel yang dicentrifuge harus berjumlah genap
dengan posisi peletakkan seimbang (saling berhadapan).
- Setelah dan sebelum penggunaan, alat dibersihkan.
- Jangan diletakkan dekat tembok atau benda lainnya saat digunakan (jarak
minimal 15 cm).
- Bagian engsel diberi pelumas setiap bulan.
Daftar Pustaka
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
(Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) (Jannah Sofi Yanty, S.Si)
Pembimbing 3
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2013
I. TUJUAN
a. Umum
1. Mengetahui jenis instrumen laboratorium serta memahami prinsip kerjanya.
2. Menggunakan, memelihara dan mengkalibrasi serta memperbaiki kerusakan
ringan.
b. Khusus
1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja turbidimeter.
2. Mahasiswa dapat mengetahui cara penggunaan turbidimeter.
3. Mahasiswa mengetahui cara pemeliharaan dan perawatan turbidimeter.
b. Bahan
1. Larutan standar
2. Tissue
3. Sampel:
- Aqua
- Air keran
- Air got
- VO2
- Aquarian
IV. CARA KERJA
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Alat turbidimeter disambungkan dengan sumber listrik dan didiamkan selama 15
menit.
3. Larutan standar diletakkan pada tempat sampel, dilakukan pengukuran dan
disesuaikan nilai pengukuran dengan cara memutar tombol pengatur hingga nilain
yang tertera pada layar sesuai dengan nilai standar.
Cara kalibrasi:
a. Ditekan tombol “call”
b. Ditunggu hingga muncul pemberitahuan untuk memasukkan larutan standar
1000 NTU.
c. Ditekan tombol enter dan ditunggu hingga muncul angka pemberitahuan
untuk memasukkan larutan standar 10 NTU.
d. Dilakukan cara yang sama untuk larutan standar 10 NTU dan 0,02 NTU.
4. Kuvet dibilas dengan aquades, lalu dibilas dengan air sampel paling sedikit 2 kali.
5. Kuvet dilap dengan tissue.
6. Sampel dimasukkan pada tempat pengukuran samprl.
7. Skala pengukuran kekeruhan dibaca (pengukuran dilakukan 3 kali dengan menekan
tombol pengulangan untuk setiap pengulangan).
V. HASIL PENGAMATAN
8 4
5 7
6 2
Batas deteksi alat ini yang paling besar yaitu 1000 NTU jika lebih maka akan muncul
tulisan “over” dan batas deteksi paling kecil yaitu 0,2 NTU apabila lebih kecil maka
“eror”.
No Keypad Fungsi
1. Tempat Kuvet Untuk meletakkan kuvet
Kuvet sampel dan larutan standar harus dibersihkan sebelum dan setelah
digunakan.
Turbiditymeter sebaiknya disimpan dalam ruangan khusus yang bebas debu dan
terhindar dari sinar matahari langsung
Sebelum digunakan alat sebaiknya dipanaskan 15-30 menit.
Dilakukan kalibrasi sebelum digunakan.
Pada praktikum kali ini dilakukan uji kekeruhan pada sampel air aqua, VO 2, air
keran, air got, dan aquaria. Dari data yang didapat menunjukkan air yang paling tinggi
tingkat kekeruhannya adalah aquaria. Tingginya hasil tersebut menunjukkan bahwa air
tersebut banyak mengandung partikel-partikel yang tersuspensi.
Hasil Diskusi
1. Bagaimana kita mengetahui turbidimeter tersebut masih berfungsi dengan baik atau
tidak?
Jawab:
Dapat diketahui dari hasil kalibrasi. Apabila hasil kalibrasi menunjukkan hasil yang
sama sesuai larutan standar artinya alat masih dalam kondisi baik. Jika jauh
melenceng alat dikatakan sudah tidak berfungsi dengan baik.
2. Apa saja faktor penghambat dari penggunaan turbidimeter? Apakah ada syarat
/spesikasi sampel yang boleh diukur dengan menggunakan alat ini?
Jawab:
Faktor penghambatnya diantaranya:
Adanya debu atau lemak pada dinding kuvet.
Adanya kerusakan pada alat.
Alat belum dikalibrasi sebelum digunakan dan lainnya.
Spesifikasi sampel yang boleh diukur yaitu sampel yang berbentuk cair.
3. Apa maksud dari kekuatan sinar pada faktor yang mempengaruhi kinerja alat ini?
Jawab:
Sejumlah cahaya ditembakkan dari sumber cahaya menuju monokromator.
Monokromator akan menguraikan cahaya dan meneruskannya menuju
kuvet yang berisikan sampel.
Ketika cahaya melewati kuvet maka terjadi 3 kemungkinan:
Cahaya akan diserap oleh partikel
Cahaya diteruskan
Cahaya dipantulkan ke segala arah
Cahaya diteruskan kemudian dideteksi oleh detektor dan mengubahnya
dalam bentuk angka.
Apabila cahaya redup maka hasil pengukuran akan kurang optimal dan apabila
cahaya terang hasilnya akan lebih akurat.
