BAB IV
PERHITUNGAN STRUKTUR
Beban mati adalah beban merata yang terjadi akibat beban gording itu
sendiri dan beban-beban tetap permanen, adapun pembebanan sebagai berikut:
= 125,28 kg
c. Beban Angin (w)
Beban angin adalah beban yang timbul dari hembusan atau terpaan angin
yang terdiri dari dua jenis, yaitu angin tekan dan angin hisap dengan arah
pembebanannya tegas lurus bidang atap. Besaran tekanan positif dan negatif
dapat ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien angin.
Adapun beban angin yang terjadi diakibatkan angin tekan dan angin hisap pada
atap dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Jadi jumlah beban hidup pekerja dan beban hidup air hujan adalah:
Px total = 34,202 + 42,849 = 77,051 kg.m
Py total = 93,97 + 117,725 = 211,695 kg.m
Mx total = 24,797 + 31,066 = 55,863 kg.m
My total = 68,129 + 85,351 = 153,48 kg.m
Sayap =
Badan =
Sayap = λ = = 32,275
λ = = 40,344
Badan = λ = = 108,444
λ = = 164,602
Sayap = λ < λp “Penampang Kompak”
Badan = λ < λp “Penampang Kompak”
(Tabel 7.5-1 SNI 03 – 1729 – 2002, hal 31)
Sayap = λ =λ = 32,332
λ =λ = 40,415
Badan =λ =λ = 69,859
λ =λ = 164,545
fx = = = 0,034 cm
fy = = = 0,093 cm
fx = = = 0,00039 cm
fy = = = 0,0011 cm
fy = = = -0,017 cm
Kombinasi Lendutan
Fx total = 0,034 + 0,00039 + 0 = 0,03439 cm
Fy total = 0,093 + 0,0011 + (-0,017) = 0,0771 cm
Syarat Lendutan
f timbul < f izin
f timbul
f timbul = = 0,085 cm
f ijin = = =1,209 cm
Mny = Zy . Fy
= 80,90 .(103) mm3. 240 N/mm2
= 19416000 N.mm
(Pasal 8-2-1.b, SNI 03- 1729- 2002, hal 35)
≤ 1,0
≤ 1,0
d. Mendimensi Trackstang
Beban Mati qx = 37,028 kg/m
Beban Hidup Px = 34,202 + 42,849 = 77,051 kg.m
Jarak Kuda-Kuda = 2,90 m
Total beban = (37,028 kg/m x 2,90 m) + 77,051 kg/m
= 184,4322 kg
Penggunan 2 trackstang, maka :
P/3 184,4322 / 3 = 61,4774 kg
Fbr = 1,25 fn
= 1,25 x = 0,0325 cm2
88
Fbr = . . d²
d = =
BP = = 58,725 kg
f. Beban Angin
Beban angin yaitu beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (PPPURG 1987). Pada
konstruksi ini diasumsikan nilai W = 25 kg/m2.
Koefisien angin:
1. Angin tekan
Cq = 0,02 α - 0,4 = 0,02 x 20º - 0,4 =0
(pasal 2.1.3.3, PPPURG, hal 21)
Angin tekan vertikal
W = Cq x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 0 x sin 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= 0 kg
Angin tekan horisontal
W = Cq x cos α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 0 x cos 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= 0 kg
2. Angin hisap
Cq = - 0,40
(pasal 2.1.3.3, PPPURG, hal 21)
Angin hisap vertikal
W = Cq x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= -0,4 x sin 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= -17,854 kg
94
2. Beban Hidup :
BPekerja = 100 kg
BAir hujan = 125,28 kg
3. Beban Angin :
Angin Tekan :
- Angin Tekan Vertikal = 0 kg
- Angin Tekan Horizontal = 0 kg
Angin Hisap :
- Angin Hisap Vertikal = -17,854 kg
- Angin Hisap Horizontal = - 49,052 kg
Berdasarkan gaya tekan maksimal yang bekerja pada batang 124 dengan
profil baja yang digunakan 2L 90. 90. 9. Data dari profil baja adalah sebagai
berikut:
Profil Baja 2L 90. 90. 9
A (satu profil) = 15,5 cm2 = 1550 mm2
(A profil) = 2 x 1550 = 3100 mm2
101
ex = ey = 2,54 cm = 25,4 mm
Ix = Iy = 116 cm4 = 1160000 mm4
Rx = Ry = 2,74 cm = 27,6 mm
Rmin = 1,76 cm = 17,6 mm
Tp =9 mm
(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 38 dan 39)
a. Menghitung Momen Inersia dan Jari-jari Girasi Komponen Struktur
Profil Baja 2L 90. 90. 9
Keterangan:
r min adalah jari-jari girasi minimal dari girasi komponen struktur
terhadap sumbu yang memberikan nilai terkecil
(persamaan 9.3-4, SNI 03- 1729- 2002, hal 58)
Syarat kestabilan komponen
> 1,2.
> 30,6550....... (OK)
(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
Kelangsingan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)
> 1,2.
> 30,6550....... (OK)
(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
xo = 0
107
Keterangan:
= Koordinat pusat geser terhadap titik berat, xo = 0
untuk siku ganda dan profil T (sumbu y – sumbu
simetris)
= jari-jari girasi polar terhadap pusat geser
…….. (OK)
(Profil 2L 90 x 90 x 9 Aman dan Dapat Digunakan)
108
Berdasarkan gaya tarik maksimal yang bekerja pada batang 109 dengan
profil baja yang digunakan 2L 75. 75. 8. Data dari profil baja adalah sebagai
berikut:
Profil Baja 2L 75. 75. 8.
