Anda di halaman 1dari 3

Nama; Cut Tara Amalia

Nim:190101108

Kedudukan perempuan

Hakikatnya derajat manusia dihadapan Allah sama, maka sayangnya laki-laki dan
perempuan mampu menjalin hubungan kerja sama yang baik tanpa merugikan salah satu
pihak. Namun, terjadinya kesan bias gender bagi kedudukan perempuan dalam fikih
merupakan akibat dari keragaman opini hukum. Bias gender pun terjadi karena kekeliruan
konstruk pemahaman dalam menafsirkan firman Allah dan Hadis Nabi yang kemudian
dilegitimasi dengan produk fikih. Untuk itu, reinterpretasi secara kontekstual terhadap setiap
dalil yang bias gender mutlak dilakukan. Reinterpretasi tersebut mempertimbangkan kondisi
kekinian dan prinsip kemaslahatan bersama, sehingga melahirkan makna dan paradigma
baru yang berkeadilan gender serta selaras dengan nilai universal Islam.

Kedudukan anak

Di dalam Al-Qur’an disebutkan 4 macam kedudukan anak dalam Al-Qur’an dalam


hubungannya dengan orang tuanya. Apakah itu?

1. ZIINATUN (Perhiasan)
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal
lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi
harapan.” (Al kahfi : 46)

Zinatun adalah dengannya dunia menjadi indah, hiasan untuk kedua orang tuanya.
Perhiasan yang dimaksud adalah bahwa orangtua merasa sangat senang dan bangga
dengan berbagai hal hal baik yang diperoleh oleh anak-anaknya, sehingga dia pun akan
terbawa baik pula namanya di dunia, ataupun anak bisa sebagai pembawa rasa senang.
Dengan tingkah polahnya yang lucu, ucapan-ucapannya yang sering membuat orang tua
terhibur. Disaat sang ayah pulang kerja dalam keadaan lelah maka semuanya hilang
manakala si kecil yang penuh jenaka menyambutnya dengan girang.

QURROTA A’YUN (Penyejuk Hati)


Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri
kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa.” (Al Furqon : 74)

Qurrotu a’yun adalah menyejukkan pandangan mata karena mereka mempelajari huda
(tuntunan Allah) lalu mengamalkannya dengan mengharap ridha Allah.
Sebagai Qurrata a’yun (penyejuk hati kedua orang tua). Ini kedudukan anak yang terbaik
yaitu manakala anak dapat menyenangkan hati dan menyejukan mata kedua orang tuanya.
Mereka adalah anak-anak yang apabila ditunjukkan untuk beribadah, mereka segera
melaksanakannya dengan suka cita.

Apabila diperintahkan belajar, mereka segera mentaatinya. Mereka juga anak-anak yang
baik budi pekerti dan akhlaknya, ucapannya santun dan tingkah lakunya sangat sopan, serta
memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi, serta semakin menjadikan dan membuat kedua
orang tuanya, keluarganya semakin dekat dan mendekat kepada Allah Sang Rabbnya.

FITNAH (Ujian dan Cobaan)


Dari 4 kedudukan anak dalam Al-Qur’an, yang ke tiga yaitu fitnah.

“Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan
sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.” (Attaghobun : 15)

Makna fitnah adalah ujian yang bisa memalingkan orang tua dari ketaatan atau terjerumus
dalam perbuatan maksiat. Anak, selain sebagai perhiasan dan penyejuk mata, juga bisa
menjadi fitnah (ujian dan cobaan) bagi orang tuanya. Ia merupakan amanah yang akan
menguji setiap orang tua, Maka berhati-hatilah, janganlah kita terlena dan tertipu sehingga
kita melanggar perintah Allah. Realitanya, mungkin kerap kita saksikan, para orang tua sibuk
bekerja membanting tulang tak kenal lelah demi sang anak.

Mencurahkan segenap upaya demi kebahagiaan anak. disisi lain, melakaikan kewajiban
sebagai hamba, seperti shalat diujung waktu, Dari sini dapat kita fahami, betapa anak
mampu menggelincirkan orang tua dari jalan kebenaran, melalaikan mereka dari akhirat, jika
mereka tidak mendasari segala upaya tersebut untuk meraih ridha Allah. Sehingga setiap
orang tua wajib mengetahui perkara-perkara yang telah Allah wajibkan kepada mereka
berkaitan dengan anak-anak, dan dapat menjaga amanah yang berharga ini.
Sebagai Fitnatun (fitnah/cobaan), fitnah yang dapat terjadi pada orang tua adalah manakala
anak-anaknya terlibat dalam perbuatan yang durhaka. Seperti mengkonsumsi narkoba,
pergaulan bebas, tawuran, penipuan, atau perbuatan-perbuatan lainnya yang membuat
resah orang tuanya.

‘ADUWWUN (Musuh)
Inilah yang paling dikuatirkan, dari 4 macam kedudukan anak dalam Al-Qur’an.

“Hai orang-orang mu’min, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada


yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu
memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At Taghaabun 64 : 14)

'Aduwwun (musuh orang tuanya) adalah anak yang melalaikan bahkan menjerumuskan
orang tuanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Ayat diatas menjelaskan ketika anak menjadi sebab kedurhakaan dan kemungkaran bagi
orang tuanya. Mungkin kita sering mendengarkan tak sedikit orang tua yang melakukan apa
saja (tanpa harus melihat halal atau haram) untuk anak dan keluarganya. Atau mungkin
disaat anak memaksa untuk memenuhi kebutuhannya namun orang tua belum sanggup
secara ekonomi maka menjadikan orang tuanya melakukan perbuatan terlarang demi
memenuhi kebutuhan anaknya.
'Aduwwun (musuh orang tuanya) adalah anak yang melalaikan bahkan menjerumuskan
orang tuanya untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang tidak dibenarkan oleh agama.
Ayat diatas menjelaskan ketika anak menjadi sebab kedurhakaan dan kemungkaran bagi
orang tuanya. Mungkin kita sering mendengarkan tak sedikit orang tua yang melakukan apa
saja (tanpa harus melihat halal atau haram) untuk anak dan keluarganya. Atau mungkin
disaat anak memaksa untuk memenuhi kebutuhannya namun orang tua belum sanggup
secara ekonomi maka menjadikan orang tuanya melakukan perbuatan terlarang demi
memenuhi kebutuhan anaknya.

Anda mungkin juga menyukai