Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ILMU RESEP

PIL DAN GRANUL

DISUSUN OLEH :

NISA AZKIA (2017-01-00-02-002)


KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatu

Alhamdulillah dengan rasa syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita dan atas rahmat dan karunia-
Nya juga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pil dan Granul”, dengan baik dan
lancar.

Dalam penulisan makalh ini saya menyadari bahwa makalah ini terealisasi berkat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, yang pada kesempatan ini kami menyampaikan
rasa terimakasih setulusnya kepada Ibu Rahma Yulia,M. Farm, Apt selaku dosen Ilmu Resep.

Saya menyadari bawa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan.
Untuk itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah khasanah keilmuan kita
bersama. Atas saran dan kritik yng diberikan, saya ucapkan terimakasih.

Bukittinggi, Desember 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................2


DAFTAR ISI ............................................................................3

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................4

A. Latar Belakang ............................................................................4


B. Rumusan Masalah ............................................................................4
C. Tujuan ............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................5

A. Pengertian Pil ............................................................................5


B. Pengertian Granula ............................................................................7

BAB III PENUTUP ..........................................................................12

A. Kesimpulan ..........................................................................12
B. Saran ..........................................................................12

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pillulae menurut FI edisi III ialah  suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu
atau lebih bahan obat yang di gunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300 mg per pil
(ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5 gram). Boli adalah pil yang bobotnya diatas
300mg ; granula bobot nya 20-60 mg dan parvule bobonya di bawah 20mg per buah. Pil
adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat yang
digunakan untuk obat dalam. Pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu
atau lebih bahan obat yang digunakan untuk obat dalam.

Cara pembuatan pil pada prinsipnya adalah mencampurkan bahan-bahan, baik obat atau
zat utama dan zat tambahan sampai homogen.

Granul adalah butir-butir berbentuk bulat yang memiliki bobot maksimal 30 mg dan jika
tidak dinyatakan lain memiliki kandungan zat aktif sebesar 1 mg.
Ketentuan di Pharmacope Belanda Edisi V menyebutkan bahwa,”kalau tidak ditentukan
lain, tiap-tiap granula harus mengandung 1 mg bahan berkhasiat (obat) dan berat maksimum
30 mg.
Pembuatan granula tentu lebih sukar dari pada pembuatan pil karena pada waktu
memotong harus segera diperoleh butir-butir yang bulat yang hanya sedikit saja harus
dibulatkan lagi.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari pil?
2. Apa pengertian dari granula?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pil
2. Untuk mengetahui pengertian dari granula

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pil

1. Pengertian Pil

Pillulae berasal dari kata  ‘pila’ artinya bola kecil. Obat berbentuk bundar seperti bola ini
bermacam-macam bobotnya dan masing-masing diberi nama sendiri. Pillulae menurut FI
edisi III ialah  suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu atau lebih bahan obat yang
di gunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300 mg per pil (ada juga yang menyebutkan
bobot pil adalah 1-5 gram). Boli adalah pil yang bobotnya diatas 300mg ; granula bobot nya
20-60 mg dan parvule bobonya di bawah 20mg per buah. Pil adalah suatu sediaan berupa
massa bulat, mengandung satu atau lebih bahan obat yang digunakan untuk obat dalam.

Bentuk sediaan pil mempunyai beberapa keuntungan ,antara lain :

 Dapat menutupi rasa dan bau yang tidak enak dari bahan obat.
 Memberikan obat dalam dosis tertentu.

2. Tujuan Sediaan Pil


 Mudah digunakan/ditelan
 Menutup rasa obat yang tidak enak
 Relatif > stabil dibanding bentuk sediaan serbuk dan solutio
 Sangat baik untuk sediaan yang penyerapannya dikehendaki lambat.

