Anda di halaman 1dari 14

SEJARAH PERKEMBANGAN FARMASI

DI INDONESIA

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia

Penyusun
Azhari Firmansyah (0020004)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BOGOR HUSADA


PRODI S1 FARMASI
BOGOR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Sejarah Perkembangan Farmasi Di Indonesia” tepat
waktu. Shawalat serta salam semoga selalu tercurah pada Rasulullah SAW semoga syafaatnya
mengalir pada kita kelak.
Makalah “Sejarah Perkembangan Farmasi Di Indonesia” disusun guna memenuhi tugas
pada mata kuliah Bahasa Indonesia di STIKES Bogor Husada. Makalah ini membahas tentang
perkembangan farmasi khususnya di Indonesia, dimana usia farmasi di Indonesia masih relatife
muda, namun perkembangan farmasi berkembang cukup pesat dengan banyak berdirinya
sekolah-sekolah kefarmasian, banyak berdirinya industri-industri farmasi serta sudah di atur pula
dalam undang-undang tentang kehidupan farmasi di Indonesia. Selain itu, penulis juga berharap
agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang sejarah farmasi di Indonesia.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Lussy Citra Resmi.,
M.Pd selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia. Tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bogor, 7 Oktober 2020

Azhari Firmansyah

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................2

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................3

1.2 Rumusan Masalah.............................................................................3

1.3 Tujuan...............................................................................................4

1.4 Manfaat Makalah..............................................................................4

1.5 Metode Penyusunan Makalah...........................................................4

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan/Kajian Teoretis...................................................................5

2.2 Pembahasan.......................................................................................6

BAB 3 PENUTUP

3.1 Kesimpulan.......................................................................................11

3.2 Saran..................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................12

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Semenjak dunia berkembang dan dihuni oleh manusia serta makhluk hidup lainnya
mungkin sudah ada penyakit dan usaha untuk mengobatinya. Keadaan “sehat” dan “sakit”
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan, ini berlaku bagi semua makhluk hidup di dunia
insani, dunia hewani maupun di dunia tumbuh-tumbuhan sekalipun. Bagi makhluk hidup,
mengobati suatu penyakit atau gangguan adakalanya merupakan salah satu usaha untuk
mempertahankan eksistensinya.

Perkembangan ilmu pengetahuan telah membawa banyak perubahan disegala aspek


kehidupan. Tidak terkecuali ilmu pengobatan/Farmasi. Selama berabad-abad lamanya,
setelah ditemukannya teknologi-teknologi yang dapat membantu manusia dalam melakukan
berbagai penelitian, pengobatan pun turut mengalami kemajuan. Obat yang pada awalnya
hanya diproduksi terbatas dan terkadang hanya terdapat di daerah tertentu kini dapat
dimanfaatkan dan dikonsumsi secara universal. Hal ini salah satunya merupakan dampak
karena adanya kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dewasa ini perkembangan farmasi di indonesia sudah berkembang dengan baik hal ini
bisa dilihat dengan berdirinya Industri farmasi, Tenaga kefarmasiaan, dan sekolah menegah
farmasi ataupun Perguruan Tinggi farmasi. Untuk profesi farmasi di indonesia sudah banyak
di minati oleh masyarakat hal ini di karenakan prospek kerja atau masa depannya
menjanjikan dan mampu membuat sebuah lapangan kerja sendiri.

Oleh karena itu, penulis membuat makalah berjudul “Sejarah Perkembangan Farmasi
di Indonesia” yang akan membahas sejarah dunia pengobatan atau sejarah dari farmasi di
indonesia serta perkembangannya hingga saat ini.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana sejarah perkembangan farmasi di Indonesia?

3
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui sejarah perkembangan ilmu di Indonesia.

1.4 Manfaat Makalah


1.4.1 Mengetahui sejarah perkembangan farmasi di Indonesia.
1.4.2 Mengetahui undang-undang kefarmasian yang berlaku pada masa sebelum
kemerdekaan.
1.4.3 Mengetahui perkembangan farmasi dalam dunia Pendidikan.

1.5 Metode Penyusunan Makalah

1.5.1 Pengumpulan Data dan Informasi

Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan


melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari artikel, media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:

1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi pustaka yang
menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk penulis mengenai
lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup dalam penulisan.

2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang diperoleh,


diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan, dimana data tersebut
dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan materi sehingga diperoleh
suatu solusi dan kesimpulan.
1.5.2 Pengolahan Data dan Informasi
Beberapa data dan informasi yang diperoleh pada tahap pengumpulan data,
kemudian diolah dengan menggunakan suatu metode analisis deskriptif
berdasarkan data sekunder.

4
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan/Kajian Teoretis


Farmasi didefinisikan sebagai profesi yang menyangkut seni dan ilmu penyediaan
bahan obat, dari sumber alam atau sintetik yang sesuai, untuk disalurkan dan digunakan
pada pengobatan dan pencegahan penyakit. Farmasi mencakup pengetahuan mengenai
identifikasi, pemilihan (selection), aksi farmakologis, pengawetan, penggabungan,
analisis, dan pembakuan bahan obat (drugs) dan sediaan obat (medicine). Pengetahuan
kefarmasian mencakup pula penyaluran dan penggunaan obat yang sesuai dan aman, baik
melalui resep (prsecription) dokter berizin, dokter gigi, dan dokter hewan, maupun
melalui cara lain yang sah, misalnya dengan cara menyalurkan atau menjual langsung
kepada pemakai
Kata farmasi diturunkan dari bahasa Yunani “pharmakon”, yang berarti cantik
atau elok, yang kemudian berubah artinya menjadi racun, dan selanjutnya berubah lagi
menjadi obat atau bahan obat. Oleh karena itu seorang ahli farmasi (Pharmacist) ialah
orang yang paling mengetahui hal ihwal obat. Ia satu-satunya ahli mengenai obat, karena
pengetahuan keahlian mengenai obat memerlukan pengetahuan yang mendalam
mengenai semua aspek kefarmasian seperti yang tercantum pada definisi di atas.
Farmasi merupakan salah satu bidang ilmu professional kesehatan yang
merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan, ilmu fisika, dan ilmu kimia yang mempunyai
tanggung jawab untuk memastikan efektivitas, keamanan, dan penggunaan obat. Menurut
kamus, farmasi adalah seni dan ilmu meracik dan menyerahkan atau membagikan obat.
Sedangkan farmasis adalah seseorang yang meracik dan menyerahkan atau membagikan
obat. Menurut kamus lainnya farmasi adalah seni atau praktek penyiapan, pengawetan,
peracikan dan penyerahan obat ( Webster’s New Collegiate Dictionary. SpringField, MA,
G. & C. Merriam Co, 1987 ).
Menurut Smith dan Knapp, seorang farmasis adalah seseoarang yang telah lulus
dari perguruan tinggi farmasi. Untuk melakukan praktek farmasi, seorang lulusan harus
memperoleh izin/lisensi dari suatu dewan atau badan negara bagian. Agar supaya
mendapat izin/lisensi, lulusan suatu pergurun tinggi farmasi di seluruh negara bagian atau
daerah disyaratkan untuk menyelesaikan persyaratan pengalaman praktek dan untuk lulus
ujian yang diselenggarakan oleh badan farmasi negara.
Berbagai konsep dasar dan teori dalam ilmu fisiologi, patologi, farmakologi,
farmakognosi, fitokimia, kimia analisis, kimia sintesis, kimia medisinal,
farmasetika/formulasi obat dapat ditemukan pada tiap jaman dalam sejarah

5
perkembangan kefarmasian. Mitologi, konsep dan praktek pengobatan, praktisi/profesi
pengobatan, bentuk sediaan obat serta bahan obat di berbagai jaman atau di suatu
kebudayaan tertentu ternyata tidak hanya mendasari dan mempengaruhi perkembangan
ilmu kefarmasian dan ilmu kedokteran saat ini, namun mendasari dan mempengaruhi
perkembangan ilmu pengobatan tradisional di suatu suku bangsa tertentu, bahkan
beberapa konsep dasar masih dipakai dalam sistem pengobatan tersebut.
Ruang lingkup farmasi sangatlah luas termasuk penelitian, pembuatan, peracikan,
penyediaan sediaan obat, pengujian, serta pelayanan informasi obat. Farmasi sebagai
profesi di Indonesia sebenarnya relatif masih muda dan baru dapat berkembang secara
berarti setelah masa kemerdekaan. Pada zaman penjajahan, baik pada masa pemerintahan
Hindia Belanda maupun masa pendudukan Jepang, kefarmasian di Indonesia
pertumbuhannya sangat lambat, dan profesi ini belum dikenal secara luas oleh
masyarakat. Sampai proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, para tenaga farmasi
Indonesia pada umumnya masih terdiri dari asisten apoteker dengan jumlah yang sangat
sedikit.
Awal mulanya muncul kefarmasian, berbagai aspek dan perkembangan ilmu
kefarmasian didasarkan urutan sejarah farmasi yang seharusnya dimulai dari zaman pra
sejarah, zaman Babylonia-Assyria, zaman Mesir kuno, zaman Yunani kuno dan zaman
abad pertengahan. Namun kali ini hanya membahas bagaimana sejarahnya farmasi yang
berkembang di Indonesia. Mula – mula dari periode zaman penjajahan sampai perang
kemerdekaan, kemudian setelah perang kemerdekaan sampai tahun 1958 serta pada
periode tahun 1958 – 1967.

2.2 Pembahasan
Farmasi sebagai profesi Indonesia sebenarnya relatife masih muda dan baru
berkembang secara berarti setelah masa kemerdekaan .Pada zaman penjajahan, baik pada
masa pemerintahan Hindia Belanda maupun masa pendudukan jepang, Kefarmasian di
Indonesia pertumbuhannya sangat lambat ,dan profesinya ini belum di kenal secara luas
oleh masyarakat. Sampai proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ,para tenaga
farmasi Indonesia umumnya masih tediri dari asisten apoteker ,dengan jumlah yang
sangat sedikit .
Tenaga apoteker pada masa penjajahan umumnya berasal dari Denmark,
Australia, Jerman dan Belanda. Namun, semasa perang kemerdekaan, kefarmasiaan di
Indonesia mencatat sejarah yang sangat berarti , yakni dengan didirikannya perguruan
tinggi Farmasi di Klaten pada tahun 1946 dan di Bandung tahun 1947. Lembaga
pendidikan Farmasi yang didirikan pada masa perang kemerdekaan ini mempunyai andil
yang besar bagi perkembangan sejarah kefarmasiaan pada masa-masa selanjutnya.

6
1. Periode Zaman penjahan sampai perang kemerdekaan
Tonggak sejarah kefarmasian di indonesia pada umumnya di awal dengan
pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda. Menurut
catatan yang ada, asisten apoteker warga Negara Belanda lulusan Indonesia yang
pertama adalah pada tahun 1906 yang diuji di Surabaya. Warga negara Indonesia
asli tercatat sebagai lulusan pertama pada tahun 1908 yang diuji di Surabaya dan
lulusan kedua terjadi pada tahun 1919 yang diuji di Semarang.
Didirikan Sekolah Asisten Apoteker tersebut, lulusan asisten apoteker
sedikit meningkat rata-rata 15 orang setahun bahkan pada tahun 1941 tercatat
lulusan asisten apoteker sebanyak 23 orang. Sebelum dibentuk sekolah tersebut
setahun rata-rata hanya 5 orang yang kesemuanya berasal dari pendidikan praktek
di apotek.
2. Periode setelah Perang Kemerdekaan - 1958
Pada zaman pendudukan Jepang mulai dirintis pendidikan tinggi Farmasi
dengan nama Yukagaku sebagai bagian dari Jakarta Ika Daigaku. Pada tahun
1944 Yakugaku diubah menjadi Yaku Dairying. Pada periode ini jumlah tenaga
farmasi, terutama tenaga asisten apoteker mulai bertambah jumlah yang relatif
lebih besar.Pada tahun 1950 di Jakarta di buka sekolah asisten apoteker negeri
(republik) yang pertama, dengan jangka waktu pendidikan selama dua tahun.
Lulusan angkatan pertama sekolah asisten apoteker ini tercatat sekitar 30 orang,
sementara jumlah apoteker pun mengalami peningkatan. Pada tahun 1946 dibuka
Perguruan Tinggi Ahli Obat di Klaten yang kemudian pindah dan berubah
menjadi Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Tahun 1947
diresmikan Jurusan Farmasi di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Alam
(FIPIA), Bandung sebagai bagian dari Universitas Indonesia, Jakarta, yang
kemudian berubah menjadi Jurusan Farmasi, Institut Teknologi Bandung pada
tanggal 2 Mei 1959.
3. Periode Tahun 1958 – 1967
Pada periode ini Indonesia banyak merintis produksi obat pada
kenyataannya industri-industri farmasi mengalami hambatan dan kesulitan yang
cukup berat, yakni kekurangan devisa dan terjadinya sistem penjatahan bahan
baku sehingga industri farmasi yang hanya bertahan yang mempunyai relasi
dengan luar Negeri. Pada tahun 1960-1965 industri farmasi mengalami kesulitan
devisa dan keadaan ekonomi yang suram ,sehingga hanya dapat memproduksi
30% dari kapasitas produksinya , sehingga penyediaan sangat terbatas dan
sebagaian besar berasal dari import, masalah selanjutnya yakni pada periode ini

7
pengawasan mutu belum dapat di lakukan dengan baik, banyak terjadi kasus
bahan baku maupun bahan obat jadi yang tidak memenuhi persyaratan standar.
Pada tahun 1960-1965 Pemerintahan Republik indonesia mengeluarkan
perundang-undangan yang berkaitan dengan kefarmasian antara lain.

 Undang-undang Nomor 9 tahun 1960 tentang Pokok-pokok kesehatan

 Undang-undang Nomor 10 tahun 1961 tentang Barang

 Undang-undang Nomor 7 tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan, dan

 Peraturan pemerintahan Nomor 26 tahun 1965 tentang Apotek.

Pada periode ini pula hal adalah hal penting yang patut di catat dalam Sejarah
Kefarmasian Indonesia , yakni Berakhirnya Apotek Dokter dan apotek darurat.
Dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 33148/Kab/176 tanggal
8 juni 1962, antara lain ditetapkan:

 Tidak di keluarkan izin baru untuk pembukaan apotek dokter dan


 Semua izin apotek dokter dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal
1januari 1963
Sedangkan berakhirnya apotek darurat di tetapkan dengan Surat Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor 770/ph/63/b tanggal 29 Oktober 1963 yang isinya
antara lain:

 Tidak di keluarkan lagi izin baru untuk pembukaan apotek darurat.


 Semua izin apotek darurat Ibukota Daerah Tingkat I dinyatakan tidak
berlaku sejak tanggal 1 februari 1964 dan,
 Semua izin apotek darurat di Ibukota Tingkat II dan Kota-kota lainnya
dinyatakan tidak berlaku lagi sejak tanggal 1 mei 1964. Pada tahun 1963
sebagai realisasi undang-undang pokok Kesehatan telah di bentuk
Lembaga Farmasi Nasional
(Surat Keputusan Menteri Nomor 39521/kab/199 tanggal 11 juli 1963)
Setelah kemerdekaan, buku pedoman maupun undang-undang yang dirasa
masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak sesuai lagi dihilangkan.
Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan
di apotek yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker.
Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam : apotek biasa, apotek
darurat dan apotek dokter.

8
Dalam melakukan kegiatan di apotek mulai dari mempersiapkan bahan
sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmasi yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal
dari kata “Pharmacon” yang berarti racun/obat dan “pole” yang berarti membuat).
Buku ini memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara
pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-
obatan.
Sebelum Indonesia mempunyai farmakope, yang berlaku adalah
farmakope Belanda. Baru pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan buku
farmakope yang pertama, dan semenjak itu farmakope Belanda dipakai sebagai
referensi saja.
Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan :
 Farmakope Indonesia edisi I jilid I, terbit tanggal 20 Mei 1962
 Farmakope Indonesia edisi I jilid II, terbit tanggal 20 Mei 1965
 Formularium Indonesia ( FOI ), terbit 20 Mei 1966
 Farmakope Indonesia edisi II, terbit 1 April 1972
 Ekstra Farmakope Indonesia, terbit 1 April 1974
 Formularium Nasional, terbit 12 Nopember 1978
 Farmakope Indonesia III, terbit 9 Oktober 1979
 Farmakope Indonesia IV, terbit 5 Desember 1995
 Farmakope Indonesia V terbit tahun 2014

Pendidikan Farmasi di Indonesia


A. Sekolah Menengah Farmasi
Dari sejarah perkembangan kefarmasian di Indonesia tampak besarnya
peranan pendidikan menengah farmasi (Sekolah Asisten Apoteker), khususnya
pada saat langkanya tenaga kefarmasian berpendidikan tinggi. Pada saat peralihan
sampai dikeluarkannya PP 25 tahun 1980, masih dimungkinkan adanya ”Apotik
Darurat” yaitu Apotik yang dikelola oleh Asisten Apoteker yang sudah
berpengalaman kerja. Tenaga menengah farmasi ini masih sangat diperlukan dan
berperanan, khususnya pada Farmasi Komunitas, baik di Apotik maupun di

9
Rumah Sakit. Dengan bertambahnya tenaga farmasi berpendidikan tinggi,
peranan ini akan semakin kecil, sehingga perlu dipikirkan untuk meningkatkan
pendidikan AA ini setingkat akademi (lulusan SMA). Mulai tahun 2000,
pendidikan menengah ini mulai “phasing out”, ditingkatkan menjadi Akademi
Farmasi.