A (satu profil) = 11,5 cm2 = 1150 mm2
(A profil) = 2 x 1150 = 2300 mm2
ex = ey = 2,13 cm = 21,3 mm
Ix = Iy = 58,9 cm4 = 589000 mm4
Rx = Ry = 2,26 cm = 22,6 mm
Rmin = 1,46 cm = 14,6 mm
Tp =8 mm
109
(pasal 13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)
Spesifikasi pelat buhul
Tebal pelat = 10 mm
Mutu baja = BJ 37
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
Luas penampang netto:
Direncanakan menggunakan tipe baut A325
Baut ukuran 1/2” = 12,7 mm (satu lajur)
n=1
h e h
t t
b b Pelat kopel
Geser
Anv = Luas penampang bersih geser
Tarik
At = Luas penampang kotor tarik
= 859,2 mm2
Ant = Luas penampang bersih tarik
(pasal 13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)
4. Perhitungan Pelat Kopel
Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya
pada batang 124 dengan nilai gaya sesuai dengan Gambar 4.32.
Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9
P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)
L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm
h pelat
h t pelat
t
b Pelat kopel
2
≈ h = 100 mm
Periksa terhadap geser
Gaya lintang yang dipikul pelat kopel
………... (OK)
(persamaan 8.8-2 , SNI 03-1729-2002, hal 45)
Maka tahanan geser nominal pelat:
= 28,8 ton
(persamaan 8.8-3a , SNI 03-1729-2002, hal 46)
………... (OK)
Pelat landasan
h t pelat
t
a
Gambar 4.36. Pemodelan Pelat Landasan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007 b
a l pelat
L pelat
≈ Dipakai 2 Baut
122
Keterangan :
= Tumpuan bebas (garis tunggal)
= Tumpuan terjepit penuh (garis ganda)
Gambar 4.38. Tipe Pelat
Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Jilid 4 Gideon Kusuma
124
a. Model Pelat (I - 2)
Kode Pelat A
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat A”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,67 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat B
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat B”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 2,67 > 2 menggunakan pelat lantai satu arah (one way slab)
b. Model Pelat (I - 3)
Kode Pelat C
126
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat C”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,67 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat D
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm
β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat D”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 180 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,39 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat E
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 200 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 2,0 = 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
c. Model Pelat (I - 4)
Kode Pelat F
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat G
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
d. Model Pelat (I - 5)
Kode Pelat H
127
Kode Pelat I
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat J
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm
β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat J”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 180 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,39 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
h = dan ≥ 90 mm
β = = = 1,6
hmin =
= 8,47 cm
hmak =
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (390) + 1,6 (250)
= 868 Kg/m2 8,68 KN/m2
b. Sebagai Atap DAK
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (390) + 1,6 (100)
= 628 Kg/m2 6,28 KN/m2
4.2.7. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan
Dalam perencanaan penulangan pelat, model pelat yang digunakan adalah
model I – 2, model I – 3, model I- 4 dan model I- 5 dengan skema dari diagram
momen penulangan. Momen penulangan persatuan panjang terhadap beban
terbagi rata. Adapun model pelatnya seperti gambar berikut:
Perhitungan pelat atap tipe A, A”, B dan B” menggunakan model pelat lantai
I – 2 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.43. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
130
Untuk perhitungan pelat lantai tipe F dan G menggunakan model pelat lantai
I – 4 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.45. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
132
Fc < 30 = = 0,85
Fc < 30 = = 0,85 –
ρmin = 0,0035
ρb = = = 0,0326
Mn = Rn = m=
Ρ=
Dimana:
Ø = Faktor Reduksi = 0,8
(SNI 2847:2002, pasal 11.3 hal 61 )
Mn = Kuat nominal penampang akibat lentur
Sedangkan untuk mencari tulangan yang akan digunakan pada pelat atap
dibantu dengan Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Diameter Batang Dalam Mm2 Per Meter Lebar Plat
Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2
Rn = = = 0,24
ρ =
Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)
Mn = = = 0,8340625 x 10 KN.m2
m = = = 15,687
Rn = = = 0,092
ρ =
Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2
Rn = = = 0,24
ρ =
149
Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2
m = = = 15,687
Rn = = = 0,299
ρ =
Mn = = = 0,8340625 x 10 KN.m2
150
Rn = = = 0,115
ρ =
Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2
m = = = 15,687
Rn = = = 0,299
ρ =
152
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel
153
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel
154
Tabel 4.25. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-4
155
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel
156
157
Keterangan :
= Tumpuan bebas (garis tunggal)
= Tumpuan terjepit penuh (garis ganda)
Gambar 4.50. Tipe Pelat
Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Jilid 4 Gideon Kusuma
159
a. Model Pelat (I - 2)
Kode Pelat A
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat B
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
b. Model Pelat (I - 3)
Kode Pelat C
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat D
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm
β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
c. Model Pelat (I - 4)
Kode Pelat F
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
161
Kode Pelat G
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
d. Model Pelat (I - 5)
Kode Pelat I
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
Kode Pelat J
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm
β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)
h = dan ≥ 90 mm
β = = = 1,6
hmin =
= 8,47 cm
hmak =
162
3. Kombinasi Pembebanan
a. Sebagai Lantai Utama Kantor
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (393) + 1,6 (250)
= 871,6 Kg/m2 8,716 KN/m2
b. Sebagai Atap DAK
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (393) + 1,6 (100)
= 631,6 Kg/m2 6,316 KN/m2
4.3.7. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan
Dalam perencanaan penulangan pelat, model pelat yang digunakan adalah
model I – 2, model I – 3, model I- 4 dan model I- 5 dengan skema dari diagram
momen penulangan. Momen penulangan persatuan panjang terhadap beban
terbagi rata. Adapun model pelatnya seperti gambar berikut:
Untuk perhitungan pelat lantai tipe C, dan D menggunakan model pelat lantai
I – 3 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.56. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.28.
165
Untuk perhitungan pelat lantai tipe F dan G menggunakan model pelat lantai
I – 4 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.57. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.29.