3. Kerugiaan Sediaan Pil


 Obat yang dikehendaki memberikan aksi yang lebih cepat
 Obat yang dalam keadaan larutan pekat dapat mengiritasi lambung
 Bahan obat padat/serbuk yang voluminous dan bahan obat cair dalam jumlah besar
 Penyimpanan lama sering menjadi keras dan tidak memenuhi waktu hancur
 Ada kemungkinan ditumbuhi jamur (dapat diatasi dengan bahan pengawet)

4. Komponen, Penggunaan, dan Contoh Pil


 Zat utama berupa bahan obat yang harus memenuhi persyaratan farmakope misalnya:
KmnO4, asetosal, digitalis folium, garam ferro,dan lain-lain.
 Zat tambahan terdiri dari :
 Zat pengisi: fungsinya untuk memperbesar volume massa pil agar mudah untuk
dibuat. Contoh: akar manis ( Radix Liquiritae ),bolus alba, atau bahan lain yang cocok
( glukosa,amilum,dan lain-lain).Radix Liq. Dengan gliserin adalah konsistuen yang
baik untuk bahan-bahan minyak atsiri ( metode blomberg ). Terlebih dahulu kalau
ditambahkan succus lq. Hal ini karena radix liq. Mengandung glisirizin yang bersifat
mengemulsi minyak.

5
 Zat pengikat : fungsinya untuk memperbesar daya kohesi dan adhesi massa pil agar
massa pil saling melekat menjadi massa yang kompak. Contoh: sari akar manis
(succus liquiritae),gom akasia,tragakan,campuran bahan tersebut (PGS) atau bahan
lain yang cocok (glukosa,mel ,sirop,mucilago,kanji,adeps,glycerinum cum
tragakan,extra.gentian,extra.aloe,dan lain –lain).
 Zat penabur : fungsinya untuk memperkecil gaya gesekan antara molekul yang sejenis
maupun tidak sejenis,sehingga massa pil tidak lengket satu sama lain,atau pil lenket
satu pil dengan pil lainnya. Contoh : lycopodium dan talcum.
 Zat pembasah :fungsinya untuk memperkecil sudut kontak ( < 90) antar molekul
sehingga massa menjadi basah dan lembek serta mudah di bentuk. Contoh : air, air-
gliserin, gliserin ,sirop,madu dan lain-lain.
 Zat penyalut: fungsinya adalah
1) Untuk  menutupi rasa dan bau yang tidak enak.
2) Mencegah perubahan karena pengaruh udara.
3) Supaya pil pecah di dalam usus tidak di lambung (enteric coated pil ).

Ada  6 tipe bahan obat yang diberikan secara enterik :


Bahan obat yang di pakai terus-menerus tetapi merangsang selaput lendir hidung.
Misalnya asam salisilat dan digitalis.
Bahan obat yang menghalagi pencernaan karena dengan pepsib membetuk senyawa yang
tidak larut. Misalnya argentum nitrat.
Bahan yang terurai oleh asam lambung. Misalnya antibiotik golongan penisilin.
Bahan obat yang dalam keadaan sepeka mungkin di usus. Misalnya antiseptik, santonin.
Bahan obat yang mengakibatkan mabuk dan muntah-muntah. Misalnya emetin dan
sulfonanama.
Bahan obat yang dikehendaki lambat bereaksi. Misalnya antihistamin.

5. Beberapa Keterangan Pada Pembuatan Pil


 Bobot pil ideal adalah antara 100-150 mg, rata-rata 120 mg,namun karena suatu hal
sering tidak terpenuhi
 Sebagai zat pengisi jika mungkin dipilih Radix Liq. Kecuali jika muncul reaksi
kadang dipakai bolus alba.
 sebagai zat [engikat, jika mungkin gunakn succus liq. 2gram/60 pil jika ada reaksi
kadang digunakan adeps lanae atau vasline.
 Pada pembuatan masa pil ke dalam campuran obat radiks dan succus harus
ditambahkan cairan (bahan pembasah) supaya pada penggempalan diperoleh massa
yang homogen.
 Setelah massa pil dibuat, massa pil kemudian digulung dan dipotong menurut jumlah
pil yang diminta dan akhirnya pil dibulatkan.

