Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020 p-ISSN 2715-6443

RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah e-ISSN 2721-9429

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGONTROL HALUSINASI MELALUI


TERAPI GENERALIS HALUSINASI
Livana PH1*, Rihadini2, Kandar2, Titik Suerni2, Sujarwo2, Anita Maya2, Arief Nugroho2
1
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kendal, Jalan Laut 31A Kendal, Jawa Tengah, Indonesia, 51311
2
RSJD Dr Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, Jl. Brigjen Sudiarto No.347, Gemah, Kec. Pedurungan,
Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia 50611
*livana.ph@gmail.com

ABSTRAK
Implementasi keperawatan jiwa pada pasien halusinasi melalui terapi generalis halusinasi telah dilaksanakan
oleh perawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah, namun keberhasilan pelaksanaan
implementasi belum terukur secara kuantitatif. Penelitian bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan
mengontrol halusinasi melalui terapi generalis halusinasi. Penelitian telah dilaksanakan dengan desain penelitian
quasi experiment dengan pendekatan one group pretest-postest pada 39 pasien halusinasi di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Alat
pengumpul data menggunakan kuesioner terkait usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan frekuensi dirawat,
serta lembar observasi kemampuan pasien halusinasi yang dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan
kurang. Data hasil penelitian dianalisis secara univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat
menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada peningkatan kemampuan pasien halusinasi
sebesar 64% sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis dengan cara melatih ingatan dan kemampuan pasien
untuk mengontrol halusinasinya. Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi generalis
terhadap tingkat kemampuan pasien halusinasi dengan nilai p = 0,03 (P value < 0,05).

Kata kunci: halusinasi, kemampuan, pasien, terapi generalis halusinasi

IMPROVED CAPABILITY TO CONTROL HALUSINATION THROUGH


HALUSINATION GENERAL THERAPY
ABSTRACT
The implementation of mental nursing in hallucinatory patients through hallucinatory generalist therapy has
been carried out by nurses at RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Central Java Province, But the success of the
implementation has not been measured quantitatively. The research aims to determine the increase in the ability
to control hallucinations through hallucinatory generalist therapy. The study was carried out with a Quasi
Experiment research design with a One Group Pretest-posttest approach in 39 hallucinations patients at
Regional Psychiatric Hospital Dr Amino Gondohutomo Central Java Province. The sampling technique uses
purposive sampling. Data collection tools using questionnaires related to age, sex, level of education, and
frequency of care, as well as observation sheets of the ability of hallucinatory patients which are categorized
into 3 namely good, moderate, and less. Data were analyzed univariately using a frequency distribution and
bivariate analysis using the chi square test. There was an increase in the ability of hallucination patients by 64%
before and after generalist therapy was given by training the patient's memory and ability to control his
hallucinations.The results of bivariate analysis showed that there was an effect of giving generalist therapy to
the ability of hallucinatory patients with a value of p = 0.03 (P value <0.05).

Keywords: ability, hallucinations, patients, hallucinatory generalist therapy

PENDAHULUAN
Gangguan jiwa merupakan suatu keadaan klien yang merasa dirinya tidak diterima oleh
lingkungan, gagal dalam usahanya, tidak bisa mengontrol emosinya, dan membuat klien
terganggu atau terancam dan mengubah perilaku klien dengan ditandai adanya halusinasi,
ilusi, waham, gangguan proses pikir, kemampuan berpikir serta tingkahlaku yang aneh.
Gangguan jiwa berat dikenal dengan sebutan psikosis dan salah satu contoh psikosis adalah
skizofrenia. Angka pasien skizofrenia Sedang tinggi mencapai 1/1000 penduduk, sebagai
perbandingan,di indonesia bila pada PJPT II,3/1000 penduduk,bahkan bisa lebih besar lagi.
Diperkirakan lebih dari 90% klien dengan skizofrenia mengalami halusinasi, meskipun bentuk
halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa
mengalami halusinasi dengar.1-2
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Menurut organisasi kesehatan dunia (WH0) kesehatan jiwa merupakan suatu keadaan dimana
seseorang yang terbebas dari gangguan jiwa dan memiliki sikap positif untuk menggambarkan
tentang kedewasaan serta kepribadiannya. Menurut data WHO tahun 2012 angka penderita
gangguan jiwa mengkhawatirkan secara global, sekitar 450 juta jiwa orang yang menderita
gangguan mental.3 Orang yang mengalami gangguan jiwa tinggal dinegara berkembang,
sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan perawatan.4 Dinas
Kesehatan Kota Jawa Tengah (2012), mengatakan angka kejadian penderita gangguan jiwa di
jawa tengah berkisar antara 3.300 orang hingga 9.300 orang.5 RSJD Dr.Amino
Gondhohutomo Semarang, didapatkan data rekap medik yang menunjukkan bahwa kasus
yang ada cukup bervariasi dimana halusinasi merupakan masalah keperawatan yang banyak
terjadi pada pasien gangguan jiwa.6