166
Untuk perhitungan pelat lantai tipe I dan J menggunakan model pelat lantai I
– 5 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.58. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.30.
167
Fc < 30 = = 0,85
Fc < 30 = = 0,85 –
ρmin = 0,0035
ρb = = = 0,0326
Mn = Rn = m=
Ρ=
Dimana:
Ø = Faktor Reduksi = 0,8
(SNI 2847:2002, pasal 11.3 hal 61 )
Mn = Kuat nominal penampang akibat lentur
Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma) halaman 47
Tabel 4.39. Diameter Batang Dalam Mm2 Per Meter Lebar Plat
Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2
Rn = = = 0,332
ρ =
Mn = = = 1,157500 x 10 KN.m2
m = = = 15,687
Rn = = = 0,128
ρ =
Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2
Rn = = = 0,332
ρ =
As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)
Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2
m = = = 15,687
Rn = = = 0,415
ρ =
Mn = = = 1,157500 x 10 KN.m2
Rn = = = 0,160
ρ =
Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2
m = = = 15,687
Rn = = = 0,415
ρ =
Dan untuk perhitungan penulangan pada tipe pelat lantai lainnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel dibawah ini berdasarkan perhitungan
manual dibantu program Microsoft Excel:
Tabel 4.40. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe A
dan B dengan model pelat I-2.
Tabel 4.41. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe
C, dan D dengan model pelat I-3.
Tabel 4.42. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe F
dan G dengan model pelat I-4.
Tabel 4.43. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe I
dan J dengan model pelat I-5.
Tabel 4.40. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-2
183
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel
184
Tabel 4.43. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-5
185
186
Berdasarkan fungsi dan kegunaan gedung berlantai ini, maka struktur bangunan
gedung ini direncanakan menggunakan tangga sebagai alternatif lain yang berfungsi untuk
menghubungkan antar lantai sehingga dapat mempermudah orang untuk mengakses atau
mobilisasi orang ke atas maupun ke bawah. Dalam perencanaan tangga pada gedung ini
hanya terdapat 1 tipe tangga : Tangga penghubung antar lantai
Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan program SAP2000. Beban
yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan beban hidup untuk fungsi
perkantoran. Beban mati dihitung langsung oleh program SAP2000 dengan memasukkan
nilai 1 untuk self weight multiplier pada saat pembebanan (load case). Kombinasi
pembebanan yang diperhitungkan berdasarkan SK SNI 03-2847-2002 adalah : 1,2 DL+1,6
LL.
4.4.1. Perhitungan Tangga
Digunakan : O = 16 cm A = 30 cm
2xO+A = 61-65 ( ideal)
2 x 16 + 30 = 62...... ( OK)
Pengecekan kemiringan :
Tg α = 16 / 30 = 0,533
α = 28,0577º
Syarat kemiringan 25º < 28,0577º < 45º..... ( OK)
1
z
16
28,0577
°
Gambar 4.63. Dimensi Tangga
Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)
= 0,2206 m
b. Beban Hidup ( WL )
WL = 300 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 12)
c. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 x 462 + 1,6 x 300
= 1034,4 kg/m2
2. Pelat Bordes ( h = 0,15 m )
a. Beban Mati ( WD )
Berat bordes = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2
Penutup Lantai = 1 x 24 = 24 kg/m2
Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2
Handrill = (asumsi) = 15 kg/m2 +
= 462 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)
b. Beban Hidup ( WL )
WL = 300 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 12)
c. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 x 462 + 1,6 x 300
= 1034,4 kg/m2
3. Input Beban Tangga Pada SAP 2000
Penginputan beban tangga baik pada pelat tangga maupun pelat bordes
sebagai berikut :
a. Beban mati pada pelat tangga = 462 kg/m2
b. Beban hidup pada pelat tangga = 300 kg/m2
c. Beban mati pada pelat bordes = 462 kg/m2
d. Beban hidup pada pelat bordes = 300 kg/m2
(Uniform Shell) dalam progam SAP2000, sedangkan tebal pelat akan dihitung
otomatis oleh program SAP2000 dengan memasukkan angka 1 untuk self weight
multipler pada saat pembebanan (load case). Untuk pemodelan tangga pada
SAP2000 dapat dilihat pada Gambar 4.63. Sedangan display momen M11 dan
M22 pada pelat lantai dan pelat bordes dapat dilihat pada Gambar 4.64. dan
Gambar 4.65. Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah :
1,2 DL + 1,6 LL
Keterangan :
DL : Dead Load (beban mati)
LL : Live Load (beban hidup)
Berdasarkan hasil analisa dari progam SAP2000 didapat Momen maksimal pada
arah X (M11) dan arah Y (M22) yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
192
Mn = = = -3,822 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,2446
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
Mn = = = 3,3717 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,2158
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
=
194
Mn = = = -10,9984 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,8316
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
Mn = = = 8,8683 x 10 Nmm
195
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,6706
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
= 125 mm = 0,125 m
Tinggi efektif sumbu y (dy) =h– – Dx ½.Dy
= 150 – 20 – 10 – ½ . 10
= 115 mm = 0,115 m
1. Perhitungan Pelat Bordes M11 (arah X)
a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X
Mu = -3,0464 KN.m = -3,0464 x 106 Nmm
Mn = = = -3,808 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,244
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
Mn = = = 0,4926 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,0315
197
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
Mn = = = -2,952 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,2232
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
= 667 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai 10 – 100 (As = 785 mm2)
Mn = = = 0,6975 x 10 Nmm
m = = = 9,4118
Rn = = = 0,0527
min = = = 0,0058
b = = = 0,0645
ρ =
2. Material tulangan
Besi ulir BJTD 40
( Fy ) = 400 Mpa, ( Fu ) = 520 Mpa
Besi polos BJTP 24
( Fy ) = 240 Mpa, ( Fu ) = 370 Mpa
Berat per unit volume = 7850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
4.5.3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Panjang Bentang
Balok dianggap ditumpu bebas pada kedua tepinya, dengan panjang bentang
350, 400, 500 cm dan 800 cm.