4. Darimana kita dapat mengetahui apa larutan standar masih layak digunakan atau
tidak? Terdapat 3 satuan yang dapat digunakan pada turbiditymeter. Apa perbedaan
dari ketiga satuan tersebut?
Jawab:
Larutan standar masih layak digunakkan apabila pada hasil kalibrasi hasilnya tidak
jauh berbeda dari hasil yang tertera pada larutan standar. Batas toleransi alat
turbidimeter yaitu ±0,05. Apabila hasil yang ditunjukkan jauh berbeda maka
larutan tidak layak digunakan.
Jika alat tidak dikalibrasi sebelum digunakan maka hasil yang didapatkan kurang
akurat.
VII. KESIMPULAN
1. Turbiditymeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur kekeruhan suatu
sampel .
2. Prinsip kerja alat ini yaitu alat akan memancarkan cahaya pada media atau
sampel, dan cahaya tersebut akan diserap, dipantulkan, atau menembus media
tersebut. Cahaya yang menembus media akan diukur dan ditransfer dalam
bentuk angka.
3. Cara penggunaan turbiditymeter yaitu alat turbiditymeter disambungkan ke
sumber listrik, dipanaskan 15 menit, lalu alat dikalibrasi kemudian sampel
dimasukkan ke tempat pengukuran sampel lalu skala pengukuran dibaca.
4. Cara pemeliharaan turbiditimeter dapat dilakukan dengan cara :
membersihkan kuvet baik sebelum dan setelah penggunaan,
alat seharusnya disimpan dalam ruang khusus,
sebelum digunakan alat dipanaskan selama 15 menit,
sebelum digunakkan untuk mengukur alat dikalibrasi
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Pembimbing 3
II. PRINSIP
Kandungan elektrolit pada suatu larutan mengalami ionisasi menjadi ion positif
dan ion negative. Ion-ion tersebut mengalami pergerakan menuju probe dimana
probe mempunyai dua kutub ( anoda dan katoda ) , ion yang mengandung anion
akan menempel di katoda dan yang mengandung kation akan menempel pada
anoda ,kemudian probe akan menerjemahkan nilai DHL yang diukur dalam
bentuk angka dan akan ditampilkan pada monitor / layar .
b) BAHAN
1. Aquadest
2. Larutan standar KCl 0,01 M
3. Larutan standar KCl 0,1 M
4. Larutan standar KCl 0,5 M
V. CARA KERJA
1. Kalibrasi Alat
a. Dicuci elektroda dengan larutan KCl 0,01 M sebanyak 3 kali.
b. Diatur suhu larutan KCl 0,01 M pada 250C.
c. Dicelupkan elektroda kedalam larutan KCl 0,01 M.
d. Ditekan tombol kalibrasi.
μm h os
e. Diatur sampai menunjuk angka 1413 cm (sesuai dengan
μm h os
0,1 M (DHL = 12900 cm ) atau KCl 0,5 M (DHL = 58460
μm h os
cm ).
2. Prosedur
a. Dibilas elektroda dengan contoh uji sebanyak 3 kali.
b. Dicelupkan elektroda kedalam contoh uji sampai conductivity meter
menunjukkan pembacaan yang tetap.
c. Dicatat hasil pembacaan skala atau angka pada tampilan conductivity
meter dan dicatat suhu contoh uji.
9
2
1
4
10 3
6
5
8
7
Keterangan :
1. Yes Log view : untuk menampilkan angka hasil pengukuran dalam
bentuk logaritma
2. Mode : untuk mengatur pilihan parameter pengukuran
3. Log : untuk menepatkan angka hasil kalibrasi dengan
menaikkan nilai angka kalibrasi
4. Cal : untuk kalibrasi alat
5. Log CLR : untuk menepatkan angka hasil kalibrasi dengan
menaikkan nilai angka kalibrasi
6. Set Up : untuk mengatur suhu yang digunakan
7. Tombol on / off : untuk mematikan dan menghidupkan alat
8. Print : untuk mencetak hasil
9. Monitor : layar / tempat ditampilkan angka hasil pengukuran
10. Probe :tempat menempelnya ion positif dan ion negatif
VII. PEMBAHASAN
Conductivity meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
keelektrolitan suatu sampel yang berbentuk cair. 3 aspek yang diukur oleh
conductivity meter adalah :
a. Mengukur konduktivitas
b. Mengukur salinitas
c. Mengukur TDS (Total Dissolve Solid)
Adapun pengertian dari konduktivitas salinitas dan TDS :
a. Konduktivitas
Gambaran numberik dari kemampuan suatu larutan untuk meneruskan
daya hantar listrik. Konduktivitas suatu larutan sangat tergantung pada
suhu , tidak seperti logam dimana konduktivitas elektrolit umumnya
meningkat dengan meningkatnya suhu.
b. Salinitas
Tingkat keasinan atau kadar garam dalam air. Salinitas juga dapat mengacu
pada kandungan garam dalam suatu zat.
c. TDS (Total Disolve Solid)
Ukuran zat terlarut (baik itu zat organic maupun non organic) yang
terdapat pada sebuah larutan
Hubungan antara konduktivitas , salinitas , dan TDS adalah :
Hubungan antara Konduktivitas dan Salinitas
Konduktivitas merupakan kapasitas dari air untuk memindahkan arah aliran
elektris dan bergantung pada konsentrasi ion-ion salinitas adalah tingkat
keasinan atau kadar garam terlarut dalam air laut. Jadi hubungan antara
konduktivitas dengan salinitas adalah berbanding lurus . semakin banyak
kadar garam diperairan maka semakin tinggi salinitasnya begitu pula semakin
besar nilai konduktivitasnya.
Hubungan antara Salinitas dan TDS
TDS mempunyai hubungan erat dengan salinitas sebagai contoh air laut
memiliki nilai TDS yang tinggi karena banyak mengandung senyawa kimia,
yang juga mengakibatkan tingginya nilai salinitas dan daya hantar listrik
(DHL). Hubungan antara TDS dan salinitas ditunjukkan dalam table berikut :
no Nilai TDS (Mg/L) Tingkat Salinitas
1. 0-1000 Air tawar
2. 1001-3000 Agak asin / payau
3. 3001-10.000 Keasinan sedang
4. 10.001-100.000 Asin (Saline)
5. > 100.000 Sangat asin
Konduktansi
EC (electrical conductivity) atau konduktansi adalah ukuran kemampuan suatu
bahan untuk menghantarkan arus listrik. Konduktansi (G) merupakan
kebalikan (invers) dari resistensi ( R ) ,sehingga persamaan matematika adalah
:
G=I
R
Sehingga dengan menggunakan hokum ohm , maka didasarkan definisi jika 2
plat yang diletakkan dalam suatu larutan diberi beda potensial listrik
(normalnya berbentuk sinusoida) , maka plat tersebut akan mengalir arus
listrik. Konduktansi suatu larutan akan sebanding dengan konsentrasi ion-ion
dalam larutan tersebut . Adapun hubungan antara konduktivitas dan TDS
( TDS/ppm dengan EC)
1 S/cm = 1 Mho/cm
1 µΩ/cm = 0,5 ppm
1 ppm = 2 µΩ/cm
2 kppm = 4 k µΩ/cm = 4 ms/cm = ¼ k ohm = 250 ohm
250 kpm = 20 µΩ/cm = 1/20 M ohm = 0,05 M ohm = 50 K ohm
VIII. KESIMPULAN
Conductivity meter adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
keelektrolitan suatu sampel yang berbentuk cair. 3 aspek yang diukur oleh
conductivity meter adalah :
a. Mengukur konduktivitas
b. Mengukur salinitas
c. Mengukur TDS (Total Dissolve Solid)
Prinsip kerja konduktivitimeter yaitu Kandungan elektrolit pada suatu larutan
mengalami ionisasi menjadi ion positif dan ion negative. Ion-ion tersebut
mengalami pergerakan menuju probe dimana probe mempunyai dua kutub
( anoda dan katoda ) , ion yang mengandung anion akan menempel di katoda dan
yang mengandung kation akan menempel pada anoda ,kemudian probe akan
menerjemahkan nilai DHL yang diukur dalam bentuk angka dan akan
ditampilkan pada monitor / layar .
Cara perawatan konduktivitimeter :
1. Setelah pemakaian , baterai conductivity meter dilepas. Baterai conductivity
meter mudah melelh sehingga dapat merusak bagian elektronik conductivity
meter
2. Probe dicuci dengan sabun dan air mengalir setelah digunakan
3. Saat penyimpanan probe tidak boleh basah
Cara penggunaan konduktivitimeter :
1. Alat dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan larutan standar KCl 0,01 M
2. Elektroda dibilas dengan contoh uji sebanyak 3 kali
3. Elektroda dicelupkan kedalam contoh uji sampai konduktivitimeter
menunjukkan pembacaan yang tetap
4. Dicatat hasil pembacaan angka pada tampilan konduktivitimeter
Mengetahui,
Pembimbing 1 Pembimbing 2
Pembimbing 3
METODE KOLORIMETRI
OLEH
2013
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2013
PENENTUAN PANJANG GELOMBANG NITRIT-N
METODE KOLORIMETRI
Sebagai seorang analis yang akan bekerja di laboratorium, tentu tidak akan terlepas
dari cara menentukan panjang gelombang suatu sampel larutan. Untuk dapat menentukan
panjang gelombang tersebut dapat digunakan suatu metode yang disebut metode kolorimetri.
Metode kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada
tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar dengan
menggunakan sumber cahaya polikromatis.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel
sebagai fungsi panjang gelombang. Spektrofotometer dibagi dua yaitu spektrofotometer
single beam dan spektrofotometer double beam. Perbedaan dua jenis spektrofotometer
tersebut pada pemberian cahaya. Dimana pada single beam cahaya yang melewati satu arah
sehingga nilai yang diperoleh hanya nilai absorbansi yang dimasukkan. Sedangkan
spektrofotometer double beam, nilai blanko dapat langsung diukur bersamaan dengan larutan
yang diinginkan dalam satu kali proses yang sama.
1. Sumber cahaya
Sebagai sumber cahaya pada spektrofotometer, haruslah memiliki pancaran radiasi
yang stabil dan intensitasnya tinggi.
2. Pengatur Intensitas
Berfungsi untuk mengatur intensitas sinar yang dihasilkan oleh sumber cahaya
agar sinar yang masuk tetap konstan.
3. Monokromator
Berfungsi untuk merubah sinar polikromatis menjadi sinar monokromatis sesuai
yang dibutuhkan oleh pengukuran
Macam-macam monokromator :
Prisma
Kaca untuk daerah sinar tampak
Kuarsa untuk daerah UV
Rock salt (kristal garam) untuk daerah IR
Kisi difraksi
4. Detektor
Fungsinya untuk merubah sinar menjadi energi listrik yang sebanding dengan
besaran yang dapat diukur.
Nitrit (NO2) merupakan bentuk peralihan antara ammonia dan nitrat (nitrifikasi) dan
antara nitrat dengan gas nitrogen (denitrifikasi) oleh karena itu, nitrit bersifat tidak stabil
dengan keberadaan oksigen. Nitrit ini jika dalam suasana asam (pH 2,0–2,5) akan bereaksi
dengan sulfanisme dan N-1 napthyl ethylene diamnine dihydrocloride membentuk senyawa
yang berwarna merah keunguan.
D. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
Spektrofotometer Erlenmeyer
Labu ukur 100 ml Gelas beker
Pipet volume 1 mL, 5 mL, 25 Neraca analitik
mL Batang pengaduk
Pipet ukur 1 mL Botol reagen
Pipet tetes Botol semprot
Bola hisap Kertas grafik
2. Bahan
Aquadest
HCl
Natrium nitrit
Reagen warna 1
3. Cara pembuatan :
1. Ditimbang 1 gram bubuk sulfanilamide
2. Diambil 60 ml aquadest dan ditambahkan 10 ml HCl pekat
3. Dilarutkan dan diaduk hingga homogen
4. Dipindahkan larutan ke labu ukur 100ml
5. Ditambahkan aquadest hingga tanda batas lalu ,dikocok hingga homogen
6. Dituang ke botol coklat dengan menggunakan corong yang dibantu dengan
batang pengaduk yang diletakkan vertikal
7. Diberi label nama larutan dan tanggal pembuatan (larutan dapat bertahan
hingga 1 bulan)
8. Ditunggu ±1 jam sebelum penggunaan
Reagen warna 2
4. Cara pembuatan :
1. Ditimbang 0,1 gram N-(1-napthyl)ethylene diamine dihydrochloride
2. Dilarutkan dengan aquadest sampai volume tepat 100ml
3. Diaduk dengan batang pengaduk
4. Dilarukan dalam labu ukur 100 ml
5. Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
6. Dimasukkan dalam botol coklat dengan menggunakan corong yang dibantu
dengan batang pengaduk yang diletakkan vertical
7. Diberi label nama larutan dan tanggal pembuatan (larutan dapat bertahan
hingga 1 bulan)
8. Ditunggu ± 1 jam sebelum digunakan
5.
E. CARA KERJA
1. Pembuatan larutan induk nitrit-N
Ditimbang 0,308 gram Natrum Nitrit
Dilarutkan dengan aquadest sampai volume 250 ml
Ditambahkan 0,25 ml kloroform untuk pengawet
2. Pembuatan larutan intermedia nitrit-N 10 ppm
Diambil 4 ml larutan 250 ppm
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan aquadest ingga tepat batas anda
Dikocok larutan
3. Pembuatan larutan kerja 0,1 ppm dan 0,5 ppm
a. Pembuatan larutan kerja 0,1 ppm
Diambil 1 ml (0,1 ppm) larutan 10 ppm
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
Dikocok larutan hingga homogen
b. Pembuatan larutan kerja 0,5 ppm
Diambil 5 ml (0,5 ppm) larutan 10 ppm
Dimasukkan kedalam labu ukur 100 ml
Ditambahkan aquadest hingga batas tanda
Dikocok larutan hingga homogen
4.
Penetuan panjang gelombang nitrit-N
a) Diambil 25 ml aquadest dimasukkan kedalam erlenmeyer sebagai blanko
b) Diambil 25 ml larutan kerja ke dalam erlenmeyer
c) Ditambahkan reagen warna I & II sebnyak 0,5 mL ke larutan kerja & blanko
d) Dihidupkan spektrofotometer
e) Dihidupkan lampu visible & dipanaskan selama ±15 menit
f) Diatur pajang gelombang 400 nm
g) Diletakkkan kuvet yang berisi aquadest untuk mengenolkan spektrofotometer
h) Diletakkan kuvet yang berisi larutan kerja
i) Dicatat absorbansinya
j) Digambar hasil pada kertas grafik
k) Ditentukan panjang gelombang maksimum.
F. HASIL PENGAMATAN
6. Gambar Spektorfotometer
7.
8.
9. Gambar Spektrofotometer Gambar blanko dan larutan kerja
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
0.45
0.4
0.35
0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
94.
Kurva larutan kerja 0,5 ppm
2
1.5
0.5
95.
G. PEMBAHASAN
99.Pada praktikum ini, karena larutan Nitrit tidak berwarna, maka harus
dilakukan penambahan reagen warna. Reagen warna yang dipakai untuk analisa nitrit
adalah sulfanilamide sebagai reagen warna I dan NED dihydrochloryde sebagai
reagen warna II. Jika dalam suasana asam (pH 2,0 – 2,5) nitrit akan bereaksi dengan
reagen warna I dan II membentuk warna merah keunguan.
a. Bagian dalam kuvet tidak boleh dicuci dengan sikat, karena dapat merusak
bagian dalam kuvet.
b. Setelah selesai digunakan, kuvet harus segera dibilas dengan aquades untuk
mencegah terbentuknya kerak.
c. Saat pencucian, kuvet juga tidak boleh bergesekan karena dapat merusak
permukaan luar kuvet sehingga menyebabkan kesalahan pembacaan.
109.
Pembahasan hasil diskusi :
1. Apakah dasar pemilihan reagen warna ?
110. Jawab : reagen warna harus membentuk warna yang stabil, spesifik,
larutan harus transparan, kespesifikannya tinggi, ketepatan ulang tinggi, dan
warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi.
2. Apakah pengaruh tekanan pada pengukuran dengan spektrofotometer ?
111. Jawab : jika ada tekanan, angka yang dibaca dimonitor tidak akan
stabil. Hal ini diseakan karena cahaya yang diserap dan diteruskan oleh
monokromator tidak stabil. Saat ada getaran, maka posisi kaca pada
monokromator akan berubah sehingga absorbansi yang ditunjukkan tidak
stabil.
3. Kenapa harus menggunakan 2 reagen warna?
112. Jawab : karena kedua reagen warna tersebut memang sudah spesifik
dan sensitif untuk pengukuran nitrit. Apabila hanya menggunakan 1 reagen
warna bisa saja tidak akan terjadi adanya warna. Prinsip pembentukan warna
adalah reaksi pembentukan warna yang berdasarkan pada reaksi drazotisasi
kopling yaitu reaksi nitrit dengan sulfalinamide dalam suasana asam
membentuk azo direaksikan dengan NED menghasilkan suatu kompleks diazo
yang membentuk warna komplementer merah keunguan.
4. Apakah fungsi dari masing-masing bagian alat spektrofotometer ?
113. Jawab : a) Monitor berfungsi untuk menampilkan hasil
absorbansi/transmitasi pada sampel. b) Mode untuk setting. c) OA untuk
mengenolkan hasil absorbansi dari larutan blanko. d) Pengatur panjang
gelombang untuk mengatur panjang gelombang yang diinginkan. e) Penunjuk
panjang gelombang untuk menunjukkan panjang gelombang yang berupa
skala. f) Tempat meletakkan kuvet untuk meletakkan kuvet yang sudah berisi
blanko/sampel. g) 0% T untuk mengukur transmitasi.
5. Hambatan apa yang dapat terjadi pada pengukuran dengan spektrofotometer ?
114. Jawab : hambatan yang dapat terjadi antara lain getaran, sinar dari luar,
kotoran atau debu pada kuvet, kecepatan pengukuran, dan spektrofotometer
yang harus dikalibrasi.
6. Kenapa kuvet terbuat dari silica ?
115. Jawab : Boleh menggunakan bahan kaca boleh juga dari kuarsa. Syarat
bahan yang digunakan adalah inert (tidak ikut bereaksi).
7. Kenapa reagen warna II harus didiamkan selama 1 jam ?
116. Jawab : Agar terbentuk zat pengompleks.
8. Kenapa ada sumber lampu yang berbeda ? apa maksudnya ?
117. Jawab : Karena pada spektrofotometer UV – VIS digunakan dua lampu
yaitu lampu tungsten untuk daerah tampak dan lampu deuterium untuk daerah
UV.
9. Apakah hubungan antara konsentrasi dan absorbansi ?
118. Jawab : Huungan konsentrasi dengan absorbansi adalah berbanding
lurus. Konsentrasi larutan juga tidak boleh terlalu pekat karena dapat
menyebabkan homogenitas larutan yang tidak sama, apabila konsentrasi
terlalu rendah juga tidak bagus kareena keterulangan pengukuran akan
menghasilkan hasil yang berbeda. Panjang gelombang maksimal berbeda-
beda setiap zat.
10. Apakah hubungan panjang gelombang dengan absorbansi ?
119. Jawab : Tiap zat memiliki absorbansi yang maksimal di titik tertentu
yang dapat muncul 3x atau lebih, tergantung pada kemampuan zat.
Absorbansi berbanding lurus dengan panjang gelombang.
11. Apakah pengaruh interval lamda ?
120. Jawab : Jika interval yang digunakan kecil, data akan lebih akurat
karena disetiap titik mendapat pengukuran, tetapi linieritasnya berkurang.
Pada saat praktikum menggunakan lamda 10 supaya lebih cepat.
12. Kenapa menggunakan 2 larutan kerja (0,1 dan 0,5 ppm) ?
121. Jawab : Agar hasil kurva nantinya linier. Kita boleh menggunakan
larutan kerja selain 0,1 ppm dan 0,5 ppm, tetapi harus dipastikan agar masih
linier.
13. Apakah pengaruh tissue terhadap pengukuran ?
122. Jawab : Apabila tissue tersebut meninggalkan serpihan-serpihan kecil
pada kuvet, hal itu akan mempengaruhi pengukuran karena akan menghambat
cahaya untuk menembus medium dalam kuvet. Selain itu, apabila kuvet
terlalu sering dilap dengan tissue juga dapat mengakibatkan kuvet lecet dan
lecetnya kuvet tentu akan sangat mempengaruhi hasil pengukuran.
14. Kenapa reagen warna bisa berwarna ?
123. Jawab : Prinsip pembentukan warna : Reaksi pembentukan warna
didasarkan pada reaksi diazotisasi kopling yaitu reaksi nitrit dengan
sulfanilamide dalam suasana asam membentuk azo, direaksikan dengan NED
menghasilkan suatu kompleks diazo yang membentuk warna komplementer
merah keunguan.
15. Bagaimana jika sprektofotometer hasilnya melenceng ?
124. Jawab : Jika sperktrofotometer hasilnya melenceng maka perlu
dilakukan kalibrasi di balai kalibrasi.
16. Kenapa peletakan kuvet harus lurus dengan tanda garis putih ?
125. Jawab : karena dalam posisi tersebut dianggap paling stabil. Posisi
peletakan juga menjadi tetap dan hal tersebut juga dapat memperkecil
kemungkinan kesalahan pengukuran.
17. Kenapa pengukuran harus cepat ?
126. Jawab : Agar sampel tidak terlalu banyak terkena cahaya dari luar
sehingga hasil pengukuran menjadi tidak tepat. Tetapi sebenarnya tidak harus
cepat, yang terpenting adalah cekatan karena bila terlalu lama didiamkan,
nitrit bisa berubah akibat adanya oksigen (nitrit bersifat tidak stabil).
127.
H. KESIMPULAN
1. Spektrofotometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur transmitan atau
absorben suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.
2. Prinsip analisa nitrit secara spektrofotometer didasarkan pada pengukuran serapan
sinar monokromatis oleh suatu laju larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik.
3. Pada penentuan panjang gelombang larutan nitrit-N digunakan 2 reagen warna.
Reagen warna I dibuat dari sulfanilamide yang dilarutkan dengan penambahan
campuran larutan HCl pekat dan aquades. Reagen warna II dibuat dari NED
dihydrochloride yang dilarutkan dengan aquades.
4. Cara menggunakan spektrofotometer adalah alat dihidupkan dan dipanaskan selama
15 menit, dimasukkan kuvet yang berisi larutan blanko dan ditekan OA untuk
mengenolkan, lalu dimasukkan larutan nitrit dan dibaca absorbansinya.
5. Panjang gelombang maksimum (ʅ max) adalah panjang gelombang dimana terjadi
absorbansi maksimum. Pada praktikum ini didapatkan panjang gelombang maksimum
(ʅ max) untuk larutan nitrit sebesar 480 nm. Panjang gelombang maksimum (ʅ max)
sebesar 480 nm tersebut didapatkan dari absorbansi maksimum larutan kerja 0,1 ppm
yaitu 0,420 dan dari larutan kerja 0,5 ppm yaitu 1,813.
128.
129.
130.
I. DAFTAR PUSTAKA
131.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
J. LEMBAR PENGESAHAN
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
192.
193. OLEH:
199.
200.
201.
202.
203.
0,45059
316. = √ 0,1154 x 1,760674
317. = 0,99962
318.
Perhitungan Konsentrasi (X) sebenarnya
a. Y = BX + A
319. 0,037 = 3,904X – 0,001712
320. X = 0,009 ppm
b. Y = BX + A
321. 0,118 = 3,904X – 0,001712
322. X = 0,030 ppm
c. Y = BX + A
323. 0,200 = 3,904X – 0,001712
324. X = 0,051 ppm
d. Y = BX + A
325. 0,375 = 3,904X – 0,001712
326. X = 0,096 ppm
e. Y = BX + A
327. 0,784 = 3,904X – 0,001712
328. X = 0,201 ppm
329.
Kurva Kalibrasi
Kurva Hubungan Konsentrasi dengan Absorbansi
0.900
0.800
KURVA KALIBRASI
0.700
0.600
0.500
ABSORBANSI (Y) 0.400
0.300
0.200
KURVA KONSENTRASI STANDAR NITRIT SEBENARNYA
0.100
0.000
0.000 0.050 0.100 0.150 0.200 0.250
KONSENTRASI (X)
330.
331.
