Anda di halaman 1dari 215

76

BAB IV

PERHITUNGAN STRUKTUR

4.1. Perhitungan Atap


Dalam perencanaan sebuah struktur bangunan gedung, perencanaan struktur atap
adalah perencanaan yang harus dihitung pertama kali pada perencanaan sebuah
struktur bangunan gedung. Pada perencanaan atap ini menggunakan kuda-kuda baja
dengan menggunakan bentuk limasan untuk bagian penutup atap yang dapat dilihat
pada Gambar 4.1., Gambar 4.2. dan Gambar 4.3. untuk tampak atas rangka atap.
Perhitungan struktur atap didasarkan pada panjang bentang kuda-kuda. Selain itu
harus diperhitungkan juga terhadap beban yang bekerja, yaitu meliputi beban mati,
beban hidup, beban angin, dan lainnya. Setelah diperoleh pembebanannya, kemudian
dilakukan perhitungan serta perencanaan ukuran profil batang kuda-kuda yang akan
digunakan. Adapun pemodelan struktur atap adalah sebagai berikut:

Gambar 4.1. Perspektif Rangka Atap


Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007
77

Gambar 4.2. Tampak Atas Rangka Atap


Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

Gambar 4.3. Pemodelan Kuda-Kuda


Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007
78

4.1.1. Pedoman Perhitungan Atap


Dalam perencanaan atap, adapun pedoman yang dipakai, sebagai berikut:
1. Gunawan, Rudy. 1998. Tabel Profil Konstruksi Baja. Penerbit Kanisius :
Yogyakarta.
2. Pedoman Perencanaan Pmbebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987)
3. Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD.
Penerbit Erlangga : Jakarta.
4. SNI 03-1729-2002. Tata Cara Perencanaan Struktur Baja untuk Bangunan
Gedung.
4.1.2. Perencanaan Gording
Pada perencanaan gording, perencanaan yaitu meliputi beberapa tahapan: data-
data teknis, pembebanan gording, kombinasi dan kontrol kekuatan profil pada
gording.
4.1.2.1. Data-data Perencanaan Gording
Bentang kuda-kuda = 13,5 m
Jarak kuda-kuda = 2,9 m
Jarak gording = 1,8 m
Sudut kemiringan atap = 20°
Sambungan = Baut
Profil gording = Hollow Structural Tube
= 125.125.4,5
Berat gording = 16,60 kg/m

Dalam perencanaan kuda-kuda, gording menggunakan profil baja Hollow


Structural Tube. Adapun data dari profil baja Hollow Structural Tube dengan
ukuran 125.125.4,5 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Profil Hollow Structural Tube


79

Sumber : Tabel Profil Konstruksi Baja, hal 54 dan 55

Modulus Elastisitas (E) = 200.000 Mpa


Modulus geser ( G ) = 80.000 Mpa
Poisson ratio ( m ) = 30 %
Koefisien muai ( at ) = 1,2 x10-6/ ºC
(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 9)
Mutu baja = BJ 37
Berat per Unit Volume Baja = 7850 kg/m3
Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa
Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa
Peregangan minimum = 20 %
Adapun data dari profil baja dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Sifat Mekanis Baja Struktural

Sumber : tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal11


Penutup atap Genteng = 50 kg/m2
Plafond eternit + penggantung = 11+7 = 18 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 6 )
Beban hidup gording = 100 kg
Beban air hujan = (40 – 0,8 x 20°) = 24 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 7 )
Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
80

(PPPURG 1987, hal 18 )


4.1.2.2. Perhitungan Gording
Dalam perhitungan gording ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan,
adapun dalam perhitungannya harus sesuai dengan syarat dan peraturan-peraturan
yang berlaku. Berikut ini adalah beberapa tahapan dalam perhitungan gording.

Gambar 4.4. Gording Hollow Structural Tubings


Sumber: Tabel Konstruksi Baja Rudy Gunawan

Profil gording Hollow Structural Tubings 125.125.4,5


Sectional area 21,17 cm2 = 2117 mm2
Weight 16,60 kg/m
Position of centre of gravity Cx = 0 cm
Cy = 0 cm
Geometrical moment of Inertia Ix = 506,0 cm4 = 50,6 x 105 mm4
Iy = 506,0 cm4 = 50,6 x 105 mm4
Radius of gyration ix = 4,890 cm = 4,89 x 10 mm
iy = 4,890 cm = 4,89 x 10 mm
Elastic modulus of section Zx = 80,90 cm3 = 80,9 x 103 mm3
Zy = 80,90 cm3 = 80,9 x 103 mm3
( Tabel Profil Konstruksi Baja, Rudy Gunawan, hal 51)

4.1.2.3. Pembebanan Gording


a. Beban Mati (q)
81

Beban mati adalah beban merata yang terjadi akibat beban gording itu
sendiri dan beban-beban tetap permanen, adapun pembebanan sebagai berikut:

Gambar 4.5. Pemodelan Beban Mati


Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

 Beban Penutup Atap = 50 kg/m2 x 1,8 m = 90,00 kg/m


 Berat Gording = 16,60 kg/m
 Berat trackstang (10% x 16,60 kg/m) = 1,66 kg/m +
 Jadi total beban mati (q) = 108,26 kg/m

b. Beban Hidup (p)


Beban hidup adalah beban terpusat yang berasal dari beban air hujan dan
beban manusia yang bekerja pada atap, dengan berat P = 100 kg. Adapun
pembebanannya sebagai berikut :

Gambar 4.6. Pemodelan Beban Hidup


Sumber: Dokumen Pribadi AutoCAD 2007

 Beban Hidup Pekerja = 100 kg


 Beban Air Hujan = (40 – 0,8 x 200) = 24 kg/m2
= 24 kg/m2 x 2,9 m x 1,8 m
82

= 125,28 kg
c. Beban Angin (w)
Beban angin adalah beban yang timbul dari hembusan atau terpaan angin
yang terdiri dari dua jenis, yaitu angin tekan dan angin hisap dengan arah
pembebanannya tegas lurus bidang atap. Besaran tekanan positif dan negatif
dapat ditentukan dengan mengalikan tekanan tiup dengan koefisien angin.
Adapun beban angin yang terjadi diakibatkan angin tekan dan angin hisap pada
atap dapat dilihat pada Gambar 4.7.

Gambar 4.7. Gambar Angin Tekan dan Angin Hisap


Sumber : Dokumen Pribadi
Diasumsikan pada daerah yang jauh dari tepi laut maupun pantai dengan
besaran :
Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
Koefisien angin:
Angin tekan = 0,02 α - 0,4 = 0,02 x 20º - 0,4 =0
Angin hisap = - 0,40
(pasal 2.1.3.3,PPPURG1987, hal 20)
Beban angin :
Beban angin tekan (Wty) = 0 x 1,8 m x 25 kg/m2 = 0 kg/m
Beban angin hisap (Why) = - 0,4 x 1,8 m x 25 kg/m2 = - 18 kg/m

4.1.2.4. Momen Akibat Pembebanan Gording


a. Beban Mati (D)
q = 108,26 kg/m
Jarak Antar Kuda Kuda (L) = 2,9 m
83

qx = q sin α = 108,26 . sin 20º = 37,028 kg/m


qy = q cos α = 108,26 . cos 20º = 101,732 kg/m

Mx = (1/8 . qx . L2) My = (1/8 . qy . L2)


= (1/8 x 37,028 x 2,92 ) = (1/8 x 101,732 x 2,92 )
= 38,926 kg.m = 106,946 kg.m

b. Beban Hidup (L)


Beban Hidup Pekerja
P =L = 100 kg
Jarak Antar Kuda Kuda (L) = 2,9 m
Px = P sin α = 100 .sin 20º = 34,202 kg/m
Py = P cos α = 100 .cos 20º = 93,97 kg/m
Mx = (1/4 .Px .L) My = (1/4 .Py .L)
= (1/4 x 34,202 x 2,9) = (1/4 x 93,97 x 2,9 )
= 24,797 kg.m = 68,129 kg.m

Beban Hidup Air Hujan


P =L = 125,28 kg
Px = P sin α = 125,28. sin 20º = 42,849 kg
Py = P cos α = 125,28. cos 20º = 117,725 kg
Mx = (1/4 .Px .L) My = (1/4 .Py .L)
= (1/4 x 42,849 x 2,9) = (1/4 x 117,725 x 2,9)
= 31,066 kg.m = 85,351 kg.m

Jadi jumlah beban hidup pekerja dan beban hidup air hujan adalah:
Px total = 34,202 + 42,849 = 77,051 kg.m
Py total = 93,97 + 117,725 = 211,695 kg.m
Mx total = 24,797 + 31,066 = 55,863 kg.m
My total = 68,129 + 85,351 = 153,48 kg.m

c. Beban Angin (W)


MWty = (1/8 .Wty . L2) MWhy = (1/8 .Why . L2)
84

= (1/8 x 0 x 2,92) = (1/8 x -18 x 2,92)


= 0 kg.m ( tekan ) = -18,923 kg.m ( hisap )

4.1.2.5. Kombinasi Pembebanan Gording


Berdasarkan beban-beban yang ada diatas maka struktur baja harus mampu
memikul semua kombinasi pembebanan. Adapun kombinasi pembebanan yang
digunakan yaitu sebagai berikut :
a. U = 1,4 D
Ux = 1,4 . 38,926 kg.m = 54,4964 kg.m
Uy = 1,4 . 106,946 kg.m = 149,7244 kg.m
b. U = 1,2 D + 0,5 La
Ux = 1,2 . 38,926 kg.m + 0,5 . 55,863 kg.m = 74,6427 kg.m
Uy = 1,2 . 106,946 kg.m + 0,5 . 153,48 kg.m = 205,0752 kg.m
c. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
Ux = 1,2 . 38,926 kg.m + 1,6 . 55,863 kg.m + 0,8 .(0)
= 136,092 kg.m
Uy = 1,2 . 106,946 kg.m + 1,6 . 153,48 kg.m + 0,8.(-18,923 kg.m)
= 358,7648 kg.m
d. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
Ux = 1,2 . 38,926 kg.m + 1,3 (0) + 0,5 . 55,863 kg.m
= 74,6427 kg.m
Uy = 1,2 . 106,946 kg.m + 1,3 (-18,923 kg.m) + 0,5 . 153,48 kg.m
= 180,4753 kg.m
e. U = 0,9 D ± 1,3 W
Ux = 0,9 . 38,926 kg.m + 1,3 (0) = 35,0334 kg.m
= 0,9 . 38,926 kg.m - 1,3 (0) = 35,0334 kg.m
Uy = 0,9 . 106,946 kg.m + 1,3 (-18,923 kg.m) = 71,6515 kg.m
= 0,9 . 106,946 kg.m - 1,3 (-18,923 kg.m) = 120,8513 kg.m
(pasal 6.2.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 13)
Jadi Mux max = 136,092 kg.m = 136,092 x 104 N.mm
Muy max = 358,7648 kg.m = 358,7648 x 104 N.mm
85

4.1.2.6. Kontrol Kekuatan Profil


a. Kontrol Kelangsingan Penampang
Asumsi : Penampang Kompak bila λ < λp
Penampang Tidak Kompak bila λp < λ ≤ λr
Penampang Langsing λ > λr

Sayap =

Badan =

Sayap = λ = = 32,275

λ = = 40,344

Badan = λ = = 108,444

λ = = 164,602
Sayap = λ < λp “Penampang Kompak”
Badan = λ < λp “Penampang Kompak”
(Tabel 7.5-1 SNI 03 – 1729 – 2002, hal 31)

Sayap = λ =λ = 32,332

λ =λ = 40,415

Badan =λ =λ = 69,859

λ =λ = 164,545

Sayap = λ < λp “Penampang Kompak”


Badan = λ < λp “Penampang Kompak”
(Tabel B4.1b SNI – 1729 – 2015, hal 20)
b. Kontrol Terhadap Lendutan
E = 2,0 x 105 Mpa. = 2,0 x 106 kg/cm2
menggunakan asumsi 1 Mpa = 1 N/mm2 = 10 kg/cm2,
Momen inersia yang berada pada profil Hollow Structular Tube,
Ix = 506,0 cm4, Iy = 506,0 cm4.
(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 55)
86

Akibat Beban Mati

fx = = = 0,034 cm

fy = = = 0,093 cm

Akibat Beban Hidup

fx = = = 0,00039 cm

fy = = = 0,0011 cm

Akibat Beban Angin


fx =0

fy = = = -0,017 cm

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, Hal 88)

Kombinasi Lendutan
Fx total = 0,034 + 0,00039 + 0 = 0,03439 cm
Fy total = 0,093 + 0,0011 + (-0,017) = 0,0771 cm
Syarat Lendutan
f timbul < f izin
f timbul
f timbul = = 0,085 cm

f ijin = = =1,209 cm

(SNI 03 – 1729 – 2002, hal 15)


f ijin > f yang timbul  1,209cm > 0,085 cm……… (OK)

(tabel 6.4-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 15)

c. Kontrol kuat nominal lentur penampang dengan pengaruh tekuk lokal


Dari hasil analisis kelangsingan penampang pada sub bab sebelumnya
diketahui bahwa profil yang digunakan merupakan penampang kompak, maka
berlaku :
Mn = Mp Mp = Z x Fy

(Pasal 8-2.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 36)


87

 Mencari Momen Nominal yang Bekerja pada Profil


Mnx = Zx . Fy
= 80,90 .(103) mm3. 240 N/mm2
= 19416000 N.mm

Mny = Zy . Fy
= 80,90 .(103) mm3. 240 N/mm2
= 19416000 N.mm
(Pasal 8-2-1.b, SNI 03- 1729- 2002, hal 35)

 Kontrol Terhadap Tegangan Lentur


Mux max = 136,092 kg.m = 136,092 x 104 N.mm
Muy max = 358,7648 kg.m = 358,7648 x 104 N.mm
Faktor reduksi ( ) = 0,9

≤ 1,0

≤ 1,0

0,0779 + 0,2054 ≤ 1,0

0,2833 ≤ 1,0 (Aman Terhadap Tegangan Lentur)

(Pasal 11.3.1 , SNI 03-1729-2002, hal 76)

d. Mendimensi Trackstang
Beban Mati qx = 37,028 kg/m
Beban Hidup Px = 34,202 + 42,849 = 77,051 kg.m
Jarak Kuda-Kuda = 2,90 m
Total beban = (37,028 kg/m x 2,90 m) + 77,051 kg/m
= 184,4322 kg
Penggunan 2 trackstang, maka :
P/3  184,4322 / 3 = 61,4774 kg

Fbr = 1,25 fn
= 1,25 x = 0,0325 cm2
88

Fbr = . . d²

d = =

= 0,2035 cm  2,035 mm 8 mm


Maka dalam perencanaan kuda-kuda ini menggunakan trackstang dengan
diameter minimal = 8 mm.

4.1.3. Perencanaan Kuda-kuda


Pada perencanaan kuda-kuda, tahapan dalam perencanaan meliputi : data-data
teknis, pembebanan kuda-kuda, dan kontrol kekuatan profil pada kuda-kuda.
4.1.3.1. Data-data Kuda-kuda
Bentang kuda-kuda = 13,50 m
Jarak kuda-kuda = 2,90 m
Jarak gording = 1,8 m
Sudut kemiringan atap = 20°
Penutup atap = Genteng metal
Plafond = Eternit
Sambungan = Baut
Berat gording = 21,7 kg/m

Modulus Elastisitas (E) = 200.000 Mpa


Modulus geser ( G ) = Mpa
Poisson ratio ( m ) = 30 %
Koefisien muai ( at ) = 1,2 * 10-6
(SNI 03- 1729- 2002, hal 9)
Mutu baja = BJ 37
Tegangan leleh ( fy ) = 240 Mpa
Tegangan Ultimit ( fu ) = 370 Mpa
Peregangan minimum = 20 %
(SNI 03- 1729- 2002, hal 11)
Penutup atap genteng = 50 kg/m2
Plafond eternit + penggantung = 11+7 = 18 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 6 )
89

Berat baja per Unit Volume = 7850 kg/m3


(tabel 1,PPPURG 1987, hal 5)
Beban hidup gording = 100 kg
Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 7&13)
4.1.3.2. Pembebanan Kuda-Kuda
Data berat bangunan dan komponen gedung yang digunakan sebagai berikut :
 Penutup atap genteng = 50 kg/m2
 Berat per unit volume baja = 7850 kg/m3
 Plafond eternit = 11 kg/m2
 Penggantung = 7 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)
Data beban hidup pada atap gedung yang digunakan sebagai berikut :
 Beban hidup pekerja = 100 kg
 Beban air hujan = (40 – 0,8 x 20o) =24 kg/m2
 Tekanan tiup angin = 25 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 7 dan 8)
Koefisien angin :
 Angin tekan = 0,02α – 0,4
 Angin hisap = - 0,40

a. Akibat Berat Atap


Beban permanen yang bekerja pada kuda-kuda akibat dari benda yang
berada diatasnya, berupa atap yang diasumsikan dengan menggunakan penutup
genteng. Dan penginputan beban atap dengan program SAP 2000 dapat dilihat
pada Gambar 4.8. dan Gambar 4.9.
BA = Berat Atap Genteng x Jarak Gording x Jarak Kuda-Kuda
BA = 50 x 1,8 x 2,9
BA = 261 kg
90

Gambar 4.8. Input Beban Mati Atap


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.9. Display Beban Mati Atap


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

b. Akibat Berat Sendiri Kuda-Kuda


Beban permanen yang timbul dari berat profil baja yang difungsikan sebagai
kuda-kuda. Dalam perencanaan ini, kuda-kuda menggunakan profil baja
Double Angle Shape. Dan beban terhitung secara manual dalam program SAP
2000.

c. Akibat Berat Sendiri Gording


Beban permanen yang ditimbulkan dari berat profil baja yang difungsikan
sebagai gording. Dalam perencanaan ini, gording menggunakan profil baja
Hollow Structural Tube. Dan beban terhitung secara manual dalam program
SAP 2000.
91

d. Akibat Berat Plafond


Beban ini adalah beban yang ditimbulkan akibat adanya berat dari plafond
yang digantungkan pada dasar kuda-kuda. Dan dalam penginputannya dalam
program SAP 2000 dapat dilihat pada Gambar 4.10. dan Gambar 4.11.
BP = Beban Plafond x Jarak Kuda-Kuda x Panjang Kuda-Kuda

BP = = 58,725 kg

Gambar 4.10. Input Beban Mati Plafond


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.11. Display Beban Mati Plafond


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000
e. Beban Hidup
Beban hidup yaitu beban terpusat yang terjadi karena beban pekerja yang
bekerja pada saat pekerjaan kuda-kuda pada atap dan beban yang disebabkan
air hujan pada atap. Dan dalam penginputannya dalam program SAP 2000
dapat dilihat pada Gambar 4.12. dan Gambar 4.13.
 PPekerja = 100 kg
92

Gambar 4.12. Input Beban Hidup Pekerja


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.13. Display Beban Hidup Pekerja


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

PAir Hujan = (40 – 0,8 x 200) = 24 kg/m2


= 24 kg/m2 x 2,9 m x 1,8 m = 125,28 kg

Gambar 4.14. Input Beban Hidup Hujan


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000
93

Gambar 4.15. Display Beban Hidup Hujan


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

f. Beban Angin
Beban angin yaitu beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang disebabkan oleh selisih dalam tekanan udara (PPPURG 1987). Pada
konstruksi ini diasumsikan nilai W = 25 kg/m2.
Koefisien angin:
1. Angin tekan
Cq = 0,02 α - 0,4 = 0,02 x 20º - 0,4 =0
(pasal 2.1.3.3, PPPURG, hal 21)
Angin tekan vertikal
W = Cq x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 0 x sin 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= 0 kg
Angin tekan horisontal
W = Cq x cos α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= 0 x cos 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= 0 kg
2. Angin hisap
Cq = - 0,40
(pasal 2.1.3.3, PPPURG, hal 21)
Angin hisap vertikal
W = Cq x sin α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= -0,4 x sin 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= -17,854 kg
94

Angin hisap horisontal


W = Cq x cos α x W x jarak gording x jarak kuda-kuda
= -0,4 x cos 20º x 25 kg/m2 x 1,8 x 2,9
= - 49,052 kg
Dalam penginputannya di program SAP2000 pada beban angin
khususnya untuk beban angin hisap dapat dilihat pada Gambar 4.16.,
sedangkan untuk penginputan beban angin tekan adalah 0 (nol).

Gambar 4.16. Display Beban Angin


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

4.1.3.3. Input Data Pada Program SAP2000


Dalam penginputan data pada program SAP2000 perlu memperhatikan
beberapa langkah sebagai berikut:
a. Menentukan Geometri Koordinat
Model geometri koordinat dipakai apabila ada salah satu sumbu memakai
ukuran yang tidak sama, serta mendesain ukuran (jarak) yang digunakan untuk
menentukan koordinat pada atap. Adapun koordinat yang digunakan pada
perencanaan atap dapat dilihat pada Gambar 4.17.
95

Gambar 4.17. Define Grid Data


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

b. Menginput Data Pada Material Properties


Penginputan data material pada program SAP2000 harus sesuai dengan
material-material yang digunakan. Pada perencanaannya, atap didesain
menggunakan material baja dengan mutu baja BJ 37. Adapun proses
penginputan material properties pada program SAP2000 dapat dilihat pada
Gambar 4.18. dengan data sebagai berikut:
1. Berat jenis baja = 7850 kg/ m3
2. Sifat dari mekanis baja, terdiri dari :
 Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa
 Modulus Geser (G) = 80000 Mpa
 Poisson Ratio () = 0,3
 Koefisien Muai (α) = 12 x 10-6
(pasal 5.1.3, SNI 03-1729-2002, hal 9)
3. Mutu baja yang digunakan adalah BJ 37, Mempunyai nilai sebagai berikut:
 Fy = Fye = 240 Mpa
 Fu = Fue = 370 Mpa
(tabel 5.3, SNI 03-1729-2002, hal 11)
96

Gambar 4.18. Material Properties Data


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

c. Menginput Data Pada Define Load Patterns


Pada define load patterns ini digunakan untuk menentukan jenis beban yang
bekerja pada struktur (atap). Pada beban mati diisi angka 1 (satu), dengan
maksud program SAP2000 secara otomatis akan menghitung sendiri beban
mati (berat profil baja) yang bekerja pada atap, sedangkan angka 0 (nol)
menunjukkan bahwa beban tersebut diinput secara manual. Penginputan define
load patterns dapat dilihat pada Gambar 4.19.

Gambar 4.19. Define Load Patterns


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000
97

d. Menentukan Profil Baja


Penginputan profil baja pada program SAP 2000 dapat dilihat pada
Gambar 4.20. Baja yang akan digunakan dalam perencanaan kuda-kuda
adalah jenis Double Angle Shape dan profil baja yang akan digunakan adalah
sebagai berikut:
1. Batang Diagonal Luar = 2L 90.90.9
2. Batang Diagonal Dalam = 2L 75.75.12
3. Batang Horisontal = 2L 75.75.8
4. Batang Vertikal = 2L 80.80.10

Gambar 4.20. Profil Baja Kuda-Kuda


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

e. Menentukan Kombinasi Pembebanan Kuda-Kuda


Berdasarkan beban-beban yang bekerja pada struktur, maka struktur baja
harus mampu memikul semua kombinasi pembebanan. Adapun kombinasi
pembebanan pada struktur atap adalah sebagai berikut :
1. U = 1,4 D
2. U = 1,2 D + 0,5 La
3. U = 1,2 D + 1,6 La + 0,8 W
4. U = 1,2 D + 1,3 W + 0,5 La
5. U = 0,9 D ± 1,3 W
(pasal 6.2.2, SNI 03-1729-2002, hal 13)
Dalam penginputan beban kombinasi pada atap di program SAP2000 dapat
dilihat pada Gambar 4.21. dan Gambar 4.22. Kombinasi (1,2 D + 1,6 L + 0,8
W) mengartikan bahwa 1,2 Beban Mati ditambah 1,6 Beban Hidup ditambah
0,8 Beban Angin.
98

Gambar 4.21. Define Load Combinations


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.22. Load Combinations Data


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

f. Menentukan Jenis Pembebanan


Beban yang bekerja pada struktur atap adalah sebagai berikut:
1. Beban Mati :
BAtap = 261 kg
BPlafond = 58,725 kg
99

2. Beban Hidup :
BPekerja = 100 kg
BAir hujan = 125,28 kg
3. Beban Angin :
 Angin Tekan :
- Angin Tekan Vertikal = 0 kg
- Angin Tekan Horizontal = 0 kg
 Angin Hisap :
- Angin Hisap Vertikal = -17,854 kg
- Angin Hisap Horizontal = - 49,052 kg

4.1.3.4. Perhitungan Profil Kuda-Kuda


Dalam perhitungan kuda-kuda dengan menggunakan program SAP 2000 dan
didapat data-data sebagai berikut, data lengkap terlampir:
1. Gaya aksial yang dihasilkan data terlampir.
2. Gaya momen yang dihasilkan data terlampir.
3. Gaya geser yang dihasilkan data terlampir.
4. Kontrol kekuatan baja yang dihasilkan data terlampir.
5. Baja yang digunakan yaitu jenis Double Angle Shape:
 Batang Diagonal Luar = 2L 90.90.9
 Batang Diagonal Dalam = 2L 75.75.12
 Batang Horisontal = 2L 75.75.8
 Batang Vertikal = 2L 80.80.10

Material Baja yang Digunakan


 Mutu baja = BJ 37
 Tegangan leleh (fy) = 240 Mpa
 Tegangan Ultimit (fu) = 370 Mpa
 Peregangan minimum = 20 %
(tabel 5.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 11)
 Modulus Elastisitas (E) = 200000 Mpa
 Modulus geser (G) = 80000 Mpa
 Poisson ratio () = 0,3
100

 Koefisien muai (α) = 12 x 10-6


(pasal 5.1.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 9)
 Profil kuda kuda = Double Angle Shape

1. Perhitungan Batang Tekan


Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya
tekan maksimal pada batang 124 dengan nilai gaya tekan maksimal sesuai
dengan Gambar 4.23.
 Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9
 P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)
 L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm

Gambar 4.23. Diagram of Frame


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Berdasarkan gaya tekan maksimal yang bekerja pada batang 124 dengan
profil baja yang digunakan 2L 90. 90. 9. Data dari profil baja adalah sebagai
berikut:
Profil Baja 2L 90. 90. 9
 A (satu profil) = 15,5 cm2 = 1550 mm2
 (A profil) = 2 x 1550 = 3100 mm2
101

 ex = ey = 2,54 cm = 25,4 mm
 Ix = Iy = 116 cm4 = 1160000 mm4
 Rx = Ry = 2,74 cm = 27,6 mm
 Rmin = 1,76 cm = 17,6 mm
 Tp =9 mm
(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 38 dan 39)
a. Menghitung Momen Inersia dan Jari-jari Girasi Komponen Struktur
Profil Baja 2L 90. 90. 9

Gambar 4.24. Momen Inersia Penampang


Sumber : Data Pribadi AutoCAD 2007
Keterangan:
h = 90 mm
b = 90 mm
a = 10 mm
t =9 mm
Titik Berat Komponen:
Lx (s) = 25,4 mm
Ly = 90 mm
102

b. Periksa Terhadap Kelangsingan Elemen Penampang

(tabel 7.5-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 30)


103

(penampang tak kompak)


(pasal 8.2.4, SNI 03- 1729- 2002, hal 36)
c. Periksa Terhadap Kelangsingan dan Kestabilan Komponen
Digunakan pelat kopel 5 (lima) buah → Pembagian batang
minimum adalah 3 (tiga).
(pasal 9.3.3b, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
 Jarak antar pelat kopel

Keterangan:
r min adalah jari-jari girasi minimal dari girasi komponen struktur
terhadap sumbu yang memberikan nilai terkecil
(persamaan 9.3-4, SNI 03- 1729- 2002, hal 58)
 Syarat kestabilan komponen

< 50.......... (OK)


(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
 Kondisi tumpuan sendi-sendi, maka faktor tekuk k = 1

(tabel 7.6-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 32)


 Kelangsingan arah sumbu bahan (sumbu x)

(persamaan 9.3-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)


 Syarat kestabilan arah sumbu bahan (sumbu x)
104

> 1,2.
> 30,6550....... (OK)
(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)
 Kelangsingan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)

(persamaan 9.3-1, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)


 Kelangsingan ideal
Nilai m untuk profil 2L = 2

(persamaan 9.3-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 57)


 Syarat kestabilan arah sumbu bebas bahan (sumbu y)

> 1,2.
> 30,6550....... (OK)
(persamaan 9.3-7, SNI 03- 1729- 2002, hal 59)

d. Menghitung Daya Dukung Tekan Nominal Komponen


1. Menghitung koefisien tekuk arah sumbu bahan (sumbu x)
 Parameter kelangsingan komponen

(persamaan 7.6-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)


105

 Karena 0,25 < < 1,2


maka,

(persamaan 7.6-5c, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)


 Daya dukung komponen arah sumbu bahan (sumbu x)

(persamaan 7.6-3, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)


2. Menghitung koefisien tekuk arah sumbu bebas bahan (sumbu y)

 Parameter kelangsingan komponen

(persamaan 7.6-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)


 Karena 0,25 < < 1,2
maka,

(persamaan 7.6-5c, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)


 Daya dukung komponen arah sumbu bahan (sumbu y)
106

(persamaan 7.6-3, SNI 03- 1729- 2002, hal 27)


e. Periksa Terhadap Tekuk Lentur Torsi
 Modulus geser

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 72)


 Konstanta torsi

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 159)


f. Koordinat Pusat Geser Terhadap Titik Berat
Koordinat pusat geser yang terjadi pada profil baja 2L 90. 90. 9 yaitu
seperti pada gambar berikut:

titik pusat massa


h
t ex

b titik pusat geser

Gambar 4.25. Titik Pusat Geser Penampang


Sumber : Data Pribadi AutoCAD 2007

xo = 0
107

Keterangan:
= Koordinat pusat geser terhadap titik berat, xo = 0
untuk siku ganda dan profil T (sumbu y – sumbu
simetris)
= jari-jari girasi polar terhadap pusat geser

(pasal 9.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 55 dan 56)


Daya dukung komponen diambil yang terkecil
ton

(persamaan 6.4-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 18)

…….. (OK)
(Profil 2L 90 x 90 x 9 Aman dan Dapat Digunakan)
108

2. Perhitungan Batang Tarik


Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya
tarik maksimal pada batang 109 dengan nilai gaya tarik maksimal sesuai
dengan Gambar 4.26.
 Batang 109 dengan profil baja 2L 75. 75. 8
 P maks = Nu = 2004,74 kg = 2,0048 ton ( hasil output program SAP2000)
 L Bentang = 1,690 m = 1690 mm

Gambar 4.26. Diagram of Frame


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Berdasarkan gaya tarik maksimal yang bekerja pada batang 109 dengan
profil baja yang digunakan 2L 75. 75. 8. Data dari profil baja adalah sebagai
berikut:
Profil Baja 2L 75. 75. 8.
 A (satu profil) = 11,5 cm2 = 1150 mm2
 (A profil) = 2 x 1150 = 2300 mm2
 ex = ey = 2,13 cm = 21,3 mm
 Ix = Iy = 58,9 cm4 = 589000 mm4
 Rx = Ry = 2,26 cm = 22,6 mm
 Rmin = 1,46 cm = 14,6 mm
 Tp =8 mm
109

(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 36 dan 37)


a. Periksa Terhadap Tarik
 Syarat penempatan baut
Model penempatan baut pada penampang profil 2L 75. 75. 8 adalah
seperti gambar berikut:

Gambar 4.27. Pemodelan Jarak Baut Profil


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007
 Spesifikasi baut yang digunakan:
Tipe baut = A325
Diameter = 12,7 mm (1/2”)
Fu (kuat tarik min) = 825 Mpa
Fy (proof stress) = 585 Mpa
Permukaan baut = tanpa ulir pada bidang geser ( r = 0,5 )
Diameter lubang baut (dl)
(dl) = 12,7 + 1 = 13,7 mm
(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 110)
 Jarak antar baut

 Jarak baut ke tepi plat


110

(pasal 13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)
 Spesifikasi pelat buhul
Tebal pelat = 10 mm
Mutu baja = BJ 37
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
 Luas penampang netto:
Direncanakan menggunakan tipe baut A325
Baut ukuran 1/2” = 12,7 mm (satu lajur)
n=1

(pasal 10.2.1, SNI 03- 1729- 2002, hal 71)


 Luas penampang efektif
Untuk pemodelan letak baut dalam menentukan luas penampang
efektif pada profil baja 2L 75. 75. 8 yaitu sebagai berikut:
Pelat buhul

h e h
t t

b b Pelat kopel

Gambar 4.28. Pemodelan Letak Baut Profil


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007
Keterangan:
b = lebar penampang profil baja
L = jarak terjauh kelompok baut
x = eksentrisitas sambungan
111

(pasal 10.2, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)


 Daya dukung tarik murni
Kondisi leleh

(persamaan 10.1-2a, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)


Kondisi faktur

(persamaan 10.1-2b, SNI 03- 1729- 2002, hal 70)


 Daya dukung geser murni
Untuk pemodelan area geser pada penampang profil baja 2L 75. 75. 8
setelah diberi baut yaitu seperti berikut:

Gambar 4.29. Pemodelan Area Geser


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Av = Luas penampang kotor geser


112

 Daya dukung kombinasi tarik dan geser


Untuk pemodelan area kombinasi geser dan tarik pada penampang
profil baja 2L 75. 75. 8 setelah diberi baut yaitu seperti berikut:

Gambar 4.30. Pemodelan Area Geser dan Tarik


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Geser
Anv = Luas penampang bersih geser

Tarik
At = Luas penampang kotor tarik
= 859,2 mm2
Ant = Luas penampang bersih tarik

Nn geser > Nn tarik, maka : Geser leleh – Tarik fraktur


113

(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 41)

Diambil nilai daya dukung batang tarik terkecil

(persamaan 6.4-2, SNI 03- 1729- 2002, hal 18)

2,0048 ton < 0,85 x


………(OK)
(Profil 2L 75. 75. 8 Aman dan Dapat Digunakan)
3. Perhitungan Sambungan
Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya
pada batang 124 dengan nilai gaya sesuai dengan Gambar 4.31.
 Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9
 P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)
 L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm

Gambar 4.31. Diagram of Frame


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000
114

 Spesifikasi baut yang digunakan:


Tipe baut = A 325
Diameter = 12,7 mm (1/2”)
Fu = 825 Mpa
Fy = 585 Mpa
Permukaan baut = tanpa ulir pada bidang geser ( r = 0,5 )
(Perencanaan Struktur Baja Dengan Methode LRFD, hal 110)
 Spesifikasi pelat buhul:
Tebal pelat = 10 mm
Mutu baja = BJ 37
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
 Tahanan geser baut
Nilai r untuk baut tanpa ulir pada bidang geser = 0,5
ϕ Vd = ϕ .r .fub. Ab

(persamaan 13.2-2, SNI 03-1729-2002, hal 100)


 Tahanan tumpu baut
fu = nilai tegangan tarik putus terendah dari baut dan pelat buhul

(persamaan 13.2-8, SNI 03-1729-2002, hal 101)


Diambil nilai terkecil dari tahanan geser baut dan tahanan tumpu baut

Jumlah baut = ≈ 4 baut

jumlah baut yang dipakai = 4 baut (jumlah baut minimum)


 Jarak antar baut
115

 Jarak baut ke tepi plat

(pasal 13.4.2 dan 13.4.3, SNI 03- 1729- 2002, hal 104)
4. Perhitungan Pelat Kopel
Berdasarkan perhitungan analisa pada program SAP2000 didapatkan gaya
pada batang 124 dengan nilai gaya sesuai dengan Gambar 4.32.
 Batang 124 dengan profil baja 2L 90. 90. 9
 P maks = Nu = 12563,93 kg = 12,564 ton ( hasil output program SAP2000)
 L Bentang = 1,79842 m = 1798,42 mm

Gambar 4.32. Diagram of Frame


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Digunakan pelat kopel 5 buah


Jarak antar pelat kopel
116

Menghitung tinggi pelat kopel


Pada perencanaan kuda-kuda baja digunakan pelat kopel sebagai media
penyambung antar profil baja.
l pelat
b

h pelat
h t pelat
t

b Pelat kopel

Gambar 4.33. Model Pelat Kopel


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007

Detail pelat kopel:


Tebal = 10 mm
Lebar = 130 mm
Mutu baja = BJ 37
Fy = 240 Mpa
Fu = 370 Mpa
σ = 160 Mpa

Profil Baja 2L 90. 90. 9


 A (satu profil) = 15,5 cm2 = 1550 mm2
 (A profil) = 2 x 1550 = 3100 mm2
 ex = ey = 2,54 cm = 25,4 mm
 Ix = Iy = 116 cm4 = 1160000 mm4
 Rx = Ry = 2,74 cm = 27,6 mm
117

 Rmin = 1,76 cm = 17,6 mm


 Ii = moment inersia elemen komponen struktur terhadap sumbu l-l, mm4
 Ii = 47,8 cm4 = 478000 mm4
 Tp =9 mm
(Tabel Profil Kontruksi Baja, hal 38 dan 39)

 Syarat kekakuan pelat kopel

(persamaan 9.3.5, SNI 03-1729-2002, hal 59)

2
≈ h = 100 mm
 Periksa terhadap geser
Gaya lintang yang dipikul pelat kopel

Gaya lintang yang dipikul 1 pelat kopel

 Tahanan geser pelat kopel


118

………... (OK)
(persamaan 8.8-2 , SNI 03-1729-2002, hal 45)
 Maka tahanan geser nominal pelat:

= 28,8 ton
(persamaan 8.8-3a , SNI 03-1729-2002, hal 46)

………... (OK)

5. Perhitungan Pelat Landasan dan Baut Angkur


Tegangan tumpu pelat landasan
Mutu beton (fc’) = 30 Mpa
σ beton = 0,3 . fc’
= 0,3 . 30 = 9 Mpa
Digunakan tebal pelat = 10 mm
P horizontal maks pada tumpuan (2L 75. 75. 8.)
PH Object 109 = 2004,74 kg
= 2,0048 ton
= 20048 N (hasil output SAP2000)
P vertikal maks pada tumpuan (2L 80. 80. 10.)
PV Object 113 = 3981,45 kg
= 3,9815 ton
= 39815 (hasil output SAP2000)
119

Gambar 4.34. Diagram of Frame Horizontal


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

Gambar 4.35. Diagram of Frame Vertikal


Sumber : Data Pribadi Program SAP2000

 Menghitung lebar pelat landasan efektif


Dalam perencanaan kuda-kuda baja digunakan pelat landasan atau base
plate yang berfungsi untuk menghubungkan struktur atas (kuda-kuda baja)
dengan struktur di bawahnya agar dapat menyalurkan gaya ke beton.
120

Pelat landasan
h t pelat
t

a
Gambar 4.36. Pemodelan Pelat Landasan
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007 b

 Lebar efektif pelat landasan

σ beton = σ pelat landasan L pela

a l pelat

L pelat

Gambar 4.37. Tampak Atas Pelat Landasan


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program AutoCAD 2007
121

 Spesifikasi baut yang digunakan:


Tipe baut = A 325
Diameter = 12,7 mm (1/2”)
Fu = 825 Mpa
Fy = 585 Mpa
 Periksa terhadap geser baut
Nilai r untuk baut tanpa ulir pada bidang geser = 0,5
ϕ Vd = ϕ .r .fub. Ab

(persamaan 13.2-2, SNI 03-1729-2002, hal 100)

≈ Dipakai 2 Baut
122

4.2. Perencanaan Struktur Pelat Atap


Pada perencanaannya, pelat atap direncanakan dengan 4 (empat) model bentuk
pelat yaitu model I-2, I-3, I-4 dan I-5. Pelat atap terdiri dari lantai 6 (enam) dan lantai
dak yang memiliki bentuk dan ukuran pelat lantai yang disesuaikan dengan jenis
pelat lantainya.
4.2.1. Pelat Atap
Sistem penulangan pelat atap direncanakan sama dan dibagi setiap segmen.

Gambar 4.37. Denah Pelat Atap


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

4.2.2. Pedoman Perhitungan Pelat Atap


1. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987
(PPPURG 1987).
3. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
4. Sunggono. 1984. Teknik Sipil Penerbit Nova : Bandung.
4.2.3. Perhitungan Pelat Atap
Data Teknis Pelat Atap Rencana:
1. Material Beton
Mutu Beton (Fc) = fc 30 Mpa
123

Berat per unit volume = 2400 Kg/m3


Modulus Elastisitas (Ec) = 4700  4700 = 25742,9602 Mpa
(SNI-03-2487-2002, pasal 10.5 (1), hal 54)
2. Material Baja
Fy = 400 Mpa
Berat per unit volume = 7850 Kg/m3
(Tabel 1. PPPURG 1987, Hal 5)
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
(pasal 5.1.3. SNI-03-1729-2002, Hal 9)
3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Bentang Pelat Atap
Langkah pertama dalam perhitungan pelat lantai atap adalah dengan
menentukan tipe pelat berdasarkan perletakannya. Berikut ini adalah jenis
tipe pelat seperti yang diterangkan pada Buku Struktur Beton Bertulang Jilid
4 Gideon Kusuma :

Keterangan :
= Tumpuan bebas (garis tunggal)
= Tumpuan terjepit penuh (garis ganda)
Gambar 4.38. Tipe Pelat
Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Jilid 4 Gideon Kusuma
124

Gambar 4.39. Denah Pelat Atap


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Gambar 4.40. Denah Pelat Dak


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007
125

Gambar 4.41. Detail Pelat Atap


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

a. Model Pelat (I - 2)
 Kode Pelat A
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat A”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,67 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat B
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat B”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 2,67 > 2 menggunakan pelat lantai satu arah (one way slab)

b. Model Pelat (I - 3)
 Kode Pelat C
126

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm


Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat C”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 150 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β= = = 1,67 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat D
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm

β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat D”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 180 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β= = = 1,39 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat E
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 200 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 2,0 = 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

c. Model Pelat (I - 4)
 Kode Pelat F
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat G
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

d. Model Pelat (I - 5)
 Kode Pelat H
127

Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 200 cm


Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 2,0 = 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat I
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat J
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm
β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat J”
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 180 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,39 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

4.2.4. Menentukan Tebal Pelat Lantai


Dalam perencanaan pelat, menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang
lebih pendek (Lx) dari luasan pelat terbesar. Berdasarkan data diatas, pada lantai
dasar sampai dengan lantai atas memiliki jenis maupun tipe pelat dengan luasan
yang berbeda-beda. Tebal pelat minimum yang memenuhi syarat lendutan
ditentukan dari peraturan SNI 03-2847-2002 pasal.11.5.3.3 halaman 6. Pelat
lantai digunakan dua arah, asumsi :
 Tebal pelat asumsi awal (hf) = 120 mm

h = dan ≥ 90 mm

β = = = 1,6

hmin =

= 8,47 cm

hmak =

= 11,86 cm ≈ 12 cm (tebal pelat minimum)


128

Maka tebal pelat atap yang digunakan adalah 12 cm


β1 = 0,85 (fc’ ≤ 30 Mpa)
Dari hasil perhitungan syarat tebal pelat atap, maka disimpulkan tebal pelat
atap asumsi awal = 12 cm memenuhi syarat hmin = 8,47 cm. Keseluruhan tipe
pelat menggunakan tebal h = 12 cm.
4.2.5. Data Beban yang Bekerja Pada Pelat
4.2.5.1. Beban Mati
 Berat jenis beton bertulang = 2400 Kg/m3
 Berat jenis Baja = 7850 Kg/m3
 Lapisan kedap air =5 cm
Berat jenis lapisan kedap air = 200 Kg/m2
 Tinggi air tergenang =5 cm
Berat jenis air hujan = 1000 Kg/m3
 Dinding pasangan ½ bata = 250 Kg/m2
 Berat plafond 11+7 = 18 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
4.2.5.2. Beban Hidup
 Lantai minimal = 250 Kg/m2
 Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 12 )
4.2.6. Pembebanan
1. Beban Mati (WD)
Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Berat lapisan kedap air = 0,05 x 200 = 10 Kg/m2
Berat air hujan = 0,05 x 1000 = 50 Kg/m2
Dinding pasangan ½ bata = 24 Kg/m2
Berat plafon = 18 Kg/m2
+
Total Pembebanan (WD) = 390 Kg/m2
2. Beban Hidup (WL)
Beban pelat lantai = 250 Kg/m2
Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2
3. Kombinasi Pembebanan
a. Sebagai Lantai Utama Kantor
129

Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (390) + 1,6 (250)
= 868 Kg/m2  8,68 KN/m2
b. Sebagai Atap DAK
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (390) + 1,6 (100)
= 628 Kg/m2  6,28 KN/m2
4.2.7. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan
Dalam perencanaan penulangan pelat, model pelat yang digunakan adalah
model I – 2, model I – 3, model I- 4 dan model I- 5 dengan skema dari diagram
momen penulangan. Momen penulangan persatuan panjang terhadap beban
terbagi rata. Adapun model pelatnya seperti gambar berikut:

Gambar 4.42. Tipe Pelat Lantai


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 27

Perhitungan pelat atap tipe A, A”, B dan B” menggunakan model pelat lantai
I – 2 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.43. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.3.
130

Gambar 4.43. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 2


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Tabel 4.3. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 2

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Untuk perhitungan pelat lantai tipe C, C”, D, D” dan E menggunakan model


pelat lantai I – 3 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar
4.44. dan nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.4.
131

Gambar 4.44. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 3


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Tabel 4.4. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 3

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Untuk perhitungan pelat lantai tipe F dan G menggunakan model pelat lantai
I – 4 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.45. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.5.
132

Gambar 4.45. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 4


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Tabel 4.5. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 4

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Untuk perhitungan pelat lantai tipe H, I, J dan J” menggunakan model pelat


lantai I – 5 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.46.
dan nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.6.
133

Gambar 4.46. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 5


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

Tabel 4.6. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 5

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

4.2.7.1. Momen Yang Dihasilkan


Perhitungan pada pelat Tipe A dengan dimensi 250 cm x 250 cm dengan
model pelat I-2.
134

1. Momen arah x (1)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

2. Momen arah x (2)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

3. Momen arah x (3)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

4. Momen arah x (4)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

5. Momen arah x (5)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)


135

6. Momen arah x (6)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

7. Momen arah x (7)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

8. Momen arah x (8)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

9. Momen arah x (9)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

10. Momen arah y (a)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)


136

11. Momen arah y (b)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

12. Momen arah y (c)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

13. Momen arah y (d)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

14. Momen arah y (e)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

15. Momen arah y (f)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)


137

16. Momen arah y (g)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

17. Momen arah y (h)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

18. Momen arah y (i)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe A, A”, B dan B”


menggunakan model pelat I-2 dapat dilihat pada Tabel 4.7, Tabel 4.8.
Tabel 4.9. dan Tabel 4.10. dengan perhitungan momen secara manual dan
dibantu dengan program Microsoft Excel.
138

Tabel 4.7. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe A Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.8. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe A” Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


139

Tabel 4.9. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe B Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.10. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe B” Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe C, C”, D, D” dan E


menggunakan model pelat I-3 dapat dilihat pada Tabel 4.11, Tabel 4.12.
Tabel 4.13, Tabel 4.14. dan Tabel 4.15. dengan perhitungan momen secara
manual dan dibantu dengan program Microsoft Excel.
140

Tabel 4.11. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe C Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.12. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe C” Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


141

Tabel 4.13. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe D Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.14. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe D” Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


142

Tabel 4.15. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe E Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe F dan G menggunakan


model pelat I-4 dapat dilihat pada Tabel 4.16. dan Tabel 4.17. dengan
perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft
Excel.

Tabel 4.16. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe F Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


143

Tabel 4.17. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe G Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe H, I, J dan J” menggunakan


model pelat I-5 dapat dilihat pada Tabel 4.18, Tabel 4.19, Tabel 4.20. dan
Tabel 4.21. dengan perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan
program Microsoft Excel.

Tabel 4.18. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe H Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


144

Tabel 4.19. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe I Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.20. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe J Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


Tabel 4.21. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe J” Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


145

4.2.8. Perhitungan Penulangan Pelat


Perhitungan pelat atap harus ditentukan tebal selimut betonnya, tinggi
penulangan baik arah x maupun arah y, serta tulangan yang akan digunakan.
Adapun perhitungannya adalah seperti berikut:
Tebal Pelat (h) = 12 cm  120 mm
Mutu Beton (fc) = 30 Mpa  300 Kg/cm2
Mutu Baja (fy) = 400 Mpa  4000 Kg/cm2
ρmin = = = 0,0035

(Buku Gideon jilid 1, table 6, hal 51)


Tebal Selimut Beton = p = 20 mm
(Buku Gideon jilid 1, table 3, hal 44)

Gambar 4.47. Desain Penulangan Pelat Atap


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Fc < 30 = = 0,85
Fc < 30 = = 0,85 –
ρmin = 0,0035

ρb = = = 0,0326

ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0326 = 0,02445


Syarat = 1. ρ < ρmin = Dipakai ρmin
2. ρmin < ρ < ρmax = Dipakai ρ
Diameter tulangan arah x = Ø 10  10 mm
Tinggi efektif arah x
Dx = h – p – ½ ØDx
= 120 – 20 – ½ 10
= 95 mm
Diameter tulangan arah y = Ø 10  10 mm
146

Tinggi efektif arah y


Dy = h – p - ØDx – ½ ØDy
= 120 – 20 – 10 – ½ 10
= 85 mm
4.2.8.1. Tulangan Yang Dihasilkan
Perhitungan tulangan pada pelat atap secara manual dengan dibantu
program microsoft excel. Perhitungan tulangan untuk menentukan rasio
penulangan (ρ). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

Mn = Rn = m=

Ρ=

Dimana:
Ø = Faktor Reduksi = 0,8
(SNI 2847:2002, pasal 11.3 hal 61 )
Mn = Kuat nominal penampang akibat lentur

Gambar 4.48. Penentuan ρ Pada Mutu Beton F C 30


Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma) halaman 47
147

Sedangkan untuk mencari tulangan yang akan digunakan pada pelat atap
dibantu dengan Tabel 4.22.
Tabel 4.22. Diameter Batang Dalam Mm2 Per Meter Lebar Plat

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma)


halaman 15
Dalam menentukan diameter maupun jumlah tulangan harus disesuaikan
dengan perencanaan yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan,
yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Penulangan Pada Pelat Tipe A 250 x 250 cm Model Pelat
I-2
Momen Penulangan Arah X
1. Penulangan Tumpuan Arah X ( 4 )
Momen Tumpuan (Mtx) = - 1,727 KN.m

Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)


m = = = 15,687

Rn = = = 0,24

ρ =

= 0,0006   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
148

Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

2. Penulangan Lapangan Arah X ( 5 )


Momen Lapangan (Mlx) = 0,667 KN.m

Mn = = = 0,8340625 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m = = = 15,687

Rn = = = 0,092

ρ =

= 0,0002   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

3. Penulangan Tumpuan Arah X ( 6 )


Momen Tumpuan (Mtx) = - 1,727 KN.m

Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)


m = = = 15,687

Rn = = = 0,24

ρ =
149

= 0,0006   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

Momen Penulangan Arah Y


4. Penulangan Tumpuan Arah Y ( F )
Momen Tumpuan (Mty) = - 1,727 KN.m

Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m = = = 15,687

Rn = = = 0,299

ρ =

= 0,0008   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 85
= 297,5 mm2
Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

5. Penulangan Tumpuan Arah Y ( E )


Momen Tumpuan (Mty) = 0,667 KN.m

Mn = = = 0,8340625 x 10 KN.m2
150

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)


m = = = 15,687

Rn = = = 0,115

ρ =

= 0,0003   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 85
= 297,5 mm2
Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

6. Penulangan Tumpuan Arah Y ( D )


Momen Tumpuan (Mty) = - 1,727 KN.m

Mn = = = 2,158750 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m = = = 15,687

Rn = = = 0,299

ρ =

= 0,0008   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 85
= 297,5 mm2
Didapat dari Table 4.22. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
151

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)


Dan untuk perhitungan penulangan pada tipe pelat atap lainnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel dibawah ini berdasarkan perhitungan
manual dibantu dengan program Microsoft Excel:
 Tabel 4.23. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe A
, A”, B dan B” dengan model pelat I-2.
 Tabel 4.24. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe
C, C”, D, D” dan E dengan model pelat I-3.
 Tabel 4.25. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe F
dan G dengan model pelat I-4.
 Tabel 4.26. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe
H, I, J dan J” dengan model pelat I-5.
Tabel 4.23. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-2

152
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.24. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-3

153
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

154
Tabel 4.25. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.26. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-5

155
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

156
157

4.3. Perencanaan Struktur Pelat Lantai


Pada perencanaannya, pelat lantai direncanakan dengan 4 (empat) model bentuk
pelat lantai yaitu model lantai I-2, I-3, I-4 dan I-5. Dari lantai 1 (satu) sampai lantai 5
(lima) memiliki bentuk dan ukuran pelat lantai yang disesuaikan dengan jenis pelat
lantainya.
4.3.1. Pelat Lantai
Sistem penulangan pelat lantai direncanakan sama dan dibagi setiap segmen.

Gambar 4.49. Denah Pelat Lantai 1


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

4.3.2. Pedoman Perhitungan Pelat Lantai


1. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung 1987
(PPPURG 1987).
3. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan
Gedung.
4. Sunggono. 1984. Teknik Sipil Penerbit Nova : Bandung.
4.3.3. Perhitungan Pelat Lantai
Data Teknis Pelat Lantai Rencana:
1. Material Beton
Mutu Beton (Fc) = fc 30 Mpa
158

Berat per unit volume = 2400 Kg/m3


Modulus Elastisitas (Ec) = 4700  4700 = 25742,9602 Mpa
(SNI-03-2487-2002, pasal 10.5 (1), hal 54)
2. Material Baja
Fy = 400 Mpa
Berat per unit volume = 7850 Kg/m3
(Tabel 1. PPPURG 1987, Hal 5)
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
(pasal 5.1.3. SNI-03-1729-2002, Hal 9)
3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Bentang Pelat Lantai
Langkah pertama dalam perhitungan pelat lantai adalah dengan
menentukan tipe pelat berdasarkan perletakannya. Berikut ini adalah jenis
tipe pelat seperti yang diterangkan pada Buku Struktur Beton Bertulang Jilid
4 Gideon Kusuma :

Keterangan :
= Tumpuan bebas (garis tunggal)
= Tumpuan terjepit penuh (garis ganda)
Gambar 4.50. Tipe Pelat
Sumber : Buku Struktur Beton Bertulang Jilid 4 Gideon Kusuma
159

Gambar 4.51. Denah Pelat Lantai 1


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Gambar 4.52. Denah Pelat Lantai 2 Sampai 5


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007
160

Gambar 4.53. Detail Pelat Lantai


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

a. Model Pelat (I - 2)
 Kode Pelat A
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat B
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

b. Model Pelat (I - 3)
 Kode Pelat C
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm

β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat D
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm

β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

c. Model Pelat (I - 4)
 Kode Pelat F
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
161

Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm


β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat G
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 400 cm
β= = = 1,6 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

d. Model Pelat (I - 5)
 Kode Pelat I
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 250 cm
β= = = 1,0 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

 Kode Pelat J
Dimensi Plat : Lx (sisi bentang pendek) = 250 cm
Ly (sisi bentang panjang) = 350 cm
β= = = 1,4 < 2 menggunakan pelat lantai dua arah (two way slab)

4.3.4. Menentukan Tebal Pelat Lantai


Dalam perencanaan pelat, menentukan tebal diambil dari bentang pelat yang
lebih pendek (Lx) dari luasan pelat terbesar. Berdasarkan data diatas, pada lantai
dasar sampai dengan lantai atas memiliki jenis maupun type pelat dengan luasan
yang berbeda-beda. Tebal pelat minimum yang memenuhi syarat lendutan
ditentukan dari peraturan SNI 03-2847-2002 pasal.11.5.3.3 halaman 6. Pelat
lantai digunakan dua arah, asumsi :
 Tebal pelat asumsi awal (hf) = 120 mm

h = dan ≥ 90 mm

β = = = 1,6

hmin =

= 8,47 cm

hmak =
162

= 11,86 cm ≈ 12 cm (tebal pelat minimum)


Maka tebal pelat lantai yang digunakan adalah 12 cm
β1 = 0,85 (fc’ ≤ 30 Mpa)
Dari hasil perhitungan syarat tebal pelat lantai, maka disimpulkan tebal pelat
lantai asumsi awal = 12 cm memenuhi syarat hmin = 8,47 cm. Keseluruhan tipe
pelat menggunakan tebal h = 12 cm.
4.3.5. Data Beban yang Bekerja Pada Pelat
4.3.5.1. Beban Mati
 Berat jenis beton bertulang = 2400 Kg/m3
 Berat jenis Baja = 7850 Kg/m3
 Berat jenis lantai kerja (spesi) = 21 Kg/m2
= 21 x 10-4 Kg/cm2
 Penutup lantai ubin = 24 Kg/m2
 Tebal lantai kerja =3 cm
 Dinding pasangan ½ bata = 250 Kg/m2
 Berat plafond 11+7 = 18 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 5 dan 6 )
4.3.5.2. Beban Hidup
 Lantai minimal = 250 Kg/m2
 Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2
( PPPURG 1987, hal 12 )
4.3.6. Pembebanan
1. Beban Mati (WD)
Berat pelat lantai = 2400 x 0,12 = 288 Kg/m2
Berat space lantai = 3 x 21 x 10-4 Kg/cm2
= 63 x 10-4 Kg/cm2 = 63 Kg/m2
Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafon = 18 Kg/m2
+
Total Pembebanan (WD) = 393 Kg/m2
2. Beban Hidup (WL)
Beban pelat lantai = 250 Kg/m2
Beban Atap (DAK) = 100 Kg/m2
163

3. Kombinasi Pembebanan
a. Sebagai Lantai Utama Kantor
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (393) + 1,6 (250)
= 871,6 Kg/m2  8,716 KN/m2
b. Sebagai Atap DAK
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 (393) + 1,6 (100)
= 631,6 Kg/m2  6,316 KN/m2
4.3.7. Perhitungan Momen pada Tumpuan dan Lapangan
Dalam perencanaan penulangan pelat, model pelat yang digunakan adalah
model I – 2, model I – 3, model I- 4 dan model I- 5 dengan skema dari diagram
momen penulangan. Momen penulangan persatuan panjang terhadap beban
terbagi rata. Adapun model pelatnya seperti gambar berikut:

Gambar 4.54. Tipe Pelat Lantai


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 27

Perhitungan pelat lantai tipe A dan B menggunakan model pelat lantai I – 2


dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.55. dan nilai
untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.27.
164

Gambar 4.55. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 2


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Tabel 4.27. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 2

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 29

Untuk perhitungan pelat lantai tipe C, dan D menggunakan model pelat lantai
I – 3 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.56. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.28.
165

Gambar 4.56. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 3


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Tabel 4.28. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 3

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 30

Untuk perhitungan pelat lantai tipe F dan G menggunakan model pelat lantai
I – 4 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.57. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.29.
166

Gambar 4.57. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 4


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Tabel 4.29. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 4

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 31

Untuk perhitungan pelat lantai tipe I dan J menggunakan model pelat lantai I
– 5 dengan skema dari diagram momen dapat dilihat pada Gambar 4.58. dan
nilai untuk koefisien momen penulangan dapat dilihat pada Tabel 4.30.
167

Gambar 4.58. Skema dari Diagram Model Penulangan Pelat Model I – 5


Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

Tabel 4.30. Koefisien Untuk Momen Penulangan Pelat Model I- 5

Sumber : Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, seri 4 hal 32

4.3.7.1. Momen Yang Dihasilkan


Perhitungan pada pelat Tipe A dengan dimensi 250 cm x 250 cm dengan
model pelat I-2.
168

1. Momen arah x (1)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

2. Momen arah x (2)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

3. Momen arah x (3)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

4. Momen arah x (4)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

5. Momen arah x (5)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)


169

6. Momen arah x (6)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

7. Momen arah x (7)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

8. Momen arah x (8)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

9. Momen arah x (9)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

10. Momen arah y (a)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)


170

11. Momen arah y (b)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

12. Momen arah y (c)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

13. Momen arah y (d)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

14. Momen arah y (e)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

15. Momen arah y (f)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)


171

16. Momen arah y (g)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

17. Momen arah y (h)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

18. Momen arah y (i)

(tabel 4.3 hal 29, Gideon Kusuma)

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe A dan B menggunakan


model pelat I-2 dapat dilihat pada Tabel 4.31. dan Tabel 4.32. dengan
perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft
Excel.
172

Tabel 4.31. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe A Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.32. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe B Model I- 2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe C dan D menggunakan


model pelat I-3 dapat dilihat pada Tabel 4.33. dan Tabel 4.34. dengan
perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft
Excel.
173

Tabel 4.33. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe C Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.34. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe D Model I- 3

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel


174

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe F dan G menggunakan


model pelat I-4 dapat dilihat pada Tabel 4.35. dan Tabel 4.36. dengan
perhitungan momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft
Excel.

