Anda di halaman 1dari 9

perbandingan hukum

KELEBIHAN DAN KELEMAHAN MASING-MASING SISTEM HUKUM


PERTEMUAN KE 10

A. Sistem Hukum Eropa Kontinental.

1. Kelebihan sistem hukum Eropa Kontinental


Sistem hukum ini memiliki segi positif dan negatif. Segi positifnya adalah
hampir semua aspek kehidupan masyarakat serta sengketa-sengketa yang
terjadi telah tersedia undang-undang/hukum tertulis, sehingga kasus-kasus
yang timbul dapat diselesaikan dengan mudah, disamping itu dengan telah
tersedianya berbagai jenis hukum tertulis akan lebih menjamin adanya
kepastian hukum dalam proses penyelesaiannya.

2. Kelemahan sistem hukum Eropa Kontinental


Banyak kasus yang timbul sebagai akibat dari kemajuan zaman dan
peradaban manusia, tidak tersedia undang-undangnya. Sehingga kasus ini
tidak dapat diselesaikan di pengadilan. Hukum tertulis pada suatu saat
akan ketinggalan zaman karena sifat statisnya. Oleh karena itu, sistem
hukum ini tidak menjadi dinamis dan penerapannya cenderung kaku
karena tugas hakim hanya sekedar sebagai alat undang-undang. Hakim tak
ubahnya sebagai abdi undang-undang yang tidak memiliki kewenangan
melakukan penafsiran guna mendapatkan nilai keadilan yang
sesungguhnya.

B. Sistem hukum Common Law (Anglo Saxon )

1. Kelebihan Sistem hukum Common Law (Anglo Saxon) :


a. Sistem hukum Anglo Saxon, penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat di negara-negara berkembang karena sesuai dengan
perkembangan zaman. Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih
menonjol digunakan oleh hakim, dalam memutus perkara.
perbandingan hukum

b. Sumber-sumber hukum terdiri dari putusan-putusan hakim, kebiasaan-


kebiasaan,serta peraturan-peraturan tertulis undang-undang dan
peraturan administrasi negara, walaupun banyak landasan bagi
terbentuknya kebiasaan dan peraturan tertulis itu berasal dari putusan-
putusan dalam pengadilan. Sehingga, sumber hukum yang ada telah
teruji dalam menyelesaikan suatu perkara sebelumnya.
c. Kepastian hukum lebih dihargai lagi bila dilihat dari sistem
pelaksanaan peradilan di negara-negara Anglo Saxon yaitu sistem Juri.
Menurut sistem ini dalam suatu persidangan perkara pidana para Juri-
lah yang menentukan apakah terdakwa atau tertuduh itu bersalah
(guilty) atau tidak bersalah (not guilty) setelah pemeriksaan selesai.
Jika Juri menentukan bersalah barulah Hakim (biasanya tunggal)
berperan menentukan berat ringannya pidana atau jenis pidananya.
Bila Juri menentukan tidak bersalah maka Hakim membebaskan
terdakwa (tertuduh).
d. Juri yang digunakan dalam sistem hukum ini adalah orang-orang sipil
yang mendapatkan tugas dari Negara untuk berperan sebagai juri
dalam sidang perkara. Juri ditunjuk oleh Negara secara acak dan
seharusnya adalah orang-orang yang kedudukannya sangat netral
dengan asumsi juri adalah orang awam yang tidak mengetahui sama
sekali latar belakang perkara yang disidangkan. Kedua pihak dalam
perkara kemudian diberi kesempatan untuk mewawancara dan
menentukan juri pilihannya. Sehingga kenetralan dan keadilan dapat
lebih terlihat nyata.
e. Hakim memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk seluruh
tata kehidupan masyarakat. Karena hekim memiliki wewnang yang
sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku. Selain
itu, menciptakan prinsip-prinsip hukum baru yang akan menjadi
pegangan bagi hakim-hakim lain untuk memutuskan perkara yang
sejenis.
f. Jika ada suatu putusan yang sudah dianggap tidak sesuai lagi dengan
perkembangan zaman, hakim dapat menetapkan putusan baru
berdasarkan nilai-nilai keadilan, kebenaran, dan akal sehat (common
perbandingan hukum

sense). Sehingga putusan-putusan yang ada benar-benar sesuai


kenyataan dan menyesuaikan perkembangan masyarakat.