6
6. Cara Pembuatan Sediaan Pil
Cara pembuatan pil pada prinsipnya adalah mencampurkan bahan-bahan, baik obat atau
zat utama dan zat tambahan sampai homogen. Setelah homogen, campuran ini ditetesi dengan
zat pembasah sampai menjadi massa lembek yang elastis, lalu dibuat bentuk batang dengan
cara menekanan sampai sepanjang alat pemotong pil yang dikehendaki, kemudian dipotong
dengan alat pemotong pil sesuai dengan jumliah pil yang diminta. Bahan penabur ditaburkan
pada massa pil, pada alat penggulung dan alat pemotong pil agar massa pil tidak melekat
pada alat tersebut. Penyalutan dilakukan jika perlu, namun sebelum penyalutan pil harus
kering dahulu atau dikeringkan dalam alat atau ruang pengering dan bahan penabur yang
masih menempel pada pil harus dibersihkan dahulu.

7. Syarat-Syarat Pil Dalam FI Edisi III


1. Pada penyimpanan bentuknya tidak boleh berubah, tidak begitu keras sehingga dapat
hancur dalam saluran pencernaan dan pil salut enterik tidak hancur dalam lambung tetapi
hancur dalam usus halus. Untuk pil salut enterik: setelah dilakukan pengujian dalam
larytan HCl 0.06 N selama 3 jam, pada pengujian selanjutnya (larutan dapar pH 6,8)
waktu hancur pil tidak boleh
2. Memenuhi keseragaman bobot. Timbang 20 pil satu-persatu, hitung bobot rata-rata,
penyimpangan terbesar terhadap bobot rata-rata.
3. Memenuhi waktu hancur seperti tertera pada compressi yaitu dalam air 36 ̊ – 38 ̊ selama
15 menit untuk pil tidak bersalut dan 60 menit untuk pil yang bersalut.

8. Cara Penyimpanan Pil


Sesuai dengan cara penyimpanan tablet dengan memperhatikan sifat zat tambahan yang
digunakan. Yaitu: Dalam wadah tertutup rapat, sebaiknya berisi zat pengering ,di tempat
sejuk. Sejuk ialah suhu antara 8 dan 15 derajat. Kecuali dinyatakan lain dapat disimpan dalam
lemari pendingin.

B. Granula
1. Pengertian Granul
Granul adalah butir-butir berbentuk bulat yang memiliki bobot maksimal 30 mg dan jika
tidak dinyatakan lain memiliki kandungan zat aktif sebesar 1 mg.
Ketentuan di Pharmacope Belanda Edisi V menyebutkan bahwa,”kalau tidak ditentukan
lain, tiap-tiap granula harus mengandung 1 mg bahan berkhasiat (obat) dan berat maksimum
30 mg.
2. Pembuatan Granula
Pembuatan granula tentu lebih sukar dari pada pembuatan pil karena pada waktu
memotong harus segera diperoleh butir-butir yang bulat yang hanya sedikit saja harus
dibulatkan lagi.

7
GRANULASI KERING (PREKOMPRESI ATAU SLUGGING)

Granulasi kering adalah proses pembuatan granul tampa sama sekali melibatkan pelarut baik
air atau pelarut organic, dimana campuran serbuk dicetak menjadi tablet besar  dan keras
(slug = mirip batu bata), kemudian slug diayak menjadi granul yang diinginkan. Proses
pencetakan slug  dapat diulang beberapa kali sampai didapatkan granul yang baik kemudian
dicetak menjadi tablet yang direncanakan. Hal ini dilakukan bilamana bahan obat dalam
jumlah (dosis per tablet cukup besar) tidak memiliki sifat alir yang baik.

Pencetakan slug memerlukan tekanan yang besar untuk mengompakan ikatan antar partikel
dan mendapatkan granul yang kohesifitasnya besar, sedangkan variasi bobot yang terjadi
antar slug bukanlah masalah yang penting.

Untuk menghasilkan/mendapatkan slug yang keras digunakan alat kompaktor khusus seperti
Chilsonator yang dilengkapi hopper yang dilengkapi alat pengaduk untuk membantu
homogenitas campuran serbuk massa tablet.Bahan penghancur dapat ditambahkan semuanya
bersamam sama dengan bahan pembantu lain sebelum prekompresi atau hanya sebahagian,
sedangkan sebahagian lagi ditambahkan pada saai pencetakan tablet (rekompresi). Hal yang
sama dapat dilakukan untuk bahan lubrikan.   

