Anda di halaman 1dari 8

MATERI HUBUNGAN HUKUM

Disusun Oleh :

Alya Nurfitriyah 11170480000115

Muhammad Iqbaal Fath 11170480000116

Menurut Ishaq, Hubungan hukum adalah setiap hubungan yang terjadi antara dua subyek hukum
atau lebih di mana hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban di pihak
lain (Ishaq, 2008: 84).

Hubungan hukum (rechtsbetrekkingen) adalah hubungan antara dua subyek hukum atau lebih
mengenai hak dan kewajiban di satu pihak berhadapan dengan hak dan kewajiban dipihak yang
lain. 1Hukum mengatur hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara orang
dengan masyarakat, antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain. Jadi hubungan
hukum terdiri atas ikatan-ikatan antara individu dengan individu dan antara individu dengan
masyarakat dan seterusnya.

Dengan kata lain hubungan hukum adalah hubungan yang diatur oleh hukum. Adapun hubungan
yang tidak diatur oleh hukum bukan merupakan hubungan hukum. Pertunangan dan lamaran
misalnya bukan merupakan hubungan hukum karena tidak diatur oleh hukum.

Hubungan hukum dapat terjadi diantara sesama subyek hukum dan antara subyek hukum dengan
barang. Hubungan antara sesama subyek hukum dapat terjadi antara seseorang dengan seorang
lainnya, antara seseorang dengan suatu badan hukum, dan antara suatu badan hukum dengan badan
hukum lainnya. Sedangkan hubungan antara subyek hukum dengan barang berupa hak apa yang
dikuasai oleh subyek hukum itu atas barang tersebut baik barang berwujud dan barang bergerak
atau tidak bergerak.2
1
Soeroso, R., SH., Op-Cit, hlm 269

2
Marzuki, Mahmud, Peter, Prof. DR., SH., MS., LLM., Op-Cit, hlm 254
Berdasarkan definisi tersebut, pada dasarnya hukum memiliki dua segi, yaitu segi
kekuasaan/kewenangan atau hak (bevoegheid) dan segi kewajiban (plicht). Hak dan kewajiban ini
timbul akibat adanya suatu peristiwa yang diatur oleh hukum, seperti yang tercantum dalam Pasal
1457 KUH Perdata tentang perikatan (verbintenis), yang timbul akibat adanya suatu perjanjian
(overeenkomst).

A menjual tanah kepada B. Perjanjian ini menimbulkan hubungan antara A dan B yang diatur oleh
hukum. A wajib menyerahkan tanah kepada B, dan B wajib membayar harga tanah kepada A serta
berhak meminta tanah kepada A. Seandainya salah satu pihak tidak mengindahkan kewajibannya,
maka pihak yang dirugikan itu dapat mengajukan gugatan ke pengadilan, dan hakim akan
menjatuhkan sanksi hukum. Hubungan A dan B yang diatur oleh hukum seperti demikianlah yang
dinamakan hubungan hukum atau rechtsbetrekking.

Ciri Adanya Hubungan Hukum

Untuk memahami lebih jernih tentang hubungan hukum, maka perlu disampaikan bahwa hubungan
hukum itu setidaknya mempunyai tiga unsur sebagai cirinya, yaitu :

1. Adanya orang-orang yang hak atau kewajibannya saling berhadapan. Contoh :

Made menjual tanah kepada Ketut. Made wajib menyerahkan tanahnya kepada Ketut.Made
berhak meminta pembayaran kepada Ketut. Ketut wajib membayarnya kepada Made. Ketut
berhak meminta tanah Made setelah dibayar.

2. Adanya obyek yang berlaku berdasarkan hak dan kewajiban (dalam contoh di atas objeknya
adalah tanah)
3. Adanya hubungan antara pemilik hak dan pengemban kewajiban, atau adanya hubungan
terhadap objek yang bersangkutan. Contoh :
Made dan Ketut mengadakan hubungan jual beli tanah. Made dan Ketut sebagai
pemegang hak dan pengemban kewajiban. Sedangkan tanah adalah objek yang dijadikan
dasar untuk Made dan Ketut mengadakan hubungan hukum.
Syarat Hubungan Hukum

Untuk mewujudkan suatu hubungan hukum, harus dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

1. harus ada dasar hukumnya, yaitu peraturan hukum yang mengatur hubungan hukum
tersebut, dan
2. harus menimbulkan peristiwa hukum

Contoh :

Made dan Ketut mengadakan perjanjian jual beli tanah. Dasar hukumnya adalah Pasal 1474
dan 1513 KUH Perdata.