B. Program Diploma Farmasi


Sejak 1991 telah dirintis pembukaan pendidikan tenaga farmasi ahli
madya dalam bentuk Program Diploma (D-III) oleh Departemen Kesehatan, yaitu
Program Studi Analis Farmasi. Kebutuhan ini merupakan konsekuensi
perkembangan di bidang kesehatan yang semakin memerluka tenaga ahli, baik
dalam jumlah maupun kualitas, dan semakin memerlukan diversifikasi tenaga
keahlian. Tujuan utama program studi ini ialah menghasilkan tenaga ahli madya
farmasi yang berkompetensi untuk pelaksanaan pekerjaan di bidang pengendalian
kualitas (quality control). Adapun peranan yang diharapkan dari lulusan program
Studi Analis Farmasi ialah: Melaksanakan analisis farmasi dalam laboratorium:
obat, obat tradisional, kosmetika, makanan-minuman, bahan berbahaya dan alat
kesehatan; di industri farmasi, instalasi farmasi rumah sakit, instansi pengawasan
mutu obat dan makanan-minuman atau laboratorium sejenisnya, di sektor
pemerintah maupun swasta, dengan fungsi : Pelaksanaan analisis, pengujian mutu,
pengembangan metode analisis dan peserta aktif dalam pendidikan dan penelitian
di bidang analisis farmasi.Program ini diharapkan dapat dikelola oleh perguruan
tinggi negeri yang mempunyai fakultas atau Jurusan Farmasi dengan status
Program Diploma (D-III). Kemungkinan besar Sekolah Menengah Farmasi di
masa yang akan datang dapat ditingkatkan menjadi Program Diploma seperti yang
diuraikan di atas. Ramalan kami lebih dari 10 tahun yang lalu, sekarang ini sudah
menjadi kenyataan melalui ketentuan yang mengharuskan pendidikan menengah
ditingkatkan menjadi Akademi.

C. Pendidikan Tinggi Farmasi


Perkembangan pendidikan tinggi Farmasi di Indonesia sejak berdirinya
perguruan tinggi farmasi yang pertama di Klaten dan Bandung, sampai saat ini
terdapat 8 pendidikan tinggi Farmasi negeri dan belasan perguruan tinggi swasta.
Menurut catatan tahun 1983 jumlah lulusan Farmasis (Apoteker) di Indonesia
3552 orang, yang merupakan peningkatan sebesar 350% dari jumlah Apoteker di
tahun 1966. Proyeksi jumlah Apoteker pada tahun 2000 adalah 6666 orang
berdasarkan rasio 1 Apoteker untuk 30.000 jiwa, hanya untuk bidang pelayanan

10
saja. (Rasio yang ideal untuk perbandingan kebutuhan minimum yang lazim
diproyeksikan untuk profesi ini di bidang kesehatan ialah 1 : 15.000). Saat ini
jumlah Apoteker diperkirakan sebanyak 10.000 orang.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa perkembangan


farmasi di Indonesia dimulai pada periode sebelum kemerdekaan sampai perang
kemerdekaan yaitu pendidikan asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.
Periode setelah perang kemerdekaan sampai dengan tahun 1958 yaitu di Jakarta dibuka
sekolah asisten apoteker Negeri (Republik) yang pertama. Periode tahun 1958 sampai
dengan 1967 yaitu pemerintahan mengeluarkan perundang-undangan yang berkaitan
dengan kefarmasian dan berakhirnya apotek dokter dan apotek darurat. Dan Pendidikan
farmasi di Indonesia juga berkembang dengan adanya sekolah menengah farmasi,
program diploma farmasi, dan Pendidikan tinggi farmasi.

3.2 Saran
Sebagai tenaga kefarmasian kita harus mempelajari dan memahami tentang
sejarah perkembangan kefarmasian di Indonesia supaya kita tahu sudah sejauh mana
perjalanan farmasi di Indonesia ini, selain itu kita juga jadi mempunyai cita-cita bersama
dan semangat ekstra untuk terus memajukan farmasi di Indonesia menjadi semakin baik.

Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut
dengan berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para
pembaca.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, islamudin.2016. http://islamudinahmad.com/tulisan/artikel-artikel/lain-lain/sejarah-


farmasi-di-indonesia/

Ahmad, Islamudin. 2019. https://docplayer.info/106478938-Sejarah-perkembangan-farmasi-di-


indonesia-mata-kuliah-pengantar-ilmu-farmasi-dosen-dr-islamudin-ahmad-m-si-apt.html

Amilin, Zumatul. 2020. https://www.academia.edu/10520952/Sejarah_Kefarmasian

Utami, Bela. 2013. https://ceritailalang.wordpress.com/2013/09/26/farmakope-indonesia/

Merlin, dkk. 2013. https://www.slideshare.net/raidiw/sejarah-kefarmasian-26826663

13

Anda mungkin juga menyukai