Tabel 4.35. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe F Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.36. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe G Model I- 4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk perhitungan momen pelat dengan tipe I dan J menggunakan model


pelat I-5 dapat dilihat pada Tabel 4.37. dan Tabel 4.38. dengan perhitungan
momen secara manual dan dibantu dengan program Microsoft Excel.
175

Tabel 4.37. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe I Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.38. Hasil Perhitungan Momen Penulangan Pelat Tipe J Model I- 5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

4.3.8. Perhitungan Penulangan Pelat


Perhitungan pelat lantai harus ditentukan tebal selimut betonnya, tinggi
penulangan baik arah x maupun arah y, serta tulangan yang akan digunakan.
Adapun perhitungannya adalah seperti berikut:
Tebal Pelat (h) = 12 cm  120 mm
Mutu Beton (fc) = 30 Mpa  300 Kg/cm2
Mutu Baja (fy) = 400 Mpa  4000 Kg/cm2
ρmin = = = 0,0035

(Buku Gideon jilid 1, table 6, hal 51)


176

Tebal Selimut Beton = p = 20 mm


(Buku Gideon jilid 1, table 3, hal 44)

Gambar 4.59. Desain Penulangan Pelat Lantai


Sumber : Dokumen Pribadi Program AutoCAD 2007

Fc < 30 = = 0,85
Fc < 30 = = 0,85 –
ρmin = 0,0035

ρb = = = 0,0326

ρmax = 0,75 x ρb = 0,75 x 0,0326 = 0,02445


Syarat = 1. ρ < ρmin = Dipakai ρmin
2. ρmin < ρ < ρmax = Dipakai ρ
Diameter tulangan arah x = Ø 10  10 mm
Tinggi efektif arah x
Dx = h – p – ½ ØDx
= 120 – 20 – ½ 10
= 95 mm
Diameter tulangan arah y = Ø 10  10 mm
Tinggi efektif arah y
Dy = h – p - ØDx – ½ ØDy
= 120 – 20 – 10 – ½ 10
= 85 mm

4.3.8.1. Tulangan Yang Dihasilkan


Perhitungan tulangan pada pelat lantai secara manual dengan dibantu
program microsoft excel. Perhitungan tulangan untuk menentukan rasio
penulangan (ρ). Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:
177

Mn = Rn = m=

Ρ=

Dimana:
Ø = Faktor Reduksi = 0,8
(SNI 2847:2002, pasal 11.3 hal 61 )
Mn = Kuat nominal penampang akibat lentur

Gambar 4.60. Penentuan ρ Pada Mutu Beton F C 30

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma) halaman 47

Sedangkan untuk mencari tulangan yang akan digunakan pada pelat


lantai dibantu dengan Tabel 4.39.
178

Tabel 4.39. Diameter Batang Dalam Mm2 Per Meter Lebar Plat

Sumber : Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang (Gideon Kusuma)


halaman 15
Dalam menentukan diameter maupun jumlah tulangan harus disesuaikan
dengan perencanaan yang dibuat. Adapun hasil dari perhitungan tulangan,
yaitu sebagai berikut:
Perhitungan Penulangan Pada Pelat Tipe A 250 x 250 cm Model Pelat
I-2
Momen Penulangan Arah X
1. Penulangan Tumpuan Arah X ( 4 )
Momen Tumpuan (Mtx) = - 2,397 KN.m

Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)


m = = = 15,687

Rn = = = 0,332

ρ =

= 0,0008   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
179

(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

2. Penulangan Lapangan Arah X ( 5 )


Momen Lapangan (Mlx) = 0,926 KN.m

Mn = = = 1,157500 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m = = = 15,687

Rn = = = 0,128

ρ =

= 0,0003   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

3. Penulangan Tumpuan Arah X ( 6 )


Momen Tumpuan (Mtx) = - 2,397 KN.m

Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)


m = = = 15,687

Rn = = = 0,332

ρ =

= 0,0008   <  min, Dipakai  min = 0,0035


180

As = ρ min × b × dx
= 0,0035 × 1000 × 95
= 332,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

Momen Penulangan Arah Y


4. Penulangan Tumpuan Arah Y ( F )
Momen Tumpuan (Mty) = - 2,397 KN.m

Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m = = = 15,687

Rn = = = 0,415

ρ =

= 0,0010   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 85
= 297,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

5. Penulangan Tumpuan Arah Y ( E )


Momen Tumpuan (Mty) = 0,926 KN.m

Mn = = = 1,157500 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)


m = = = 15,687
181

Rn = = = 0,160

ρ =

= 0,0004   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 85
= 297,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)

6. Penulangan Tumpuan Arah Y ( D )


Momen Tumpuan (Mty) = - 2,397 KN.m

Mn = = = 2,996250 x 10 KN.m2

(Buku Gideon jilid 4, table 5.1d, hal 47)

m = = = 15,687

Rn = = = 0,415

ρ =

= 0,0010   <  min, Dipakai  min = 0,0035


As = ρ min × b × dy
= 0,0035 × 1000 × 85
= 297,5 mm2
Didapat dari Table 4.39. Tulangan yang dipakai Ø 10 -225 (As = 349
mm2)
(Buku Gideon Beton Seri 4, tabel 2.2a, hal 15)
182

Dan untuk perhitungan penulangan pada tipe pelat lantai lainnya dapat
dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel dibawah ini berdasarkan perhitungan
manual dibantu program Microsoft Excel:
 Tabel 4.40. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe A
dan B dengan model pelat I-2.
 Tabel 4.41. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe
C, dan D dengan model pelat I-3.
 Tabel 4.42. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe F
dan G dengan model pelat I-4.
 Tabel 4.43. adalah hasil dari perhitungan penulangan pelat lantai tipe I
dan J dengan model pelat I-5.
Tabel 4.40. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-2

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.41. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-3

183
Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

Tabel 4.42. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-4

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

184
Tabel 4.43. Hasil Perhitungan Penulangan Pelat Dengan Model I-5

Sumber : Dokumen Pribadi Program Microsoft Excel

185
186

4.4. Perhitungan Tangga

Berdasarkan fungsi dan kegunaan gedung berlantai ini, maka struktur bangunan
gedung ini direncanakan menggunakan tangga sebagai alternatif lain yang berfungsi untuk
menghubungkan antar lantai sehingga dapat mempermudah orang untuk mengakses atau
mobilisasi orang ke atas maupun ke bawah. Dalam perencanaan tangga pada gedung ini
hanya terdapat 1 tipe tangga : Tangga penghubung antar lantai
Analisa Momen pada tangga dilakukan dengan bantuan program SAP2000. Beban
yang diperhitungkan yaitu beban mati akibat berat sendiri dan beban hidup untuk fungsi
perkantoran. Beban mati dihitung langsung oleh program SAP2000 dengan memasukkan
nilai 1 untuk self weight multiplier pada saat pembebanan (load case). Kombinasi
pembebanan yang diperhitungkan berdasarkan SK SNI 03-2847-2002 adalah : 1,2 DL+1,6
LL.
4.4.1. Perhitungan Tangga

Gambar 4.61. Permodelan Tangga (Tampak Samping)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)
187

Gambar 4.62. Permodelan Tangga (Tampak Atas)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)

a. Data Perencanaan Tangga


 Tinggi antar lantai = 400 cm
 Lebar tangga (l) = 500 cm
 Lebar bordes = 123 cm
 Panjang bordes = 128 cm
 Tebal pelat tangga (h) = 15 cm
 Tebal pelat bordes = 15 cm
 Mutu beton (fc) = 30 Mpa
 Mutu baja (fy) = 240 Mpa
 Berat jenis beton = 2400 kg/m3
 Tebal spesi =3 cm
b. Menentukan Tinggi Optrade dan Panjang Antrede
Untuk menghasilkan struktur tangga yang memenuhi standar, maka
untuk Optrede dan Antrede tangga yang digunakan pada konstruksi memakai
perkiraan acuan angka dibawah ini :

O = Optrede ( langkah tegak ) = 15 cm – 20 cm


188

A = Antrede ( langkah datar ) = 20 cm – 35 cm

Digunakan : O = 16 cm A = 30 cm
2xO+A = 61-65 ( ideal)
2 x 16 + 30 = 62...... ( OK)
Pengecekan kemiringan :
Tg α = 16 / 30 = 0,533
α = 28,0577º
Syarat kemiringan 25º < 28,0577º < 45º..... ( OK)

1
z
16

28,0577

°
Gambar 4.63. Dimensi Tangga
Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad 2007)

c. Menentukan Ekivalen Tebal Anak Tangga


Tebal pelat tangga (h) = 15 cm = 0,15 m

= 0,2206 m

Maka ekivalen tebal anak tangga = 0,2206 - 0,15 = 0,071 m


4.4.2. Perhitungan Pembebanan Tangga
1. Pelat Tangga ( h = 0,15 m )
a. Beban Mati ( WD )
 Berat anak tangga = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2
 Penutup lantai = 1 x 24 = 24 kg/m2
 Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2
 Handrill = (asumsi) = 15 kg/m2 +
= 462 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)
189

b. Beban Hidup ( WL )
WL = 300 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 12)
c. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 x 462 + 1,6 x 300
= 1034,4 kg/m2
2. Pelat Bordes ( h = 0,15 m )
a. Beban Mati ( WD )
 Berat bordes = 0,15 x 2400 = 360 kg/m2
 Penutup Lantai = 1 x 24 = 24 kg/m2
 Spesi (t = 3 cm) = 3 x 21 = 63 kg/m2
 Handrill = (asumsi) = 15 kg/m2 +
= 462 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 5 dan 6)
b. Beban Hidup ( WL )
WL = 300 kg/m2
(PPPURG 1987, hal 12)
c. Kombinasi Pembebanan
Wu = 1,2 WD + 1,6 WL
= 1,2 x 462 + 1,6 x 300
= 1034,4 kg/m2
3. Input Beban Tangga Pada SAP 2000
Penginputan beban tangga baik pada pelat tangga maupun pelat bordes
sebagai berikut :
a. Beban mati pada pelat tangga = 462 kg/m2
b. Beban hidup pada pelat tangga = 300 kg/m2
c. Beban mati pada pelat bordes = 462 kg/m2
d. Beban hidup pada pelat bordes = 300 kg/m2

4.4.3. Analisa Perhitungan Pelat Pada Struktur Tangga


Dalam perhitungan analisa struktur dilakukan dengan menggunakan
bantuan program SAP2000. Beban yang dimasukkan sebagai beban merata
190

(Uniform Shell) dalam progam SAP2000, sedangkan tebal pelat akan dihitung
otomatis oleh program SAP2000 dengan memasukkan angka 1 untuk self weight
multipler pada saat pembebanan (load case). Untuk pemodelan tangga pada
SAP2000 dapat dilihat pada Gambar 4.63. Sedangan display momen M11 dan
M22 pada pelat lantai dan pelat bordes dapat dilihat pada Gambar 4.64. dan
Gambar 4.65. Kombinasi pembebanan yang digunakan adalah :

1,2 DL + 1,6 LL
Keterangan :
DL : Dead Load (beban mati)
LL : Live Load (beban hidup)

Gambar 4.64. Pemodelan Analisa Struktur Tangga


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program SAP)
191

Gambar 4.65. Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M11)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program SAP)

Gambar 4.66. Pemodelan Analisa Struktur Tangga (M22)


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program SAP)

Berdasarkan hasil analisa dari progam SAP2000 didapat Momen maksimal pada
arah X (M11) dan arah Y (M22) yang dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
192

Tabel 4.44. Momen Pelat Tangga Dan Bordes


Mmax (M11) Arah X Mmax (M22) Arah Y
Jenis Plat M.tump M.lap M.tump M.lap
Area Area Area Area
KN.m KN.m KN.m KN.m
Tangga 32 -3,0576 31 2,6974 9 -8,7987 29 8,8683
Bordes 42 -3,0464 40 0,3941 42 -2,3616 37 0,5580

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Microsoft Excel)

4.4.3.1.Perhitungan Tulangan Pelat Tangga

Gambar 4.67. Tinggi Efektif Pada Pelat Tangga


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad)

Tebal pelat (h) = 150 mm


Tebal penutup beton ( = 20 mm
Diameter tulangan utama (Ø) = 10 mm
Mutu beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
Tinggi efektif sumbu x (dx) =h– – ½.Dx
= 150 – 20 – ½ . 10
= 125 mm = 0,125 m
Tinggi efektif sumbu y (dy) =h– – Dx ½.Dy
= 150 – 20 – 10 – ½ . 10
= 115 mm = 0,115 m

1. Perhitungan Pelat Tangga M11 (arah X)


a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X
Mu = -3,0576 KN.m = -3,0576 x 106 Nmm
193

Mn = = = -3,822 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,2446

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,0010  < min, Dipakai min = 0,0058


As = ρmin × b × dx
= 0,0058 × 1000 × 125
= 725 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

b) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X


Mu = 2,6974 KN.m = 2,6974 x 106 Nmm

Mn = = = 3,3717 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,2158

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

=
194

= 0,0009 min >  < max, Dipakai min = 0,0058


As = ρmin × b × dx
= 0,0058 × 1000 × 125
= 725 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

2. Perhitungan Pelat Tangga M22 (arah Y)


a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y
Mu = -8,7987 KN.m = -8,7987 x 106 Nmm

Mn = = = -10,9984 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,8316

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,0035 min >  < max, Dipakai min = 0,0058


As = ρmin × b × dy
= 0,0058× 1000 × 115
= 667 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

b) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y


Mu = 8,8683 KN.m = 8,8683 x 106 Nmm

Mn = = = 8,8683 x 10 Nmm
195

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,6706

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,0028 min >  < max, Dipakai min = 0,0058


As = ρmin × b × dy
= 0,0058 × 1000 × 115
= 667 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

4.4.3.2.Perhitungan Tulangan Pelat Bordes

Gambar 4.68. Tinggi Efektif Pada Pelat Bordes


Sumber : Dokumentasi Pribadi (Program Autocad)

Tebal pelat (h) = 150 mm


Tebal penutup beton ( = 20 mm
Diameter tulangan utama (Ø) = 10 mm
Mutu beton (fc) = 30 Mpa
Mutu baja (fy) = 240 Mpa
Tinggi efektif sumbu x (dx) =h– – ½.Dx
= 150 – 20 – ½ . 10
196

= 125 mm = 0,125 m
Tinggi efektif sumbu y (dy) =h– – Dx ½.Dy
= 150 – 20 – 10 – ½ . 10
= 115 mm = 0,115 m
1. Perhitungan Pelat Bordes M11 (arah X)
a) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah X
Mu = -3,0464 KN.m = -3,0464 x 106 Nmm

Mn = = = -3,808 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,244

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,0010  < min, Dipakai min = 0,0058


As = ρmin × b × dx
= 0,0058× 1000 × 125
= 725 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

b) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah X


Mu = 0,3941 KN.m = 0,3941 x 106 Nmm

Mn = = = 0,4926 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,0315
197

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,00013 min >  < max, Dipakai min = 0,0058


As = ρ × b × dx
= 0,0058 × 1000 × 125
= 725 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

2. Perhitungan Pelat Bordes M22 (arah Y)


c) Perhitungan Tulangan Tumpuan Arah Y
Mu = -2,3616 KN.m = -2,3616 x 106 Nmm

Mn = = = -2,952 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,2232

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,0009  < min, Dipakai min = 0,0058


As = ρmin × b × dy
= 0,0058× 1000 × 115
198

= 667 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

d) Perhitungan Tulangan Lapangan Arah Y


Mu = 0,5580 KN.m = 0,5580 x 106 Nmm

Mn = = = 0,6975 x 10 Nmm

m = = = 9,4118

Rn = = = 0,0527

 min = = = 0,0058

b = = = 0,0645

 max = 0,75 x b = 0,75 x 0,0645 = 0,0484

ρ =

= 0,0002 min >  < max, Dipakai min = 0,0058


As = ρ × b × dy
= 0,0058 × 1000 × 115
= 667 mm2
Dari Tabel Gideon Jilid 4 Hal 15,
(Tulangan yang dipakai  10 – 100 (As = 785 mm2)

4.4.3.3. Rekap Perhitungan Tulangan Pelat Tangga dan Bordes


Berikut rekap hasil perhitungan tulangan pelat tangga dan pelat bordes
disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini :
199

Tabel 4.45. Daftar Tulangan Pelat Tangga dan Bordes


As Perhitungan As Tulangan
Jenis Pelat Tulangan 2 Tulangan
(mm ) (mm2)
Tumpuan Arah X 725,00 Ø10 - 100 785
Lapangan Arah X 725,00 Ø10 - 100 785
Pelat Tangga
Tumpuan Arah Y 667,00 Ø10 - 100 785
Lapangan Arah Y 667,00 Ø10 - 100 785
Tumpuan Arah X 725,00 Ø10 - 100 785
Pelat Bordes Lapangan Arah X 725,00 Ø10 - 100 785
Tumpuan Arah Y 667,00 Ø10 - 100 785
Lapangan Arah Y 667,00 Ø10 - 100 785

Sumber : Dokumentasi Pribadi (Microsoft Excel)


200

4.5. Perencanaan Balok dan Kolom (Portal)

Gambar 4.69. Prespektif Rangka Portal Struktur Beton


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.1. Pedoman Perhitungan Balok dan Kolom


Dalam perencanaan balok dan kolom, beberapa pedoman yang digunakan adalah:
1. Kusuma, Gideon. 1993. Dasar-dasar Perencanaan Beton Bertulang. Penerbit
Erlangga : Jakarta.
2. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987)
3. SNI 03-1726-2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung.
4. SNI 03-2847-2002.Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.
5. Sunggono. 1984. Teknik Sipil. Penerbit Nova : Bandung.
6. Vis, W. C dan Kusuma, Gideon. 1993. Grafik Dan Tabel Perhitungan Beton
Bertulang. Penerbit Erlangga : Jakarta.
4.5.2. Perhitungan Balok dan Kolom
4.5.2.1. Data Teknis
1. Material beton
Berat per unit volume = 2400 Kg/m3
F.c ( kolom, balok, dan pelat ) = 30 Mpa
Modulus elastisitas =

(SNI -03 -2847 -2002, pasal 10.5(1), hal 54 )


201

2. Material tulangan
Besi ulir BJTD 40
( Fy ) = 400 Mpa, ( Fu ) = 520 Mpa
Besi polos BJTP 24
( Fy ) = 240 Mpa, ( Fu ) = 370 Mpa
Berat per unit volume = 7850 kg/m3
Modulus elastisitas = 200000 Mpa
4.5.3. Menentukan Syarat-syarat Batas dan Panjang Bentang
Balok dianggap ditumpu bebas pada kedua tepinya, dengan panjang bentang
350, 400, 500 cm dan 800 cm.
4.5.4. Menentukan Dimensi
1. Pada perencanaan dimensi balok menggunakan acuan dengan asumsi awal:
Balok induk (BI) = 1/10 dari jarak kolom.
Balok anak (BA) = 1/12 dari jarak kolom
BI1 = 40 x 80 cm, BI2 = 25 x 50 cm
BI3 = 20 x 40 cm, BI4 = 18 x 35 cm
BA1 = 35 x 70 cm, BA2 = 25 x 45 cm
BA3 = 20 x 35 cm,
2. Pada perencanaan dimensi kolom dengan menyesuaikan beban yang terjadi
dengan asumsi awal kolom yang digunakan pada perencanaan adalah sebagai
berikut:
K1 = 80 x 80 cm (Lantai dasar-4)
K2 = 50 x 50 cm (Lantai 5-6)
4.5.5. Pembebanan Portal
Pada perencanaan pembebanan portal, sesuai dengan Peraturan Perencanaan
Pembebanan untuk Rumah dan Gedung (PPPURG 1987), ada empat pembebanan
yang ditinjau dalam portal, yaitu beban mati, beban hidup, beban angin dan beban
gempa. Sesuai dengan kegunaan dan pemanfaatan bangunan gedungnya, diperoleh
beban sebagai berikut :
4.5.5.1. Beban Pada Pelat Lantai
1. Beban mati (WD)
Berat sendiri pelat = 2400 Kg/m3x 0,12 m = 288 Kg/m2
Berat space lantai = 21 x 10-4 Kg/cm2 x 3 cm
202

= 63 x 10-4 Kg/cm = 63 Kg/m2


Penutup lantai = 24 Kg/m2
Berat plafon dan penggantung = 18 Kg/m2
+
Total pembebanan (WD) = 393 Kg/m2
2. Beban Hidup (WL)
Beban hidup bangunan kantor = 250 Kg/m2
Beban hidup atap dak = 100 Kg/m2

Gambar 4.70. Display Beban Hidup Pada Pelat


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014
203

Gambar 4.71. Display Beban Mati Pada Pelat


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.5.2. Beban Pada Balok


Berat dinding ( batu bata merah) = 4 m x 0,15 m x 1700 Kg/m3
= 1020 Kg/m
Berat kuda-kuda = Untuk beban atap langsung didistibusikan
pada pembebanan portal sesuai kordinat dari
tumpuan pada atap.

Gambar 4.72. Beban Mati Pada Balok


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014
204

Gambar 4.73. Beban Mati Atap Pada Balok


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.5.3. Beban Angin Pada Portal


Oleh karena data kecepatan angin tidak diketahui, maka diambil tekanan
minimal sebesar p = 25 kg/m2, sesuai dengan data pembebanan pada buku
PPPURG 1987. Angin sebagai beban merata pada bangunan, pada pemodelan
rangka angin dikenakan pada setiap joint sebagai beban terpusat.
Mengubah beban angin menjadi beban terpusat:
 Panjang dinding =8m
 Tinggi dinding =4m
 Tekanan angin minimun = 25 kg/m2
P = 25 x 8 x 4 = 800 Kg
Pada setiap dinding memiliki 4 sudut (joint) dimana beban angin akan
disalurkan. Maka di setiap sudutnya (joint) adalah :
P = 800 : 4 = 200 Kg
1. Angin Tekan
Koefisien tekan 0,9 maka: 200 x 0,9 = 180 Kg
2. Angin Hisap
Koefisien hisap -0,4 maka: 200 x -0,4 = - 80 Kg
205

Gambar 4.74. Beban Angin


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

4.5.5.4. Beban Gempa


Beban gempa yaitu beban yang bekerja pada suatu struktur akibat dari
pergerakan tanah yang disebabkan karena adanya gempa bumi, baik itu gempa
tektonik maupun gempa vulkanik yang mempengaruhi struktur tersebut. Gempa
mengakibatkan beban pada struktur karena interaksi tanah dengan struktur dan
karakteristik respons struktur.
4.5.5.4.1. Perhitungan Gempa
Dalam perhitungan dan analisis struktur terhadap beban gempa atau
respons spectrum yang terjadi, harus disesesuaikan dengan data yang
berlaku, yaitu mengacu pada Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Rumah dan Gedung (SNI-1726-2012). Analisis struktur terhadap beban
gempa pada gedung dilakukan dengan metode analisis respon spectrum
yang berlaku. Berdasarkan parameter respons percepatan perioda pendek
(SDS) dan perioda 1 detik (SD1), dapat diketahui jenis Kriteria Desain
Seismik bangunan gedung, sehingga dapat mengetahui sistem penahan gaya
gempa yang diijinkan.
4.5.5.4.2. Perencanaan Beban Gempa
1. Menentukan Lokasi Bangunan
Berdasarkan pada peta Google Maps, lokasi perencanaan Gedung
Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang terletak pada Jl. Jolotundo
Semarang dengan koordinat lintang -6.9850690 dan bujur 110.4437488.
206

Gambar 4.75. Peta Koordinat Lokasi Gedung Kantor Dirjen Pajak


Semarang
Sumber: Google Maps, 2018

2. Menentukan Kategori Resiko Struktur Bangunan (I-IV)


Menentukan kategori resiko pada struktur bangunan gedung dan non
gedung harus ditentukan sesuai dengan pemanfaatan fungsi gedung itu
sendiri. Berdasarkan kategori resiko bangunan pada SNI 03-1726-2012,
Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang termasuk dalam
kategori II yang memiliki fungsi sebagai gedung perkantoran.

Tabel 4.46. Kategori Resiko Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota
Semarang Untuk Beban Gempa

Kategori
Pemanfaatan
Resiko
Gedung dan non gedung yang memiliki risiko rendah terhadap
jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk, tapi tidak
dibatasi untuk, antara lain :
a. Fasilitas pertanian, perkebunan, pertemuan, dan perikanan I
b. Fasilitas sementara
c. Gudang penyimpanan
d. Rumah jaga dan struktur kecil lainnya
Semua gedung dan struktur lain, kecuali yang termasuk dalam
207

kategori risiko I,II,II,IV, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :


a. Perumahan
b. Rumah toko dan rumah kantor
c. Pasar II
d. Gedung perkantoran
e. Gedung apartemen / rumah susun
f. Pusat perbelanjaan / mall
g. Bangunan Industri
h. Fasilitas manufaktur
i. Pabrik
Gedung dan non gedung yang dimiliki risiko ini tinggi
terhadap jiwa manusia pada saat terjadi kegagalan, termasuk,
tapi tidak dibatasi untuk :
a. Bioskop
b. Gedung pertemuan
c. Stadion
d. Fasilitas kesehatan yang tidak memiliki unit bedah dan unit
gawat darurat
e. Fasilitas penitipan anak
f. Penjara
g. Bangunan untuk orang jompo
Gedung dan non gedung, yang tidak termasuk kedalam III
kategori IV, yang memiliki potensi untuk menyebabkan
dampak eonomi yang besar dan / atau gangguan massal
terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari bila terjadi
kegagalan, termasuk, tapi tidak dibatasi untuk :
a. Pusat pembangkit listrik biasa
b. Fasilitas penanganan air
c. Fasilitas penanganan limbah
d. Pusat telekomunikasi
Gedung dan non gedung yang tidak termasuk dalam kategori
risiko IV, ( termasuk tetapi tidak dibatasi untuk fasilitas
manufaktur, proses, penanganan, penyimpanan, penggunaan,
208

atau tempat pembuangan bahan bakar berbahaya, bahan kimia


berbahaya, limbah berbahaya, atau bahan yang mudah
meledak) yang mengandung bahan beracun atau peledak di
mana jumlah kandungan bahannya melebihi nilai batas yang
disyaratkan oleh instansi yang berwenang dan cukup
menimbulkan bahaya bagi masyarakat jika terjadi kebocoran.
Gedung dan non gedung yang ditunjukan sebagai fasilitas
yang penting, termasuk tetapi tidak dibatasi untuk :
a. Bangunan-bangunan monumental
b. Gedung sekolah dan fasilitas pendidikan
c. Rumah sakit dan fasilitas kesehatan lainnya yang memiliki
fassilitas bedah dan unit gawat darurat
d. Fasilitas pemadam kebakaran, ambulans, dan kantor polisi,
serta garasi kendaraan darurat
e. Tempat perlindungan terhadap gempa bumi, angin badai,
dan tempat perlindungan darurat lainnya
f. Fasiltas kesiapan darurat, komunikasi, pusat operasi dan
fasilitas lainnya untuk tanggap darurat IV
g. Pusat pembangkit energi dan fasilitas publik lainnya yang
dibutuhkan saat keadaan darurat
h. Struktur tambahan (termasuk menara telekomunikasi,
tangki penyimpanan bahan bakar, menara pendingin,
struktur stasiun listrik, tangki air pemadam kebakaran atau
struktur rumah atau struktur pendukung air mineral atau
peralatan pemadam kebakaran) yang disyaratkan untuk
beroperasi pada saat keadaan darurat
Gedung dan non gedung yang dibutuhkan untuk
mempertahankan fungsi struktur bangunan lain yang masuk ke
dalam kategori risiko IV.

Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012
209

3. Menentukan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)


Dengan menghubungkan kategori resiko bangunan dengan faktor
keutamaan gempa (Ie), Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota
Semarang, gedung yang direncanakan berupa gedung perkantoran dengan
resiko II, didapat faktor keutamaan gempa adalah Ie = 1,0.

Tabel 4.47. Hubungan Kategori Resiko dengan Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Kategori resiko Faktor keutamaan gempa, Ie
I atau II 1,0
III 1,25
IV 1,5
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung SNI
1726:2012

4. MenentukanParameter Percepatan Gempa (SS dan S1)


Berdasarkan dari gambar respon spektra pada Tabel 4.3.3, Gambar
4.3.1 dan Gambar 4.5.2 yang disesuaikan dengan lokasi gedung yaitu pada
koordinat lintang -6.9850690 dan bujur 110.4437488, didapat nilai
parameter Ss dan S1, dimana parameter Ss (percepatan batuan dasar pada
perioda pendek) dan parameter S1 (percepatan batuan dasar pada perioda 1
detik) : Ss = 1.042 g dan S1 = 0.350 g.

Tabel 4.48. Data Yang Diperlukan Untuk Menghitung Respon Spectrum


Variabel Nilai Jenis Tanah
PGA (g) 0.465
SS (g) 1.042
S1 (g) 0.350
CRS 0.888
CR1 0.000
FPGA 0.900
Tanah Lunak
FA 0.900
FV 2.602
PSA (g) 0.419
SMS (g) 0.937
SM1 (g) 0.909
SDS (g) 0.625
210

SD1 (g) 0.606


T0
(detik) 0.194
TS
(detik) 0.970
Sumber: http://www.pu.go.id/desain_spektra_indonesia_2011

Gambar 4.76. Respons Spektra Percepatan Pendek Yaitu Percepatan 0,2 Detik
Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Sumber : http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 4.77. Respons Spektra Percepatan Pendek Yaitu Percepatan 1 Gedung


Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Sumber : http://puskim.pu.go.id/aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/
211

5. Menentukan Kelas Situs (SA-SF)


Dalam menentukan klasifikasi kelas situs tanah lokal, maka dapat
dilakukan dengan menguji nilai penetrasi standar rata-rata. N Profil tanah
yang mengandung beberapa lapisan tanah dan/atau batuan yang nyata
berbeda, dan harus dibagi menjadi lapisan-lapisan yang diberi nomor ke-1
sampai ke- n dari atas ke bawah, sehingga ada total N-lapisan tanah yang
berbeda pada lapisan 30 m paling atas tersebut. Nilai untuk lapisan tanah
30 m paling atas ditentukan sesuai dengan perumusan berikut :

ti = tebal setiap lapisan antara kedalaman 0 sampai 30 meter;


Ni = tahanan penetrasi standar 60 persen energi (N60) yang terukur
langsung di lapangan tanpa koreksi.
Berdasarkan hasil uji tanah yang telah dilakukan di lapangan, didapat
hasil uji penetrasi standar rata-rata tersebut. Berikut adalah hasil uji nilai
penetrasi standar rata-rata di lokasi proyek pembangunan Gedung Kantor
Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang.

Tabel 4.49. Nilai Tes Penetrasi Standar Rata-Rata (N) Log No. DB1
No. t (m) N t/N
1 0 - 2 12 0.167
2 2 - 4 11 0.182
3 4 - 6 2 1.000
4 6 - 8 2 1.000
5 8 - 10 2 1.000
6 10 - 12 2 1.000
7 12 - 14 2 1.000
8 14 - 16 3 0.667
9 16 - 18 5 0.400
10 18 - 20 20 0.100
11 20 - 22 23 0.087
12 22 - 24 22 0.091
212

13 24 - 26 20 0.100
14 26 - 28 22 0.091
15 28 - 30 20 0.100
16 30 - 32 18 0.111
17 32 - 34 21 0.095
18 34 - 36 20 0.100
19 36 - 38 40 0.050
20 38 - 40 43 0,046
Jumlah 40 7.387

Sumber : Standard Penetrasi Test bore Log

= 5.415

Tabel 4.50. Hubungan Parameter Kemampuan Tanah Dengan Klasifikasi


Situs Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Kelas situs vs (m/detik) N atau Nch su (kPa)
SA (Batuan Keras)  1500 N/A N/A
SB (Batuan) 750 – 1500 N/A N/A
SC (Tanah keras, 350 – 750 >50 >100
sangat padat dan
batuan lunak)
SD (Tanah sedang) 175 – 350 15 – 50 50 - 100
SE (tanah lunak) < 175 < 15 < 50
Atau setiap profil tanah yang mengandung lebih
dari 3 m tanah dengan karateristik sebagai
berikut :
1. Indeks plastisitas, PI > 20,
2. Kadar air, w > 40%
3. Kuat geser niralir su <25 kPa
SF (Tanah khusus, Setiap profil lapisan tanah yang memiliki salah
213

yang membutuhkan satu atau lebih dari karakteristik berikut:


investigasi geoteknik  Rawan dan berpotensi gagal atau runtuh
spesifik dan analisis akibat beban gempa seperti mudah likuifaksi,
respons spesifik situs) lempung sangat sensitif, tanah tersementasi
lemah
 Lempung sangat organik dan/atau gambut
(ketebalan H > 3 m)
 Lempung berplastisitas sangat tinggi
(ketebalan H > 7,5 m dengan Indeks
Plasitisitas PI > 75) Lapisan lempung
lunak/setengah teguh dengan ketebalan H >
35 m dengan su < kPa

Catatan: N/A = tidak dapat dipakai


Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung
SNI 1726:2012

Berdasarkan klafisikasi situs diatas, untuk kedalaman 30 meter dengan


nilai Standard Penetrasi Test rata-rata adalah berada pada nilai
= <15, maka tanah dilokasi tersebut termasuk dalam kelas situs SE
(tanah lunak).

6. MenentukanKoefisien-Koefisien Situs dan Parameter-Parameter


Respon Spektral Percepatan Gempa Maksimum yang diperhitungkan
Resiko Tertarget (MCER)
Untuk penentuan respons spektral percepatan gempa MCER di
permukaan tanah, maka diperlukan suatu faktor amplifikasi seismik pada
perioda 0,2 detik dan perioda 1 detik. Faktor amplifikasinya meliputi faktor
amplifikasi getaran terkait percepatan pada getaran perioda pendek (Fa) dan
faktor amplifikasi terkait percepatan yang mewakili getaran perioda 1 detik
(Fv) :
SMS = Fa SS
SM1 = Fv S1
214

Dengan didapatnya nilai parameter spectrum respon percepatan pada


periode pendek (SMS), dan periode satu detik (SM1), maka langkah
selanjutnya adalah mencari harga SDS , SD1 menggunakan rumus empiris
sebagai berikut:
SDS = 2/3 SMS
SD1 = 2/3 SM1

Tabel 4.51. Koefisien Situs (Fa) Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,
Kelas Situs T = 0,2 detik)
Ss < 0,25 Ss = 0,5 Ss = 0,75 Ss = 1 Ss > 1,25
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1 1 1 1 1
SC 1,2 1,2 1,1 1 1
SD 1,6 1,4 1,2 1.1 1
SE 2,5 1,7 1,2 0,9 0,9
SF
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012

Tabel 4.52. Koefisien Situs (Fv) Gedung Kantor Dirjen Pajak Kota Semarang
Ss (Percepatan Respons Spektra Periode pendek,
Kelas Situs T = 1 detik)
S1< 0,1 S1 = 0,2 S1 = 0,3 S1 = 0,4 S1> 0,5
SA 0,8 0,8 0,8 0,8 0,8
SB 1 1 1 1 1
SC 1,7 1,6 1,5 1,4 1,3
SD 2,4 2 1,8 1,6 1,5
SE 3,5 3,2 2,6 2,4 2,4
SF
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012
215

Dari Tabel 4.51. dan Tabel 4.52. maka untuk SS = 1,042 g dan S1 =
0,350 g, diperoleh nilai Fa an Fv (interpolasi):
Fa = 0,9 - x ( 0,9 – 0,9 ) = 0,90

Fv = 2,6 – x ( 2,6 – 2,4 ) = 2,50

Sehingga dapat dicari nilai SMS dan SM1 dengan menggunakan rumus
empiris:
SMS = Fa SS
= 0,90 x 1,042 = 0,938 g
SM1 = Fv S1
= 2,50 x 0,350 = 0,875 g
Maka, selanjutnya dapat menghitung nilai SDS dan SD1:
SDS = 2/3 SMS
= 2/3 x 0,938 = 0,626 g
SD1 = 2/3 SM1
= 2/3 x 0,875 = 0,583 g
7. Menentukan Spektrum Respon Desain, Sa
Apabila sprektrum respons desain diperlukan oleh tata cara ini dan
prosedur gerak tanah dari spesifik situs tidak digunakan, maka kurva
sprektrum respons desain harus dikembangkan dengan mengacu pada
gambar sprektrum respon gempa desain dan ketentuan dibawah ini :

T0 = 0,2 Ts =

= 0,2 =

= 0,186 detik = 0,931 detik

Dalam menentukan periode fundamental struktur T dapat diperoleh dari


hasil analisis struktur yang akan ditinjau. Namun didalam peraturan SNI
Gempa 2012 memberi persyaratan bahwa periode fundamental yang akan
dipakai sebagai perhitungan tidak boleh melebihi dari batas atas periode
fundamental pendekatan yang mana nilainya adalah perkalian dari koefisien
periode batas atas (Cu) dengan periode pendekatan (Ta). Dan dalam
216

memudahkan pelaksanaan, periode alami fundamental T ini boleh langsung


digunakan periode pendekatan Ta.
Periode pendekatan ditentukan berdasarkan persamaan berikut ini:
Ta = Ct .hnx

