Anda di halaman 1dari 17

DAFTAR IS

XI MIPA 2

CATUR PUTRI R
PRAKTIKUM HANIFAH NUR F
MOH. AZLAN S
SISTEM SARAF DAN SITI JUARSIH

KOORDINASI
I. Mengetahui Jarak Bintik Buta Pada Mata
A. Tujuan
Untuk mengetahui jarak bintik buta pada mata
B. Dasar Teori
Mata

adalah organ penglihatan yang menerima rangsangan erupa cahaya. Setiap individu
mempunyai jarak bintik buta yang berbeda-beda saat melihat objek. Bintik buta merupakan
tempat masuk dan membelok-beloknya berkas saraf menuju otak. Bintik buta tidak dapat
menanggapi rangsang cahaya karena tidak memiliki sel-sel reseptor. Sedangkan Bintik
kuning merupakan cekungan yang terdapat pada retina. Suatu benda akan terlihat jelas
apabila bayangan benda tersebut jatuh tepat pada bintik kuning. Hal ini karena pada bintik
kuning terdapat banyak reseptor.
Mata bisa melihat benda karena adanya cahaya yang dipantulkan oleh benda tersebut
ke mata. Jika tidak ada cahaya yang dipantulkan benda, maka mata tidak bisa melihat benda
tersebut. Proses mata melihat benda adalah sebagai berikut.
a. Cahaya yang dipantulkan oleh benda di tangkap oleh mata, menembus kornea dan
diteruskan melalui pupil.
b. Intensitas cahaya yang telah diatur oleh pupil diteruskan menembus lensa mata.
c. Daya akomodasi pada lensa mata mengatur cahaya supaya jatuh tepat di bitnik kuning.
d. Pada bintik kuning, cahaya diterima oleh sel kerucut dan sel batang, kemudian
disampaikan ke otak.
e. Cahaya yang disampaikan ke otak akan diterjemahkan oleh otak sehinga kita bisa
mengetahui apa yang kita lihat.
Reaksi Kimia pada Mata yaitu ketika cahaya mengenai mata sinyal saraf terbentuk
dan dikrimkan ke otak, untuk memberikan pesan tentang keberadaan cahaya, dan kekuatan
cahaya. Lalu otak mengirim balik sinyal dan memerintahkan sejauh mana otot disekitar iris
harus mengerut. Bagian mata lainnya yang bekerja bersamaan dengan struktur ini adalah
lensa. Lensa bertugas memfokuskan cahaya yang memasuki mata pada lapisan retina di
bagian belakang mata. Karena otot-otot disekeliling lensa cahaya yang datang ke mata dari
berbagai sudut dan jarak berbeda dapat selalu difokuskan ke retina.
Cahaya yang datang ke mata kita menembus kornea dan iris kemudian difokuskan
pada retina oleh lensa jadi apa yang terjadi pada retina, sehinggasel-sel retina dapat
merasakan adanya cahaya ketika partikel cahaya yang disebut foton mengenai sel-sel retina
mereka menghasilkan efek rantai layaknya sederetan kartu domino yang tersusun dalam
barisan rapi. Kartu domino pertama dalam sel retina adalah sebuah molekul bernama 11-cis
retinal. Ketika sebuah foton mengenainya molekul ini berubah bentuk ini mendorong
perubahan protein lain yang berikatan kuat dengannya yakni rhodopsin. Kini rhodopsin
berikatan dengan protein lain yakni transdusin. Transdusin ini sebelumnya sudah ada dalam
sel namun belum dapat bergabung dengan rhodopsin karena ketidak sesuaian bentuk.
Penyatuan ini kemudian diikuti gabungan satu molekul lain yang bernama GTP kini dua
protein yakni rhodopsin dan transdusin serta 1 molekul kimia bernama GTP telah menyatu
tetapi proses sesungguhnya baru saja dimulai senyawa bernama GDP kini telah memiliki
bentuk sesuai untuk mengikat satu protein lain bernama phosphodiesterase yang senantiasa
ada dalam sel. Setelah berikatan bentuk molekul yang dihasilkan akan menggerakkan suatu
mekanisme yang akan memulai serangkaian reaksi kimia dalam sel. Mekanisme ini
menghasilkan reaksi ion dalam sel dan menghasilkan energy listrik energy ini merangsang