2. Kelemahan Sistem hukum Common Law (Anglo Saxon) :


a. Tidak ada jaminan kepastian hukumnya. Jika hakim diberi kebebasan
untuk melakukan penciptaan hukum dikhawatirkan ada unsur
subjektifnya. Kecuali hakim tersebut sudah dibekali dengan integritas
dan rasa keadilan yang tinggi. Untuk negara-negara berkembang yang
tingkat korupsinya tinggi tentunya sistem hukum anglo saxon kurang
tepat dianut.
b. Hakim terlalu diberi kekuasaan yang amat besar dalam menentukan
hukuman. Sehingga terkadang faktor subyek dapat terjadi. Karena
hakim juga manusia yang terkadang ada rasa sungkan dan juga ada
gejolak untuk melakukan tindakan-tindakan curang. Suatu contoh,
akhir-akhir ini ada berita yang mencuat mengenai hakim yang salah
membei putusan hukum mati pada terdakwa pada tahun 1991. Setelah
diselidiki lebih lanjut, kini terbukti terdakwa yang dihukum mati
tersebut tidak bersalah sama sekali.

C. Sistem hukum Adat.


Hukum adat sebagai hukum tak tertulis juga memiliki kekurangan dan
kelebihan sebagaimana manusia itu sendiri. Karena bagaimanapun juga
karena hukum tak tertulis merupakan bentukan manusia.

1. Kelebihan sistem hukum adat


a. Responsive, artinya hukum adat sangat tanggap terhadap
dibutuhkannya suatu hukum baru tatkala terjadi sesuatu hal yang
belum diatur sebelumnya, keadaan ini sangat dimungkinkan karena
dalam proses pembentukan hukum baru hanya dilakukan oleh pemuka
adat, tidak melibatkan lembaga-lembaga lain.
b. Tidak kaku, dikarenakan membutuhkan waktu yang relative singkat
untuk menyesuaikan dengan adanya perubahan jaman. Hal ini dapat
terjadi dikarenakan hukum adat tidak memerlukan proses kodifikasi.
c. Sesuai dengan rasa keadilan yang didasarkan atas nilai-nilai kearifan
lokal.
perbandingan hukum

2. Kelemahan sistem hukum adat.


a. Kurangnya adanya kepastian hukum, keadaan ini dikarenakan hukum
adat bukan merupakan hukum tertulis sehingga dalam menyelesaikan
suatu masalah aturan yang dipakai dapat diterapkan berbeda.
b. Terus berubah-ubah, dikarenakan untuk mengakomodasi perubahan
kepentingan masyarakat yang semakin berkembang seiring dengan
kemajuan pola piker masyarakat dan teknologi. Memang hukum tidak
tertulis sering dianggap tidak konsisten karena dapat berubah sewaktu-
waktu sesuai kepentingan yang menghendakinya.

D. Sistem Hukum Islam.

Keunggulan dan Keistimewaan Hukum Islam


Hukum Islam adalah hukum yang sempurna dan universal. Hukum Islam
memiliki banyak keunggulan dan keistimewaan. Keunggulan dan
keistimewaan hukum Islam terletak pada sifatnya yang dapat memenuhi hajat
hidup banyak orang serta menjamin ketenangan dan kebahagiaan masyarakat.
Aplikasi hukum Islam secarakaffah tentu benar-benar dapat membentuk suatu
komunitas yang ideal dan teratur atas dasar keadilan, keteguhan, dan
kehidupan yang baik serta kemajuan yang utama.

Keunggulan dan keistimewaan hukum Islam tergambar dari karakteristiknya,


sebagaimana yang dijelaskan oleh Hasbi Ash Shiddieqy di dalam bukunya
Falsafah Hukum Islam, yang terdiri atas tiga aspek yaitu takamul, wasathiyah
dan harakah.

1. Takamul
Takamul berarti utuh, sempurna, bulat dan tuntas. Meskipun waktu terus
berjalan dan berganti hukum Islam tetap cocok untuk diterapkan. Hukum
Islam sudah sempurna dan sudah lengkap untuk mengatur kehidupan
manusia. Tidak ada kesempatan lagi untuk membongkar pasang hukum Islam
agar relevan dengan perkembangan zaman.

2. Wasathiyah
Wasathiyah berarti keseimbangan atau harmoni. Hukum Islam menginginkan
keseimbangan tidak terlalu berat ke kanan maupun ke kiri.
perbandingan hukum

Keseimbangan itu tergambar dari keselarasan antara kenyataan atau fakta dan
ideal dari cita-cita. Islam sangat melarang sesuatu yang berlebihan.

3. Harakah
Harakah berarti pergerakan, dinamis, dan berkembang. Harakah adalah
kedinamisan yang selalu menyesuaikan dengan tuntutan. Hukum Islam
mempunyai kemampuan bergerak dan berkembang, mempunyai daya hidup,
serta dinamis sehingga selalu relevan dengan tuntutan zaman. Hukum Islam
terpencar dari sumber yang luas dan dalam, sehingga dapat berlaku sepanjang
masa. Al Qur’an dan Hadits adalah sumber hukum Islam yang memuat
seluruh nilai-nilai kehidupan secara universal. Melalui penggalian hukum
dari sumbernya maka hukum Islam selalu terpelihara dalam memenuhi hajat
hidup manusia.

Hukum Islam merupakan nilai-nilai universal yang menuntun manusia


kepada kemaslahatan hidup. Keunggulan dan keistimewaan hukum Islam
antara lain:
1. Hukum Islam menginginkan kemudahan dan jauh dari kesulitan serta
kesempitan. Hukum Islam dapat berjalan seiring dengan fitrah manusia.
2. Hukum Islam sesuai dengan akal dan logika yang benar. Namun perlu
diingat bahwasanya akal dan logika sangat tipis perbedaannya dengan
hawa nafsu. Padahal hukum Islam sangat tidak mentolerir terhadap hawa
nafsu yang berlebihan. Islam menginginkan keteraturan tapi juga
mengutamakan kemudahan. Ibnu Qayyim berkata dalam Ath Thuruqul
Hukmiyah, yang penulis kutip dari buku Hasbi Ash Shiddieqy,
“Allah dan Rasul-Nya tidak menetapkan sesuatu hukum yang diyakini
kebatalannya baik pada panca indera maupun ada akal (logika) maka amat
jauh Allah daripada yang demikian. Maka sesungguhnya tak ada hukum
yang lebih baik daripada hukum Allah dan tidak ada yang lebih adil. Dan
Allah tidak menetapkan suatu hukum yang akal mengatakan terhadapnya
alangkah lebih baik Allah tidak menetapkan hukum yang sedemikian itu.
Sebenarnya hukum-hukum Allah semuanya adalah hukum-hukum yang
diakui oleh akal dan nadhar tentang kebaikannya dan terjadinya hukum itu
dengan cara yang paling
perbandingan hukum

