Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PENDARAHAN PADA IBU DIC ”

DOSEN PENGAMPU: Dr.Muthia mutmainnah,M.kep,Sp.Mat

Di Susun Oleh:

NAMA ; SILVI KALMIA

NIM : G1B119008

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JAMBI

TAHUN AJARAN 2021


KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan ini yang berjudul ”( DIC PADA IBU
HAMIL )”
Satuan Acara Penyuluhan ini disusun untuk memenuhi tugas saya. Saya sangat
menyadari dalam penyusunan dan penulisan tugas Satuan acara penyuluhan ini masih ada
banyak sekali kekurangan, oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun untuk perbaikan dan memperluas wawasan penulis.
Semoga penyuluhan ini dapat memberi tambahan ilmu bagi saya pada khususnya dan
juga untuk peserta penyuluhan.
Wassalamualaikum Wr. Wb

Jambi,6, Februari ,2021

Penulis
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DIC PADA IBU HAMIL

Pokok bahasan: DIC PADA IBU HAMIL

Sub pokok bahasan: Memahami pendarahan antepastum ,mengerti etiologi pendarahan,


patofisiologi pendarahan,tanda dan gelaja pendarahan, komplikasi pendarahan,diagnose
pendarahan, pencegahan pendarahan, pengobatan pendarahan,penatalaksanaan pendarahan,
definisi DIC, etiologi DIC, patofisiologi DIC, gelaja dan tanda tanda DIC

I. LATAR BELAKANG

Disseminated Intravaskular Coagulation ( DIC ) dapat terjadi hampir pada semua


orang tanpa perbedaan ras, jenis kelamin, serta usia. Gejala-gejala DIC umumnya sangat
terkait dengan penyakit yang mendasarinya, ditambah gejala tambahan akibat trombosis,
emboli, disfungsi organ, dan perdarahan. Koagulasi intravaskular diseminata atau lebih
populer dengan istilah aslinya, Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan
diagnosis kompleks yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain
yang mendahuluinya. Keadaan ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan
koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan beraneka penyebab dapat
menyebabkan DIC, namun bisa dipastikan penyakit yang berakhir dengan DIC akan
memiliki prognosis malam.
Meski DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda dan gejala
berikut penatalaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasai oleh
hematolog, namun hampir semua dokter dari berbagai disiplin. DIC merupakan kelainan
perdarahan yang mengancam nyawa, terutama disebabkan oleh kelainan obstetrik,
keganasan metastasis, trauma masif, serta sepsis bakterial.
Terjadinya DIC dipicu oleh trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan
faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negative akan mengaktivasi
beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang akan memicu pelepasan
faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini
akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada
mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti fase consumptive coagulopathy dan
secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai jumlah trombosit
yang terus menurun menyebabkan perdarahan dan terjadi efek anti hemostatik dari produk
degradasi fibrin. Pasien akan mudah berdarah di mukosa, tempat masuk jarum
suntik/infus, tempat masuk kateter, atau insisi bedah.
II. TUJUAN UMUM

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama ± 30 menit, diharapkan ibu dapat


mengerti, memahami tentang arti dari Pendarahan dan dic pada ibu hamil

III. TUJUAN KHUSUS

Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama ± 30 menit, diharapkan ibu


dapat :
a. Mengerti definisi DIC
b. Mengerti etiologi DIC
c. Mengerti patofisiologi DIC
d. Mengerti komplikasi DIC
e. Mengerti penatalaksanaan medis DIC
f. Mengerti penatalaksanaan keperawatan DIC
g. Mengerti gelaja dan tanda tanda DIC

IV. PENGORGANISASIAN
1. Hari/Tanggal, Tempat dan Waktu
Hari/tanggal :senin/08-februari-2021
Tempat : fakultas kedokteran dan ilmu kesehatan
Waktu :14:30-15:00 (25 menit)
2. Metode dan Media
Metode : Ceramah dan diskusi
Media : laptop,power poin,
3. Tim Pelaksana
Pembimbing Akademik : Dr.Muthia mutmainnah,M.kep,Sp.Mat
Moderator : SILVI KALMIA