Pasal 1474 KUH Perdata berbunyi :

“Ia mempunyai dua kewajiban utama, yaitu menyerahkan barangnya dan menanggungnya.”

Pasal 1513 KUH Perdata berbunyi :

“Kewajiban utama si pembeli ialah membayar harga pembelian, pada waktu dan di tempat
sebagaimana ditetapkan menurut perjanjian”

Berdasarkan contoh tersebut, tampak adanya suatu perjanjian jual beli. Dari perjanjiang
adanya perjanjian jual beli itu, timbul peristiwa hukum (jual beli), yaitu suatu perbuatan yang
akibatnya diatur oleh hukum.

Jenis-Jenis Hubungan Hukum

Untuk memahami lebih lanjut mengenai jenis-jenis hubungan hukum, dapat dilihat dari
sudut kedudukan subyek hukum yang melakukan hubungan hukum dan sifat hubungan antar subyek
hukum.
Dilihat dari sudut pandang kedudukan subyek hukum yang melakukan hubungan hukum, maka
hubungan hukum itu dapat dibedakan menjadi d
Hubungan hukum yang sederajat tidak hanya terdapat dalam hukum perdata saja (misalnya jual
beli), tetapi juga dalam hukum kenegaraan dan internasional (negara dengan negara).

1. Hubungan yang sederajat (nebeneinander)

Hubungan hukum yang sederajat tidak hanya terdapat dalam hukum perdata saja (misalnya jual
beli), tetapi juga dalam hukum kenegaraan dan internasional (negara dengan negara).

2. Hubungan beda derajat (nacheinander)

Hubungan hukum yang berbeda derajat tidak hanya terdapat dalam hukum negara (penguasan
dengan warga), tetapi juga dalam hukum keluarga (orang tua dengan anak)

Sedangkan jika dilihat dari sudut pandang sifat hubungannya, hubungan hukum dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu :

1. Hubungan Timbal Balik

Disebut timbal balik karena para pihak yang berhubungan sama-sama mempunyai hak dan
kewajiban. Pada hubungan timpang, salah satu pihak hanya mempunyai hak, sedangkan pihak
lain hanya mempunyai kewajiban.

2. Hubungan Timpang
Pada hubungan timpang, salah satu pihak hanya mempunyai hak, sedangkan pihak lain
hanya mempunyai kewajiban.

Dari penjabaran tersebut, maka secara umum hubungan hukum dapat dikelompokan menjadi
tiga jenis, yaitu :

1. Hubungan hukum bersegi satu (eenzijdige rechtsbetrekkingen)


Dalam hal hubungan hukum yang bersegi satu hanya satu pihak yang berwenang. Pihak lain
hanya berkewajiban. Jadi dalam hubungan hukum yang bersegi satu hanya ada satu pihak
saja berupaya memberikan sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu (pasal 1234
KUH Perdata)

Misalnya :

Tiap perikatan untuk memberikan sesuatu diatur dalam Pasal 1235 s/d 1238 KUH Perdata
Pasal 1235 KUH Perdata, berbunyi "dalam tiap-tiap perikatan untuk memberikan sesuatu
adalah termaktub kewajiban berutang untuk menyerahkan kebendaan yang bersangkutan
dan untuk merawatnya sebagai bapak rumah yang baik, sampai pada saat penyerahan.
Kewajiban yang terakhir ini adalah kurang atau lebih luas terhadap persetujuan-persetujuan
tertentu, yang akibatnya mengenai hal ini akan ditunjuk dalam bab-bab yang bersangkutan"

Tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau tidak berbuat sesuatu diatur dalam Pasal 1239 s/d
1242 KUH Perdata
Pasal 1239 KUH Perdata berbunyi :
"Tiap-tiap perikatan untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu, apabila si berutang
tidak memenuhi kewajibannya, mendapatkan penyelesaiannya dalam kewajiban penggantian biaya,
rugi dan bunga".