4.5.4. Menentukan Dimensi
1. Pada perencanaan dimensi balok menggunakan acuan dengan asumsi awal:
Balok induk (BI) = 1/10 dari jarak kolom.
Balok anak (BA) = 1/12 dari jarak kolom
BI1 = 40 x 80 cm, BI2 = 25 x 50 cm
BI3 = 20 x 40 cm, BI4 = 18 x 35 cm
BA1 = 35 x 70 cm, BA2 = 25 x 45 cm
BA3 = 20 x 35 cm,
2. Pada perencanaan dimensi kolom dengan menyesuaikan beban yang terjadi
dengan asumsi awal kolom yang digunakan pada perencanaan adalah sebagai
berikut:
K1 = 80 x 80 cm (Lantai dasar-4)
K2 = 50 x 50 cm (Lantai 5-6)
4.5.5. Pembebanan Portal
Pada perencanaan pembebanan portal, sesuai dengan Peraturan Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987), ada empat pembebanan
yang ditinjau dalam portal, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin dan beban
gempa. Sesuai dengan kegunaan dan pemanfaatan bangunan gedungnya, diperoleh
beban sebagai berikut :
4.5.5.1. Beban Pada Pelat Lantai
1. Beban mati (WD)
Berat sendiri pelat = 2400 Kg/m3x 0,12 m = 288 Kg/m2
Berat space lantai = 21 x 10-4 Kg/cm2 x 3 cm
202
Tabel 4.46. Kategori Resiko Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota
Semarang Untuk Beban Gempa
Kategori
Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain :
a. Fasilitas pertanian, perkebunan, pertemuan, dan perikanan I
b. Fasilitas sementara
c. Gudang penyimpanan
d. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
207
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012
209
Tabel 4.47. Hubungan Kategori Resiko dengan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012
Gambar 4.76. Respons Spektra Percepatan Pendek Yaitu Percepatan 0,2 Detik
Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Sumber : http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Tabel 4.49. Nilai Tes Penetrasi Standar Rata-Rata (N) Log No. DB1
No. t (m) N t/N
1 0 - 2 12 0.167
2 2 - 4 11 0.182
3 4 - 6 2 1.000
4 6 - 8 2 1.000
5 8 - 10 2 1.000
6 10 - 12 2 1.000
7 12 - 14 2 1.000
8 14 - 16 3 0.667
9 16 - 18 5 0.400
10 18 - 20 20 0.100
11 20 - 22 23 0.087
12 22 - 24 22 0.091
212
13 24 - 26 20 0.100
14 26 - 28 22 0.091
15 28 - 30 20 0.100
16 30 - 32 18 0.111
17 32 - 34 21 0.095
18 34 - 36 20 0.100
19 36 - 38 40 0.050
20 38 - 40 43 0,046
Jumlah 40 7.387
= 5.415
Tabel 4.51. Koefisien Situs (Fa) Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,
Kelas Situs T = 0,2 detik)
Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss > 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1 1 1 1 1
SC 1,2 1,2 1,1 1 1
SD 1,6 1,4 1,2 1.1 1
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012
Tabel 4.52. Koefisien Situs (Fv) Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,
Kelas Situs T = 1 detik)
S1< 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1> 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1 1 1 1 1
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,6 2,4 2,4
SF
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012
215
Dari Tabel 4.51. dan Tabel 4.52. maka untuk SS = 1,042 g dan S1 =
0,350 g, diperoleh nilai Fa an Fv (interpolasi):
Fa = 0,9 - x ( 0,9 – 0,9 ) = 0,90
Sehingga dapat dicari nilai SMS dan SM1 dengan menggunakan rumus
empiris:
SMS = Fa SS
= 0,90 x 1,042 = 0,938 g
SM1 = Fv S1
= 2,50 x 0,350 = 0,875 g
Maka, selanjutnya dapat menghitung nilai SDS dan SD1:
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 x 0,938 = 0,626 g
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,875 = 0,583 g
7. Menentukan Spektrum Respon Desain, Sa
Apabila sprektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan
prosedur gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva
sprektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada
gambar sprektrum respon gempa desain dan ketentuan dibawah ini :
T0 = 0,2 Ts =
= 0,2 =
Tabel 4.53. Koefisien Batas Atas Periode, Gedung Kantor Dirjen Pajak
Kota Semarang
SD1 Koefisien Cu
> 0.4 1.4
0.3 1.4
0.2 1.5
0.15 1.6
< 0.1 1.7
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012
Ta = C t . hn x
= 0,0466 x 28,000,9
217
= 0,936 detik
Dengan nilai SD1= 0,583 g, maka didapat nilai koefisien Cu = 1,4
T maks = Cu . Ta
= 1,4 x 0,936
= 1,310 detik
a. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, maka spektrum respons percepatan
desain, harus diambil dari persamaan:
Sa = SDS (0,4 + 0,6 )
= 0,452
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0; dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, maka spektrum respons percepatan desain, Sa sama
dengan SDS
c. Untuk perioda lebih besar dari Ts. Maka, spektrum respons percepatan
desain, Sa , diambil berdasarkan persamaan:
218
Sa =
= = 0,4450
Keterangan :
SDS = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek
SD = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = periodagetar fundamental struktur
Tabel 4.55. Spektrum Respon Desain Gedung Kantor Kantor Direktorat Jenderal
Pajak Kota Semarang
T (detik) T(detik)2 SA (g)
0 0 0.250
T0 0.625 0.625
TS 0.625 0.625
4 4 0.152
Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
Gambar 4.79. Spektrum Respon Desain Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal
Pajak Kota Semarang
Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
a. Struktur dengan kategori resiko I, II, atau III dengan nilai S1> 0,75
harus ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik E.