Penyuluh : SILVI KALMIA

Notulen : silvi kalmia

Fasilitator : silvi kalmia

Observer :-

Konsumsi :-

V. TUGAS DAN FUNGSI TIM PELAKSANA


1. Moderator
Uraian tugas:

1) Membuka acara penyuluhan, memperkenalkan diri dan tim kepada


peserta.
2) Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3) Memimpin jalannya diskusi dan evaluasi.
4) Menutup acara penyuluhan.
2. Penyuluh / Presenter
Uraian tugas:
1) Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
2) Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
3) Menjawab pertanyaan peserta.
3. Notulen
Uraian tugas: Mencatat hasil dari diskusi, dan tanya jawab.

4. Fasilitator
Uraian tugas:

1) Ikut bergabung dan duduk bersama diantara peserta.


2) Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
3) Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
4) Menginterupsi penyuluh tentang istilah/hal-hal yang dirasa kurang jelas
bagi peserta.
5) Membagikan leaflet kepada peserta.
5. Observer
Uraian tugas:
1) Mencatat nama dan jumlah peserta, serta menempatkan diri sehingga
memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses penyuluhan.
2) Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3) Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
4) Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
5) Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
6. Konsumsi
Uraian tugas:

1) Menentukan menu makanan.


2) Membagikan makanan saat acara berlangsung.
7. Perlengkapan
Uraian tugas:

1) Bertanggung jawab pada ketersediaan alat dan media yang digunakan


selama acara berlangsung.
2) Mampu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan ketersediaan
alat dan media yang digunakan.
3) Memastikan semua alat dan media siap digunakan dalam proses diskusi
dan berfungsi dengan baik.
8. Dokumentasi
Uraian tugas:

1) Bertanggung jawab dalam pendokumentasian selama acara berlangsung.


2) Bertanggung jawab dalam publikasi hasil acara.

VI. SETTING TEMPAT

Setting Tempat Penyuluhan

Keterangan:

Pembimbing Moderator

audiens
VII. KEGIATAN PENYULUHAN
No WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN
KLIEN

1. 5 menit Pembukaan :  Menjawab


salam
 Membuka kegiatan dengan
 Mendengarkan
mengucapkan salam.
dan
 Memperkenalkan diri
memperhatikan
 Menjelaskan tujuan dari
 Mendengarkan
penyuluhan
dan
 Menyebutkan materi yang akan
memperhatikan
diberikan

 Menjelaskan kontrak waktu
 Menyetujui
kontrak waktu

2. 10 menit Pelaksanaan :

 Menjelaskan definisi DIC  Memperhatikan


 Menjelaskan etiologi DIC  Bertanya
 Menjelaskan patofisologi DIC  Memperhatikan
 Menjelaskan gejala DIC  Memperhatikan
 Menjelakan penatalaksanaan DIC

3. 5 Menit Evaluasi :  Mendengarkan


 Bertanya
 Moderator merangkum materi
 Menjawab
yang disampaikan penyuluhan.
pertanyaan
 Memberikan kesempatan kepada
klien untuk bertanya
 Menanyakan kepada klien tentang
materi yang telah diberikan dan
memberikan reinforcement kepada
klien jika dapat menjawab
pertanyaan

4. 5 Menit Penutup :  Mendengarkan


 Menjawab
 Mengucapkan terimakasih atas
salam
peran serta klien.
 Mengucapkan salam penutup

VIII. EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
 60 % peserta menghadiri penyuluhan
 Tempat dan alat tersedia sesuai perencanaan
 peran dan tugas sesuai dengan perencanaan
2. Evaluasi Proses
 Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan
 Peserta penyuluhan dapat mengikuti acara atau kegiatan sampai selesai
 Peserta penyuluhan berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
 Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan pengertian Peserta
yang mengikuti penyuluhan mampumenyebutkan jenis jenis
 Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan jenis
 Peserta yang mengikuti penyuluhan mampu menyebutkan cara pencegahan.
MATERI PENYULUHAN
PENDARAHAN DAN DIC PADA IBU HAMIL