2. Hubungan hukum bersegi dua (tweezijdige rechtsbetrekkingen) :


Dalam suatu perjanjian jual-beli kedua belah pihak (masing-masing) berwenang/berhak
meminta sesuatu dari pihak lain. Tetapi sebaliknya kedua belah pihak (masing-masing) juga
berkewajiban untuk memberi sesuatu pada pihak yang lain (Pasal 1457 KUH Perdata)

3. Hubungan antara "satu" subyek hukum dengan "semua" subyek hukum lainnya
Selain hubungan hukum bersegi satu dan bersegi dua di atas, acapkali masih ada hubungan
antara subyek hukum dengan subyek hukum lainnya. Hubungan ini terdapat dalam hal
eigendomsrecht (hak milik)

Contoh :
Menurut Pasal 570 KUH Perdata, yang menjadi pemilik tanah berhak/berwenang memungut segala
kenikmatan (genot) dari tanah itu, asal saja pemungutan kenikmatan itu tidak dilakukan secara
bertentangan dengan peraturan hukum atau bertentangan dengan kepentingan umum. Pemilik
berhak pula memindah-tangankan atau vervreemden (menjual, memberikan, menukar, mewariskan)
secara legal.
sebaliknya "semua" subyek hukum lainnya berkewajiban mengakui bahwa yang mempunyai tanah
adalah pemiliknya dan berhak memungut segala kenikmatan dari tanah itu.

CONTOH KASUS HUBUNGAN HUKUM

1.      Alya menjual sepeda motor kepada Bale. Melalui perjanjian ini maka timbul hubungan hukum
antara Alya dan Bale yang diatur oleh hukum. Alya wajib menyerahkan sepeda motor kepada Bale,
sebaliknya Bale wajib membayar harga sepeda motor kepada Alya dan berhak mendapat sepeda
motor dari Alya.

  Analisis kasus :

Kasus di atas termasuk dalam jenis hubungan hukum bersegi dua atau tweezijdige
rechtsbetrekkingen. Karena merupakan suatu perjanjian jual beli kedua belah-pihak, dimana kedua
belah-pihak berwenang atau berhak meminta sesuatu dari pihak lain. Tetapi sebaliknya, kedua
belah-pihak juga berkewajiban  untuk memberi sesuatu kepada pihak lain. Dalam kasus ini, Alya
berhak mendapat  bayaran  harga sepeda motor dari Bale, dan Bale berhak mendapat sepeda motor
dari Alya. Sebaliknya Alya wajib menyerahkan sepeda motor kepada Bale, dan Bale berkewajiban
membayar uang seharga sepeda motor kepada Alya.
2.      Pak Dorce meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris seorang istri, dan dua orang
anak.  Atas  kejadian  tersebut maka timbulah hubungan hukum, dimana ada pihak yang memiliki
kewajiban dan ada pihak yang memiliki wewenang.

 Analisis Kasus :

Kasus di atas termasuk hubungan hukum bersegi satu, atau eenzijdige rechtsbetrekkingen. Dimana
hanya satu pihak yang berkewajiban atau satu pihak saja berupaya memberikan sesuatu
atau  berbuat sesuatu, dalam kasus ini pak Dorce memiliki kewajiban untuk mewariskan hartanya
kepada ahli warisnya. Dan sebaliknya ahli waris berwenang untuk mendapat harta warisan 

3.      Universitas Islam Negeri Jakarta mendapat  hibah  lahan  seluas 150 Ha dari Pemerintah


Provinsi Tanggerang Selatan untuk dibangun di daerah Pamulang. Pengibahan lahan agar jumlah
mahasiswa dan program studi UIN semakin bertambah.

  Analisis Kasus :

Kasus di atas termasuk hubungan hukum bersegi satu, atau eenzijdige rechtsbetrekkingen.

Dimana pemerintah provinsi Tanggerang Selatan berkewajiban untuk menyerahkan sejumlah tanah
kepada pihak Universitas Islam Negeri Jakarta. Sebaliknya Universitas Negeri Jakarta berwenang
untuk mendapatkan sejumlah tanah.

Daftar Referensi

Ishaq. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Hukum. Cet. I. Sinar Grafika, Jakarta.


R. Soeroso. 2005. Pengantar Ilmu Hukum. Cet. VII. Sinar Grafika, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai