Anda di halaman 1dari 4

1.

Instrumen penegakan HAM adalah semua aturan atau peraturan yang dibuat untuk mengatur
tentang pelaksanaan, pembatasan, dan sanksi pelanggaran guna menlindungi serta menegakan
HAM. Instrumen HAM ini ada yang bersifat internasional seperti Universal Declaration of Human
Rights dan ada yang dibuat skala tertentu, misalnya sesuai negara masing-masing (contohnya
Indonesia mempunyai instrument HAM mulai dari Pancasila, UUD 1945 hasil amandemen,
Undang-Undang (UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asassi Manusia), Peraturan Pemerintah,
dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang).
2. Deklarasi Umum HAM 1948 atau Universal Declaration of Human Rights adalah sebuah deklarasi
yang di adopsi oleh Majelis Umum PBB pada 10 Desember 1948 di Palais de Chaillot, Paris,
Perancis melalui General Assembly Resolution 217 A (III). Deklarasi ini merupakan standar
umum yang menyatakan bahwa hak asasi manusia secara internasional haruslah dilindungi.
Deklarasi ini dibentuk sebagai respons atas berakhirnya Perang Dunia II. Dengan adanya
deklarasi ini, masyarakat dunia hendak melenyapkan segala wujud kekejaman yang lahir atas
menjamurnya konflik-konflik antar negara kala itu. Deklarasi Universal HAM juga melengkapi
Piagam PBB yang sebelumnya telah dibuat. Deklarasi ini merupakan pernyataan umum pertama
dari masyarakat dunia tentang hak asasi manusia dan di dalamnya termuat 30 pasal. Deklarasi
ini kemudian mengilhami lahirnya  berbagai perjanjian internasional, instrumen hak asasi
manusia di tingkat regional, konstitusi masing – masing negara, dan UU di masing – masing
negara yang terkait dengan isu – isu hak asasi manusia. 5 contoh hak yang diakomodasi di
dalamnya yaitu bahwa hak atas kehidupan, kebebasan dan keselamatan sebagai induvidu, hak
atas pengakuan di depan hukum sebagai manusia pribadi di mana saja ia berada, hak atas
persamaan di depan hukum dan atas perlindungan hukum yang sama tanpa diskriminasi, hak
untuk tidak ditangkap, ditahan atau dibuang dengan sewenang-wenang, hak atas sesuatu
kewarganegaraan.
3. International Covenant on Civil and Political Rights  (Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil
dan Politik) adalah sebuah perjanjian multilateral yang ditetapkan oleh Majelis Umum
Perserikatan Bangsa-Bangsa berdasarkan Resolusi 2200A (XXI) pada tanggal 16 Desember 1966.
International Covenant on Civil and Political Rights atau biasa disingkat dengan ICCPR bertujuan
untuk mengukuhkan pokok-pokok HAM di bidang sipil dan politik yang tercantum dalam
Deklarasi Umum HAM sehingga menjadi ketentuan-ketentuan yang mengikat secara hukum.
Konvenan tersebut terdiri dari pembukaan dan Pasal-Pasal yang mencakup 6 BAB dan 53 Pasal.
Indonesia sendiri telah meratifikasi ICCPR pada 28 Oktober 2005 melalui Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2005. 5  contoh hak yang diakomodasi di dalamnya, yaitu
pertama adalah hak hidup, bahwa hak ini dilindungi oleh hukum, dan bahwa tidak seorang pun
dapat dirampas hak hidupnya secara sewenang-wenang. Kedua, hak untuk tidak dikenai siksaan,
perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi, atau merendahkan martabat.
Ketiga, hak untuk tidak boleh diperbudak, diperhamba, atau diharuskan melakukan kerja paksa
atau kerja wajib. Keempat, hak untuk tidak dipenjarakan hanya atas dasar ketidakmampuannya
memenuhi kewajiban kontraktualnya. Kelima, hak untuk mempunyai pendapat tanpa campur
tangan pihak lain dan hak atas kebebasan untuk menyatakan pendapat.
4. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya (International Covenant
on Economic, Social and Cultural Rights, disingkat ICESCR) adalah sebuah perjanjian multilateral
yang ditetapkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tanggal 16 December
1966 dan mulai berlaku pada tanggal 3 Januari 1976. ICESCR sendiri mengakomodasi hak asasi
manusia di bidang ekonomi, sosial, dan budaya. Indonesia kemudian telah melakukan ratifikasi
terhadap kovenan tersebut melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005. Hingga saat ini,
ICESCR telah diratifikasi oleh lebih dari 166 negara di dunia. 5 contoh hak yang diakomodasi di
dalamnya, yaitu pertama hak setiap orang akan suatu standar penghidupan yang layak bagi
dirinya dan keluarganya, termasuk makanan, pakaian dan perumahan yang cukup dan perbaikan
kondisi penghidupan yang terus- menerus. Kedua, hak untuk menikmati standar tertinggi yang
dapat dicapai untuk kesehatan jasmani dan rohani. Ketiga, hak akan pendidikan, Keempat, hak
untuk Ikut serta dalam kehidupan kebudayaan, menikmati manfaat kemajuan ilmiah dan
penerapannya, memperoleh perlindungan rohani dan materi atas hasil produksi ilmiah, sastra
dan seni karyanya, serta kelima, hak akan kenikmatan kondisi kerja yang adil dan
menyenangkan, yang menjamin, terutama kondisi kerja yang aman dan sehat, persamaan
kesempatan untuk setiap orang untuk dipromosikan pekerjaannya ke tingkat yang lebih tinggi,
tanpa pertimbangan lain kecuali senioritas dan kecakapan.
5. CEDAW atau ICEDAW (International Convention on Elimination of All Forms of Discrimation
Againts Women) sebuah perjanjian internasional yang ditetapkan pada tahun 1979 oleh Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa. Perjanjian ini dianggap sebagai piagam hak internasional
untuk perempuan dan mulai berlaku pada tanggal 3 September 1981. Konvensi ini juga
berbicara tentang penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan yang
memungkinkan setiap individu/kelompok yang tidak puas atas pelaksanaan CEDAW di
negaranya dapat mengajukan langsung permasalahannya kepada pemerintah bahkan sampai
PBB. Indonesia adalah salah satu negara yang ikut menandatanganinya dan telah meratifikasi
Konvensi Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan atau Convention on the
Elimination of All Forms of Discrimination against Women (CEDAW) melalui Undang-undang No.
7 tahun 1984. Hingga sast ini, sebanyak 189 negara telah meratifikasi konvensi tersebut. 5
contoh hak yang diakomodasi di dalamnya, yaitu pertama hak wanita untuk memperoleh,
mengganti, memelihara kewarganegaraan mereka. Kedua, hak wanita untuk tidak didiskriminasi
dalam hal kehidupan politik dan publik, yaitu untuk bisa memilih dalam pemilihan umum, untuk
bisa berpartisipasi dalam perumusan kebijakan umum, untuk bisa ikut serta dalam asosiasi dan
organisasi non-pemerintah ataupun yang berhubungan dengan politik kenegaraan. Ketiga, hak
wanita untuk tidak didiskriminasi dalam mewakili negaranya di level internasional ataupun
dalam berpartisipasi di organisasi internasional. Keempat, hak wanita untuk dipersamakan
kedudukannya dengan pra di hadapan hukum. Kelima, hak wanita untuk memperoleh
perlindungan dari berbagai macam bentuk penjualan, eksploitasi, dan prostitusi.
6. Konvensi Hak-Hak Anak atau The United Nations Convention on the Rights of the Child (biasa
disingkat sebagai CRC atau UNCRC) adalah sebuah konvensi internasional yang mengatur hak-
hak sipil, politik, ekonomi, sosial, dan kultural anak-anak. Konvensi mendefinisikan seorang anak
sebagai setiap manusia di bawah usia delapan belas tahun, kecuali ditetapkan lain di bawah
undang-undang nasional. Sidang Umum PBB menandatangani konvensi ini pada tanggal 20
November 1989 dan mulai berlaku pada tanggal 2 September 1990. Sampai saat ini, sebanyak
lebih dari 140 negara telah meratifikasinya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi
Convention on the Rights of the Child (CRC) pada tanggal 25 Agustus 1990 dengan Keputusan
Presiden Nomor 36 Tahun 1990. 5 contoh hak yang diakomodasi yaitu, pertama hak anak atas
kehidupan, pemerintah perlu memastikan bahwa anak bisa bertahan hidup dan tumbuh dengan
sehat. Kedua, hak anak untuk dicatatkan kelahirannya secara resmi dan memiliki
kewarganegaraan. Ketiga, hak anak untuk dilindungi dari aksi penculikan, atau diambil secara
tidak sah, atau ditahan di negara asing oleh salah satu orangtua atau oleh orang lain. Keempat,
hak anak untuk mengemukakan pendapat dan didengar dan dipertimbangkan pendapatnya saat
pengambilan suatu keputusan yang akan mempengaruhi kehidupannya. Kelima, hak anak atas
privasi dan perlu dilindungi dari pelanggaran privasi yang menyangkut keluarga, rumah,
komunikasi, dan nama baik sang anak.
7. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi, atau Merendahkan Martabat Manusia (Convention against Torture and Other
Cruel, Inhuman or Degrading Treatment or Punishment) adalah sebuah traktat hak asasi
manusia internasional, di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang ditujukan untuk
menghindari penyiksaan dan perlakuan atau hukuman lain yang kejam, tidak manusiawi, dan
merendahkan martabat manusia di seluruh dunia. Konvensi tersebut mewajibkan negara-negara
untuk mengambil tindakan efektif untuk menghindari penyiksaan di wilayah yang berada di
bawah yurisdiksi mereka. Hak yang diakomodasi di dalamnya, yaitu boleh hak seseorang untuk
tidak diusir, dikembalikan (refouler) atau diekstradisikan ke Negara lain apabila terdapat alasan
yang cukup kuat untuk menduga bahwa orang itu berada dalam bahaya karena dapat menjadi
sasaran penyiksaan, hak agar dalam sistem hukumnya korban dari suatu tindak penyiksaan
memperoleh ganti-rugi dan mempunyai hak untuk mendapatkan kompensasi yang adil dan
layak, termasuk sarana untuk rehabilitasi sepenuh mungkin, hak agar setiap orang yang
menyatakan bahwa dirinya telah disiksa dalam wilayah kewenangan hukumnya mempunyai hak
untuk mengadu, dan agar kasusnya diperiksa dengan segera dan tidak memihak oleh pihak-
pihak yang berwenang, hak atas jaminan bahwa pernyataan yang telah ditetapkan sebagai
tindak lanjut dari tindak penyiksaan tidak digunakan sebagai bukti, kecuali terhadap orang yang
dituduh melakukan tindak penyiksaan, sebagai bukti bahwa pernyataan itu telah dibuat, hak
atas jaminan bahwa tindakan penyiksaan adalah pelanggaran menurut ketentuan hukum pidana
suatu negara.
8. Konvensi Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Rasial (International
Convention on the Elimination of All Forms of Racial Discrimination, disingkat ICERD) adalah
sebuah konvensi hak asasi manusia yang mewajibkan anggotanya untuk
menghapuskan diskriminasi ras dan mengembangkan pengertian di antara semua ras. Konvensi
ini juga memberikan kewajiban pelarangan penyebaran kebencian dan pengkriminalan
keikutsertaan dalam organisasi rasis. Konvensi ICERD disetujui oleh Majelis Umum Perserikatan
Bangsa-Bangsa pada tanggal 21 Desember 1965 dan mulai berlaku pada tanggal 4 Januari 1969.
Indonesia telah meratifikasi konvensi ini lewat UU No 29 Tahun 1999. Hak yang diakomodasi di
dalamnya, yaitu hak untuk lepas dari diskriminasi rasial dan menjamin hak setiap orang, tanpa
membedakan ras, warna kulit, atau asal-usul etnik atau kebangsaan, untuk mendapatkan
kesederajatan di hadapan hukum (Perlakuan yang sama di hadapan pengadilan dan semua
badan peradilan lainnya), ha katas Keamanan dan perlindungan oleh negara atas tindakan
kekerasan atau melukai fisik, yang dilakukan oleh pejabat pemerintah, kelompok atau
perorangan, hak politik khususnya partisi pasi dalam pemilu, hak partisipasi dalam
pemerintahan serta memegang jabatan di pemerintahan pada setiap tingkat dan mendapatkan
akses yang sederajat dalam layanan public, hak untuk meninggalkan suatu negara dan kembali,
dan hak atas kewarganegaraan.
9. Hak atas kesamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan, Hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan, hak dalam upaya pembelaan negara, hak untuk
berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang, hak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya, hak membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang
sah, hak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas perlindungan
dari kekerasan dan diskriminasi, hak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan
dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan
teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat
manusia, hak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk
membangun masyarakat, bangsa dan negaranya, hak atas pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum, hak untuk bekerja
serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja, hak
memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan, hak atas status kewarganegaraan,
hak memeluk agama dan beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran,
memilih pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal di wilayah negara dan
meninggalkannya, serta berhak kembali, hak atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya, hak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak
untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi
dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia, hak atas perlindungan diri pribadi,
keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat
sesuatu yang merupakan hak asasi, hak untuk bebas dari penyiksaan atau perlakuan yang
merendahkan derajat martabat manusia dan berhak memperoleh suaka politik dari negara lain,
hak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang
baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, hak mendapat kemudahan dan
perlakuan khusus untuk memperoleh kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai
persamaan dan keadilan, hak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
secara utuh sebagai manusia yang bermartabat, hak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun, Hak untuk hidup, hak
untuk tidak disiksa, hak untuk kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk
tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan hukum, dan hak untuk tidak
dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat
dikurangi dalam keadaan apapun, hak untuk bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif
atas dasar apapun dan hak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat
diskriminatif itu.

Anda mungkin juga menyukai