Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA


PERCOBAAN III
ELEKTROGRAVIMETRI

Disusun Oleh :

Nama Praktikan : Ratna Winarti


NIM : 19303241048
Kelas : Pendidikan Kimia C

LABORATORIUM KIMIA ANALISIS

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

2020/2021
LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMISAHAN KIMIA

PERCOBAAN III
ELEKTROGRAVIMETRI
I. Tujuan
Memiliki keterampilan melakukan pemisahan dengan metode elektrogravimetri.

II. Dasar Teori


Elektrogravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif. Secara sederhana,
elektrogravimetri adalah metode analisis yang didasarkan pada pengendapan zat dengan
menggunakan listrik. Dengan kata lain, elektrogravimetri adalah penentuan kadar ion/unsur
berdasarkan berat zat yang mengendap pada salah satu elektroda pada reaksi elektrolisis terhadap
larutan cuplikan/metode yang menggunakan pemisahan dan pengukuran ion dari sampel,
biasanya dari logam (Khopar,1990).
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
Elektrolisis merupakan suatu proses reaksi kimia ketika elektroda dicelupkan ke dalam elektrolit,
kemudian dialiri arus listrik dari sumber potensial luar (Dogra,1990). Elektrolisis merupakan
suatu proses penguraian elektrolit dalam sel elektrolisis oleh arus listrik. Elektrolisis merupakan
kebalikan dari sel volta atau galvani. Elektrolisis bersifat tidak spontan, artinya dalam keadaan
normal tidak akan terjadi reaksi dan reaksi dapat terjadi apabila diinduksi dengan energi listrik
dari luar Elektrolisis tidak terlepas dari elektroda dan elektrolit. Elektroda adalah konduktor yang
dilalui arus listrik dari satu media ke media yang lain, biasanya dari sumber listrik ke perangkat
atau bahan. Elektrolit adalah suatu zat yang larut atau terurai ke dalam bentuk ion-ion dan
selanjutnya larutan menjadi konduktor elektrik, ion-ion yang merupakan atom-atom bermuatan
elektrik (Pratiwi,2014).
Analisis elektrogravimetri didasarkan pada hukum Faraday dan hukum Ohm. Hukum
Faraday I menyatakan “jumlah dari tiap elemen atau grup dari elemen-elemen yang dibebaskan
pada kedua anoda dan katoda selama elektrolisi sebanding dengan jumlah muatan listrik yang
mengalir dalam larutan. Menurut hukum ini, bila w ialah jumlah zat yang dihasilkan pada
elektroda dan Q adalah jumlah muatan listrik yang mengalir dalam larutan maka :
W≈Q
Atau karena jumlah muatan listrik yang mengalir = ampere x detik, maka :
W ≈ i.t
Dengan proses reaksi reduksi pada katoda, untuk mengendapkan 1 mol diperlukan sejumlah n
mol electron. Oleh karena itu, untuk mengendapkan sejumlah logam maka listrik juga
diperlukan. Jadi diperoleh persamaan:
e.i.t
W=F

Keterangan :
w= massa zat uang terendapkan (gram)
e= massa ekivalen
I= kuat arus listrik (ampere)
t= waktu (sekon)
Hukum Faraday II menyatakan “jumlah dari arus listrik bebas sama dengan ion atau jumlah
substansi ion yang dibebaskan dengan memberikan sejumlah arus listrik adalah sebanding
dengan berat ekivalennya. Secara matematis, hukum Faraday II, dapat ditulis sebagai berikut:
w₁ w₂
=
e₁ e₂
(Budiyanto,2016)
Hukum Ohm menyatakan bahwa “kuat arus (I) yang mengalir melalui suatu penghantar
berbanding terbalik dengan hambatan atau tahanan (R) dan berbanding lurus dengan tegangan
(E)”. Secara matematis, dapat ditulis sebagai berikut:
E
I=
R
(Didik dan Retno,2010)
Kefektifan reaksi-rekasi oksidasi yang terjadi pada anoda, ditandai dengan efisiensi arus.
Effisiensi arus dapat ditentukan dengan cara membandingkan jumlah endapan yang diperoleh
dalam katoda dengan berat endapan secara elektrolisis (teoritis), sebagai berikut:
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi arus = berat endapan secarateoritis × 100 %
Secara teoritis efisiensi arus tergantung pada arus elektrolisis, temperature, kecepatan air
(kecepatan pengadukan), konsentrasi daj jenis analit serta desain dari sel tersebut (Bray, etc,
1986).

III. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan :
1. Neraca analitik
2. Labu ukur
3. Seperangkat alat elektrolisis
4. Stopwatch
5. Pipet ukur
6. Pipet tetes
7. Gelas Kimia
8. Amplas

Bahan yang digunakan:


1. Larutan sampel CuSO4
2. Asam nitrat pekat bebas nitrat
3. Akuades
4. Larutan heksasianoferat
5. Larutan asam sulfat pekat

IV. Rangkaian Alat


V. Cara Kerja

Membersihkan elektroda dengan menggunakan amplas.

Menimbang elektroda (katoda) berupa krus nikel dan elektroda (anoda) berupa platina
dengan neraca analitik.

Menyiapkan 25 ml larutan sampel Cu(II) dalam labu ukur 100 ml.

Menambahkan 2 ml asam sulfat pekat dan 1 ml asam nitrat pekat.

Mengencerkan dengan akuades hingga tanda batas (100ml).

Melakukan elektrolisis pada potensial 3 volt dan bila mungkin melakukan pengadukan pelan
pada larutan elektrolisis, dan mencatat waktunya.

Setelah elektrolisis berjalan, melakukan tes pada tembaga dengan mengambil beberapa tetes
lalu memasukkan ke dalam gelas kimia.

Menambahkan reagen heksasianoferrat(II) .

Bila hasil relatif negatif maka elektrolisis dihentikan, dan mencatat waktu.

Mencuci elektroda dan Menimbang elektroda dengan seksama.

Mengamati warna endapan dan struktur fisiknya.


Menimbang berat endapan atau selisih berat katoda.

VI. Data Pengamatan


No Pengamatan Keterangan
1. Beda potensial 3volt
2. Kuat arus 0,2 A
3. Waktu elektrolisis 90 menit = 5400 detik
4. Massa atom relative Cu 63,546 gr/mol
5. Valensi Cu 2
6. Volume sampel 25ml/100ml
7. Massa kruss nikel 52,536 gram
8. Massa kruss nikel + endapan Cu 52,868 gram
9. Massa endapan 0,332 gram
10. Warna endapan Merah kecoklatan
11. Massa anoda sebelum elektrolisis 3,038 gram

VII. Persamaan Reaksi dan Perhitungan


1. Persamaan Reaksi
Katoda : Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
Anoda : 2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
2Cu2+(aq) + 2H2O(l)  2Cu(s) + O2(g) + 4H+(aq)

2. Perhitungan:
A. Massa tembaga (Cu) secara teoritis (w)
e . I .t Ar Cu . I .t
w= =
96500 valensi .96500
63,546 gr
. 0,2 A . 5400 s
mol
¿
2. 96500
= 0,356 gram
B. Massa tembaga (Cu) secara percobaan
 Massa endapan Cu = (massa kurs + endapan) – massa kurs
= 52,868-52,536
= 0,332 gram
100 berat endapan hasil percobaan
 Kadar Cu dalam sampel= × × 100 %
100 volume sampel
100 0,332
= × ×100 %
100 25
= 1,328%
C. Efisiensi arus
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi arus = × 100 %
berat endapan secarateoritis
0,332
= 0,356 × 100 %

= 93,26%

VIII. Pembahasan
Pada praktikum Metode Pemisahan Kimia dengan judul “Elektrogravimetri” memiliki tujuan
melakukan pemisahan dengan metode elektrogravimetri. Metode elektrogravimetri adalah suatu
metode analisis yang didasarkan pada pengendapan dengan menggunakan arus listrik. Pada
praktikum ini menggunakan beberapa alat diantaranya, seperangkat alat elektrolisis, pipet ukur,
labu ukur, neraca analitik, pipet tetes, dan stopwatch. Seperangkat alat elektrolisis terdiri dari
adaptor, krus nikel, dan elektroda platina. Sedangkan bahan yang digunakan antara lain: akuades,
asam nitrat pekat bebas nitrat, asam sulfat pekat, larutan heksasianoferrat, dan larutan sampel
CuSO4. Pada praktikum ini, elektroda platina berfungsi sebagai anoda, krus nikel bertindak
sebagai katoda, dan larutan CuSO4 sebagai elektrolit.
Pada praktikum elektrogravimetri tidak dapat dilepaskan dengan elektrolisis. Prinsip
elektrolisis, dengan pemberian arus listrik menyebabkan reaksi kimia reduksi komponen pada
katoda dan sebaliknya proses oksidasi pada anodanya. Sedangkan hukum yang mendasari
elektrogravimetri adalah hukum ohm dan hukum faraday 1 dan 2.
Pada praktikum ini, langkah awal yang dilakukan adalah membersihkan eletroda, kemudian
menimbang elektroda tersebut dengan neraca analitik. Lalu meyiapkan larutan sampel Cu(II)
dengan cara memipet dengan pipet ukur sebanyak 25ml, lalu ditambah dengan larutan asam
sulfat pekat sebanyak 2 ml dan larutan asam nitrat pekat sebanyak 1 ml. Kemudian larutan
tersebut diencerkan dengan akuades sampai volumenya 100 ml, warnanya berubah dari biru
menjadi biru lebih muda. Kemudian melakukan elektrolisis dengan potensial 3 Volt dan bila
mungkin dilakukan penadukan pelan pada larutan elektrolisis, mencatat waktu mulai elektrolisis.
Setelah larutan tampak jernih, dilakukan tes terhadap tembaga dengan menambahkan reagen
heksasianoferat(II) bila hasilnya negative, elektrolisis dihentikan, kemudian dicatat waktunya.
Kemudian anoda dibersihkan lalu ditimbang serta diamati struktur dan warna endapan.
Pada praktikum ini menggunakan elektroda platina.Penggunaan platina ini dikarenakan
logam platina bersifat inert, sehingga tidak akan bereaksi dengan komponen-komponen logam
dengan sistem elektrokimia tersebut. Jika digunakan elektroda yang tidak inert (mudah bereaksi),
maka elektroda tersebut kemungkinan akan ikut bereaksi sehingga mengganggu hasil logam
yang diendapkan.
Pada praktikum ini dilakukan dalam kondisi asam, sehingga diperlukan penambahan larutan
H2SO4 dan HNO3 pekat. Selain itu penambahan asam dapat mempercepat reaksi di mana
konduktivitas akan naik sehingga transfer ion akan lebih cepat berlangsung. Penambahan H2SO4
dan HNO3 juga untuk mengionkan CuSO4 yang merupakan salah satu larutan dalam cuplikan
sehingga terbentuk ion Cu2+ dan SO42-. Hal ini dapat terjadi karena rata-rata logam dapat larut
dalam asam.
Penggunaan larutan asam sulfat dan asam nitrat harus pekat (konsentrasi tinggi) karena jika
konsentrasinya rendah, maka pengendapan Cu mungkin tidak sempurna (tidak melekat pada
katoda dengan baik). Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
NO3-(aq) + 10H+ (aq) + 8e-   NH4+(aq) + 3H2O(aq)
Reaksi tersebut akan menstabilkan potensial katoda, dimana katoda menjadi tidak cukup
negative untuk mereduksi logam lainnya. Reaksi ini juga mencegah reduksi H +, yang sangat
tidak diharapkan karena pembebasan hidrogen yang terjadi bersamaan cenderung mengakibatkan
endapan Cu berongga dan tidak menempel.
Pada praktikum ini HNO3 berfungsi sebagai polisator dan mencegah reduksi H+ yang
berasal dari H2O. H+ jika terlalu banyak pada larutan akan mengganggu jalanya reaksi dimana H+
akan menempel pada katoda sehingga menghalangi Cu2+ yang akan menempel pada katoda.
Sehingga antara H+ dan Cu2+ akan bersaing untuk menempel pada katoda yang memiliki muatan
negatif. Akibat inilah yang menyebabkan rendemen yang dihasilkan oleh Cu 2+ akan berkurang.
Seandainya tanpa HNO3, maka yang tereduksi terlebih dahulu adalah H + karena H+ lebih cepat
tereduksi daripada Cu2+.
Pada praktikum ini menggunakan larutan heksasianoferrat untuk menguji masih atau
tidaknya Cu dalam elektrolit. Setelah elektrolisis berlangsung, larutan sudah jernih, maka larutan
tersebut dites dengan larutan heksasianoferrat. Tanda bahwa Cu telah terendap semua adalah
apabila dites dengan larutan heksasianoferat, hasilnya negative atau larutan tersebut tetap bening
dan tidak berubah. Namun apabila dites dengan larutan heksasianoferat menunjukkan endapan
berwarna kecoklatan, maka Cu masih ada di dalam larutan, artinya elektrolisis belum selesai.
Pada praktikum ini, yang bertindak sebagai katoda adalah krus nikel. Pada akhir
percobaan, terdapat endapan merah kecoklatan di katoda. Endapan tersebut merupakan logam Cu
yang mengendap karena adanya reaksi reduksi. Dalam larutan tersebut ion SO42- tidak
terendapkan, karena potensial reduksinya lebih kecil dibandingkan potensial reduksi Cu 2+,
sehingga dibutuhkan energi yang lebih besar untuk mengendapkan asam oksi tersebut. Reaksi
yang terjadi pada katoda sebagai berikut:
Cu2+(aq) + 2e-  Cu(s)
Pada praktikum ini yang bertindak sebagai anoda adalah kawat platina. Pada anoda pada
akhir percobaan terdapat gelembung yang terjadi karena hidrolisis air yang menghasilkan gas O 2.
Pada anoda terjadi reaksi oksidasi H2O karena elektrodanya inert yakni Pt, maka melihat jenis
anionnya. Pada anionnya terdapat sisa asam oksi (SO42-), maka yang teroksidasi H2O. hal ini
terjadi karena potensial reduksi standar SO42- bernilai positif (lebih besar) yakni +0,17 volt,
sedangkan potensial reduksi standar H2O yakni -0,83 volt. Potensial reduksi yang lebih kecil
akan lebih mudah teroksidasi. Reaksi yang terjadi pada anoda sebagai berikut:
2H2O(l)  O2(g) + 4H+(aq) + 4e-
Pada akhir percobaan di sisi dala krus nikel terdapat endapan merah kecoklatan yang
merupakan hasil pengendapan larutan CuSO4 . Endapan ini memiliki struktur halus dan
menempel pada krus nikel. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data massa
krus nikel kosong sebesar 52,536 gram dengan beda potensial 3 Volt, kuat arus 0,2 A, waktu
elektrolisis 90 menit, massa krus nikel yang berisi endapan Cu sebesar 52,868gram, sehingga
massa endapan sebesar 0,332gram. Dengan diketahui data massa atom relative Cu sebesar
63,546gram/mol, sampel sebanyak 25ml, maka diperoleh massa Cu secara teoritis menggunakan
rumus:
e . I .t Ar Cu . I .t
w= =
96500 valensi .96500
63,546 gr
. 0,2 A . 5400 s
mol
¿
2. 96500
= 0,356 gram
Selanjutnya menghitung kadar Cu dalam samoel menggunakan rumus kadar Cu dalam sampel:
100 berat endapan hasil percobaan
Kadar Cu dalam sampel = × × 100 %
100 volume sampel
100 0,332
= × ×100 %
100 25
= 1,328%
Nilai 100 berasal dari larutan yang diencerkan hingga 100ml. Berdasarkan perhitungan diperoleh
kadar Cu dalam sampel sebesar 1,328%. Sedangkan efisiensi arus dihitung melalui rumus:
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi arus = × 100 %
berat endapan secarateoritis
0,332
= × 100 %
0,356
= 93,26%
Berdasarkan penghitungan, terdapat perbedaan antara berat endapan Cu secara teoritis
dengan endapan Cu hasil percobaan, hal ini disebabkan pada saat elektrolisis tidak dilakukan
pengadukan sehingga waktu yang tersedia kurang efektif untuk mengendapkan Cu. Pengadukan
pada saat elektrolisis berfungsi untuk mempercepat terjadinya reaksi. Selain itu, penyebab
lainnya adalah terdapat endapan Cu yang ikut terbuang pada saat pencucian endapan sebelum
ditimbang.

IX. Kesimpulan
Dikarenakan kondisi pandemic covid-19, mahasiswa hanya melakukan praktikum secara
daring dan tidak melakukan praktikum secara langsung sehingga mahasiswa belum cukup
terampil dalam praktikum elektrogravimetri.
Berdasarkan data yang diperoleh dari praktikum daring, dapat disimpulkan bahwa untuk
memisahkan logam Cu dari larutan sampel dapat digunakan metode gravimetri, dimana logam
Cu diendapkan pada katoda dengan cara elektrolisis. Berat Cu yang dihasilkan adalah
0,332gram. Kadar Cu dalam sampel sebesar 1,328%. Efisiensi arus sebesar 93,26%.

X. Jawaban Pertanyaan:
1. Hitung kadar tembaga(II) dalam persen dari larutan sampai mula-mula
Jawab :
 Massa endapan Cu = (massa kurs + endapan) – massa kurs
= 52,868-52,536
= 0,332 gram
100 berat endapan hasil percobaan
 Kadar Cu dalam sampel= 100 × volume sampel
× 100 %

100 0,332
= 100 × 25 ×100 %

= 1,328%

2. Hitung effisiensi arusnya


Jawab:
berat endapan hasil percobaan
Efisiensi arus = × 100 %
berat endapan secarateoritis
0,332
= 0,356 × 100 %

= 93,26%

XI. Daftar Pustaka


Bray, J. L., etc. 1986. Electrochemicap Process for Dissolving Plutonium Dioxide and Leaching
Plutonium from Scrap on Wastes. Florida : AICE, Miami.
Budiyanto, Eko,dkk. 2016. Pengaruh Jarak Anoda-Katoda Pada Proses Elektroplanting Tembaga
Terhadap Ketebalan Lapisan dan Efisiensi Katoda Baja AISI 1020. Jurnal Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Metro. Lampung. Vol.5 No.1 hal 21-29.
Didik dan Retno. 2010. Kimia Analisis Kuantitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Dogra, S.K.. 1990. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Terjemahan Umar Mansyur. Jakarta: UI Press.
Khopkar, S.M.. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press. Hal.
274-275.
Sari, Pratiwi Purnama. 2014. Prototype Hydrogen Fuel Generator (Pengaruh Suplay Arus
Listrik dengan Elektrolit Natrium Hidroksida Terhadap Produksi Gas Hydrogen).
Palembang: Politeknik Negeri Sriwijaya.

Bantul, 24 Maret 2021


Praktikan

Ratna Winarti
NIM 19303241048

Anda mungkin juga menyukai