b. Struktur dengan kategori resiko IV dengan nilai S1> 0,75 harus
ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik F.
c. Struktur yang memiliki ketentuan diluar ketentuan tersebut, jenis
Kategori Desain Seismiknya ditetapkan berdasarkan hubungan nilai SDS
dan SD1
Tabel 4.58. Faktor R, Ω0, Dan Cd Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa Gedung
Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Batasan Sistem Struktur
Sistem Struktur Beton
Dan Batasan Tinggi
Bertulang Penahan R Ω0 Cd
Struktur (M)
Gaya Gempa
B C D E F
A Sistem Dinding Penumpu
Dinding geser beton
1 5 2.5 5 TB TB 48 48 30
bertulang khusus
Dinding geser beton
2 4 2.5 4 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
Dinding geser beton
3 2 2.5 2 TB TI TI TI TI
polos didetail
Dinding geser beton
4 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI
polos biasa
Dinding geser
5 4 2.5 4 TB TB 12 12 12
pracetak menengah
Dinding geser
6 3 2.5 3 TB TI TI TI TI
pracetak biasa
B Sistem Rangka
Dinding geser beton
1 6 2.5 5 TB TB 48 48 30
bertulang khusus
222
Biasa
4.5 2.5 4 TB TI TI TI TI
G Sistem Kolom Kantilever Didetail Untuk Memenuhi Persyaratan
Rangka beton
1 bertulang pemikul 2.5 1.25 1.5 10 10 10 10 10
momen khusus
Rangka beton
2 bertulang pemikul 1.5 1.25 1.5 10 10 TI TI TI
momen menengah
Rangka beton
3 bertulang pemikul 1 1.25 1 10 TI TI TI TI
momen biasa
Sumber: SNI 03-1726-2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung
Quake y= 1( ) = 0,125
Gambar 4.80. Tabel Output Base Reaction Beban Mati dan Beban Hidup
Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014
Cs =
Dimana:
225
SDS = 0,626 g
I = 1 (Faktor keutamaan)
R = 8,0 (Faktor reduksi gempa)
Nilai Cs tidak boleh kurang dari persamaan 1 dan tidak lebih dari persamaan
2
Cs =
= = 0,0783
= 622100,038 Kg
Arah X :
V Dinamik (Gempa X) = 1414,68 Kg
85% V Statik = 1414,68 x 85% = 1202,478 kg
V Dinamik (Gempa X) > 85% V Statik (Memenuhi syarat)
Arah Y :
V Dinamik (Gempa Y) = 1414,68 Kg
85% V Statik = 1414,68 x 85% = 1202,478 kg
V Dinamik (Gempa Y) > 85% V Statik (Memenuhi syarat)
226
= 800 – 40 – 12 - × 19
230
= 738,5 mm = 0,7385 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 201,597 KN
T = 5,9852 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 329,8214 KN.m
M3 Momen Lapangan = 303,9479 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 329,8214 KN.m
Mn = = = 412,277 KN.m = 412,277. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 1,89
ρ =
= 0,00491
min < < max,
0,0035 < 0,00491< 0,02438 Dipakai = 0,00491
As ρ×b×d
= 0,00491 × 400 × 738,5
= 1450,414 mm2
231
n = = = 5,12 ≈ 6 tulangan
a = = = 66,706 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1701 x 400 x 705,147 x 10-6
= 383,826 KN.m
Mu (329,8214 KN.m) < Ø Mr (383,826 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 303,9479 KN.m
Mn = = = 379,934 KN.m = 379,934. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 1,742
ρ =
= 0,00451
min < < max,
0,0035 < 0,00451< 0,02438 Dipakai = 0,00451
As ρ×b×d
= 0,00451× 400 × 738,5
= 1332,254 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 4,70 ≈ 5 tulangan
232
a = = = 55,608 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1418 x 400 x 710,696 x 10-6
= 322,486 KN.m
Mu (303,9479 KN.m) < Ø Mr (322,486 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 201,597 KN
= 201597 N
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 400 . 738,5
= 269662,07 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 269662,07
= 202247 Nmm
Vu < Vc,
201597 N < 202247 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 738,5/2 = 369,3 mm
Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
233
Vs =
= 200454,01 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (269662,07 + 200454,01)
= 352587,06 Nmm
Vu < Va
201597 N < 352587,06 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 5,9852 kN.m
Tu = = 5,9852
= 23,9408 kN.m
= 23940800 N.mm
Tc =
= = 46738991,57 N.mm
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp
= 700 – 40 – 12 - × 19
= 638,5 mm = 0,6385 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 75,532 KN
T = 0,0101 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 76,7511 KN.m
M3 Momen Lapangan = 82,6964 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 76,7511 KN.m
m = = = 15,686
Rn = = = 0,672
ρ =
= 0,00170
min < < max,
0,0035 > 0,00170 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
235
As ρ×b×d
= 0,0035 × 350 × 638,5
= 782,1625 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 2,76 ≈ 4 tulangan
a = = = 50,823 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 613,089 x 10-6
= 258,766 KN.m
Mu (76,7511 KN.m) < Ø Mr (258,766 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 82,6964 KN.m
Mn = = = 103, 371 KN.m = 103, 371. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 0,724
ρ =
= 0,00183
min < < max,
0,0035 < 0,00183< 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 350 × 638,5
= 782,17 mm2
236
n = = = 2,76 ≈ 4 tulangan
a = = = 50,823 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 613,089 x 10-6
= 222,48 KN.m
Mu (82,6964 KN.m) < Ø Mr (222,48 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 75,532 KN
= 75532 N
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 350 . 638,5
= 204003,8309 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 204003,8309
= 153002,88 Nmm
Vu < Vc,
75532 N < 153002,88 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
237
Vs =
= 200454,01 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (235954,3134 + 200454,01)
= 327306,243 Nmm
Vu < Va
75532 N < 327306,243 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,0101 kN.m
Tu = = 0,0101
= 0,026 kN.m
= 2600 N.mm
Tc =
= = 31311472,87 N.mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp
= 500 – 40 – 12 - × 19
= 438,5 mm = 0,4385 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 104,467 KN
T = 1,4117 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 114,5395 KN.m
M3 Momen Lapangan = 97,8684 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 114,5395 KN.m
m = = = 15,686
Rn = = = 2,979
ρ =
=
239
= 0,00794
min < < max,
0,0035 < 0,00794< 0,02438 Dipakai = 0,00794
As ρ×b×d
= 0,00794 × 250 × 438,5
= 870,4225 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 3,08 ≈ 4 tulangan
a = = = 71,153 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 402,924 x 10-6
= 146,213 KN.m
Mu (114,5395 KN.m) < Ø Mr (146,213 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 97,8684 KN.m
Mn = = = 122,336 KN.m = 122,336. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 2,545
ρ =
= 0,00672
min < < max,
0,0035 < 0,00672< 0,02438 Dipakai = 0,00672
240
As ρ×b×d
= 0,00672 × 250 × 438,5
= 736,68 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 2,59 ≈ 4 tulangan
a = = = 71,152 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 402,924 x 10-6
= 146,213 KN.m
Mu (97,8684 KN.m) < Ø Mr (146,213KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 104,467 KN
= 104467 N
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 250 . 438,5
= 100073,48 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 100073,48
= 75055,107 Nmm
Vu < Vc,
104467 N < 75055,107 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
241
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 438,5/2 = 219,25 mm
Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 119023,809 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (100073,48 + 119023,809)
= 164322,97 Nmm
Vu < Va
104467 N < 164322,97 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 1,4117 kN.m
Tu = = 1,4117
= 3,5293 kN.m
= 352930 N.mm
Tc =
= = 11410886,61 N.mm
= 450 – 40 – 12 - × 19
= 388,5 mm = 0,3885 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 16,285 KN
T = 0,0782 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 23,7361 KN.m
M3 Momen Lapangan = 15,4581 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 23,7361 KN.m
Mn = = = 29,670 KN.m = 29,670. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 0,787
243
ρ =
= 0,002
min < < max,
0,0035 > 0,002 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 250 × 388,5
= 339,938 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 1,2 ≈ 4 tulangan
a = = = 71,153 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 352,923 x 10-6
= 128,069 KN.m
Mu (23,7361 KN.m) < Ø Mr (128,069 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 15,4581 KN.m
m = = = 15,686
Rn = = = 0,512
ρ =
244
= 0,00129
min < < max,
0,0035 > 0,00129 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 250 × 388,5
= 339,938 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 1,2 ≈ 4 tulangan
a = = = 71,153 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 352,923 x 10-6
= 128,069 KN.m
Mu (15,4581 KN.m) < Ø Mr (128,069 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 16,285 KN
= 16285 N
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 250 . 388,5
= 88662,589 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 88662,589
245
= 66496,941 Nmm
Vu < Vc,
75532 N < 66496,941 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 388,5/2 = 194,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 210904,218 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (235954,3134 + 210904,218)
= 335143.90 Nmm
Vu < Va
16285 N < 335143.90 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,0782 kN.m
Tu = = 0,0782
= 0,3128 kN.m
= 31280 N.mm
Tc =
= = 10269797,95 N.mm
= 400 – 40 – 12 - × 19
= 338,5 mm = 0,3385 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 24,071 KN
T = 0,4199 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 20,6260 KN.m
M3 Momen Lapangan = 22,8508 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 20,6260 KN.m
247
m = = = 15,686
Rn = = = 1,126
ρ =
= 0,00288
min < < max,
0,0035 > 0,00288 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 200 × 338,5
= 236,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 0,83 ≈ 4 tulangan
a = = = 88,941 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 294,03 x 10-6
= 106,698 KN.m
Mu (20,6260 KN.m) < Ø Mr (106,698 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 22,8508 KN.m
m = = = 15,686
248
Rn = = = 1,246
ρ =
= 0,00319
min < < max,
0,0035 > 0,00319< 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 200 × 338,5
= 236,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 0,85 ≈ 4 tulangan
a = = = 88,941 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 249,03 x 10-6
= 90,368 KN.m
Mu (22,8508 KN.m) < Ø Mr (90,368 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 24,071 KN
= 24071 N
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 200 . 338,5
249
= 61801,361 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 61801,361
= 46351,021 Nmm
Vu < Vc,
24071 N < 46351,021Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 338,5/2 = 169,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 183760,818 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (61801,361 + 183760,818)
= 184171,63 Nmm
Vu < Va
24071 N < 184171,63 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,4199 kN.m
Tu = = 0,4199
= 0,8398 kN.m
= 83980 N.mm
Tc =
250
= = 5842373,947 N.mm
= 350 – 40 – 12 - × 19
= 288,5 mm = 0,2885 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 2,495 KN
251
T = 0,2630 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 2,8963 KN.m
M3 Momen Lapangan = 4,7383 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 2,8963 KN.m
Mn = = = 3,620 KN.m = 3,620. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 0,217
ρ =
= 0,000544
min < < max,
0,0035 > 0,000544 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 200 × 288,5
= 201,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 0,71 ≈ 4 tulangan
a = = = 88,941 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 244,03 x 10-6
= 88,554 KN.m
Mu (2,8963 KN.m) < Ø Mr (88,554 KN.m) AMAN
252
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 4,7383 KN.m
Mn = = = 5,923 KN.m = 5,923. 106 Nmm
m = = = 15,686
Rn = = = 0,356
ρ =
= 0,0009
min < < max,
0,0035 > 0,0009 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 200 × 288,5
= 201,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 0,713 ≈ 4 tulangan
a = = = 88,941 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 244,03 x 10-6
= 88,554 KN.m
Mu (4,7383 KN.m) < Ø Mr (88,554 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 2,495 KN
= 2495 N
253
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 200 . 288,5
= 52672,653 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 52672,653
= 39504,49 Nmm
Vu < Vc,
2495 N < 39504,49 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 288,5/2 = 144,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 156617,418 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (52672,653 + 156617,418)
= 156967,553 Nmm
Vu < Va
2495 N < 156967,553 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,2630 kN.m
Tu = = 0,2630
254
= 1,052 kN.m
= 105200 N.mm
Tc =
= = 5112077,203 N.mm
= 350 – 40 – 12 - × 19
= 288,5 mm = 0,2885 m
d’ = p + s + × Dp
= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035
b =
= 0,0325
max = 0,75 x b
255
m = = = 15,686
Rn = = = 1,223
ρ =
= 0,00314
min < < max,
0,0035 > 0,00314 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 180 × 288,5
= 181,755 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 0,64 ≈ 4 tulangan
a = = = 98,824 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
256
m = = = 15,686
Rn = = = 0,512
ρ =
= 0,0013
min < < max,
0,0035 > 0,0013< 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 180 × 288,5
= 181,755 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 0,64 ≈ 4 tulangan
a = = = 98,824 mm
Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 239,088 x 10-6
= 86,760 KN.m
Mu (6,1346 KN.m) < Ø Mr (86,760 KN.m) AMAN
257
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 24,145 KN
= 24145 N
= 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 180 . 288,5
= 47405,388 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 47405,388
= 35554,041 Nmm
Vu < Vc,
24145 N < 35554,041 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 288,5/2 = 144,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 156617,418 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (47405,388 + 156617,418)
= 153017,10 Nmm
Vu < Va
24145 N < 153017,10 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
258
T = 0,0685 kN.m
Tu = = 0,0685
= 0,1199 kN.m
= 11990 N.mm
Tc =
= = 4140782,535 N.mm
d = h – p – Øs - ØD
= 800 – 40 – 14 – 25
= 733,5 mm
d’ =h–d
= 800 – 733,5
= 66,5 mm
Beban mati pada struktur = 0,1 x 2400
= 240 kg/m2
Beban hidup pada struktur = 250 kg/m2
min = 0,0035 (tabel 6 Gideon seri 1 hal 50)
max = 0,0484 (tabel 8 Gideon seri 1 hal 52)
βd = 1,2D/(1,2D + 1,6L)
= 1,2 x 240/(1,2 x 240 + 1,6 x 250 )
= 0,419
a. Tulangan Utama
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
Pu = 3872,317 KN = 3872317 N
Mu = 107,1157 KNm = 107115733,4 Nmm
Luas Penampang Kolom :
Ag = b x h = 800 mm x 800 mm = 640000 mm2
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom :
emin = 0,1 x h = 0,1 x 800 = 80 mm
Eksentrisitas Beban :
et = =
= 27,662 mm
cb =
= 440,1
ab = β1 x cb
= 0,85 x 440,1
= 374,085
260
Pnb = 0,85 x fc x ab x b
= 0,85 x 30 x 374,085 x 800
= 7631334 N
Pn = 0,1 x fc x Ag
= 0,1 x 30 x 640000
= 1920000 N
Karena Pu = 3872317 N > 1920000 N, maka Ø = 0,65
Pn perlu =
= = 5957410,769 N
a =
= 292,03
Luas memanjang minimum
As =
–
=
= 3884,933 mm²
Ast = 1% x Ag
= 1% x 640000
= 6400 mm²
Sehingga, As yang digunakan adalah As = 6400 mm²
Jumlah tulangan yang digunakan :
n = = 3, ≈ ula ga
Vu = 39,216 KN = 39215,72 N
Pu = 3872,317 KN = 3872317 N
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc =
= 170370,228 Nmm
Vc = 0,75 x 170370,228 = 127777,671 Nmm
Vu (39215,72 N) < Vc (127777,671 Nmm)
Maka Tidak Diperluhkan Tulangan Geser
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 14 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
2 / π
= 307,72 mm2
S max = d/2 = 733,5 /2 = 366,75 mm
Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 270855,144 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (170370,228 + 270855,144)
= 330919,029 Nmm
Vu < Va
39215,72 N < 330919,029 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang Digunakan adalah 14 - 200
c. Pengaruh Tekuk Pada Kolom
Perhitungan Pengaruh Tekuk
Ec = 4700
= 4700
= 25742,9602 MPa
262
= 257429,602 kg/cm2
Ig = 1/12 b h3
= 1/12 x 80 x 803
= 3413333,333 cm4
EIk =
EIb =
34 – 12 =34 – 12 = 34,138