saraf-saraf yang terdapat tepat di belakang sel retina.
Dengan demikian bayangan yang ketika mengenai mata berwujud seperti foton
cahaya ini meneruskan perjalanannya dalam bentuk sinyal listrik. Sinyal ini berisi informasi
visual objek di luar mata. Agar mata dapat melihat sinyal listrik yang dihasilkan dalam retina
harus diteruskan dalam pusat penglihatan di otak. Namun sel-sel saraf tidak berhubungan
langsung satu sama lain ada celah kecil yang memisah titik-titik sambungan mereka lalu
bagaimana sinyal listrik ini melanjutkan perjalanannya disini serangkaian mekanisme rumit
terjadi energy listrik diubah menjadi energy kimia tanpa kehilangan informasi yang sedang
dibawa dan dengan cara ini informasi diteruskan dari satu sel saraf ke sel saraf berikutnya.
Molekul kimia pengangkut ini yang terletak pada titik sambungan sel-sel saraf berhasil
membawa informasi yang datang dari mata dari satu saraf ke saraf yang lain. Ketika
dipindahkan ke saraf berikutnya sinyal ini diubah lagi menjadi sinyal listrik dan melanjutkan
perjalanannya ke tempat titik sambungan lainnya dengan cara ini sinyal berhasil mencapai
pusat penglihatan pada otak disini sinyal tersebut dibandingkan informasi yang ada di pusat
memori dan bayangan tersebut ditafsirkan akhirnya kita dapat melihat mangkuk yang penuh
buah-buahan sebagaimana kita saksikan sebelumnya karena adanya system sempurna yang
terdiri atas ratusan kompenen kecil ini dan semua rentetan peristiwa yang menakjubkan ini
terjadi pada waktu kurang dari 1 detik.
Beberapa kelainan atau gangguan pada mata serta faktor penyebabnya adalah sebagai
berikut:
1. Rabun Jauh (Miopi)
Miopi disebabkan jarak titik api lensa mata terlalu pendek atau lensa mata terlalu
cembung. Titik api adalah pusat pertemuan sinar yang sudah dipecah oleh lensa. Jadi, sinar
yang masuk jatuh di depan retina sehingga mata tidak dapat melihat benda jauh.
Untuk menolong penderita miopi (rabun jauh) harus menggunakan kacamata dengan lensa
cekung (negatif). Lensa cekung ini akan menempatkan bayangan tepat pada retina.
2. Rabun Dekat (Hipermetropi)
Rabun dekat disebabkan lensa mata terlalu pipih. Titik api lensa berada di belakang
retina sehingga mata tidak dapat melihat benda-benda yang dekat. Jadi, penderita
hipermetropi harus menggunakan kacamata berlensa cembung. Dengan lensa cembung, sinar
yang jatuh di belakang retina akan dikembalikan tepat pada retina.
3. Presbiopia (Mata Tua)
Presbiopi adalah kelainan pada mata yang disebabkan oleh faktor usia sehingga daya
akomodasi matanya berkurang. Penderita ini tidak dapat melihat benda dekat dan tidak dapat
melihat benda jauh dengan jelas. Penderita ini harus menggunakan kacamata berlensa cekung
dan cembung sekaligus.
4. Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan mata yang dise bab kan kelengkungan kornea matanya
yang tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk tidak terpusat sempurna.
Akibatnya, benda yang dilihat ada bayangannya. Penderita ini dapat dibantu dengan
kacamata berlensa silindris.
Hal-hal yang dapat kita lakukan agar mata tetap sehat, di antaranya sebagai berikut :
a. Mengatur jarak baca (minimal 30 cm)
b. Menonton televisi jangan terlalu dekat;
c. Membaca di ruangan yang terang karena jika kita membaca di tempat yang kurang
terang, pupil mata mu akan melebar dengan kuat sehingga lama kelamaan akan
menimbulkan kelelahan pada mata;
d. Mengonsumsi makanan yang banyak mengandung vitamin A, seperti wortel.

C. Alat dan Bahan :


 Kertas HVS A4  Double tip
 Lidi  Penggaris 30 cm
 Spidol hitam kecil  Gunting

D. Cara Kerja :
 Buatlah kertas alat dengan menggunting kertas A4 dengan ukuran 10cm, beri tanda (+)
dan (•) di kedua ujungnya.
 Tempelkan kertas tersebut menggunakan double tip pada lidi.
 Simpan penggaris yang berukuran 30 cm dari mata yang akan dites, tutup mata yang lain.
 Gerakan alat mendekati mata, perhatikan dimana tanda (+) akan menghilang, catat
cm(ukuran)-nya dari mata , lanjutkan gerakan alat mendekati mata perhatikan dimana
tanda(+) muncul kembali.
 Ulangi untuk mata yang lain.

E. Hasil Pengamatan :

No Nama Mata yang Jarak tanda hilang Jarak tanda terlihat


dites kembali
(cm)
(cm)
1 Agista Kanan 8 5
Kiri 8 3
2 Alsi Kanan 8 7
Kiri 8 8
3 Angga Kanan 14 7
Kiri 11 5
4 Asilah Kanan 8 4
Kiri 8 4
5 Cahya Kanan 9 4
Kiri 5 2
6 Catur Kanan 9 4
Kiri 10 5
7 Vatra Kanan 17,8 7
Kiri 13 4,5

F. Kesimpulan :
Posisi bintik buta mata kanan dan kiri berbeda. Pada jarak tertentu benda terlihat dan
pada jarak tertentu benda tidak terlihat. Ketika benda tidak terlihat, hal ini disebabkan oleh
pembiasan cahaya dari benda jatuh dibagian bintik buta pada retina yang cahayanya jatuh
pada bagian yang tidak mengenai sel batang dan kerucut sehingga tidak ada impuls yang
diteruskan ke saraf optic. Sebaliknya, jika pembiasan cahaya dari suatu benda jatuh di bagian
bintik kuning pada retina, maka benda dapat terlihat. Titik buta dari setiap individu berbeda
tergantung kemampuan mata masing-masing.
II. Mengetahui Kepekaan Telinga
A. Tujuan
Untuk mengetahui sensitivitas dan keseimbangan statis.
B. Dasar Teori

Telinga merupakan organ pendengaran dan keseimbangan yang memiliki reseptor


pendengaran yang disebut fonoreseptor. Reseptor pendengaran berupa sel-sel rambut yang
terdapat alat korti. Reseptor keseimbangan terdapat dalam dua gelembung (Sacculus dan
Utrikulus) dan saluran setengah lingkaran (Kanalis semisirkularis). Telinga terdiri atas tiga
bagian, yaitu :
a. Telinga luar : sebagai penangkap getaran bunyi dari luar. Bagian-bagian luar telinga
tercantum berikut ini.
 Daun telinga (pinna), tersusun atas tulang rawan dan memiliki bentuk yang khas
disesuaikan dengan fungsinya. Fungsi daun telinga sebagai penangkap dan
pengumpul getaran suara.
 Liang telinga atau saluran telinga, terdapat rambut-rambut halus yang berfungsi
untuk menjaga agar benda asing tidak masuk. Pada dinding saluran telinga luar
menghasilkan minyak serumen.
 Gendang telinga (membran timpan), berupa selaput tipis yang menghubungkan
antara telingan luar dan telinga tengah.
b. Telinga tengah : rongga yang berisi udara untuk menjaga tekanan udara agar seimbang.
Di dalam tengah telinga terdapat saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan
faring. Saluran tersebut disebut eusthacius, pada telinga tengah terdapat tiga tulang
pendengaran. Ketiga tulang tersebut adalah.
 Tulang martil (malleus), bentuknya seperti palu, melekat pada gendang telinga.
 Tulang landasan (incus), menghubungkan tulang martil dan tulang sanggurdi.
 Tulang sanggurdi (stapes), melekat pada jendela oval di pintu masuk ke dalam
telinga.
Ketiga tulang pendengaran tersebut mempunyai fungsi sebagai pengirim getaran suara
dari gendang telingan melalui rongga telinga tengah ke jendela oval. Telinga tengah juga
memiliki dua otot yang kecil-kecil, yaitu :
 Otot tensor timpani, melekat pada malleus dan menjaga gendang telinga tetap
menempel
 Otot stapedius, melekat pada stapes dan menstabilkan hubungan antar stapedius
dengan jendela oval.

c. Telinga dalam : struktur yang paling kompleks yang meliputi labirin membran dan
labirin tulang. Labiran membran tersusun atas utrikulus dan sakulus dalam vestibula,
saluran koklea di dalam koklea, dan membran saluran tengah lingkaran. Pada labirin
tulang tersusun atas tiga bagian, yaitu koklea, kanalis, kanalis semisirkularis, (saluran
tengah lingkaran), dan vestibulum.
 Koklea (rumah siput), merupakan sebuah tabung berbentuk spiral yang menyerupai
rumah siput. Didalam koklea terdapat organ korti yang merupakan organ
pendengaran. Organ korti yang berisi ribuan sel-sel rambut sensori yang merupakan
reseptor getaran. Pada bagian koklea yang berhubungan dengan telinga tengah
terdapat dua lubang berselaput, yaitu tingkap oval dan tingkap bundar. Tingkap oval
menerima getaran masuk ke koklea, sedangkan tingkap bundar meneruskan getaran
keluar. Di koklea terbentuk saluran melingkar yang terdiri dari tiga ruangan yang
terdapat cairan limfe, yaitu Skala vestibuli, terdapat cairan perilimfe (dibagian luar
koklea), Skala media terdapat cairan endolimfe dan organ korti (dibagian dalam
koklea), Skala timpani terdapat cairan perilimfe.
 Kanalais semisirkularis (saluran setengah lingkaran) merupakan saluran gelung
yang terdiri dari tiga saluran setengah lingkaran, dan berisi cairan endolimfe. Ketiga
saluran tersebut tersusun menjadi satu kesatuan. Ujung dari tiap saluran tersebut
menggembung dan disebut ampula. Di dalam ampula inilah terdapat reseptor
keseimbangan dan ujung-ujung saraf yang berfungsi meneruskan rangsangan ke otak.
 Vestibulum sebagai organ keseimbangan pada kondisi statik. Vestibula merupakan
bagian tengah dan tempat bersambungnya bagian lain.
C. Alat dan Bahan
 Sendok  Garpu  stopwatch

D. Cara Kerja
1. Bunyikan sendok dan garpu dengan cara membenturkan keduanya di belakang subjek
penelitiansebanyak sepuluh kali tanpa melihat arahnya.
2. Putar tubuh subjek sebanyak 3x, hitung dengan stopwatch sampai subjek yang diteliti
stabil kembali. Lakukan sebanyak dua kali dengan dan tanpa melihat.