2.1 Definisi
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan. (medicastore.com).
Disseminated Intravascular Coagulation adalah suatu sindrom yang ditandai dengan
adanya perdarahan/kelainan pembekuan darah yang disebabkan oleh karena terbentuknya
plasmin yakni suatu spesifik plasma protein yang aktif sebagai fibrinolitik yang di dapatkan
dalam sirkulasi (Healthy Cau’s)
Secara umum Disseminated Intavascular Coagulation (DIG) didefinisikan sebagai
kelainan atau gangguan kompleks pembekuan darah akibat stirnulasi yang berlebihan pada
mekanisme prokoagulan dan anti koagulan sebagai respon terhadap jejas/injury (Yan Efrata
Sembiring, Paul Tahalele).
Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah suatu keadaan dimana bekuan-
bekuan darah kecil tersebar di seluruh aliran darah, menyebabkan penyumbatan pada
pembuluh darah kecil dan berkurangnya faktor pembekuan yang diperlukan untuk
mengendalikan perdarahan.

2.2 Etiologi
DIC merupakan mekanisme perantara berbagai penyakit dengan gejala klinis
tertentu. Berbagai penyakit dapat mencetuskan DIC fulminan atau derajat rendah seperti
di bawah ini:
Penyakit yang disertai DIC fulminan
a. Bidang obstetric: emboli cairan amnion, abrupsi plasenta, eklamsia, abortus
b. Bidang hematologi: reaksi transfusi darah, hemolisis berat, transfuse massif, leukemia
c. Infeksi
- Septicemia, gram negative (endotoksin), gram negative (mikro polisakarida)
- Virus : HIV, hepatitis, varisela, virus sitomegalo, demam dengue
- Parasit : Malaria
- Trauma
- Penyakit hati akut : gagal hati akut ,ikterus obstruktif
- Luka bakar
- Penyakit ginjal menahun
- Peradangan
- Penyakit hati menahun
2.2 Patofisiologi
Pada prinsipnya DIC dapat dikenali jika terdapat aktivasi system pembekuan darah secara
sistemik. Trombosit yang menurun terus menerus, komponen fibrin bebas yang terus
berkurang, disertai tanda-tanda perdarahan merupakan tanda dasar yang mengarah curiga
DIC. Karena dipicu penyakit/trauma berat, akan terjadi aktivasi pembekuan darah, terbentuk
fibrin dan deposisi dalam pembuluh darah, sehingga menyebabkan thrombus mikrovaskular
pada berbagai organ yang mengarah pada kegagalan fungsi berbagai organ.
Akibat koagulasi protein dan platelet tersebut, akan terjadi komplikasi perdarahan.
Karena terdapat deposisi fibrin, secara otomatis tubuh akan mengaktivasi sistem fibrinolitik
yang menyebabkan terjadi bekuan intravaskular. Dalam sebagian kasus, terjadinya
fibrinolisis (akibat pemakaian alfa2-antiplasmin) juga justru dapat menyebabkan perdarahan.
Karenanya, pasien dengan DIC dapat terjadi trombosis sekaligus perdarahan dalam waktu
yang bersamaan, keadaan ini cukup menyulitkan untuk dikenali dan ditatalaksana.
Pengendapan fibrin pada DIC terjadi dengan mekanisme yang cukup kompleks. Jalur
utamanya terdiri dari dua macam : Pertama, pembentukan trombin dengan perantara faktor
pembekuan darah. Kedua, terdapat disfungsi fisiologis antikoagulan, misalnya pada system
antitrombin dan sistem protein C, yang membuat pembentukan trombin secara terus-
menerus. Sebenarnya ada juga jalur ketiga, yakni terdapat depresi sistem fibrinolitik sehingga
menyebabkan gangguan fibrinolisis, akibatnya endapan fibrin menumpuk di pembuluh darah.
Sistem-sistem yang tidak berfungsi secara normal ini disebabkan oleh tingginya kadar
inhibitor fibrinolitik PAI-1.
Seperti yang tersebut di atas, pada beberapa kasus DIC dapat terjadi peningkatan aktivitas
fibrinolitik yang menyebabkan perdarahan. DIC terjadi karena kelainan produksi faktor
pembekuan darah. Karena banyak sekali kemungkinan gangguan produksi faktor pembekuan
darah, banyak pula penyakit yang akhirnya dapat menyebabkan kelainan ini. Garis start jalur
pembekuan darah ialah tersedianya protrombin (diproduksi di hati) kemudian diaktivasi oleh
faktor-faktor pembekuan darah, sampai garis akhir terbentuknya trombin sebagai tanda telah
terjadi pembekuan darah. Pembentukan trombin dapat dideteksi saat tiga hingga lima jam
setelah terjadinya bakteremia atau endotoksemia melalui mekanisme antigen-antibodi. Faktor
koagulasi yang relatif mayor untuk dikenal ialah sistem VIIa yang memulai pembentukan
trombin, jalur ini dikenal dengan nama jalur ekstrinsik. Aktivasi pembekuan darah sangat
dikendalikan oleh faktor-faktor itu sendiri, terutama pada jalur ekstrinsik.

2.3. Manifestasi Klinik/Tanda dan Gejala


Manifestasi klinis dari sindrom ini beragam dan bergantung pada system organ yang
terlibat dalam thrombus/infark atau episode perdarahan. Biasanya terdapat riwayat
perdarahan pada gusi dan sistem GI. Pada fase akut biasanya muncul peteki dan ekimosis
serta perdarahan pada penusukan vena dan kateter. Pada post operasi, perdarahan bisa terjadi
pada sekitar tempat pembedahan, drain dan trakeostomi. DIC kronis bisa menimbulkan
sedikit gejala, seperti mudah memar, perdarahan lama dari tempat tusukan pungsi vena,
perdarahan gusi, dan perdarahan gastrointestinal lambat, atau tidak ada gejala yang tidak
dapat diamati. Gambaran utama pada pasien DIC berupa : perdarahan (64%), disfungsi ginjal
(25%), disfungsi hepar (19%), disfungsi pernafasan (16%), shock (14%), dan disfungsi
sistem syaraf pusat (2%). Manifestasi klinis dapat berupa:
1. Sirkulasi : tanda perdarahan spontan mengancam nyawa, tanda perdarahan sub akut,
tanda trombosi difus atau terlokalisir, perdarahaan ke lubang serous.
2. Sistem syaraf pusat: perubahan kesadaran non spesifik atau stupor, deficit neurologis.
3. Kardivaskular: hipotensi, takikardi, kolaps sirkulasi
4. Respirasi: pleural friction rub, tanda ARDS.
5. Gastrointestinal: hematomesis, hematochezia.
6. Genitourinarius: azotemia atau gagal ginjal, hematuria, oliguria, metrorrhagia
perdarahan uterine.
7. Dermatologis: peteki, jaundice, purpura, bula hemoragik, akrosianosis, nekrosis kulit
ekstremitas bawah, infark terlokalisir atau gangren, perdarahan di tempat penusukan
atau hematom subkutandalam, thrombosis
2.4 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi pada DIC, meliputi :
1. Acute respiratory distress syndrome (ARDS)
2. Penurunan fungsi ginjal
3. Gangguan susunan saraf pusat
4. Gangguan hati
5. Ulserasi mukosa gastrointestinal : perdarahann
6. Peningkatan enzyme jantung : ischemia, aritmia
7. Purpura fulminan
8. Insufisiensi adrenal
9. Lebih dari 50% mengalami kematian
2.5 . Penatalaksanaan Medis
1. Atasi penyakit primer yang menimbulkan DIC
2. Pemberian heparin. Heparin dapat diberikan 200 U/KgBB iv tiap 4-6 jam. Kenaikan
kadar fibrinogen plasma nyata dalam 6-8 jam, setelah 24-48 jam sesudah mencapai harga
normal.
3. Terapi pengganti. Darah atau PRC diberikan untuk mengganti darah yang keluar. Bila
dalam pengobatan yang baik, jumlah trombosit tetap rendah dalam waktu sampai
seminggu, berarti tetap mungkin terjadi perdarahan terus atau ulangan, sehingga dalam
keadaan ini perlu diberikan platelet concentrate.
4. Obat penghambat fibrinolitik. Pemakaian Epsilon Amino Caproic Acid (EACA) atau
asam traneksamat untuk menghambat fibrinolisis sama sekali tidak boleh dilakukan,
karena akan menyebabkan trombosis. Bila perlu sekali, baru boleh diberikan sesudah
heparin disuntikkan. Lama pengobatan tergantung dari perjalanan penyakit primernya.