Maka pengaruh tekuk tidak perlu ditinjau pada perhitungan penulangan kolom (
kolom termasuk kolom pendek )
2. Kolom 50 x 50 cm
Ukuran Kolom = 500 x 500 mm
Ø tul pokok (D) = 25 mm
Ø tul sengkang (Øs) = 14 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa
Pu = 12575,06 kg (Frame 1795)
= 123,319 KN
= 123319,20 N
Mu = 71,5585 KNm ( Frame 1774)
= 71712542,46 Nmm
Vu = 26,650 KN (Frame 1774)
= 26650,49 N
M22=Mu1= Mx = 299050,56 kg.cm
M33=Mu2= My = 731264,41 kg.cm
264
= 500 – 40 – 14 – 25
= 433,5 mm
d’ =h–d
= 500 – 433,5
= 66,5 mm
Beban mati pada struktur = 0,1 x 2400
= 240 kg/m2
Beban hidup pada struktur = 250 kg/m2
min = 0,0035 (tabel 6 Gideon seri 1 hal 50)
max = 0,0484 (tabel 8 Gideon seri 1 hal 52)
βd = 1,2D/(1,2D + 1,6L)
= 1,2 x 240/(1,2 x 240 + 1,6 x 250 )
= 0,419
a. Tulangan Utama
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
Pu = 123,319 KN = 123319,20 N
Mu = 71,5585 KNm = 71712542,46 Nmm
Luas Penampang Kolom :
Ag = b x h = 500 mm x 500 mm = 250000 mm2
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom :
emin = 0,1 x h = 0,1 x 500 = 50 mm
Eksentrisitas Beban :
et = =
= 581,52 mm
cb =
= 260,1
ab = β1 x cb
265
= 0,85 x 260,1
= 221,085
Pnb = 0,85 x fc x ab x b
= 0,85 x 30 x 221,085 x 500
= 2818833,75 N
Pn = 0,1 x fc x Ag
= 0,1 x 30 x 250000
= 750000 N
Karena Pu = 123319,20 N < 750000 N, maka Ø = 0,80
Pn perlu =
= = 154149 N
a =
= 12,090
Luas memanjang minimum
As =
– –
=
= 203,67 mm²
Ast = 1% x Ag
= 1% x 250000
= 2500 mm²
Sehingga, As yang digunakan adalah As = 2500 mm²
Jumlah tulangan yang digunakan :
n = = = 5,095 ≈ 8 tulangan
b. Tulangan Sengkang
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
Vu = 26,650 KN = 26650,49 N
Pu = 123,319 KN = 123319,20 N
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = ’
= 76968,89 Nmm
Vc = 0,75 x 76968,89 = 57726,668 Nmm
Vu (26650,49 N) < Vc (57726,668 Nmm)
Maka Tidak Diperluhkan Tulangan Geser
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 14 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
2 / π
= 307,72 mm2
S max = d/2 = 433,5 /2 = 216,75 mm
Dipakai S = 150 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
Vs =
= 213434,592 Nmm
Va = (Vc + Vs )
= 0,75 (76968,89 + 213434,592)
= 217802,612 Nmm
Vu < Va
26650,49 N < 217802,612 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang Digunakan adalah 14 - 150
c. Pengaruh Tekuk Pada Kolom
Perhitungan Pengaruh Tekuk
Ec = 4700
267
= 4700
= 25742,9602 MPa
= 257429,602 kg/cm2
Ig = 1/12 b h3
= 1/12 x 50 x 503
= 520833,33 cm4
EIk =
EIb =
Jadi faktor panjang efektif kolom yang dipergunakan untuk perhitungan adalah:
k = 0,761
Panjang tekuk kolom, Lc = k x Lu = 0,761 x 4 = 3,04 m
Untuk kolom persegi,jari-jari inersia
(r) = 0,3 h
= 0,3 x 50
= 15 cm
= 0,15 m
Rasio kelangsingan kolom, = Lc / r = 3,04 / 0,15 = 20,27
Lengkungan yang terjadi pada kolom adalah lengkung ganda
Mu1= -12534,34 kg.cm
Mu2 = 1092276,48 kg.cm
Batas kelangsingan kolom adalah :
34 – 12 =34 – 12 = 34,138
Maka pengaruh tekuk tidak perlu ditinjau pada perhitungan penulangan kolom (
kolom termasuk kolom pendek )
269
Tabel 4.62. Nilai SPT Pada Lokasi Pembangunan Gedung Kantor Dirjen Pajak
Kota Semarang
Tabel 4.63. Data Sondir Tanah Kedalaman 28 m Dengan Daya Dukung Tanah
Kedalaman Nilai Daya Dukung
No Titik D Pancang (cm)
(m) (ton)
1 BH 2 28 50 71,93
Keterangan :
m = jumlah baris x
n = jumlah baris y
d = jarak antar pancang
s = jarak pancang ke tepi pile cape
Untuk gaya aksial dan momen di joint pada tipe P-2, P-4, dan
P-6 yaitu sebagai berikut:
Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
276
Tabel 4.68. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-2
Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X
Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y
n = jumlah tiang pancang
Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X
Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y
n = jumlah tiang pancang
Tabel 4.70. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-6
Qu
No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton) (Ton) Check
1 -0,75 0,75 0,563 0,563 82,7383 0,0099 -2,9760 81,419 < 380,49 Aman
2 0 0,75 0 0,563 82,7383 0,0099 0,0000 82,741 < 380,49 Aman
3 0,75 0,75 0,563 0,563 82,7383 0,0099 2,9760 84,064 < 380,49 Aman
4 -0,75 -0,75 0,563 0,563 82,7383 -0,0099 -2,9760 81,413 < 380,49 Aman
5 0 -0,75 0 0,5625 82,73833 -0,0099 0 82,735 < 380,49 Aman
6 0,75 -0,75 0,5625 0,5625 82,73833 -0,0099 2,9760 84,058 < 380,49 Aman
Total (∑) 2,25 3,375 82,7383
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel
= 3450 mm
= 3450 mm
= 3450 mm
= = = 0,0035
b = =
= 0,0325
= 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
a. Tulangan Arah X
Moment = -0,0274 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
N.mm
>
b. Tulangan Arah Y
Moment = 0,5832 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
N.mm
>
= = = 0,0035
b = =
= 0,0325
= 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
a. Tulangan Arah X
Moment = 0,55866 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
N.mm
>
b. Tulangan Arah Y
Moment = -6,0246 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
286
N.mm
>
287
= = = 0,0035
b = =
= 0,0325
= 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
a. Tulangan Arah X
Moment = 0,01316 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
N.mm
>
b. Tulangan Arah Y
Moment = 3,96802 ton.m
289
N.mm
>
Dan untuk rekap hasil perhitungan penulangan pile cape tipe P-2, P-4 dan P-6
adalah sebagai berikut