E. Hasil Pengamatan
Telinga Keseimbangan
No Nama
Benar Salah Melihat Tidak Melihat
1. Elang 10 - 4,7 sekon 19,3 sekon
2. Farhan 10 - 1,7 sekon 4,5 sekon
3. Fatilla 9 1 5,4 sekon 7,2 sekon
4. Gita 10 - 2,7 sekon 7,9 sekon
5. Hana 10 - 4,3 sekon 7,0 sekon
6. Hanifah 10 - 3,2 sekon 5,3 sekon
7. Hariani 10 - 2,0 sekon 9,0 sekon
8. Indri 10 - 8,2 sekon 10,4 sekon
III. Mengetahui Kepekaan Lidah dan Hubungan antara
Lidah dan Hidung
A. Tujuan
Praktikum 1: Untuk mengetahui kepekaan rasa pada lidah
Praktikum 2: hubungan antara lidah dan hidung
B. Dasar Teori
1. Peta Rasa Pada Lidah

2. Saraf Olfaktori Dari Hidung

Saraf olfaktori atau saraf kranial I adalah saraf pertama dari dua belas saraf


kranial. Saraf ini penting dalam penciuman. Saraf kranial I (Olfaktorius) merupakan sel
reseptor utama untuk indera penciuman. Saraf ini memonitor asupan bauan yang dibawa
udara ke dalam sistem pernapasan manusia dan sangat menentukan rasa, aroma dan
palatabilitas dari makanan dan minuman. Selain fungsinya yang dalam meningkatkan
nafsu makan melalui bauan, Saraf Olfaktorius juga dapat berperan dalam
memperingatkan adanya makanan yang busuk, kebocoran gas, polusi udara, dan asap
yang berbahaya untuk tubuh. Selain itu saraf olfaktorius juga berperan sebagai elemen
yang menengahi komunikasi dasar (misalnya, interaksi ibu-bayi).
Ada beberapa jenis kelainan yang bisa timbul dalam proses pembauan seperti :
1) Hyposmia adalah penurunan sebagian dari nilai rasa bau. Umunya tidak disebabkan
kelainan neurologis, tapi berasal dari kelainan dalam hidung itu sendiri.
2) Parosmia adalah pengenalan yang salah dari bau
3) Cacosmia persepsi yang abnormal dari bau yang tidak menyenangkan (dengan atau
tanpa substrat yang sebenarnya menjadi berbau).
4) Anosmia, ketidak mampuan total dari indera penciuman.