Strategi pelaksanaan terapi generalis untuk pasien dengan halusinasi yaitu dengan
mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik, selanjutnya mengajarkan
cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain, mengajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan melakukan aktifitas terjadwal dan mengajarkan cara
mengontrol halusinasi dengan meminum obat. Hasil wawancara mengenai mengontrol
halusinasi pada tanggal 18 Januari 2020 terhadap 15 pasien didapatkan 9 diantaranya sudah
mengetahui cara mengontrol halusinasi dengan tepat, 3 pasien hanya bisa mengontrol
halusinasi dengan teknik menghardik. Implementasi keperawatan jiwa pada pasien halusinasi
telah dilaksanakan RSJD Dr. Amino Gondohutomo provinsi Jawa Tengah, Namun
keberhasilan pelaksanaan implementasi belum terukur secara kuantitatif. Berdasarkan
fenomena tersebut maka perlu dilakukan penelitian yang bertujuan ini mengetahui tingkat
kemampuan pasien halusinasi melalui terapi generalis halusinasi di RSJD Dr. Amino
Gondohutomo provinsi Jawa Tengah.

METODE
Desain penelitian ini menggunakan Quasi Experiment dengan menggunakan pendekatan One
Group Pretest-postest, dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 39 pasien dengan
masalah keperawatan halusinasi. Metode pengambilan sampel purposive sampling. Instrumen
dalam penelitian ini berupa instrumen A yang terdiri dari data demografi yang berisi tentang
usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan frekuensi dirawat. Instrumen B merupakan lembar
lembar observasi strategi pelaksanaan kemampuan pasien halusinasi yang selanjutnya
dikategorikan menjadi 3 yaitu baik, sedang, dan kurang. Penelitian ini dilakukan pada bulan
Januari 2020 terhadap 39 responden di RSJD Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah.
Data dianalisis secara univariat melalui distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan
uji chi square.

HASIL
Hasil penelitian disajikan pada tabel berikut.
Tabel 1.
Usia responden (n= 39)
Mean SD Min-Maks
33,24 5.07 25-42
Tabel 1 menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 33 tahun.

2
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Tabel 2.
Karakteristik responden (n= 39)
Karakteristik f %
Jenis kelamin
Laki-laki 23 60
Perempuan 16 40
Pendidikan
Tidak bersekolah 1 3
Tamat SD 8 20
Tamat SLTP 10 26
Tamat SLTA 19 48
SI 1 3
Tabel 2 menunjukkan mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan terakhir
SLTA.

Tabel 3.
Frekuensi responden dirawat (n=39)
Frekuensi di Rawat di RSJ f %
Belum Pernah 1 3
1 - 2 Kali 7 18
3 - 4 Kali 10 26
5 - 6 Kali 14 35
> 6 Kali 7 18
Tabel 3 menunjukkan bahwa mayoritas frekuensi responden dirawat 5-6 kali.

Tabel 4.
Tingkat kemampuan pasien halusinasi sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis (n=39)
Tingkat Sebelum Intervensi Sesudah Intervensi
Kemampuan f % f %
Baik 10 26 35 90
Sedang 18 46 4 10
Kurang 11 28 0 0
Tabel 4 menunjukkan mayoritas responden sebelum dilakukan terapi generalis memiliki
tingkat kemampuan Sedang sebanyak 18 responden dan sesudah dilakukan terapi generalis
memiliki tingkat kemampuan baik sebanyak 25 responden.