Tabel 4.53. Koefisien Batas Atas Periode, Gedung Kantor Dirjen Pajak
Kota Semarang
SD1 Koefisien Cu
> 0.4 1.4
0.3 1.4
0.2 1.5
0.15 1.6
< 0.1 1.7
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012

Tabel 4.54. Nilai Parameter Periode Pendekatan Ct Dan x, Gedung


Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Tipe Struktur Ct x
Sistem rangka pemikul momen di mana rangka memikul 100 persen
gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau
dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan
mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa:
Rangka baja pemikul momen 0.0724 0.8
Rangka beton pemikul momen 0.0466 0.9
Rangka baja dengan bresing eksentris 0.0731 0.75
Rangka baja dengan bresing
0.0731 0.75
terkekang terhadap tekuk
Semua sistem struktur lainnya 0.0488 0.75
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012

Ta = C t . hn x
= 0,0466 x 28,000,9
217

= 0,936 detik
Dengan nilai SD1= 0,583 g, maka didapat nilai koefisien Cu = 1,4
T maks = Cu . Ta
= 1,4 x 0,936
= 1,310 detik

Gambar 4.78. Spektrum Respon Desain SNI 03-1726-2012


Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung SNI 1726:2012

a. Untuk perioda yang lebih kecil dari To, maka spektrum respons percepatan
desain, harus diambil dari persamaan:
Sa = SDS (0,4 + 0,6 )

= 0,626 (0,4 + 0,6 )

= 0,452
b. Untuk perioda lebih besar dari atau sama dengan T0; dan lebih kecil dari
atau sama dengan Ts, maka spektrum respons percepatan desain, Sa sama
dengan SDS
c. Untuk perioda lebih besar dari Ts. Maka, spektrum respons percepatan
desain, Sa , diambil berdasarkan persamaan:
218

Sa =

= = 0,4450

Keterangan :
SDS = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda pendek
SD = parameter respons spectral percepatan desain pada perioda 1 detik
T = periodagetar fundamental struktur

Tabel 4.55. Spektrum Respon Desain Gedung Kantor Kantor Direktorat Jenderal
Pajak Kota Semarang
T (detik) T(detik)2 SA (g)
0 0 0.250

T0 0.625 0.625

TS 0.625 0.625

TS+0 0.625 0.567

TS+0.1 0.725 0.518

TS+0.2 0.825 0.477

TS+0.3 0.925 0.443

TS+0.4 1.025 0.412

TS+0.5 1.125 0.386

TS+0.6 1.225 0.363

TS+0.7 1.325 0.343

TS+0.8 1.425 0.324

TS+0.9 1.525 0.308

TS+1 1.625 0.293

TS+1.1 1.725 0.279

TS+1.2 1.825 0.267

TS+1.3 1.925 0.256

TS+1.4 2.025 0.245

TS+1.5 2.125 0.236

TS+1.6 2.225 0.227


219

TS+1.7 2.325 0.219

TS+1.8 2.425 0.211

TS+1.9 2.525 0.204

TS+2 2.625 0.197

TS+2.1 2.725 0.191

TS+2.2 2.825 0.185

TS+2.3 2.925 0.180

TS+2.4 3.025 0.175

TS+2.5 3.125 0.170

TS+2.6 3.225 0.165

TS+2.7 3.325 0.161

TS+2.8 3.425 0.157

TS+2.9 3.525 0.153

4 4 0.152
Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

Gambar 4.79. Spektrum Respon Desain Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal
Pajak Kota Semarang
Sumber: http://puskim.pu.go.id/Aplikasi/desain_spektra_indonesia_2011/

8. Menentukan Kategori Desain Seismik (KDS)


Dalam menentukan suatu Kategori Desain Seismik (KDS) pada struktur
harus ditetapkan mengikuti ketentuan seperti berikut:
220

a. Struktur dengan kategori resiko I, II, atau III dengan nilai S1> 0,75
harus ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik E.
b. Struktur dengan kategori resiko IV dengan nilai S1> 0,75 harus
ditetapkan sebagi struktur dengan Kategori Desain Seismik F.
c. Struktur yang memiliki ketentuan diluar ketentuan tersebut, jenis
Kategori Desain Seismiknya ditetapkan berdasarkan hubungan nilai SDS
dan SD1

Tabel 4.56. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan


Pada Periode Pendek, Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota
Semarang
Kategori Resiko
Nilai SDS
I II III IV
SDS< 0,167 A A A A
0,167< SDS< 0,33 B B B C
0,33 < SDS< 0,5 C C C D
SDS> 0,5 D D D D
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012

Tabel 4.57. Kategori Desain Seismik Berdasarkan Parameter Respons Percepatan


Pada Periode 1 Detik Gedung Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Kategori Resiko
Nilai SD1
I II III IV
SD1< 0,067 A A A A
0,067< SD1< 0,133 B B B C
0,133 < SD1< 0,2 C C C D
SD1> 0,2 D D D D
Sumber: Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan
Gedung SNI 1726:2012
221

Berdasarkan data-data di atas maka diperoleh :


SDS = 0,626 (SDS> 0,5) = Kategori Desain Seismik D (KDS D)
SD1 = 0,583 (SD1> 0,2) = Kategori Desain Seismik D (KDS D)

9. Menentukan Sistem Struktur dan Parameter Sistem (R, Cd, dan Ω0 )


Dalam mendesain, sistem penahan gaya gempa harus disesuaikan
dengan persyaratan khusus yang berlaku bagi sistem tersebut. Dan dalam
pendesainannya diambil berdasarkan dokumen acuan yang berlaku, sesuai
dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.58. Faktor R, Ω0, Dan Cd Untuk Sistem Penahan Gaya Gempa Gedung
Kantor Direktorat Jenderal Pajak Kota Semarang
Batasan Sistem Struktur
Sistem Struktur Beton
Dan Batasan Tinggi
Bertulang Penahan R Ω0 Cd
Struktur (M)
Gaya Gempa
B C D E F
A Sistem Dinding Penumpu
Dinding geser beton
1 5 2.5 5 TB TB 48 48 30
bertulang khusus
Dinding geser beton
2 4 2.5 4 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
Dinding geser beton
3 2 2.5 2 TB TI TI TI TI
polos didetail
Dinding geser beton
4 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI
polos biasa
Dinding geser
5 4 2.5 4 TB TB 12 12 12
pracetak menengah
Dinding geser
6 3 2.5 3 TB TI TI TI TI
pracetak biasa
B Sistem Rangka
Dinding geser beton
1 6 2.5 5 TB TB 48 48 30
bertulang khusus
222

Dinding geser beton


2 5 2.5 4.5 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
Dinding geser beton
3 2 2.5 2 TB TI TI TI TI
polos detail
Dinding geser beton
4 1.5 2.5 1.5 TB TI TI TI TI
polos biasa
Dinding geser
5 5 2.5 4.5 TB TB 12 12 12
pracetak menengah
Dinding geser
6 4 2.5 4 TB TI TI TI TI
pracetak biasa
C Sistem Rangka Pemikul Momen
Rangka beton
1 bertulang pemikul 8 3 5.5 TB TB TB TB TB
momen khusus
Rangka beton
2 bertulang pemikul 5 3 4.5 TB TB TI TI TI
momen menengah
Rangka beton
3 bertulang pemikul 3 3 2.5 TB TI TI TI TI
momen biasa
D Sistem Ganda Dengan Rangka Pemikul Momen Khusus
Dinding geser beton
1 7 2.5 5.5 TB TB TB TB TB
bertulang khusus
Dinding geser beton
2 6 2.5 5 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
E Sistem Ganda Dengan Rangka Pemikul Momen Menengah
Dinding geser beton
1 6.5 2.5 5 TB TB 48 30 30
bertulang khusus
Dinding geser beton
2 5.5 2.5 4.5 TB TB TI TI TI
bertulang biasa
Sistem Interaktif Dinding Geser Rangka Dengan Rangka Pemikul
F
Momen Beton Bertulang Biasa Dan Dinding Geser Beton Bertulang
223

Biasa
4.5 2.5 4 TB TI TI TI TI
G Sistem Kolom Kantilever Didetail Untuk Memenuhi Persyaratan
Rangka beton
1 bertulang pemikul 2.5 1.25 1.5 10 10 10 10 10
momen khusus
Rangka beton
2 bertulang pemikul 1.5 1.25 1.5 10 10 TI TI TI
momen menengah
Rangka beton
3 bertulang pemikul 1 1.25 1 10 TI TI TI TI
momen biasa
Sumber: SNI 03-1726-2012 Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur
Bangunan Gedung dan Non Gedung

Maka sistem penahan gaya gempa yang digunakan adalah Sistem


Rangka Beton Bertulang Pemikul Momen Khusus (SRPMK), dari pemilihan
sistem gedung diketahui :
 Koefisien modifikasi respons (R) =8
 Faktor kuat lebih sistem (Ω0) =3
 Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5
Faktor reduksi untuk perhitungan beban gempa gedung
Scale factor = 1/R x 9,81
= 1/8 x 9,81
= 1,22625

10. Kombinasi Pembebanan


a. Kombinasi T = 1,2 D + 1,6 La
b. Kombinasi P = 1 D + 1 La
c. Kombinasi W = 1,2 D + 1 La + 1,6 W
d. Kombinasi Gx = 1,2 D + 0,5 La + 1 Quake X + 0,3 Quake Y
Quake x = 1 ( ) = 0,125

Quake y= 0,3( ) = 0,0375


224

e. Kombinasi Gy = 1,2 D + 0,5 La + 0,3 Quake X + 1 Quake Y


Quake x = 0,3( ) =0,0375

Quake y= 1( ) = 0,125

f. Kombinasi berat bangunan = 1 D + 0,3 La

4.5.5.4.3. Output Modal Dan Respon Spektrum


1. Base Shear
Analisis respons spektrum harus diketahui bahwa gaya geser dasar
(base shear) dinamik yang disyaratkan dalam SNI 1726-2012 yaitu sebesar
85% dari gaya geser dasar statik.

Gambar 4.80. Tabel Output Base Reaction Beban Mati dan Beban Hidup
Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Pada kolom Global FZ menunjukkan nilai:


W beban mati total = 7652845,23 Kg
W beban hidup total = 991050 Kg
W total = W mati total + 30% W hidup total
= 7652845,23 + 0,3 x 991050
= 7950160,23 Kg
Pada pemeriksaan gaya geser dasar statik ekiuvalen, dihitung dengan rumus:
V = Cs x W
Dengan:

Cs =

Dimana:
225

SDS = 0,626 g
I = 1 (Faktor keutamaan)
R = 8,0 (Faktor reduksi gempa)

Nilai Cs tidak boleh kurang dari persamaan 1 dan tidak lebih dari persamaan
2

Cs =

= = 0,0783

Cs min = 0,044. SDS. Ie


= 0,044. 0,626. 1 = 0,0276
V = x 7950160,23

= 622100,038 Kg

Gambar 4.81. Tabel Output Base Shear Response Spectrum


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Arah X :
V Dinamik (Gempa X) = 1414,68 Kg
85% V Statik = 1414,68 x 85% = 1202,478 kg
V Dinamik (Gempa X) > 85% V Statik (Memenuhi syarat)
Arah Y :
V Dinamik (Gempa Y) = 1414,68 Kg
85% V Statik = 1414,68 x 85% = 1202,478 kg
V Dinamik (Gempa Y) > 85% V Statik (Memenuhi syarat)
226

Dari hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa gaya geser dasar


respon spektrum memenuhi syarat yaitu lebih besar dari 85% gaya geser
dasar statik.
4.5.5.4.4. Pemeriksaan Simpangan antar Lantai (Story Drift)
Faktor pembesaran defleksi (Cd) = 5,5
Faktor keutamaan gempa (Ie) = 1,0
Simpangan antar lantai yang diijinkan untuk gedung dengan kategori
res ko II ∆a = 0,025.hsx
Keterangan :
hsx = Tinggi Antar Lantai
∆x δx-δx-1).Cd
Untuk batasan simpangan antar lantai yang diijinkan, harus sesuai dengan
kategori resiko, yang dapat dilihat pada Tabel 4.59.

Tabel 4.59. Simpangan Antar Lantai Ijin


Kategori Resiko
Struktur
I dan II III IV
Struktur, selain dari struktur dinding
geser batu bata, 4 tingkat atau kurang
dengan dinding interior, partisi, langit-
langit dan sistem dinding eksterior 0,025 hsx 0,020 hsx 0,015 hsx
yang telah didesain untuk
mengakomodasi simpangan antar
lantai tingkat
Struktur dinding geser kantilever batu
0,010 hsx 0,010 hsx 0,010 hsx
bata
Struktur dinding geser batu bata
0,007 hsx 0,007 hsx 0,007 hsx
lainnya
Semua struktur lainnya 0,020 hsx 0,015 hsx 0,010 hsx
Keterangan : hsx adalah tinggi tingat antar lantai
Simpangan antara lantai yang diijinkan untuk gedung kategori resiko II
adalah:
∆a = 0,025 hsx
= 0,025 . 400 = 10
227

Gambar 4.82. Deformasi Gempa Arah X


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Gambar 4.83. Tabel Output Joint Displacement Gempa X


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Tabel 4.60. Perhitungan Simpangan Antar Lantai Arah X


hsx
Lantai δx (cm) Cd Ie (ρ) ∆ (cm) ∆a Check
(cm)
7 0,316016 400 5,5 1,0 1,3 0,5863495 < 10 OK
6 0,209407 400 5,5 1,0 1,3 0,223179 < 10 OK
228

5 0,168829 400 5,5 1,0 1,3 0,234784 < 10 OK


4 0,126141 400 5,5 1,0 1,3 0,2821665 < 10 OK
3 0,074838 400 5,5 1,0 1,3 0,278729 < 10 OK
2 0,02416 400 5,5 1,0 1,3 0,13288 < 10 OK
1 0 400 5,5 1,0 1,3 0 < 10 OK
Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Gambar 4.84. Deformasi Gempa Arah Y


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014

Gambar 4.85. Tabel Output Joint Displacement Gempa Y


Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V2014
229

Tabel 4.61. Perhitungan simpangan antar Lantai Arah Y


hsx
Lantai δy (cm) Cd Ie (ρ) ∆ (cm) ∆a Check
(cm)
7 0,316016 400 5,5 1,0 1,3 0,5863495 < 10 OK
6 0,209407 400 5,5 1,0 1,3 0,223179 < 10 OK
5 0,168829 400 5,5 1,0 1,3 0,234784 < 10 OK
4 0,126141 400 5,5 1,0 1,3 0,2821665 < 10 OK
3 0,074838 400 5,5 1,0 1,3 0,278729 < 10 OK
2 0,02416 400 5,5 1,0 1,3 0,13288 < 10 OK
1 0 400 5,5 1,0 1,3 0 < 10 OK
Sumber : Dokumentasi Pribadi SAP2000 V14

4.5.6. Perhitungan Tulangan Balok


Desain pada balok dilakukan secara otomatis oleh program SAP2000. Program
SAP2000 hanya akan memberikan kebutuhan luas tulangan yang diperlukan,
sedangkan untuk pemilihan diameter, jumlah atau jarak tulangan dilakukan secara
manual berdasarkan hasil hitungan luas tulangan dilakukan secara manual yang
berasal dari hasil hitungan luas tulangan oleh program.
1. Balok Tipe BI1 40 cm x 80 cm ( Balok Induk )
a. Data balok :
Panjang bentang (L) = 8000 mm
Tinggi balok (h) = 800 mm
Lebar balok (b) = 400 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 800 – 40 – 12 - × 19
230

= 738,5 mm = 0,7385 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 201,597 KN
T = 5,9852 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 329,8214 KN.m
M3 Momen Lapangan = 303,9479 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 329,8214 KN.m
Mn = = = 412,277 KN.m = 412,277. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 1,89

ρ =

= 0,00491
 min <  <  max,
0,0035 < 0,00491< 0,02438 Dipakai  = 0,00491
As ρ×b×d
= 0,00491 × 400 × 738,5
= 1450,414 mm2
231

Menentukan jumlah tulangan

n = = = 5,12 ≈ 6 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 6 = 1700,31 mm2
Dipakai Tulangan 6 D 19 (As = 1701 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 66,706 mm

z =d- = 738,5 - = 705,147 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1701 x 400 x 705,147 x 10-6
= 383,826 KN.m
Mu (329,8214 KN.m) < Ø Mr (383,826 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 303,9479 KN.m
Mn = = = 379,934 KN.m = 379,934. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 1,742

ρ =

= 0,00451
 min <  <  max,
0,0035 < 0,00451< 0,02438 Dipakai  = 0,00451
As ρ×b×d
= 0,00451× 400 × 738,5
= 1332,254 mm2
Menentukan jumlah tulangan
n = = = 4,70 ≈ 5 tulangan
232

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 5 = 1416,925 mm2
Dipakai Tulangan 5 D 19 (As = 1418 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 55,608 mm

z =d- = 738,5 - = 710,696 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1418 x 400 x 710,696 x 10-6
= 322,486 KN.m
Mu (303,9479 KN.m) < Ø Mr (322,486 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 201,597 KN
= 201597 N
 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 400 . 738,5
= 269662,07 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 269662,07
= 202247 Nmm
Vu < Vc,
201597 N < 202247 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 738,5/2 = 369,3 mm
Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :
233

Vs =

= 200454,01 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (269662,07 + 200454,01)
= 352587,06 Nmm
Vu <  Va
201597 N < 352587,06 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 5,9852 kN.m

Tu = = 5,9852

= 23,9408 kN.m
= 23940800 N.mm

Tc =

= = 46738991,57 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 46738991,57 = 28043394,94 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
23940800 N.mm < 28043394,94 N.mm
2. Balok Tipe BAI 35 cm x 70 cm ( Balok Anak )
a. Data Balok :
Panjang bentang (L) = 5000 mm
Tinggi balok (h) = 700 mm
Lebar balok (b) = 350 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
234

fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 700 – 40 – 12 - × 19
= 638,5 mm = 0,6385 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 75,532 KN
T = 0,0101 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 76,7511 KN.m
M3 Momen Lapangan = 82,6964 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 76,7511 KN.m

Mn = = = 95,939 KN.m = 95,939. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,672

ρ =

= 0,00170
 min <  <  max,
0,0035 > 0,00170 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
235

As ρ×b×d
= 0,0035 × 350 × 638,5
= 782,1625 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 2,76 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 50,823 mm

z =d- = 638,5 - = 613,089 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 613,089 x 10-6
= 258,766 KN.m
Mu (76,7511 KN.m) < Ø Mr (258,766 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 82,6964 KN.m
Mn = = = 103, 371 KN.m = 103, 371. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,724

ρ =

= 0,00183
 min <  <  max,
0,0035 < 0,00183< 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 350 × 638,5
= 782,17 mm2
236

Menentukan jumlah tulangan

n = = = 2,76 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 50,823 mm

z =d- = 638,5 - = 613,089 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 613,089 x 10-6
= 222,48 KN.m
Mu (82,6964 KN.m) < Ø Mr (222,48 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 75,532 KN
= 75532 N
 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 350 . 638,5
= 204003,8309 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 204003,8309
= 153002,88 Nmm
Vu < Vc,
75532 N < 153002,88 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
237

S max = d/2 = 638,5/2 = 319,3 mm


Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 200454,01 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (235954,3134 + 200454,01)
= 327306,243 Nmm
Vu <  Va
75532 N < 327306,243 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,0101 kN.m