Penyusunan formula untuk tablet yang dibuat dengan cara prekompresi ini perlu
dipertimbangkan bahan=bahan pembantu yang dipilih haruslah dapat menghasilkan slug yang
keras. Kegagalan akan terjadi pada waktu membuat granul dari slug, akan terbentuk serbuk,
bukan granul. Tablet hasil prekomprresi lebih rapuh dibandingkan tablet yang didapatkan dari
proses granulasi basah, tetapi cara ini memiliki beberapa keuntungan antara lain :

1. Peralatan dan ruang yang digunakan lebih sedikit waktu      

prosesing lebih singkat dibanding cara granulasi basah.

2. Bahan aktif yang sensitive terhadap panas dapat dilakukan dengan cara ini karena tidak ada
proses pengeringan.

3. Waktu hancur tablet umumnya lebih cepat karena daya hancur dari amylum tidak
dikurangi oleh bahan pengikat yang ada pada granulasi basah.

4. Prosas ini dapat digunakan untuk menghasilkan tablet

 buih, dimana senyawa asam dan basa dapat bereaksi dengan sempurna bila dimasukkan
kedalam air.

GRANULASI BASAH.

Merupakan cara yang paling umum dan banyak dilakukan karena hampir semua jenis bahan
obat/aktif dapat diproses secara granulasi basah, karena kebanyakan bahan aktif tidak
memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang baik.                

8
Cara granulasi basah merupakan proses memiliki beberapa keunggulaan jika dibandingkan
dari proses yang lain                  

1.Kohesifitas dan kompesibilitas dari campuran serbuk       dapat ditingkatkan/diperbaiki


dengan menambahkan bahan pengikat yang akan menyelubungi (coating) setiap partikel
sehingga akan merekat satu sama lain mem/’;

bentuk agglomeat atau Selama proses pengempaan,  granul akan mengalami patah dengan
permukaan yang licin dan memperbaiki kompresibilitas. Dibutuhkan daya kompresi yang
rendah untuk mencetak tablet.

2. Bahan obat dengan dosis tinggi dan memiliki sifat alir kurang baik dipersiapkan dengan
granulasi basah untuk memdaatkan sifat alir yang baik  dan  daya kohesi untuk
pengompakan. Jumlah bahan pengikat yang dibutuhkan untuk memperbaiki sifat alir dan
kompresibilitas lebih sedikit dibandingkan jumah bahan pengikat kering yang dibutuhkan
dari pada cara cetek lansung.

Ada Beberapa Masa Granule :


o Menurut Ph. Bld V :
Tiap granula : Sacch pulv 22 mg
PGS 3 mg
Dibuat massa dengan sirupus simplicis atau Aqua Glycerinate (campuran air dan
glycerin sama banyak). Penyalut : Talcum.
o Menurut Ph. Bld V :
Tiap granula : Sacch pulv 20 mg
PGS 5 mg
Dibuat massa dengan Aqua Glycerinata. Jika diresep di tulis “Granula cum sacch lactis”
maka kita kerjakan dengan massa ini.
o Dapat pula dibuat massa yang baik dari Succus dan Radix
Tiap 60 granula : Succus liq 300 mg
Radix 1,2 g
Dibuat massa yang lembek dengan Aqua Glycerinate. Jika tiap granula mengandung 5 mg
extr spiss (extr kental) maka ektrax kental tersebut sudah berfungsi sebagai pengikat/ pelekat,
sehingga dibuat dengan cara ini tapi succus hanya diambil 100 mg tiap granula.
Jika tiap granula mengandung 10 mg ektrx kental maka hanya perlu tambahan Radix liq
(60 × 30)mg – 1 g = 0,8 g.
Jika dalam hal ini massa terlalu lembek mortar boleh dipanaskan sebentar diatas water
bad dengan catatan bahwa ektrak kental tersebut tidak rusak oleh pemasan.
o Granula dengan zat-zat oksidator dan garam-garam Pb.
Dibuat dengan : Bollus alba 1,1 g
Vas alb 0,5 g
Untuk 60 granule

9
Teori pembentukan granul

Proses yang terjadi dalam granulasi basah lebih komplek jika dibandingkan dengan proses
granulasi lainnya (kering)  yang melibatkan sejumlah proses seperti :

 pencampuran kering
 penambahan cairan pengikat.
 peremasan (knealding mixing).
 pengayakan kasar (granulasi basah)
 pengeringan.
 pengayakan halus ( granulasi kering)
 pencampuran granul kering dengan eksipien