Penentuan Konsentrasi Nitrit-N dalam sampel air minum
332. Sampel 333. Absorbansi (Y) 334. Konsentrasi
Air Minum 336. I 337. II 338. III Sampel (ppm) X
340. Fontan 341. 0,0 343. 0,00
342. 0,001 344. 0,00069
a 01 1
346. 0,0 348. 0,01
345. Vit 347. 0,014 349. 0,00420
15 5
351. 0,0 353. 0,09
350. Oasis 352. 0,093 354. 0,02390
90 2
356. 0,0 358. 0,00
355. Cleo 357. 0,001 359. 0,00069
01 1
360.
361. Perhitungan :
a. Fontana
362. Rata-rata absorbansi Nitrit – N dalam air minum Fontana
0,001+ 0,001+ 0,001
363. Y = 3
364. = 0,001
Y + 0,001712
365. X = 3,904
0,001+ 0,001712
366. = 3,904
370. = 0,0147
Y + 0,001712
371. X = 3,904
0,0147+0,001712
372. = 3,904
376. = 0,0916
Y + 0,001712
377. X = 3,904
0,0916+0,001712
378. = 3,904
382. = 0,001
Y + 0,001712
383. X = 3,904
0,001+ 0,001712
384. = 3,904
KURVA SAMPEL
0.1
0.09
0.08
0.06
0.04
0.02
0.01
00
0 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03 0.03
386.
F. Pembahasan
Pembuatan Kurva Kalibrasi Nitrit
387. Ada beberapa langkah-langkah utama dalam analisis kuantitatif suatu zat atau
larutan adalah ;
1. Pembentukan warna (untuk zat yang yang tak berwarna atau warnanya kurang kuat),
2. Penentuan panjang gelombang maksimum,
3. Pembuatan kurva kalibrasi,
4. Pengukuran konsentrasi sampel.
388. Dengan membandingkan serapan radiasi oleh sampel terhadap larutan
standar yang telah diketahui konsentrasinya dapat ditentukan konsentrasi sampel.
Penentuan konsentrasi zat dalam contoh dapat ditentukan dengan dua cara, yaitu dengan
cara kurva kalibrasi dan cara standar adisi. Dalam praktikum ini penentuan kadar nitrit
dilakukan dengan menggunakan cara kurva kalibrasi. Hal pertama yang dilakukan
dengan menggunakan cara iniadalah pembuatan deret larutan standar, larutan standar
yang digunakan dalam praktikum ini adalah 5 larutan standar dengan konsentrasi yang
berbeda yaitu 0,01 ppm, 0,03 ppm, 0,05 ppm, 0,1 ppm, dan 0,2 ppm. kemudian diukur
serapannya pada panjang gelombang 480 nm. Setelah itu hasil yang diperoleh
dimasukkan ke dalam persamaan garis dan dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi
dengan serapan. Dengan mengukur serapan sampel dan memasukannya kedalam
persamaan garis yang dihasilkan dari kurva kalibrasi, maka konsentrasi sampel
akan diketahui.
• Penentuan Koefisien Korelasi
389. Koefisien korelasi adalah suatu ukuran hubungan antara dua variabel,
yang memiliki nilai antara -1 dan 1. Jika variabel-variabel keduanya memiliki hubungan
linier sempurna, koefisien korelasi itu akan bernilai 1 atau -1. Tanda
positif/negatif bergantung pada apakah variabel-variabel itu memiliki hubungan secara
positif atau negatif. Koefisien korelasi bernilai 0 jika tidak ada hubungan yang linier
antara variabel. Koefisien korelari menunjukkan hubungan linier dan arah hubungan dua
variabel acak. Jika koefisien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan
searah. Artinya jika nilai variabel X tinggi maka nilai variabel Y akan tinggi pula.
Sebaliknya jika koefisien korelasi negatif maka kedua variable mempunyai hubungan
terbalik. Artinya jika nilai variabel X tinggi, maka nilai variabel Y akan menjadi rendah
dan sebaliknya. Dalam praktikum ini penentuan koefisien korelasi (r) dilakukan dengan
cara memasukkan nilai Konsentrasi (X) dan nilai absorbansi ke dalam rumus berikut ini :
Hasil koefisien korelasi yang dapat digunakan adalah ± 0,99. Jika hasil yang didapat jauh
dari standar yang ditentukan ( 0,99 ) maka pengukuran harus diulang. Dalam praktikum
ini setelah dihitung diperoleh hasil nilai koefisien korelasi yaitu 0,99962 jadi analisa
sampel dapat dilajutkan karena nilai koefisien korelasi yang didapatkan telah memenuhi
standar.
• Penggunaan Kurva Kalibrasi Nitrit
390. Kurva kalibrasi merupakan grafik yang menyatakan hubungan kadar
larutan kerja dengan hasil pembacaan absorbansi yang merupakan garis lurus.
Dalam praktikun ini kurva kalibrasi digunakan dalam menentukan konsentrasi nitrit
dalam air minum. Dalam pembuatan kurva kalibrasi selain menggunakan nilai
Konsentrasi(X) dan absorbansi (Y) juga perlu ditentukan nilai dari konstanta (A) dan nilai
koefisien regresi (B) dengan rumus sebagai berikut : Dai nilai – nilai tersebut maka kan
didapatkan persamaan garis yang mempunyai bentuk umun Y = A + BX. Dimana setelah
persamaan ini nantinya akan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi dan menentukan
kadar nitrit dalam sampel.
• Konsentrasi Nitrit Dalam Sampel Air
391. Konsentrasi nitrit dalam sampel air minum dapat ditentukan dengan
rumus persamaan garis yang diperoleh saat pembuatan kurva kalibrasi nitrit dengan
memasukkan nilai absorbansi (Y), konstanta (A), dan koefisien regresi (B) dimana rumus
tersebut adalah sebagai berikut : Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai konstanta
yaitu - 0,001712 dan koefisien regresi yaitu 3,904. Sampel air minum yang diuji adalah
air minum merek Fontana, vit, oasis, dan cleo. Konsentrasi sampel air minum setelah
dilakukan pengukuran didapatkan hasil konsentrasinya yaitu Fontana= 0,00069 ppm, vit=
0,00420 ppm, oasis=0,02390 ppm , dan cleo=0,00069 ppm. Keberadaan atau kandungan
nitrit dalam sampel air minum ini dijadikan sebagai parameter indikator pencemaran air.
392. Berdasarkan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
tentang syarat – syarat dan pengawasan kualitas air minum, baku mutu kadar nitrit dalam
air minum adalah 3 mg/l. Sedangkan berdasarkan Kepermenkes No. 416 Tahun 1990
tentang persyaratan kualitas air minum, kadar nitrit sebagai N yang diperbolehkan
maksimal 1,0 mg/l. Berdasarkan hasil pengukuran konsentrasi nitrit dalam air minum
dengan 4 merek air minum yang dilakukan pada praktikum ini maka air minum yang diuji
tersebut masih memenuhi standar karena mempunyai kadar nitrit berdasarkan kedua
ketentuan yang digunakan.
393.
G. Kesimpulan
1. Pembuatan kurva kalibrasi dilakukan dengan cara membuat hubungan antara nilai
absorbansi dan konsentrasi sampel yang telah dimasukkan ke dalam persamaan garis.
2. Pembuatan koefisien korelasi dilakukan dengan cara memasukkan nilai konsentrasi dan
absorbansi ke dalam rumus :
n . ∑ XY −∑ X . ∑ Y
394. r =
√{ n . ƩX −( ƩX ) }{n . ƩY − ( ƩY ) }
2 2 2 2
3. Kurva kalibrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi nitrit dalam air minum dengan
cara memasukkan nilai absorbansi analit pada kurva kalibrasi kemudian dicari titik
perpotongan terhadap konsentrasi (X).
4. Konsentrasi sampel air minum setelah dilakukan pengukuran didapatkan hasil
konsentrasinya yaitu Fontana= 0,00069 ppm, vit= 0,00420 ppm, oasis=0,02390 ppm , dan
cleo=0,00069 ppm. Sehingga masih memenuhi syarat kualitas air karena kadarnya di
bawah standar konsentrasi maksimal nitrit dalam air minum.
395.
H. Daftar Pustaka
396. Anonim. 2011. Makalah Praktikum Instumentasi Spektroskopi. Online.
Available: http://ml.scribd.com/doc/86641292/Makalah-Praktikum-
Instrumen-Spektroskopi, diakses tanggal 8 Juni 2013.
397. Dinas Kesehatan. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Download,Sulsel.go.id/nem/pdf/peraturan/kmk/syarat/dan/pengawasan/kualit
asair/minum.pdf, diakses tanggal 8 Juni 2013
398. Dinas Kesehatan. 1990. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Download,web.ipb.ac.id/permenkes/pdf, diakses tanggal 8 Juni 2013
399. Huta. 2011. Nitrit (NO2). Online. Available:
http://driverhutapadang.blogspot.com/2013/02/nitrit-no2.html, diakses
tanggal 8 Juni 2013
400. Karunia. 2012. Analisis Nitrit. Online. Available:
http://karuniacahayafajar.blogspot.com/2012/11/revisi-i-17-oktober-2012-
analisis.html, diakses tanggal 8 Juni 2013
401. Khophar S.M. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik . UI-Press. Jakarta.
402. Underwood, A.L. 1986. Analisis Kimia Kuantitatif . Erlangga. Jakarta.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
I. Lembar Pengesahan
416. Denpasar, 21 Juni 2013
417. Praktikan
418.
419.
420. an.Mahasiswa Analis Kesehatan Semester II
421.
422. Mengetahui,
423. Pembimbing 1 Pembimbing 2
424.
425.
426. (Nyoman Mastra, SKM., S.Pd.,M.Si) (Jannah Sofi Yanty,
S.Si)
427.
428. Pembimbing 3
429.
430.
(B. A. Ngurah Putra R. Prasetya, S.Farm.,Apt)
431.
432.