Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP, KRITERIA DAN PROSEDUR

PENATAAN SITUS DAN KAWASAN CAGAR BUDAYA

A. Prinsip Penataan
Kegiatan penataan situs dan kawasan cagar budaya harus memperhatikan prinsip dasar sebagai
berikut :
1. Penataan hanya dapat dilakukan pada situs atau kawasan cagar budaya telah ditetapkan
dan dilakukan zonasi.
2. Penataan harus memperhatikan keaslian bangunan, struktur, dan cagar budaya lainnya baik
di permukaan maupun yang diduga masih berada di dalam tanah.
3. Penataan harus mempertahankan keaslian/tumbuhan tanaman yang mengutamakan
tanaman lokal, cultural dan historis (Misalnya tumbuhan yang sumbernya dijumpai pada
relief, prasasti, atau yang masih digunakan pada upacara-upacara masa kini).
4. Mempertahankan nilai budaya masyarakat setempat yang mencerminkan kearifan budaya
lokal.

B. Kriteria Penataan
Kriteria dalam kegiatan penataan dan kawasan cagar budaya adalah :
1. Situs dan kawasan yang sudah ditetapkan sebagi cagar budaya oleh Pemerintah
kabupaten/kota, pemerintah provinsi, atau pemerintah pusat.
2. Bangunan cagar budaya atau struktur cagar budaya dan kawasan cagar budaya yang
berpotensi dapat dikembangkan dan dimanfaatkan.

C. Prosedur Penataan
Pada dasarnya penataan situs dan kawasan cagar budaya adalah merupakan kegiatan yang
bersifat interdisiplin dan lintas sektor. Oleh Karena itu, dalam pelaksanaannya harus dilakukan
secara sistematis dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku.
Prosedur penataan situs dan kawasan cagar budaya harus dilakukan secara berurutan, yaitu :
1. Pembuatan kajian
Pembuatan kajian meliputi studi teknis. Sosial budaya dan lingkungan situs dan kawasan.
Tahapan kajian terdiri dari tahap observasi/survey lapangan, identifikasi, analisis dan
perencanaan. Kajian tersebut meliputi 3 aspek, yaitu :
a. Aspek Arkeologis (nama, lokasi, jenis, fungsi, ukuran/lusa, status kepemilikian, kondisi
keterawatan benda, bangunan dan struktur) dan kesejarahan (peristiwa, tokoh dan
periodisasinya)
b. Aspek Lingkungan, terdiri dari lingkungan makro dan mikro.
Lingkungan makro antara lain : bentang lahan (perbukitan dan pantai) jenis tanah,
karakteristik ekologi, letak geografis, tata guna laham (hutan, perkotaan) tata guna
bangunan, dan vegetasi yang ketenguannya adalah sebagai berikut :
Lingkungan mikro antara lain: curah hujan, le==kelembaban udara, suhu udara,
intensitas sinar matahari, arah dan kecepatan angin, dan lain-lain.
c. Aspek Sosial Budaya dan Ekonomi (system kekerabatan, system kepercayaan, kesenian,
mata pecaharian masyarakat didalam situs dan kawasan dan lain-lain)

Kaina selanjutnya dijadikan sebagai acuan pelaksanaan penataan situs dan kawasan cadar
budaya. Pelaksanaan kejaian ini perlu melibatkan para ahli dan berbagai displin ilmu seperti
arkeologi, geologi, arsitektur, biologi, kimia, botani, planologi, arsitektur lanskap. Klimatologi
dan lain-lain.

2. Format usulan perencanaan penataan situs dan kawasan cagar budaya meliputi :
a. Tujuan dan sasaran
Menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan dan hasil akhir yang diharapkan
b. Lingkup
Meliputi area situs dan kawasan cagar budaya yang akan ditata.
c. Metode dan teknik
Metode dan teknik penataan dilakukan sesuai kaidah pelestarian
d. Potensi kemanfaatan
Situs dan kawasan cagar budaya yang akan ditata secara umum sudah dimanfaatkan
oleha masyarakat untuk kepentingan agama,sosial. Pendidikan, kebudayaan, ilmu
pengetahuan, teknologi dan pariwisata.
e. Sarana dan prasarana
Sarana yang dibutuhkan untuk kegiatan penataan berupa peralatan dan bahan.
Pengadaan peralatan dan bahan dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
kebutuhan. Peralatan dan bahan yang dibutuhkan dapat dirinci berdasarkan
kepentingan dan penggunaannya.
Prasarana yang dibutuhkan untuk menunjang kegiatan penataan berupa penyediaan
fasilitas kerja. Fasilitas kerja dimaksud dapat digunakan untuk penyimpanan peralatan
kerja, bahan-bahan dan tempat penyemaian/pembibitan tanaman. Fasilitas kerja yang
berupa bangunan sementara harus memperhatikan kelestarian dan keamanan situs.
f. Sumber daya manusia
Sumber daya manusia berasal dari lintas sektor dan interdisiplin, masyarakat lokal,
pemilik dan lain-lain sesuai dengan kebutuhan.
g. Anggaran belanja yang bersumber dari APBN, APBD dan sumber lain yang tidak
mengikat.
h. Jadwal
Jadwal meliputi : pelaksanaan pemeliharaan rutin, monitoring, evaluasi, pengawasan,
pelaporan dan lain-lain
i. Dokumen perencanaan yang meliputi :
1) Rencana umum pelestarian Cagar Budaya
2) Rencana detil pemeliharaan rutin (monitoring)
3) Rencana detil penanganan (treatment perbaikan, penggantian, retention and
removal)
4) Rencana detil pengawasan dan pengamanan (evaluasi)
5) Rencana detil pengembangan dan pemanfaatan (termasuk interpretive plan,
exhibition plan, fasilitas utilitas, infrastruktur, pertamanan)
6) Pedoman pengelolaan Cagar Budaya.

3. Koordinasi dengan pihak-pihak terkait


Koordinasi dengan pemerintah daerah setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat, akademisi,
dan stakeholder lainnya diperlukan untuk memperjelas tugas, wewenang dan kewajiban
setiap sektor dalam pengelolaan situs dan kawasan.

4. Pelaksanaan penataan situs dan kawasan


Proses ini didahului dengan tindakan teknis arkeologis terhadap tinggalan purbakala baik
yang sudah nampak di permukaan tanah, maupun yang diperkirakan masih terpendam
didalam tanah. Tindakan teknis ini dapat dilakukan melalui pemugaran, konservasi,
konsolidasi, atau cukup dengan pembenahan secukupnya pada bagian-bagian yang rusak.
Untuk cagar budaya yang terdapat di dalam tanah dapat dilakukan ekskavasi guna
menampakkan singkapan komponen bangunan atau kompleksnya.

5. Pemeliharaan dan perawatan


Pemeliharaan harus dilakukan secara rutin dan berkala ( harian dan mingguan). Perawatan
preventif sebaiknya dilakukan secara teratur, terkendali dan terarah untuk mencegah
terjadinya kerusakan dan gangguan lainnya.

6. Monitoring dan Evaluasi


Mengamati dan menilai setiap perubahan dan kondis Cagar Budaya (perubahan topografi,
perubahan penggunaan, perubahan iklim, perubahan tata letak dan lain-lain).

7. Menyusun rekomendasi rencana tindak untuk penanganan selanjutnya.


Prinsip

Penataan Situs
dan Kawasan
Cagar Budaya

Prosedu
Kriteria
r
Situs/ Kawasan Cagar Budaya yang sudah ditetapkan (UU No.11 thn 2010, pasal 33 -36 tentang penetapan)
Situs/Kawasan Cagar Budaya yang sudah dizonasi (UU No.11 thn 2010, pasal 72-74 tentang zonasi)

Mempertahankan keaslian bangunan, struktur, dan cagar budaya lain dipermukaan maupun di dalam tanah

PRINSIP PENATAAN
SITUS / KAWASAN CAGAR BUDAYA

Mempertahankan keaslian tumbuhan/tanaman lokal, cultural dan historis (mis. Tumbuhan yang dijumpai pada relief, prasati atau digunakan pa

Mempertahankan nilai budaya masyarakat setempat yang mencerminkan kearifan budaya lokal
Bangunan/struktur
cagar budaya sudah
dilakukan pemugaran
dan pemeliharaan

Sudah ditetapkan
sebagai cagar budaya Berpotensi untuk
oleh pemerintah dikembangkan dan
kabupaten/kota, dimanfaatkan
provinsi atau pusat

KRITERIA
PENATAAN
SITUS
/KAWASAN
CAGAR BUDAYA
PROSEDUR PENATAAN SITUS/KAWASAN CAGAR BUDAYA

Isi Format
Tujuan & Sasaran
Lingkup
Metode & Teknik
Potensi Kemanfaatan
Sarana & Prasarana
Sumber Daya Manusia Didahului dengan tindakan teknis seperti :
Anggaran Belanja Pemugaran
Jadwal Konservasi
Dokumen Prencanaan Konsolidasi
Ekskavasi (jika cb berada dalam tanah)

1 2 3 4 5 6 7
Menyusun
Pembuatan
Koordinasi Pelaksanaan Rekomendasi
Pembuatan Format Usulan Pemeliharaan Monitoring dan
dengan Pihak Penataan Situs Rencana Tindak
Kajian Perencanaan dan Perawatan Evaluasi
Terkait dan Kawasan Penanganan
Penataan
Selanjutnya

Aspek Kajian : LSM


Arkeologis & Kesejarahan Akademisi
Lingkungan Makro & Mikro Stakeholder lain
Sosial, Budaya & Ekonomi

Tahapan Kajian :
Observasi/Survey
Identifikasi
Analisis
Perencanaan

Anda mungkin juga menyukai