 
Pada proses penambahan pengikat dan peremasan terjadi mekanisme : 

 agglomerasi
 pemecahan agglomerasi
 agglomerasi kembali
 pembentukan massa lembab/pasta

Agglomerasi, penambahan larutan pengikat akan berkontak dan merekat partikel serbuk yang
mobil membentuk lapisan penyalut/koting disekeliling partikel. Partikel serbuk yang
terbasahi oleh pelarut bermigrasi melalui daya kapiler (tahap pendular atau funicular)
menjadi ronga antar partikel dan membentuk agglomerat serbuk-cair yang besar diperkirakan
tegangan permukaan  cukup rendah sehingga memungkinkan terjadi pembasahan, oleh lautan
pengikat selanjutnya. Melekatnya partikel serbuk ke partikel lain akan membentuk suatu
agglomerat (tahap tetes) yang besar.

Mekanisme terbentuknya granul, terjadi dalam 4 tahap


1.   Tahap pendular, dimana rongga udara yang terdapat pada antar partikel hanya diisi
sebahagian oleh larutan bahan pengikat yang membentuk jembatan cairan antar cairan- udara
dan tekanan hidrostatik pada jembatan tsb.
2.   Tahap kapiler, ruang antar partikel diisi secara sempurna oleh larutan bahan pengikat dan
massa akan terikat karena kapilaritas pada antar permukaan cairan udara-udara dan permukaa
granul.
3.   Diantara bentuk-bentuk pendular dan kapiler ini terdapat bentuk peralihan yaitu bentuk
funicular.
4.   Tahap tetes, bila partikel-partikel ditutupi oleh larutan pengikat, partikel akan diikat oleh
tegangan permukaan tetesan, Bentuk tetesan ini terjadi pada granulasi dengan cara “spray
drying”.

Mekanisme tumbuhnya granul, mekasnisme pertumbuhan partikel dalam granulasi terdiri


dari:
1.Tahap nukleisasi,pertumbuhan diawali dengan terjadinya kontak partikel satu dengan lainya
yang dibasahi oleh larutan pengikat dan melekat ke jembatan cair (tahap pendular) akan

10
membentuk granul-granul kecil. Penambahan larutan selanjutnya dan akibat oleh gesekan
sesama granul sendiri akan terjadi konsolidasi granul terjadi bentuk kapiler dan terbentuk inti.
2.Tahap transisi, partikel tunggal akan bergabung dengan inti oleh jembatan pendular atau
kombinasi dari dua atau lebih inti membentuk inti (granul) yang lebih besar.
3.Tahap pertumbuhan bola, pertumbuhan granul lebih lanjut akan menghasilkan granul yang
sferis yang besar terbentuk oleh bergabungnya koalesen dua atau lebih granul
kecil.Pertumbuhan yang diharapkan adalah tahap nukleinisasi dan tahap transisi karena pada
tahap pertumbuhan bola akan menghasilkan aggregat yang sangat besar

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pillulae menurut FI edisi III ialah  suatu sediaan berupa massa bulat mengandung satu
atau lebih bahan obat yang di gunakan untuk obat dalam dan bobotnya 50-300 mg per pil
(ada juga yang menyebutkan bobot pil adalah 1-5 gram). Boli adalah pil yang bobotnya diatas
300mg ; granula bobot nya 20-60 mg dan parvule bobonya di bawah 20 mg per buah.
Granul adalah butir-butir berbentuk bulat yang memiliki bobot maksimal 30 mg dan jika
tidak dinyatakan lain memiliki kandungan zat aktif sebesar 1 mg.

B. Saran
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk
itu saya mengharapkan adanya kritik dan saran demi kesempurnaan makalah ini. Mudah-
mudahan makalah ini bermanfaat dan dapat menambah khasanah keilmuan kita bersama.
Atas saran dan kritik yang diberikan, saya ucapkan terimakasih.

12
DAFTAR PUSTAKA

Soetopo, Seno, dkk. 2001. Teori Ilmu Resep. Jakarta

Anief. Moh. 2000. Farmasetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Dirjen Pom. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai