Kesetimbangan Asam Basa (2) HH (3) Revisi Izar
Kesetimbangan Asam Basa (2) HH (3) Revisi Izar
SAIDIL (M021201008)
PENDAHULUAN
Kimia asam basa menjadi inti kimia sejak dari zaman kuno sampai zaman
modern kini dan memang sebagian besar kimia yang dilakukan di laboratorium di
zaman dulu adalah kimia asam basa. Ketika kimia mulai menguat di bidang studi
teoritisnya di akhir abad ke-19, topik pertama yang ditangani adalah kimia asam
basa. Sebagian besar bahan kimia yang umum dapat jumpai adalah asam dan basa.
Satu-satunya asam yang diketahui di zaman dulu yakni asam asetat yang
tak murni dan basa yang berupa kalium karbonat kasar yang didapatkan dari abu
menghasilkan asam mineral semacam asam hidroklorat atau asam nitrat. Pada
meningkat. Misalnya sabun, awalnya merupakan barang mewah dan mahal, kini
mendefinisikan asam sebagai zat yang melarut dan mengion dalam air
menghasilkan proton (H+) sedangkan basa adalah zat yang melarut dan mengion
dalam air menghasilkan ion hidroksida (OH-). Teori Arrhenius yang baru dan
persuasif ini gagal untuk menjelaskan fakta bahwa senyawa semacam gas amonia
dan yang semacamnya tidak memiliki gugus hidroksida dan dengan demikian
tidak dapat menghasilkan ion hidroksida menunjukkan sifat basa (Yuko, 2006).
Menurut teori Bronsted dan Lowry, zat dapat berperan dengan baik
sebagai asam maupun basa. Bila zat tertentu lebih mudah melepaskan proton, zat
ini akan berperan sebagai asam Sebaliknya, bila suatu zat lebih mudah menerima
proton, zat ini akan berperan sebagai basa. Dalam suatu larutan asam dalam air,
Pada tahun 1923 ketika Bronsted dan Lowry mengusulkan teori asam
basa, Lewis juga mengusulkan teori asam basa yang baru. Lewis mendefinisikan
asam sebagai zat yang dapat menerima pasangan elektron dan basa adalah zat
sebagai asam dalam teori Arrhenius juga merupakan asam dalam kerangka teori
Lewis karena proton adalah akseptor pasangan elektron (Zumdahl dan Zumdahl,
2014).
Keuntungan utama teori asam basa Lewis terletak pada fakta yang
menjelaskan bahwa beberapa reaksi yang tidak dianggap sebagai reaksi asam basa
dalam kerangka teori Arrhenius dan Bronsted Lowry terbukti sebagai reaksi asam
basa dalam teori Lewis. Semua basa Bronsted dan Lowry mendonasikan pasangan
elektronnya pada proton, basa ini juga merupakan basa Lewis (Yuko, 2006).
Asam umumnya dibentuk oleh padatan dan gas dengan menerima elektron
valensi yang dibutuhkan. Mungkin berbagi atau mentransfer elektron dari satu zat
ke zat lain. Molekul yang memiliki elektron valensi yang mengandung kation
melibatkan sumbangan elektron ke molekul Gas. Gas sebagian besar penting
Nitrogen, Oksigen, Flour dan Klorin tanpa gas-gas ini tidak ada pembentukan
ikatan asam, gas menerima elektron jadi gas disebut sebagai akseptor (Kalyan ,
2014).
warna pada setiap interval derajat keasaman (pH). Indikator sintetis yang
ketersediaan dan biaya produksi mahal. Indikator herbal tersebut dibuat dengan
fenolftalein dan metil orange untuk titrasi asam-basa yaitu asam kuat-basa kuat,
basa lemah-asam kuat dan asam lemah-basa kuat (Nuryanti dkk., 2010).
Pada eksperimen asam-basa, khusunya pada penentuan sifat asam, basa
atau netral suatu larutan dibutuhkan alat bantu atau media pembelajaran yang
dikenal dengan larutan atau kertas indikator. Indikator asam-basa dapat dibuat dari
bahan alami dengan mengekstrak bagian dari tanaman. Beberapa tanaman telah
bahkan dapat dijadikan dasar penentuan pH suatu larutan (Sukemi dkk., 2017).
indikator dan indikator alam. indikator alam meupakan jenis indikator yang dibuat
dari tumbuhan, baik dari bagian daun, bunga, buah, dan batang. Berbagai jenis
bunga sepatu, bougenvil, kunyit, rosella dan kubis ungu (Indira, 2015).
Indikator sintesis dapat diganti dengan alternatif lain, salah satu indikator
untuk bereaksi baik dengan asam maupun dalam basa. Dalam media asam
antosianin berwarna merah seperti halnya saat dalam vakuola sel dan berubah
menjadi ungu dan biru jika media bertambah basa (Maulika dkk., 2019).
sebagai kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktivitas
Oleh karena itu, akan dilakukan percobaan mengenai kesetimbangan asam
asam dan basa, mengetahui kekuatan asam dan basa dan lain sebagainya.
pada kesetimbangan asam basa tentunya akan sangat berguna bagi para
kimia juga sangat berperan dalam proses menciptakan bibit unggul melalui proses
rekaysa genetik. Paling penting dengan belajar kimia dapat membedakan zat-zat
pH.
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui dan mempelajari cara
tetapan kesetimbangan dan derajat ionisasi asam lemah berdasarkan nilai pH.
Prinsip percobaan ini adalah pada asam formiat dan asam asetat
PEMBAHASAN
2.1 Pengamatan
2.3 Pembahasan
agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pada percobaan diencerkan asam
formiat dan asam asetat sehingga dihasilkan larutan yang mempunyai konsentrasi
dengan konsentrasi 0,5 M. Larutan tersebut diukur pH-nya dengan indikator metil
dengan menggunakan larutan indikator yang berbeda pula, sesuai dengan range
pH 7.
berpengaruh terhadap nilai pH. Semakin pekat konsentrasi suatu larutan asam
maka pH-nya semakin menjauhi 7 (pH netral). Selain itu, semakin besar
konsentrasi larutan maka semakin besar nilai Ka. Sedangkan pada hasil
maka akan semakin besar pula derajat ionisasinya. Maka data yang diperoleh dari
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Semakin rendah konsentrasi suatu larutan asam lemah, maka nilai pH akan
semakan tinggi.
harga konsentrasi suatu asam lemah dan hal ini menyebabkan tingginya nialai
pH larutan tersebut.
3. Derajat ionisasi suatu larutan asam lemah dapat di tentukan berdasarkan nilai
pH.
3.2 Saran
praktikum kali ini agar praktikan lebih paham tentang praktikum kali ini.
mengerti lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Apriani, F., Idiawati, N. dan Destiarti.L., 2012, Ektrak Metanol Buah Lakum
(Cayratia trifolia (L.) Domin) Sebagai Indikator Alami pada Titrasi Basa
Indira, C., 2015, Pembuatan Indikator Asam basa Karamunting, Jurnal Penelitian.
(1):18-20.
Penelitian, 7 (1):69-83.
Nueryanti, S., Matsjeh, S., Anwar, C. dan Raharjo, T. J., 2010, Indikator Titrasi
Asam-Basa Dari Ekstrak Bunga Sepatu (Hibiscus Rosa Sinensis L), Jurnal
Penelitian, 30 (3):178.
Sukemi, Usman, Putra, B. I., Purwati, W., Rahmawati, N. N., dan Pradani, S. D.
A., 2017, Indikator Asam Basa Dari Ekstrak Etanol Pucuk Daun Pucuk
Company, Tokyo.
Zumdahl, S. dan Zumdahl, S. A., 2014, Chemistry Ninth Edition, Boston, USA.