3. Hubungan Antara Lidah Dengan Hidung


Pada saat-saat tertentu, keberadaan makanan saja dapat mengaktifkan kelenjar
saliva dan membasahi mulut dengan saliva. Apakah disadari bahwa sebagai respon dari
makanan, mulut dengan segera menjadi basah? Aroma roti panggang yang pertama kali
tercium ataupun makanan yang pertama kali menyentuh lidah, memulai keluarnya saliva.
Karena refleks saraf timbul pada keadaan-keadaan yang membutuhkan respon sangat
cepat, maka dapat diambil kesimpulan bahwa peristiwa tersebut dikontrol oleh sistem
saraf. Aroma atau rasa dari makanan mengaktifkan reseptor sensorik di hidung atau
mulut, menimbulkan impuls aferen. Impuls-impuls tersebut berjalan ke sistem limbik dan
medulla otak.  Medulla merespon dengan mengirimkan impuls eferen lewat saraf
parasimpatik ke kelenjar saliva. Kemudian elemen otot dari kelenjar menyebabkan
keluarnya saliva ke saluran kelenjar menuju mulut.
Terdapat Refleks saliva, yang terbagi menjadi dua macam:
 Refleks terkondisi: membayangkan, melihat, mencium makanan → korteks
serebri → Pusat salivasi medula → neuron parasimpatik → kelenjar saliva
→ sekresi saliva
 Refleks tak terkondisi : makanan dalam mulut, rangsangan lain → reseptor mulut
dan lidah → pusat salivasi medula → neuron parasimpatik → kelenjar saliva
→ sekresi saliva
Aroma atau rasa dari makanan mengaktifkan reseptor sensorik di hidung atau
mulut, menimbulkan impuls aferen. Impuls-impuls tersebut berjalan ke sistem limbik dan
medulla otak.  Medulla merespon dengan mengirimkan impuls eferen lewat saraf
parasimpatik ke kelenjar saliva. Kemudian elemen otot dari kelenjar menyebabkan
keluarnya saliva ke saluran kelenjar menuju mulut.. Kemudian adanya sedikit kue di meja
atau sedikit rencana untuk makan dapat memulai keluarnya saliva sebagai wujud dari
antisipasi.
Sekitar tahun 1900, Ivan Paylov, physiologist, mendemostrasikan hubungan
antara antisipasi dan keluarnya saliva dengan mengkondisikan anjing untuk
mengeluarkan saliva saat mendengar bel. Dia melakukan itu dengan membunyikan bel
untuk anjing tersebut pada banyak kesempatan tepat sebelum memberi mereka makan.
Segera, hanya dengan mendengar bunyi belnya, walaupun tanpa diberi makanan,
membuat anjing tersebut mengeluarkan saliva. Tampaknya, anjing itu telah membangun
koneksi saraf antara pusat pendengaran dengan pusat saliva.
Yang lebih mengejutkan adalah bukti yang didapatkan Paylov bahwa aroma, rasa,
ataupun pikiran tentang makanan memicu pelepasan cairan lambung dan pankreas
walaupun pelepasan ini lebih gradual dari pada pelepasan saliva. 
C. Alat dan Bahan
1. Larutan asam (cuka) 6. Larutan teh
2. Larutan manis (gula) 7. Air
3. Larutan pahit (obat) 8. Cotton bud
4. Larutan asin (garam) 9. Gelas
5. Laurtan kopi

D. Cara Kerja
Praktikum 1
1. Tetes larutan satu per satu pada peta rasa lidah dengan cotton bud
2. Amati rasa yang dominan pada bagian peta rasa lidah
Praktikum 2
1. Minum larutan kopi atau teh dengan menutup hidung
2. Bandingkan dengan meminum larutan teh atau kopi tanpa menutup hidung

E. Hasil Pengamatan
Praktikum 1
NO NAMA ZONA
(Maya) 1 2 3 4
1 Manis ++ +++ ++ +
2 Asin + ++ +++ +
3 Asam ++ + +++ +
4 Pahit ++ + + +++

NO NAMA ZONA
(Fahan) 1 2 3 4
1 Manis +++ + + ++
2 Asin + + +++ +
3 Asam +++ ++ + +
4 Pahit +++ ++ + +
NO NAMA ZONA
(Laras) 1 2 3 4
1 Manis +++ + + ++
2 Asin +++ + ++ +
3 Asam + +++ ++ +
4 Pahit + ++ + +++

Praktikum 2
N NAMA TERTUTUP TERBUKA
O (Maya) HIDUNG HIDUNG
1 Kopi ++ --
2 Teh -- ++

N NAMA TERTUTUP TERBUKA


O (Laras) HIDUNG HIDUNG
1 Kopi ++ --
2 Teh -- ++

N NAMA TERTUTUP TERBUKA


O (Farhan) HIDUNG HIDUNG
1 Kopi ++ --
2 Teh -- ++
IV. Mengetahui Kepekaan Kulit
A. Tujuan
Untuk mengetahui letak kepekaan rabaan (meissner), tekanan (paccini), panas
(ruffini), dan dingin (krause).

B. Dasar Teori

Kulit merupakan indra


peraba yang mempunyai reseptor khusus untuk sentuhan, panas, dingin, sakit, dan tekanan.
Kulit terdiri dari lapisan luar yang disebut epidermis dan lapisan dalam atau lapisan dermis.
Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah dan sel saraf. Epidermis tersusun atas empat
lapis sel. Dari bagian dalam ke bagian luar, pertama adalah stratum germinativum berfungsi
membentuk lapisan di sebelah atasnya. Kedua, yaitu di sebelah luar lapisan germinativum
terdapat stratum granulosum yang berisi sedikit keratin yang menyebabkan kulit menjadi
keras dan kering. Selain itu sel-sel dari lapisan granulosum umumnya menghasilkan pigmen
hitam (melanin). Kandungan melanin menentukan derajat warna kulit, kehitaman, atau
kecoklatan.
Lapisan ketiga merupakan lapisan yang transparan disebut stratum lusidum dan
lapisan keempat (lapisan terluar) adalah lapisan tanduk disebut stratum korneum. Penyusun
utama dari bagian dermis adalah jaringan penyokong yang terdiri dari serat yang berwarna
putih dan serat yang berwarna kuning. Serat kuning bersifat elastis/lentur, sehingga kulit
dapat mengembang.
Kulit berfungsi sebagai alat pelindung bagian dalam, misalnya otot dan tulang;
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam reseptor yang peka terhadap berbagai
rangsangan; sebagai alat ekskresi; serta pengatur suhu tubuh. Sehubungan dengan fungsinya
sebagai alat peraba, kulit dilengkapi dengan reseptor-reseptor khusus. Reseptor untuk rasa
sakit ujungnya menjorok masuk ke daerah epidermis. Reseptor untuk tekanan, ujungnya
berada di dermis yang jauh dari epidermis. Reseptor untuk rangsang sentuhan dan panas,
ujung reseptornya terletak di dekat epidermis.
Indra peraba merupakan indera yang sederhana, umumnya tersebar pada kulit
mamalia dan sedikit sekali pada vertebrata rendah. Kepekaan peraba pada manusia sangat
besar, terutama di ujung jari dan bibir.
Reseptor-reseptor yang terletak di alat indera peraba antara lain:
a. Ujung Saraf Bebas: Serat saraf sensorik aferen berakhir sebagai ujung akhir saraf bebas
pada banyak jaringan tubuh dan merupakan reseptor sensorik utama dalam kulit.
b. Korpuskulus Peraba (Meissner): Korpuskulus ini peka terhadap sentuhan dan
memungkinkan diskriminasi/ pembedaan dua titik (mampu membedakan rangsang dua
titik yang letaknya berdekatan).
c. Korpuskulus Berlamel (Vater Pacini): Korpuskulus ini berfungsi untuk menerima
rangsangan tekanan yang dalam.
d. Korpuskulus Gelembung (Krause): Korpuskel ini jumlahnya semakin berkurang dengan
bertambahnya usia. Korpuskel ini berguna sebagai mekanoreseptor yang peka terhadap
dingin.
e. Korpuskulus Ruffini: Korpuskulus ini terangsang oleh regangan atau kontraksi otot yang
bersangkutan juga untuk menerima rangsangan panas.

C. Alat dan bahan


 Serbet  Air panas
 Es batu  Jarum pentul

D. Cara Kerja
 Siapkan alat dan bahan
 Masukkan tangan ke dalam serbet
 Celupkan tangan yang sudah ditutupi serbet ke dalam air panas dan diamkan sampai
tangan menjadi mati rasa
 Angkat tangan dari air rendaman lalu periksa kepekaan kulit dengan menggosokan ujung
jarum pentul yang tidak tajam.
 Gosokan secara mulai dari tekanan yang terrendah hingga tinggi dan kita dapat
mengetahui level kepekaan kulit.
 Untuk air es lakukan dengan cara yang sama seperti diatas.

E. Hasil Pengamatan
No Nama Level Kepekaan Kulit
Air Panas Air Dingin
1 Indah 1 1
2 Hana 2 1
3 Siti 1 1
4 Sarah 3 2
5 Triandini 2 1
6 Rani 1 1
7 Farhan 1 2
8 Nuzwan 1 1
Lampiran
Mata

Telinga
Lidah
Kulit

Anda mungkin juga menyukai