Sebagai tindak lanjut kesepakatan tersebut di Jakarta pada tahun 1996 dan 2003 telah
dilaksanakan Lokakarya Nasional Kesehatan Reproduksi yang mana salah satu hasil dari
lokakarya nasional tersebut adalah sebagai upaya pemenuhan hak-hak reproduksi maka
pelayanan kesehatan reproduksi harus dilaksanakan secara terpadu di tingkat pelayanan dasar
melalui pendekatan siklus hidup atau life cycle approach yang dimulai sejak masa pra hamil,
hamil, bersalin dan nifas, bayi, balita, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Kesehatan reproduksi
terpadu pada dasarnya merupakan pelayanan integrative dari program-program dalam ruang
lingkup kesehatan reproduksi yang sudah tersedia di tingkat pelayanan dasar.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah pada tahun 2017 lalu, telah mengadakan
Pertemuan Penguatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) bagi pengelola
program untuk seluruh kabupaten/kota termasuk Kota Palangka Raya. Dari hasil kegiatan
tersebut selain mendapatkan materi tentang Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT)
juga ditetapkan Puskesmas yang mampu PKRT.
Di Kota Palangka Raya, puskesmas yang ditetapkan sebagai Puskesmas PKRT adalah
Puskesmas Pahandut, yang mana harapan ke depan akan ada beberapa puskesmas yang
ditunjuk untuk mampu melaksanakan PKRT. Untuk memantapkan kemampuan para petugas
puskesmas yang ada di Kota Palangka Raya inilah maka dirasa perlu untuk menyelenggarakan
Pertemuan Penguatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi Terpadu (PKRT) bagi petugas
puskesmas.
Referensi
Aeni, Nurul. (2013). “Faktor
Risiko Kematian Ibu”, Jurnal
Kesehatan Masyarakat
Nasional, Vol. 7, No. 10, hal.
453-454.
“AKI di Indonesia Masih Tinggi”,
https://ugm.ac.id/id/
berita/17548-aki-di-indonesiamasih-tinggi, diakses 4
Desember 2019.
"Angka Kematian Ibu Melahirkan
di Indonesia pada 2019 Masih
Tinggi", https://tirto.id/ei1y,