Tu = = 0,0101

= 0,026 kN.m
= 2600 N.mm

Tc =

= = 31311472,87 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 31311472,87 = 18786883,72 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
2600 N.mm < 18786883,72 N.mm
3. Balok Tipe BI2 25 cm x 50 cm ( Balok Induk )
a. Data balok :
Panjang bentang (L) = 5000 mm
Tinggi balok (h) = 500 mm
Lebar balok (b) = 250 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
238

β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 500 – 40 – 12 - × 19
= 438,5 mm = 0,4385 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 104,467 KN
T = 1,4117 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 114,5395 KN.m
M3 Momen Lapangan = 97,8684 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 114,5395 KN.m

Mn = = = 143,1743 KN.m = 143,1743. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 2,979

ρ =

=
239

= 0,00794
 min <  <  max,
0,0035 < 0,00794< 0,02438 Dipakai  = 0,00794
As ρ×b×d
= 0,00794 × 250 × 438,5
= 870,4225 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 3,08 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 71,153 mm

z =d- = 438,5 - = 402,924 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 402,924 x 10-6
= 146,213 KN.m
Mu (114,5395 KN.m) < Ø Mr (146,213 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 97,8684 KN.m
Mn = = = 122,336 KN.m = 122,336. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 2,545

ρ =

= 0,00672
 min <  <  max,
0,0035 < 0,00672< 0,02438 Dipakai  = 0,00672
240

As ρ×b×d
= 0,00672 × 250 × 438,5
= 736,68 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 2,59 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 71,152 mm

z =d- = 438,5 - = 402,924 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 402,924 x 10-6
= 146,213 KN.m
Mu (97,8684 KN.m) < Ø Mr (146,213KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 104,467 KN
= 104467 N
 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 250 . 438,5
= 100073,48 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 100073,48
= 75055,107 Nmm
Vu < Vc,
104467 N < 75055,107 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
241

2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 438,5/2 = 219,25 mm
Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 119023,809 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (100073,48 + 119023,809)
= 164322,97 Nmm
Vu <  Va
104467 N < 164322,97 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 200
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 1,4117 kN.m

Tu = = 1,4117

= 3,5293 kN.m
= 352930 N.mm

Tc =

= = 11410886,61 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 11410886,61 = 6846531,969 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
352930 N.mm < 6846531,969 N.mm
4. Balok Tipe BA2 25 cm x 45 cm ( Balok Anak )
a. Data Balok :
Panjang bentang (L) = 8000 mm
Tinggi balok (h) = 450 mm
Lebar balok (b) = 250 mm
242

Selimut beton (p) = 40 mm


Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 450 – 40 – 12 - × 19
= 388,5 mm = 0,3885 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 16,285 KN
T = 0,0782 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 23,7361 KN.m
M3 Momen Lapangan = 15,4581 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 23,7361 KN.m
Mn = = = 29,670 KN.m = 29,670. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,787
243

ρ =

= 0,002
 min <  <  max,
0,0035 > 0,002 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 250 × 388,5
= 339,938 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 1,2 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 71,153 mm

z =d- = 388,5 - = 352,923 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 352,923 x 10-6
= 128,069 KN.m
Mu (23,7361 KN.m) < Ø Mr (128,069 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 15,4581 KN.m

Mn = = = 19,322 KN.m = 19,322. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,512

ρ =
244

= 0,00129
 min <  <  max,
0,0035 > 0,00129 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 250 × 388,5
= 339,938 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 1,2 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 71,153 mm

z =d- = 388,5 – = 352,923 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 352,923 x 10-6
= 128,069 KN.m
Mu (15,4581 KN.m) < Ø Mr (128,069 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 16,285 KN
= 16285 N
 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 250 . 388,5
= 88662,589 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 88662,589
245

= 66496,941 Nmm
Vu < Vc,
75532 N < 66496,941 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 388,5/2 = 194,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 210904,218 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (235954,3134 + 210904,218)
= 335143.90 Nmm
Vu <  Va
16285 N < 335143.90 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,0782 kN.m

Tu = = 0,0782

= 0,3128 kN.m
= 31280 N.mm

Tc =

= = 10269797,95 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 10269797,95 = 6161878,772 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
31280 N.mm < 6161878,772 N.mm
246

5. Balok Tipe BI3 20 cm x 40 cm ( Balok Induk )


a. Data balok :
Panjang bentang (L) = 4000 mm
Tinggi balok (h) = 400 mm
Lebar balok (b) = 200 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 400 – 40 – 12 - × 19
= 338,5 mm = 0,3385 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 24,071 KN
T = 0,4199 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 20,6260 KN.m
M3 Momen Lapangan = 22,8508 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 20,6260 KN.m
247

Mn = = = 25,7825 KN.m = 25,7825. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 1,126

ρ =

= 0,00288
 min <  <  max,
0,0035 > 0,00288 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 200 × 338,5
= 236,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 0,83 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 88,941 mm

z =d- = 338,5 - = 294,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 294,03 x 10-6
= 106,698 KN.m
Mu (20,6260 KN.m) < Ø Mr (106,698 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 22,8508 KN.m

Mn = = = 28,5635 KN.m = 28,5635. 106 Nmm

m = = = 15,686
248

Rn = = = 1,246

ρ =

= 0,00319
 min <  <  max,
0,0035 > 0,00319< 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 200 × 338,5
= 236,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 0,85 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 88,941 mm

z =d- = 338,5 - = 249,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 249,03 x 10-6
= 90,368 KN.m
Mu (22,8508 KN.m) < Ø Mr (90,368 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 24,071 KN
= 24071 N
 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 200 . 338,5
249

= 61801,361 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 61801,361
= 46351,021 Nmm
Vu < Vc,
24071 N < 46351,021Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 338,5/2 = 169,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 183760,818 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (61801,361 + 183760,818)
= 184171,63 Nmm
Vu <  Va
24071 N < 184171,63 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,4199 kN.m

Tu = = 0,4199

= 0,8398 kN.m
= 83980 N.mm

Tc =
250

= = 5842373,947 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 5842373,947 = 3505424,368 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
83980 N.mm < 3505424,368 N.mm
6. Balok Tipe BA3 20 cm x 35 cm ( Balok Anak )
a. Data Balok :
Panjang bentang (L) = 8000 mm
Tinggi balok (h) = 350 mm
Lebar balok (b) = 200 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 350 – 40 – 12 - × 19
= 288,5 mm = 0,2885 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438
Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 2,495 KN
251

T = 0,2630 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 2,8963 KN.m
M3 Momen Lapangan = 4,7383 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 2,8963 KN.m
Mn = = = 3,620 KN.m = 3,620. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,217

ρ =

= 0,000544
 min <  <  max,
0,0035 > 0,000544 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 200 × 288,5
= 201,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 0,71 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 88,941 mm

z =d- = 288,5 - = 244,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 244,03 x 10-6
= 88,554 KN.m
Mu (2,8963 KN.m) < Ø Mr (88,554 KN.m) AMAN
252

c. Tulangan Lapangan
Mmax = 4,7383 KN.m
Mn = = = 5,923 KN.m = 5,923. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,356

ρ =

= 0,0009
 min <  <  max,
0,0035 > 0,0009 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 200 × 288,5
= 201,95 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 0,713 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 88,941 mm

z =d- = 288,5 – = 244,03 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 244,03 x 10-6
= 88,554 KN.m
Mu (4,7383 KN.m) < Ø Mr (88,554 KN.m) AMAN
d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 2,495 KN
= 2495 N
253

 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 200 . 288,5
= 52672,653 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 52672,653
= 39504,49 Nmm
Vu < Vc,
2495 N < 39504,49 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 288,5/2 = 144,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 156617,418 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (52672,653 + 156617,418)
= 156967,553 Nmm
Vu <  Va
2495 N < 156967,553 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
T = 0,2630 kN.m
Tu = = 0,2630
254

= 1,052 kN.m
= 105200 N.mm

Tc =

= = 5112077,203 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 5112077,203 = 3067246,322 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
105200 N.mm < 3067246,322 N.mm
7. Balok Tipe BI4 18 cm x 35 cm ( Balok Induk )
a. Data balok :
Panjang bentang (L) = 3500 mm
Tinggi balok (h) = 350 mm
Lebar balok (b) = 180 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Tulangan pokok = D 19 mm
Tulangan sengkang = Ø 12 mm
β = 0,85
fy = 400 MPa (tulangan pokok)
fy = 240 MPa (tulangan sengkang)
fc' = 30 Mpa
d = h – p – Øs - × Dp

= 350 – 40 – 12 - × 19
= 288,5 mm = 0,2885 m
d’ = p + s + × Dp

= 40 + 12 + × 19
= 61,5 mm
pmin = = 0,0035

b =

= 0,0325
 max = 0,75 x b
255

= 0,75 x 0,0325 = 0,02438


Analisis gaya struktur yang didapat dari program SAP2000 versi 14
V2 = 24,145 KN
T = 0,0685 KN.m
M3 Momen Tumpuan = 14,6556 KN.m
M3 Momen Lapangan = 6,1346 KN.m
b. Tulangan Tumpuan
Mmax = 14,6556 KN.m

Mn = = = 18,3195 KN.m = 18,3195. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 1,223

ρ =

= 0,00314
 min <  <  max,
0,0035 > 0,00314 < 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035 × 180 × 288,5
= 181,755 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 0,64 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 98,824 mm

z =d- = 288,5 - = 239,088 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
256

= 0,8 x 1134 x 400 x 239,088 x 10-6


= 86,760 KN.m
Mu (14,6556 KN.m) < Ø Mr (86,760 KN.m) AMAN
c. Tulangan Lapangan
Mmax = 6,1346 KN.m
Mn = = = 7,669 KN.m = 7,669. 106 Nmm

m = = = 15,686

Rn = = = 0,512

ρ =

= 0,0013
 min <  <  max,
0,0035 > 0,0013< 0,02438 Dipakai min = 0,0035
As ρ×b×d
= 0,0035× 180 × 288,5
= 181,755 mm2
Menentukan jumlah tulangan

n = = = 0,64 ≈ 4 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n
2
=¼ π . 4 = 1133,54 mm2
Dipakai Tulangan 4 D 19 (As = 1134 mm2)
Cek Mu < Ø Mn

a = = = 98,824 mm

z =d- = 288,5 - = 239,088 mm

Ø Mr = 0,8 . As . Fy . z
= 0,8 x 1134 x 400 x 239,088 x 10-6
= 86,760 KN.m
Mu (6,1346 KN.m) < Ø Mr (86,760 KN.m) AMAN
257

d. Tulangan Sengkang
V2 = Vu = 24,145 KN
= 24145 N
 = 0,75
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :
Vc = 1/6 . . bw . d
= 1/6 . . 180 . 288,5
= 47405,388 Nmm
Vc = 0,75 x Vc
= 0,75 x 47405,388
= 35554,041 Nmm
Vu < Vc,
24145 N < 35554,041 Nmm (Tidak diperlukan tulangan geser)
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 12 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
= 2. / π
= 226,195 mm2
Jarak yang dibutuhkan sengkang :
S max = d/2 = 288,5/2 = 144,25 mm
Dipakai S = 100 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 156617,418 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (47405,388 + 156617,418)
= 153017,10 Nmm
Vu <  Va
24145 N < 153017,10 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang digunakan adalah 12 - 100
e. Penulangan Torsi
ɸ = 0,6
258

T = 0,0685 kN.m

Tu = = 0,0685

= 0,1199 kN.m
= 11990 N.mm

Tc =

= = 4140782,535 N.mm

ɸ Tc = 0,6 x 4140782,535 = 2484469,521 N.mm


Tu < ɸ Tc (maka tidak perlu tulangan torsi)
11990 N.mm < 2484469,521 N.mm
4.5.7. Perhitungan Tulangan Kolom
Desain dalam kolom ini dilakukan secara otomatis oleh SAP 2000. Program
SAP 2000 hanya akan memberikan kebutuhan luas tulangan yang diperlukan,
sedangkan untuk pemilihan diameter, jumlah atau jarak tulangan dilakukan secara
manual berdasarkan hasil hitungan luas tulangan oleh program.
1. Kolom 80 x 80 cm
Ukuran Kolom = 800 x 800 mm
Ø tul pokok (D) = 25 mm
Ø tul sengkang (Øs) = 14 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa
Pu = 394866,43 kg (Frame 1774)
= 3872,317 KN
= 3872317 N
Mu = 107,1157 KNm ( Frame 1774)
= 107115733,4 Nmm
Vu = 39,216 KN (Frame 1774)
= 39215,72 N
M22=Mu1= Mx = 12534,34 kg.cm
M33=Mu2= My = 1092276,48 kg.cm
Agr = 800 x 800
= 640000 mm2
259

d = h – p – Øs - ØD

= 800 – 40 – 14 – 25
= 733,5 mm
d’ =h–d
= 800 – 733,5
= 66,5 mm
Beban mati pada struktur = 0,1 x 2400
= 240 kg/m2
Beban hidup pada struktur = 250 kg/m2
 min = 0,0035 (tabel 6 Gideon seri 1 hal 50)
 max = 0,0484 (tabel 8 Gideon seri 1 hal 52)
βd = 1,2D/(1,2D + 1,6L)
= 1,2 x 240/(1,2 x 240 + 1,6 x 250 )
= 0,419
a. Tulangan Utama
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
Pu = 3872,317 KN = 3872317 N
Mu = 107,1157 KNm = 107115733,4 Nmm
Luas Penampang Kolom :
Ag = b x h = 800 mm x 800 mm = 640000 mm2
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom :
emin = 0,1 x h = 0,1 x 800 = 80 mm
Eksentrisitas Beban :

et = =

= 27,662 mm

cb =

= 440,1
ab = β1 x cb
= 0,85 x 440,1
= 374,085
260

Pnb = 0,85 x fc x ab x b
= 0,85 x 30 x 374,085 x 800
= 7631334 N
Pn = 0,1 x fc x Ag
= 0,1 x 30 x 640000
= 1920000 N
Karena Pu = 3872317 N > 1920000 N, maka Ø = 0,65

Pn perlu =

= = 5957410,769 N

Karena Pn perlu < Pnb analisis keruntuhan tarik

a =

= 292,03
Luas memanjang minimum

As =


=

= 3884,933 mm²
Ast = 1% x Ag
= 1% x 640000
= 6400 mm²
Sehingga, As yang digunakan adalah As = 6400 mm²
Jumlah tulangan yang digunakan :

n = = 3, ≈ ula ga

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n = ¼ . π . 252 . 14 = 6872 mm2
Jadi tulangan yang dipasang pada Kolom 80 cm x 80 cm adalah
14 D 25 Dengan As = 6872 mm2
b. Tulangan Sengkang
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
261

Vu = 39,216 KN = 39215,72 N
Pu = 3872,317 KN = 3872317 N
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc =

= 170370,228 Nmm
Vc = 0,75 x 170370,228 = 127777,671 Nmm
Vu (39215,72 N) < Vc (127777,671 Nmm)
Maka Tidak Diperluhkan Tulangan Geser
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 14 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
2 / π
= 307,72 mm2
S max = d/2 = 733,5 /2 = 366,75 mm
Dipakai S = 200 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 270855,144 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (170370,228 + 270855,144)
= 330919,029 Nmm
Vu <  Va
39215,72 N < 330919,029 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang Digunakan adalah 14 - 200
c. Pengaruh Tekuk Pada Kolom
Perhitungan Pengaruh Tekuk
Ec = 4700
= 4700
= 25742,9602 MPa
262

= 257429,602 kg/cm2
Ig = 1/12 b h3
= 1/12 x 80 x 803
= 3413333,333 cm4

EIk =

EIk = = 2,477 x 1011

Momen Inersia Balok


Ig = 1/12 b h3
= 1/12 x 40 x 803
= 1706666,667 cm4

EIb =

EIb = = 6,193 x 1010

A = (EIk / lk) / (EIb / lb)


= (2,477 x 1011/ 4) / (6,193 x 1010/ 8)
= 8,0
Kekakuan relatif pada ujung bawah kolom
B = 0 ( Terjepit Pondasi )
Struktur portal diasumsikan sebagai portal tidak bergoyang, sehingga faktor
panjang efektif kolom (k) adalah,
K = 0,7 + 0,05 x (Ψa + ΨB)
= 0,7 + 0,05 x (8,0 + 0)
= 1,1
K = 0,85 + 0,05 x ΨB
= 0,85 + 0,05 x 0
= 0,85
Jadi faktor panjang efektif kolom yang dipergunakan untuk perhitungan adalah:
k = 0,85
Panjang tekuk kolom, Lc = k x Lu = 0,85 x 4 = 3,4 m
263

Untuk kolom persegi,jari-jari inersia


(r) = 0,3 h
= 0,3 x 80 = 24 cm
= 0,24 m
Rasio kelangsingan kolom,  = Lc / r = 3,4 / 0,24 = 14,17
Lengkungan yang terjadi pada kolom adalah lengkung ganda
Mu1= -12534,34 kg.cm
Mu2 = 1092276,48 kg.cm
Batas kelangsingan kolom adalah :

34 – 12 =34 – 12 = 34,138

Pemeriksaan kelangsingan kolom

 = Lc/r = 14,17 ≤ 34 - 12 = 34,138

Maka pengaruh tekuk tidak perlu ditinjau pada perhitungan penulangan kolom (
kolom termasuk kolom pendek )
2. Kolom 50 x 50 cm
Ukuran Kolom = 500 x 500 mm
Ø tul pokok (D) = 25 mm
Ø tul sengkang (Øs) = 14 mm
Selimut beton (p) = 40 mm
Mutu beton (Fc) = 30 Mpa
Mutu baja (Fy) = 400 Mpa
Pu = 12575,06 kg (Frame 1795)
= 123,319 KN
= 123319,20 N
Mu = 71,5585 KNm ( Frame 1774)
= 71712542,46 Nmm
Vu = 26,650 KN (Frame 1774)
= 26650,49 N
M22=Mu1= Mx = 299050,56 kg.cm
M33=Mu2= My = 731264,41 kg.cm
264

Agr = 500 x 500


= 250000 mm2
d = h – p – Øs - ØD

= 500 – 40 – 14 – 25
= 433,5 mm
d’ =h–d
= 500 – 433,5
= 66,5 mm
Beban mati pada struktur = 0,1 x 2400
= 240 kg/m2
Beban hidup pada struktur = 250 kg/m2
 min = 0,0035 (tabel 6 Gideon seri 1 hal 50)
 max = 0,0484 (tabel 8 Gideon seri 1 hal 52)
βd = 1,2D/(1,2D + 1,6L)
= 1,2 x 240/(1,2 x 240 + 1,6 x 250 )
= 0,419
a. Tulangan Utama
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
Pu = 123,319 KN = 123319,20 N
Mu = 71,5585 KNm = 71712542,46 Nmm
Luas Penampang Kolom :
Ag = b x h = 500 mm x 500 mm = 250000 mm2
Persyaratan eksentrisitas minimal dari kolom :
emin = 0,1 x h = 0,1 x 500 = 50 mm
Eksentrisitas Beban :

et = =

= 581,52 mm

cb =

= 260,1
ab = β1 x cb
265

= 0,85 x 260,1
= 221,085
Pnb = 0,85 x fc x ab x b
= 0,85 x 30 x 221,085 x 500
= 2818833,75 N
Pn = 0,1 x fc x Ag
= 0,1 x 30 x 250000
= 750000 N
Karena Pu = 123319,20 N < 750000 N, maka Ø = 0,80

Pn perlu =

= = 154149 N

Karena Pn perlu < Pnb analisis keruntuhan tarik

a =

= 12,090
Luas memanjang minimum

As =

– –
=

= 203,67 mm²
Ast = 1% x Ag
= 1% x 250000
= 2500 mm²
Sehingga, As yang digunakan adalah As = 2500 mm²
Jumlah tulangan yang digunakan :

n = = = 5,095 ≈ 8 tulangan

Jadi As yang digunakan :