Bila penyakit primernya dapat diatasi cepat, misalnya komplikasi kehamilan dan sepsis,
pengobatan DIC hanya
2.6. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Anjurkan klien untuk melakukan tirah baring
2. Melakukan pemeriksaan fisik pada klien
3. Mengatur suhu ruangan dan tempat tidur klien
4. Mengobservasi TTV.
2. 6 Macam macam penyebab DIC
a. Disseminated intravascular coagulation akibat perlemakan hati akut pada kehamilan
(acute fatty liver of pregnancy )
Sebenarnya perlemakan hati akut pada kehamilan merupakan kejadian yang
cukup jarang terjadi dan umumnya terjadi pada trimester ketiga kehamilan dengan
insidensi sekitar 11 – 14 kasus per 100.000 kehamilan. Meskipun jarang terjadi
tetapi dapat menyebabkan komplikasi kehamilan yang fatal. Keadaan ini dimulai
dengan infiltrasi lemak pada hepatosit melalui mikrovaskular yang diikuti oleh
menurunnya fungsi hati secara progresif tanpa mengganggu struktur hati. Penelitian
menunjukkan ada defek genetik pada oksidasi beta (beta oxidation) asam lemak
yang merupakan pathogenesis dari perlemakan hati akut ini. DIC pada keadaan ini
disebabkan oleh gangguan fungsi hati berat sehingga produksi fibrinogen maupun
faktor koagulasi lainnya menjadi berkurang. Defisiensi anti thrombin III juga
dilaporkan terjadi pada perlemakan hati akut pada kehamilan.
b. Disseminated intravascular coagulation karena abortus sepsis atau infeksi intrauterine
Abortus sepsis dan infeksi uterin postpartum dapat menyebabkan DIC dan
merupakan salah satu penyebab tingginya morbiditas dan mortalitas maternal pada
negara berkembang. Pasien sepsis dengan DIC dapat mengalai gangguan sistem
organ karena terjadi gangguan thromboemboli seperti purpura fulminant atau deposisi
fibrin pada mikrovaskular. Selain gagal organ, secara klinis pasien juga dapat
mengalami perdarahan. Mekanisme terjadinya DIC pada kondisi sepsis ini karena
pelepasan sitokin inflamasi, terutama IL-6, IL-8, dan TNF yang kemudian
mengaktivasi TF sehingga jalur koagulasi menjadi teraktivasi. Hal ini disertai dengan
inhibisi faktor antikoagulan alami tubuh seperti AT, protein C, protein S, dan APC
yang menyebabkan deposisi fibrinogen pada mikrovaskular.
c. Disseminated intravascular coagulation yang disebabkan kematian janin intrauterin
Kematian janin intrauterine ditemukan pada <1% kehamilan. Biasanya
diasosiasikan dengan DIC yang terjadi secara kronis, dimana janin sudah mati datetap
berada dalam uterus selama lebih dari 5 minggu. DIC karena kematian janin
intrauterine ini juga kadang disebut sebagai fetal death syndrome. DIC ini terjadi
karena pelepasan thromboplastin dari janin yang mati yang kemudian menyebabkan
aktivasi trombosit ibu sehingga terjadi konsumsi fibrinogen yang berlebihan dalam
plasenta dan intravaskular ibu. Cairan ketuban yang diambil dari wanita dengan fetal
death syndrome memiliki konsentrasi tissue factor (TF) yang lebih tinggi.