sempurna dan sebaik-baiknya dan bahwa hukum itulah yang layak di


tempat itu bukan selainnya.”
3. Hukum Islam bertujuan untuk menimbulkan kemaslahatan serta
mewujudkan keadilan yang mutlak.
4. Hukum Islam menginginkan keseimbangan. Keseimbangan disini ialah
antara fakta dan idealnya teori, antara jiwa dan tubuh, serta keseimbangan
dalam segala aspek kehidupan.
5. Hukum Islam tidak menganakemaskan seorang pun. Tidak ada perbedaan
perlakuan hukum terhadap seluruh manusia. Hukum Islam tetap berlaku
kepada semua mukallaf tanpa adanya perbedaan.
6. Segala perbuatan dikaitkan dengan niat dan motivasinya. Keikhlasan
dalam menjalankan perintah agama adalah kemutlakan. Hal yang percuma
apabila melakukan sesuatu namun jauh di lubuk hatinya ia menolaknya.
Hal ini telah digambarkan oleh suatu kaidah ‫ رﻮﻣﻷا ﺎھﺪﺻﺎﻘﻤﺑ‬yang artinya segala
perkara tergantung dari niatnya
7. Di samping hukuman-hukuman yang telah ditetapkan hukum Islam juga
memperkenalkan hukuman takzir. Hukuman takzir ialah hukuman yang
bersifat mendidik dan menjerakan. Jenis hukuman takzir ditentukan oleh
penguasa maupun hakim yang berwenang yang dapat disesuaikan dengan
nilai-nilai setempat yang berkembang.
8. Menghargai kemerdekaan berpikir dan berijtihad. Tidak ada pengekangan
untuk berpikir di dalam Islam, malah dianjurkan untuk selalu melibatkan
akal yang mendalam dalam menilai segala sesuatu. Peran akal sangat
signifikan dan tidak dapat diabaikan. Dalam Islam agama dan akal seolah
bersaudara atau senantiasa menjalin persaudaraan. Akal dapat
memperjelas wahyu. Akal bersama dengan hati nurani dapat menjadi
kerja sama yang dahsyat untuk memahami maksud Wahyu.
9. Peningkatan derajat bagi perempuan. Hukum Islam menempatkan
perempuan pada derajat yang terhormat dan proporsional.
10.Berkeadilan bukan hanya kepada umat Islam tapi juga kepada non-
muslim. Hal ini dicirikan dengan sifat rahmatan lil ‘alamin yakni rahmat
bagi semesta alam, bukan hanya bagi umat Islam saja. Hukum Islam juga
memperhatikan kehidupan di luar kehidupan manusia, seperti alam dan
segala isinya.
11.Hukum Islam bersifat sistematis. Doktrin-doktrin yang terkandung di
dalam Islam selalu berhubungan satu sama lain. Sebagai contoh perintah
mencari rezeki diiringi dengan larangan mencarinya dengan cara yang
zhalim.

UJI PEMAHAMAN MATERI

Pertanyaan :

1. Jelaskan mengenai kelebihan sistem hukum civil law dalam hal terakomodirnya
kepastian hukum ?
2. Jelaskan mengapa system hukum common law dianggap tidak mempunyai
kepastian hukum yang tetap!Apakah ruang lingkup pengkajian dari
perbandingan hukum tersebut? Jelaskan!
3. Mengapa hukum adat dikatakan responsive ?

DAFTAR PUSTAKA

Amir Syarifuddin, Pembaharuan Pemikiran Dalam Hukum Islam, 1990, Angkasa


Raya, Padang.

Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Falsafah Hukum Islam, 2001,


Pustaka Rizki Putra, Semarang.

Djamil, Fathurrahman, Filsafat Hukum Islam, cet. III, 1999, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta

Djazuli, A., Kaidah-Kaidah Fikih, 2007, Kencana, Jakarta.

Hans Kelsen, Teori Hukum Murni – Dasar-Dasar Ilmu Hukum Normatif, 2011,
Nusa Media, Bandung.

Ismatullah, Dedi, Sejarah Sosial Hukum Islam, 2011, Pustaka Setia, Bandung.

L.J. van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, 1985, P.T. Pradnya Paramitha, Jakarta.
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam-Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum
Islam di Indonesia, 1998, Rajawali Pers, Jakarta.

Peter de Cruz, Perbandingan System Hukum Common Law, Civil Law dan
Socialist Law, Penerjemah : Narulita Yusron, 2010, Nusa Media, Bandung

Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, 2012, PT Citra Aditya Bakti, Bandung.

Sinamo Nomensen, Perbandingan Hukum Tata Negara, 2010, Jala Permata


Aksara, Bekasi.

Soeroso, Bunga Rampai Perbandingan Hukum, 2003, Perpustakaan Nasional.

_______, Pengantar Ilmu Hukum, 2004, Sinar Grafika, Jakarta


Subekti, Perbandingan Hukum Perdata, 1974, PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Sudikno, Mengenal hukum, 1988, Liberty, Yogyakata.

Supomo , Bab-Bab Tentang Hukum Adat, 1968, Penerbitan Universitas, Jakarta:.

Suriyaman Mustari Pide, Hukum Adat (Dulu, Kini dan Akan Datang), 2009, Pelita
Pustaka , Jakarta.

Wignjodipuro, Surojo, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Adat. 1979, Alumni,,


Bandung,.

Anda mungkin juga menyukai