2
As =¼.π. D .n = ¼ . π . 252 . 8 = 3925 mm2
Jadi tulangan yang dipasang pada Kolom 50 cm x 50 cm adalah
8 D 25 Dengan As = 3927 mm2
266

b. Tulangan Sengkang
Dari analisis program SAP 2000 didapat:
Vu = 26,650 KN = 26650,49 N
Pu = 123,319 KN = 123319,20 N
Tegangan geser yang terjadi akibat beton :

Vc = ’

= 76968,89 Nmm
Vc = 0,75 x 76968,89 = 57726,668 Nmm
Vu (26650,49 N) < Vc (57726,668 Nmm)
Maka Tidak Diperluhkan Tulangan Geser
Menggunakan Tulangan Sengkang Polos ( 14 mm ), maka :
2
Av = 2. 1/4 . π . S
2
2 / π
= 307,72 mm2
S max = d/2 = 433,5 /2 = 216,75 mm
Dipakai S = 150 mm
Periksa kapasitas geser terhadap jarak yang diambil :

Vs =

= 213434,592 Nmm
 Va =  (Vc + Vs )
= 0,75 (76968,89 + 213434,592)
= 217802,612 Nmm
Vu <  Va
26650,49 N < 217802,612 Nmm ....................(OK)
Maka Tulangan Geser yang Digunakan adalah 14 - 150
c. Pengaruh Tekuk Pada Kolom
Perhitungan Pengaruh Tekuk
Ec = 4700
267

= 4700
= 25742,9602 MPa
= 257429,602 kg/cm2
Ig = 1/12 b h3
= 1/12 x 50 x 503
= 520833,33 cm4

EIk =

EIk = = 3,78 x 1010

Momen Inersia Balok


Ig = 1/12 b h3
= 1/12 x 40 x 803
= 1706666,667 cm4

EIb =

EIb = = 6,193 x 1010

A = (EIk / lk) / (EIb / lb)


= (3,78 x 1010/ 4) / (6,193 x 1010/ 8)
= 1,221
Kekakuan relatif pada ujung bawah kolom
B = 0 ( Terjepit Pondasi )
Struktur portal diasumsikan sebagai portal tidak bergoyang, sehingga faktor
panjang efektif kolom (k) adalah,
K = 0,7 + 0,05 x (Ψa + ΨB)
= 0,7 + 0,05 x (1,221 + 0)
= 0,761
K = 0,85 + 0,05 x ΨB
= 0,85 + 0,05 x 0
= 0,85
268

Jadi faktor panjang efektif kolom yang dipergunakan untuk perhitungan adalah:
k = 0,761
Panjang tekuk kolom, Lc = k x Lu = 0,761 x 4 = 3,04 m
Untuk kolom persegi,jari-jari inersia
(r) = 0,3 h
= 0,3 x 50
= 15 cm
= 0,15 m
Rasio kelangsingan kolom,  = Lc / r = 3,04 / 0,15 = 20,27
Lengkungan yang terjadi pada kolom adalah lengkung ganda
Mu1= -12534,34 kg.cm
Mu2 = 1092276,48 kg.cm
Batas kelangsingan kolom adalah :

34 – 12 =34 – 12 = 34,138

Pemeriksaan kelangsingan kolom

 = Lc/r = 20,27 ≤ 34 - 12 = 34,138

Maka pengaruh tekuk tidak perlu ditinjau pada perhitungan penulangan kolom (
kolom termasuk kolom pendek )
269

4.6. Perhitungan Pondasi


Dalam perencanaannya, pondasi pada suatu struktur bangunan
diperhitungkan terhadap gaya aksial, gaya geser, dan terhadap momen lentur.
Pada perencanaan akan menggunakan pondasi tiang pancang dengan jenis spun
pile atau pancang bundar, dengan kapasitas daya dukung diperhitungkan
berdasarkan tahanan ujung (end Bearing), dan gesekan tiang dengan tanah
(friction). Dalam pemilihan jenis pondasi dapat dilihat berdasarkan:
1. Kondisi dan karakteristik tanah
2. Beban yang diterima pondasi
3. Biaya pelaksanaan
4. Letak geografis proyek

Gambar 4.86. Pemodelan Pondasi


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

4.6.1. Pedoman Perhitungan Pondasi


1. SNI 03-2847-2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk
Bangunan Gedung Perkantoran.
4.6.2. Perencanaan Pondasi
Perhitungan pondasi direncanakan berdasarkan gaya maksimum pada
kombinasi pembebanan yang ada. Dalam perencanaan ini, pondasi yang
digunakan adalah jenis tiang spun pile dan untuk semua tiang harus
270

bertumpu pada tanah keras. Penggunaan pondasi tiang kelompok


direncanakan dengan jarak antar tiang tidak lebih kecil dari 3 kali diameter
tiang dengan perencanaan pile cape dikelompokkan berdasarkan jumlah
tiang pancang dan dimensi kolom.
4.6.2.1. Data Tanah dan Daya Dukung Tanah
Dalam menentukan data tanah dan daya dukung tanah yang akan
digunakan pada perencanaan pondasi, data tanah didapat berdasarkan
penyelidikan tanah dari data Standart Penetrasion Test sebagai
berikut:

Tabel 4.62. Nilai SPT Pada Lokasi Pembangunan Gedung Kantor Dirjen Pajak
Kota Semarang

No Lapisan Konsisitensi Kedalaman N

1 Pasir Kelanauan Lepas 0,00 - 6,00 11 - 12


2 Pasir Halus Kelempungan Sangat Lepas 6,00 - 9,00 2
3 Lempung Campur Kerang Sangat Lunak 9,00 - 13,00 2
4 Lempung Sedikit Kerang Sangat Lunak 13,00 - 18,00 2 - 3
5 Lempung Lunak 18,00 - 20,00 5
6 Lempung Kelanauan Teguh 20,00 - 23,00 20 - 23
7 Lempung Kelanauan Kaku 23,00 - 26,00 22
8 Lempung Kepasiran Kaku 26,00 - 29,00 20 - 22
Sumber : Data Tanah Pada Pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang
Halaman 16
Pondasi spun pile yang direncanakan menggunakan diameter 50
cm dengan kedalaman 28 m. Dengan data sondir mesin berdasarkan
penyelidikan tanah dapat dihitung daya dukung tanah per 1 (satu)
pancang sebagai berikut:
271

Tabel 4.63. Data Sondir Tanah Kedalaman 28 m Dengan Daya Dukung Tanah
Kedalaman Nilai Daya Dukung
No Titik D Pancang (cm)
(m) (ton)

1 BH 2 28 50 71,93

Sumber : Data Tanah Pada Pembangunan Gedung Pringgading 24 Semarang


Halaman 21

4.6.2.2. Perencanaan Jumlah Spun Pile


Berdasarkan perhitungan, dipilih daya dukung tiang tunggal
terkecil yaitu: Qu = 71,93 ton dan direncanakan jumlah tiang pancang
dengan perhitungan awal gaya aksial pada joint yang mewakili untuk
perhitungan, dalam pengambilan data diambil dari data pada joint
terbesar dan didapat data sebagai berikut:

Tabel.4.64. Jumlah Tiang Pancang Perlu


Joint F3 Ptiang Type
N
Text Tonf Ton Pancang
1 108,5202 142,95 2 P-2
2 158,5469 261,72 4 P-4
3 203,2491 261,72 4 P-4
4 203,3509 261,72 4 P-4
5 157,878 261,72 4 P-4
6 212,3263 261,72 4 P-4
7 192,9608 261,72 4 P-4
9 91,6799 142,95 2 P-2
10 135,4737 142,95 2 P-2
11 292,7853 380,49 6 P-6
12 318,3369 380,49 6 P-6
13 231,0471 261,72 4 P-4
14 289,5416 380,49 6 P-6
15 289,6336 380,49 6 P-6
16 230,9389 261,72 4 P-4
272

17 158,356 261,72 4 P-4


18 158,2154 261,72 4 P-4
19 230,4764 261,72 4 P-4
20 291,2395 380,49 6 P-6
21 291,1173 380,49 6 P-6
22 230,5667 261,72 4 P-4
23 321,0206 380,49 6 P-6
24 285,0674 261,72 4 P-4
25 116,2071 142,95 2 P-2
26 95,535 142,95 2 P-2
27 330,9533 380,49 6 P-6
28 271,355 261,72 4 P-4
29 252,8454 261,72 4 P-4
30 323,3659 380,49 6 P-6
31 323,4913 380,49 6 P-6
32 254,2739 261,72 4 P-4
33 166,4885 261,72 4 P-4
34 110,2986 142,95 2 P-2
35 166,9049 261,72 4 P-4
36 222,1156 261,72 4 P-4
37 222,1096 261,72 4 P-4
38 165,9871 261,72 4 P-4
39 224,7534 261,72 4 P-4
40 191,9513 261,72 4 P-4
41 72,2017 142,95 2 P-2
42 12,6832 142,95 2 P-2
43 12,6818 142,95 2 P-2
44 12,6839 142,95 2 P-2
45 12,6802 142,95 2 P-2
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Berdasarkan jumlah tiang pancang direncanakan pile cape dengan


beberapa tipe sebagai berikut :
273

Gambar 4.87. Tampak Atas Pile Cape Tipe P-2


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

Gambar 4.88. Tampak Atas Pile Cape Tipe P-4


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007
274

Gambar 4.89. Tampak Atas Pile Cape Tipe P-6


Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Autocad 2007

1. Menghitung efisiensi kelompok tiang pancang adalah dengan


rumus :

Keterangan :
m = jumlah baris x
n = jumlah baris y
d = jarak antar pancang
s = jarak pancang ke tepi pile cape

Hasil perhitungan nilai efisiensi kelompok tiang pancang (pile


cape) pada tipe P-2, P-4, dan P-6 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.65. Efisiensi Pile Cape Group


d s arc tan
No Type m n Epg
(cm) (cm) d/s
1 P-2 50 150 18,43 2 1 0,90
2 P-4 50 150 18,43 2 2 0,80
3 P-6 50 150 18,43 3 2 0,76
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel
275

2. Pemeriksaan daya dukung kelompok pancang terhadap beban


yang bekerja
Untuk pemeriksaan daya dukung kelompok pancang terhadap
beban yang bekerja, diambil dari data joint pada tiap tipe dengan
nilai tertinggi, didapat seperti berikut:

Tabel 4.66. Pemeriksaan Daya Dukung Spun Pile Group


P
Daya Dukung
No Type Epg Tiang Jumlah F3 Check
(Ton) Tiang (Ton) Group (Ton)
1 P-2 0,90 142,95 2 135,474 < 256,627 Aman
2 P-4 0,80 261,72 4 285,067 < 832,450 Aman
3 P-6 0,76 380,49 6 330,953 < 1737,376 Aman
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Untuk gaya aksial dan momen di joint pada tipe P-2, P-4, dan
P-6 yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.67. Gaya Aksial Dan Momen Pada Joint


Pu Mx My
No Joint Type
(Ton) (Ton.m) (Ton.m)
1 10 P-2 135,474 -0,0274 -0,5832
2 24 P-4 285,067 0,55866 -6,0246
3 27 P-6 330,953 0,01316 3,96802
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

3. Pemeriksaan daya dukung per pancang :


 Untuk tipe P-2 Check pada joint 10
Pu = 135,474 ton.m
Mu x = -0,0274 ton.m Mu y = -0,5832 ton.m

Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
276

Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X


Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y
n = jumlah tiang pancang

Untuk hasil pemeriksaan daya dukung pada tipe P-2 di joint 10


yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.68. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-2

No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton) Qu (Ton) Check


1 -0,75 0 0,563 0 67,7369 0 0,43739 68,1256 < 142,95 Aman
2 0,75 0 0,563 0 67,7369 0 -0,4374 67,3481 < 142,95 Aman
Total (∑) 1,125 0
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

 Untuk tipe P-4 Check pada joint 24


Pu = 285,067 ton.m
Mu x = 0,55866 ton.m Mu y = -6,0246 ton.m

Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X
Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y
n = jumlah tiang pancang

Tabel 4.69. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P4


Qu
No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton) (Ton) Check
1 -0,75 0,75 0,563 0,563 71,2669 0,4190 4,5184 73,461 < 261,72 Aman
2 0,75 0,75 0,563 0,563 71,2669 0,4190 -4,5184 69,445 < 261,72 Aman
3 -0,75 -0,75 0,563 0,563 71,2669 -0,4190 4,5184 73,089 < 261,72 Aman
4 0,75 -0,75 0,563 0,563 71,2669 -0,4190 -4,5184 69,072 < 261,72 Aman
Total (∑) 2,25 2,25
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel
277

 Untuk tipe P-6 Check pada joint 27


Pu = 330,953 ton.m
Mu x = 0,01316 ton.m Mu y = 3,96802 ton.m

Keterangan :
My = momen pada sumbu y
Mx = momen pada sumbu x
Xi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu X
Yi = jarak pusat tiang ke i sejajar sumbu Y
n = jumlah tiang pancang

Tabel 4.70. Pemeriksaan Daya Dukung per Spun Pile Tipe P-6
Qu
No x y x² y² Pu/n Mx*y My*x P (Ton) (Ton) Check
1 -0,75 0,75 0,563 0,563 82,7383 0,0099 -2,9760 81,419 < 380,49 Aman
2 0 0,75 0 0,563 82,7383 0,0099 0,0000 82,741 < 380,49 Aman
3 0,75 0,75 0,563 0,563 82,7383 0,0099 2,9760 84,064 < 380,49 Aman
4 -0,75 -0,75 0,563 0,563 82,7383 -0,0099 -2,9760 81,413 < 380,49 Aman
5 0 -0,75 0 0,5625 82,73833 -0,0099 0 82,735 < 380,49 Aman
6 0,75 -0,75 0,5625 0,5625 82,73833 -0,0099 2,9760 84,058 < 380,49 Aman
Total (∑) 2,25 3,375 82,7383
Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

4. Pemeriksaan Terhadap Geser Pons dan Geser Lentur Pons


 Check geser pons untuk tipe P-2 pada joint 10
Beban Pondasi

Tebal Efektif Pile Cap


278

Lebar Penampang Kritis (B’)


B’= Lebar Kolom + 2 (1/2) d
B’= 80 cm + 2 x ½ x 92,5 cm
B’= 172,5 cm

Gaya Geser yang bekerja

SNI-03-2847-2002 Pasal 13.123.2.1

= 3450 mm

Karena > Vu, maka Tulangan Geser Tidak Diperluhkan

 Check geser pons untuk tipe P-4 pada joint 24


Beban Pondasi

Tebal Efektif Pile Cap


279

Lebar Penampang Kritis (B’)


B’= Lebar Kolom + 2 (1/2) d
B’= 80 cm + 2 x ½ x 92,5 cm
B’= 172,5 cm

Gaya Geser yang bekerja

SNI-03-2847-2002 Pasal 13.123.2.1

= 3450 mm

Karena > Vu, maka Tulangan Geser Tidak Diperluhkan

 Check geser pons untuk tipe P-6 pada joint 27


Beban Pondasi

Tebal Efektif Pile Cap


280

Gaya Geser yang bekerja

SNI-03-2847-2002 Pasal 13.123.2.1

= 3450 mm

Karena > Vu, maka Tulangan Geser Tidak Diperluhkan

4.6.2.3. Perhitungan Penulangan Pile Cape


1. Perhitungan Momen Pada Pile Cape
 Momen tipe P-2 pada joint 10
Momen tipe P-2 arah x = Mux maks P-2 = -0,0274 ton.m
Momen tipe P-2 arah y = Muy maks P-2 = 0,5832 ton.m
 Momen tipe P-4 pada joint 24
Momen tipe P-4 arah x = Mux maks P-4 = 0,55866 ton.m
Momen tipe P-4 arah y = Muy maks P-4 = 6,0246 ton.m
 Momen tipe P-6 pada joint 27
Momen tipe P-6 arah x = Mux maks P-6 = 0,01316 ton.m
Momen tipe P-6 arah y = Muy maks P-6 = 3,96802 ton.m

2. Perhitungan Tulangan Pile Cape


 Pile Cap Tipe P-2
Perhitungan tulangan direncanakan
Tebal pile cape (h) = 100 cm
= 1000 mm
Dimensi Kolom = 80 x 80 cm
281

Selimut Beton (p) = 75 mm


Diameter tulangan pokok = D 22
Tinggi efektif arah x
d = h – p ½ D tul.
= 1000 – 75 – ½ x 22
= 914 mm
Tinggi efektif arah y
d = h – p - D tul + ½ D tul
= 1000 – 75 - 22 - ½ x 22
= 892 mm
Mutu beton (f’c) = 30 Mpa  300 kg/cm2
Mutu tulangan (fy) = 400 Mpa  4000 kg/cm2

= = = 0,0035

b = =

= 0,0325
= 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

a. Tulangan Arah X
Moment = -0,0274 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80


(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )
Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen


282

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai


Digunakan
Luas tulangan dipakai

>

b. Tulangan Arah Y
Moment = 0,5832 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80


283

(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )


Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai


Digunakan
Luas tulangan dipakai

>

 Pile Cap Tipe P-4


284

Perhitungan tulangan direncanakan


Tebal pile cape (h) = 100 cm
= 1000 mm
Dimensi Kolom = 80 x 80 cm
Selimut Beton (p) = 75 mm
Diameter tulangan pokok = D 22
Tinggi efektif arah x
d = h – p ½ D tul.
= 1000 – 75 – ½ x 22
= 914 mm
Tinggi efektif arah y
d = h – p - D tul + ½ D tul
= 1000 – 75 - 22 - ½ x 22
= 892 mm
Mutu beton (f’c) = 30 Mpa  300 kg/cm2
Mutu tulangan (fy) = 400 Mpa  4000 kg/cm2

= = = 0,0035

b = =

= 0,0325
= 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

a. Tulangan Arah X
Moment = 0,55866 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80


(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )
Moment nominal rencana
285

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai


Digunakan
Luas tulangan dipakai

>
b. Tulangan Arah Y
Moment = -6,0246 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal
286

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80


(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )
Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai


Digunakan
Luas tulangan dipakai

>
287

 Pile Cap Tipe P-6


Perhitungan tulangan direncanakan
Tebal pile cape (h) = 100 cm
= 1000 mm
Dimensi Kolom = 80 x 80 cm`
Selimut Beton (p) = 75 mm
Diameter tulangan pokok = D 22
Tinggi efektif arah x
d = h – p ½ D tul.
= 1000 – 75 – ½ x 22
= 914 mm
Tinggi efektif arah y
d = h – p - D tul + ½ D tul
= 1000 – 75 - 22 - ½ x 22
= 892 mm
Mutu beton (f’c) = 30 Mpa  300 kg/cm2
Mutu tulangan (fy) = 400 Mpa  4000 kg/cm2

= = = 0,0035

b = =

= 0,0325
= 0,75 x b
= 0,75 x 0,0325 = 0,02438

a. Tulangan Arah X
Moment = 0,01316 ton.m
Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80


(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )
288

Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai


Digunakan
Luas tulangan dipakai

>

b. Tulangan Arah Y
Moment = 3,96802 ton.m
289

Faktor tahanan momen maksimal

N.mm

Faktor reduksi kekuatan lentur ϕ = 0,80


(pasal 11.3.2.1, SNI -03 -2847 -2002, hal 61 )
Moment nominal rencana

Faktor tahanan momen

Rasio tulangan perlu

Rasio tulangan yang digunakan

Luas tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan yang diperlukan per meter

Jarak tulangan dipakai


Digunakan
Luas tulangan dipakai
290

>

Dan untuk rekap hasil perhitungan penulangan pile cape tipe P-2, P-4 dan P-6
adalah sebagai berikut

Tabel 4.71. Hasil Perhitungan Penulangan Pile Cape

Sumber : Dokumentasi Pribadi Program Microsoft Excel

Anda mungkin juga menyukai