Tabel 5.
Pengaruh terapi generalis terhadap tingkat kemampuan pasien halusinasi (n=39)
Sesudah Pemberian Terapi
Sebelum pemberian
Baik Sedang Kurang P value
terapi
f % f % f %
Baik 10 26 0 0 0 0 0,003
Sedang + Kurang 25 64 4 10 0 0
Tabel 5 menunjukkan bahwa mayoritas kemampuan responden Sedang dan kurang sebelum
pemberian terapi generalis menjadi berkemampuan baik sesudah pemberian terapi generalis.
Hasil analisis menggunakan uji chi square didapatkan nilai p = 0,003 (P value < 0,05). Hasil
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pemberian terapi generalis terhadap kemampuan pasien
halusinasi dalam mengatasinya halusinasinya dengan persentase peningkatan 64%.

3
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata responden berusia 33 tahun, mayoritas
responden berjenis kelamin laki-laki, berpendidikan terakhir SLTA, dan mayoritas frekuensi
responden dirawat 5-6 kali. Hal ini berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan Livana,
dkk (2019 ) menunjukkan mayoritas pasien resiko perilaku kekerasan berusia 26-35 tahun,
berjenis kelamin laki-laki, dan berpendidikan terakhir SLTA. Penelitian Suerni dan Livana
(2019) menunjukkan karakteristik pasien isolasi sosial paling banyak berusia 36-50 dan
berpendidikan terakhir SLTA. Penelitian Livana dan Suerni (2019) menunjukkan
karakteristik pasien halusinasi mayoritas berusia > 40 tahun, berjenis kelamin laki-laki, dan
berpendidikan diploma.7-9

Frekuensi di Rawat di RSJ mayoritas sebanyak5- 6 Kali. Hal ini dikarenakan fungsi otak yang
menurun sehingga menimbulkan rendahnya kemampuan pasien untuk merawat dirinya sendiri
dan harus kembali dirawat di rumah sakit jiwa. Hasil ini sejalan dengan penelitian Carolina
(2008), yang mengungkapkan bahwa frekuensi dirawat dapat membuat pasien depresi karena
kekambuhan.10 Kekambuhan dapat menurunkan kemampuan kognitif.11

Hasil penelitian diketahui bahwa sebelum diberikan terapi generalis mayoritas responden
memiliki tingkat kemampuan Sedang (46%) dan sesudah diberikan terapi generalis memiliki
tingkat kemampuan baik (90%). Terdapat pengaruh tingkat kemampuan pasien halusinasi
sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis di Dr.Amino Gondohutomo Provinsi Jawa
Tengah dengan nilai p = 0,003 (p value<0,05). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Muharyati (2012) bahwa ada penurunan frekuensi halusinasi sesudah pemberian terapi
individu dengan pendekatan strategi pelaksanaan komunnikasi.12

Kemampuan pasien halusinasi sebelum diberikan terapi generalis dipengaruhi oleh faktor
internal maupun faktor eksternal, yaitu kurangnya komunikasi antara perawat dengan pasien
sehingga mengakibatkan mekanisme koping pada diri pasien rendah dan pasien tidak mampu
untuk mengontrol halusinasi yang dialaminya. Setelah diberikan terapi, pasien sering
berkomunikasi dengan perawat, pasien memiliki kemampuan untuk mengontrol halusinasi,
meningkatkan kemapuan koping pada pasien sehingga mampu untuk menurunkan frekuensi
halusinasi yang ada pada diri pasien. Strategi pelaksanaan komunikasi berperan penting dalam
asuhan keperawatan jiwa, dengan alasan komunikasi mampu mendukung stabilitas emosi
pasien, karena dengan komunikasi pasien mampu berhubungan dengan orang lain dalam
memenuhi kebutuhan dasarnya dan pasien juga butuh penguatan untuk mempertahankan diri
melalui komunikasi yang efektif. Keberhasilan pemberian terapi generalis dengan pendakatan
strategi pelaksanaan yang dilakukan perawat tergantung bagaimana perawat mampu
memotivasi pasien agar dapat mengungkapkan perasaanya, dan mengungkapkan perilaku
yang diperankannya serta menilainya sesuai dengan kondisi realitas. Essensi dari terapi
individu mencakup seluruh aspek kehidupan yang menjadi beban psikisnya. Hal ini
memungkinkan dalam proses terapi individu masalah yang terjadi pada pasien akan
dieksplorasi oleh perawat sampai pada titik permasalahan yang krusial dan didiskusikan
sesuai dengan situasi, kondisi, serta kemampuan yang dimiliki pasien.13-16

Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Jusliani (2014) bahwa ada peningkatan
kemampuan mengontrol halusinasi yang sangat cepat setelah diberikan asuhan keperawatan,
dikarenakan sebagian responden dilibatkan dalam terapi modalitas, yaitu terapi kelompok
yang dilakukan oleh pendamping peneliti.17 Dimana kegiatan tersebut dapat membantu
anggotanya berhubungan, berkomunikasi dengan orang lain serta mengubah perilaku yang
destruktif dan maladaptif.18 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Livana,
4
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Ruhimat, Sujarwoo, Suerni, Kandar, Maya, Nugroho (2018) bahwa ada peningkatan
kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi melalui terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.15

Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 10 responden yang memiliki kemampuan baik
sebelum dan sesudah pemberian terapi generalis, terdapat 25 responden yang sebelum
diberikan terapi generalis memiliki kemampuan Sedang + kurang menjadi memiliki
kemampuan baik, serta terdapat 4 responden yang meniliki kemampuan Sedang + kurang
sebelum dan sesudah diberikan terapi generalis. Hasil ini menunjukkan bahwa terdapat 48%
peningkatan kemampuan pasien dalam mengontol halusinasi dari Sedang + kurang menjadi
berkemampuan baik. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wardani & Pontianak (2016),
bahwa ada pengaruh pelaksanaan standar asuhan keperawatan terhadap kemampuan kognitif
dan psikomotor sebelum dan sesudah diberikan standar asuhan keperawatan halusinasi
menujukan nilai (p value < α 0,05).

Hasil ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya bahwa pengalaman perawat dalam
mengimplementasikan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien halusinasi
didapatkan hasil bahwa merawat pasien halusinasi membutuhkan suatu pemahaman dan
tehknik pendekatan.19-20 Penelitian lainnya yang terkait yaitu penelitian Ilmiah & Widuri
(2016) bahwa setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari, pasien dengan gangguan
persepsi sensori: halusinasi pendengaran dapat mengenal halusinasi yang dialami dan dapat
mengontrol serta mengurangi intensitas halusinasi pendengaran dengan cara mengontrol
halusinasi.21-22 Berdasarkan hasil penelitian, teori, dan penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa terapi generalis yang diberikan telah memenuhi standar asuhan keperawatan dan
mampu meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi yang dialaminya.

Standar asuhan keperawatan adalah wajib dilaksanakan bagi setiap tenaga kesehatan yang
bertugas di rumah sakit khususnya keperawatan jiwa dimana klien sangat membutuhkan
perhatian dikarenakan dampak halusinasi sangat membahayakan yaitu berisiko menimbulkan
perilaku kekerasan bahkan halusinasi yang ditimbulkan klien dapat membahayakan
keselamatan lingkungan disekelilingnya. Pada asuhan keperawatan klien diajarkan untuk
mampu mengontrol kemampuan halusinasi yang dialami baik melalui kemapuan kognitif dan
psikomotor. Pasien dapat memperaktekan bagaimana cara mengontrol halusinasi dengan baik
dan benar sesuai arahan yang diberikan perawat untuk itu standar asuhan keperawatan
sangatlah penting jika asuhan keperawatan jarang digunakan akibatnya pasien lupa dan bisa
terjadi peningkatan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.23-24

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kognitif dan psikomotor pasien
dalam mengonntrol halusinasi dengan memberikan standar asuhan keperawatan yaitu
melatih ingatan dan kemampuan pasien untuk mengontrol halusinasi dengan membantu
pasien mengenal halusinasi yang dialaminya, menjelaskan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap
bersama orang lain, melatih pasien mengontrol halusinasi dengan melaksanakan aktifitas
terjadwal dan melatih pasien minum obat secara teratur.18

SIMPULAN
Ada peningkatan kemampuan pasien halusinasi sebesar 48% sebelum dan sesudah diberikan
terapi generalis dengan cara melatih ingatan dan kemampuan pasien untuk mengontrol
halusinasinya. Hasil analisis bivariate menunjukkan ada pengaruh pemberian terapi generalis
terhadap tingkat kemampuan pasien halusinasi dengan nilai p = 0,03 (P value < 0,05).
5
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

DAFTAR PUSTAKA
1. Yosep, H., & Sutini, T. Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung: Refika Aditama. (2016).

2. Riskesdas. Laporan Nasional 2018. . (2018). Retrieved from http://www.depkes.go.id.

3. World Health Organization. The World Health Report: 2018: mental health. (2018).
Retrieved from http://who.int/whr/2018/en/ .

4. Kemenkes RI. Katalog dalam Terbitan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia :


Pusat Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta : Kementerian
Kesehatan. (2013).

5. Dinkes, Jateng.. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Jawa Tengah, (2013). 74.

6. RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang, Data rekam medik RSJD 2016

7. Livana P. H., Titik Suerni, Overview of the Role of Nurses in the Implementation of
Education in Patients Hallucinations, European Journal of Biophysics. Vol. 7, No. 2,
2019, pp. 43-45. doi: 10.11648/j.ejb.20190702.12

8. Suerni, T., & Livana, P. H. Gambaran Faktor Predisposisi Pasien Isolasi Sosial. Jurnal
Keperawatan, 11(1), (2019): 57-66.
http://journal.stikeskendal.ac.id/index.php/Keperawatan/issue/archive

9. Suerni, Titik, and P. H. Livana. "Respons Pasien Perilaku Kekerasan." JURNAL


PENELITIAN PERAWAT PROFESIONAL 1.1 (2019): 41-46.
http://jurnal.globalhealthsciencegroup.com/index.php/JPPP/article/view/16

10. Carolina. “Pengaruh Penerapan Standar Asuhan Keperawatan Halusinasi Terhadap


Kemampuan Klien Mengontrol Halusinasi Di Rs Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta.”.
(2008).

11. Puri, B.K, P.J Laking, and I. H Treasaden. Textbook of Psychiatrry. eds. Husni Muttaqin
and Frans Dany. (2013).

12. Muharyatia, Esi Afriyantib & Adelse Prima Mulyab. Pengaruh Terapi Individu Generalis
Dengan Pendekatan Strategi Pelaksanaan Komunikasi Terhadap Frekuensi Halusinasi
Pada Pasien Halusinasi. VOLUME 8, No 1, Juni 2012 : 1-6. 84-165-1-SM di peroleh pada
tanggal 26 Januari 2020 dari
http://jurnal.andalas.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/141.

13. Nasir, dkk. Dasar-dasar keperawatan jiwa: Pengantar dan teori.Jakarta: Salemba
Medika (2011).

14. Muhith, Abdul. Dasar-dasar Keperawatan jiwa, Pengantar dan Teori. Jakarta: Salemba
Medika. (2012).

15. Livana, P. H., et al. "Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi
melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi." Jurnal Ners Widya Husada

6
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Semarang 5.1 (2020): 35-40.


http://stikeswh.ac.id:8082/journal/index.php/jners/article/view/328

16. Livana, P. H., and Mubin M Fatkhul. "THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY
BURDEN WITH FREQUENCY OF RECURRENCE PATIENT WITH PARANOID
SCHIZOPHRENIA." (2017): 129-134. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/315/

17. Jusliani. Sudirman. Pengaruh Penerapan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan


Halusinasi Klien Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Di Rskd Provinsi
Sulawesi Selatan. Volume 5 Nomor 2. (2014).
http://jurnal.andalas.ac.id/index.php/menarailmu/article/view/141.

18. Keliat, B. A. Model Prakti Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. (2010).

19. Sulahyuningsih, E. Fakultas ilmu kesehatan universitas muhammadiyah surakarta 2016.


(2016).

20. Zhuo, Chuanjun, et al. "Differences in functional connectivity density among subtypes of
schizophrenic auditory hallucination." Brain Imaging and Behavior (2020): 1-7.

21. Ilmiah, P., & Widuri, N. R. Upaya penurunan intensitas halusinasi dengan cara
mengontrol halusinasi di rsjd arif zainudin surakarta. (2016).

22. De Boer, J. N., et al. "Auditory hallucinations, top-down processing and language
perception: a general population study." Psychological medicine 49.16 (2019): 2772-
2780.

23. Wardani, N. S., & Pontianak, B. K. Nuniek Setyo Wardani 1 1 Dosen STIK
Muhammadiyah Pontianak, 2 Mahasiswa STIK Muhammadiyah Pontianak, VII(1).
(2016).

24. Mubin, Mohammad Fatkhul, and P. H. Livana. "Reduction of family stress level through
therapy of psychoeducation of skizofrenia paranoid family." Enfermería Clínica 30
(2020): 155-159. https://doi.org/10.1016/j.enfcli.2019.12.048

7
Jurnal Ilmiah Kesehatan Jiwa Volume 2 No 1, Hal 1 - 8, April 2020
RSJD Dr. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah

Anda mungkin juga menyukai