d. Disseminated intravascular coagulation karena emboli cairan ketuban


Emboli cairan ketuban merupakan kondisi klinis yang dapat terjadi ketika
proses persalinan sampai 48 jam post partum. Meskipun ada sejumlah kecil kasus
yang melaporkan kejadian emboli cairan ketuban selama periode antenatal. Gambaran
klinisnya berupa hipotensi, aritmia, sianosis, dyspnea, perubahan status mental, dan
perdarahan. Diperkirakan tingkat kematian maternal karena emboli cairan ketuban ini
sekitar 6-44%. 1, 8 Penyebab terjadinya DIC pada emboli cairan ketuban ini masih
kurang dipahami dengan baik. Emboli cairan ketuban terjadi karena terjadi robekan
pada membran fetus atau pada pembuluh darah uterus sehingga cairan ketuban masuk
kedalam sirkulasi maternal dan kemudian menyebabkan terjadinya vasopasme
disertai blokade pembuluh darah pulmoner. Kemudian terjadi gagal jantung kanan
karena ventrikel kanan tidak mampu memompa darah ke paru, yang segera diikuti
gagal jantung kiri karena ventrikel kiri tidak mendapatkan darah dari paru .
DAFTAR PUSTAKA

1. Di Nisio M, Baudo F, Cosmi B, D’Angelo A, De Gasperi A, Malato A, et al.Diagnosis


and treatment of disseminated intravascular coagulation: guidelines of the Italian Society
for Haemostasis and Thrombosis (SISET Thromb Res [Internet].Elsevier Ltd; 2012
May;129(5):e177 – 84. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/21930293
2. Sahin S, Eroglu M, Tetik S, Guzin K. DISSEMINATED INTRAVASCULAR
COAGULATION IN OBSTETRICS : ETIOPATHOGENESIS AND UP TO DATE
MANAGEMENT STRATEGIES. 2014;90
3. Erez O, Mastrolia SA, Thachil J. Disseminated intravascular coagulation in pregnancy:
insights in pathophysiology, diagnosis and management. Am J Obstet Gynecol [Internet].
Elsevier; 2015 Oct;213(4):452 – 63. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25840271
4. Levi M. Pathogenesis and management of peripartum coagulopathic calamities
(disseminated intravascular coagulation and amniotic fluid embolism). Thromb Res
[Internet]. Elsevier Ltd; 2013 Jan;131 Suppl 1:S32 – 4. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23452737
5. Thachil J, Toh CH. Current concepts in the management of disseminated intravascular
coagulation. Thromb Res [Internet]. Elsevier Ltd; 2012 Apr ;129 Suppl 1:S54 – 9.
6. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/22682134 Thachil J, Toh C-H.
Disseminated intravascular coagulation in obstetric disorders and its acute
haematological management. Blood Rev [Internet]. Elsevier Ltd; 2009 Jul;23(4):167 –
76. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/19442424
7. Cunningham FG, editor. Williams obstetrics. 24th edition. New York: McGraw-Hill
Medical; 2014. 1358 p. Hossain N, Paidas MJ. Disseminated intravascular coagulation.
Semin Perinatol [Internet]. Elsevier; 2013 Aug;37(4):257 – 66. Available from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23916024

Anda mungkin juga menyukai