Anda di halaman 1dari 8

LATAR BELAKANG

Asma bronkial adalah suatu penyakit kronis yang ditandai dengan adanya peningkatan
kepekaan saluran nafas terhadap berbagai rangsangan dari luar , misalnya debu, serbuk sari,
udara dingin, makanan dan lain-lain yang menyebabkan penyempitan saluran nafas. Keadaan
ini akan memberikan gejala berupa sesak nafas, mengi dan batuk yang sering disertai lendir
(dahak). Hingga saat ini asma masih merupakan masalah di dunia dengan angka kejadian
sebanyak 3.000.000 penduduk dan angka kematian sebanyak 250.000 penduduk setiap tahun.
Di Indonesia prevalensi asma mencapai 4,5% dengan estimasi jumlah pasien asma 11,2 juta
jiwa.
Serangan asma bervariasi mulai dari serangan yang ringan dan tidak mengganggu aktivitas
sehingga dapat juga menjadi penyakit dan mengganggu aktivitas sehari – hari serta kualitas
hidup penderita.
DEFINISI
Asma adalah suatu kelainan berupa proses kronik saluran nafas yang menyebabkan
hiperaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan yang ditandai dengan gejala eprisodik
berulang berupa mengi, batuk, sesak nafas dan rasa berat di dada terutama malam hari atau
dini hari yang umumnya bersifat reversibel baik dengan ataupun tanpa pengobatan.
PATOGENESIS
Terjadinya kelainan asma dan serangan akutnya didasari oleh proses peradangan kronik
saluran nafas. Proses ini melibatkan banyak sel – sel imun dan zat – zat kimia yang
dikeluarkan oleh sel imun tersebut.  Peradangan kronis menyebabkan responjalan nafas
terhadap alergen atau zat berbahaya menjadi meningkat  menimbulkan gejala yang timbul
berulang berupa mengi,  sesak nafas, dada terasa berat dan batuk – batuk yang timbul
terutama malam dan dini hari. 
PENYEBAB ASMA BRONKIAL
Terdapat banyak faktor yang menimbulkan berbagai gejala asma. Faktor tersebut adalah
faktor yang menyebabkan peningkatan resiko penderita. Fakor resiko dibagi menjadi dua
yaitu faktor resiko pejamu dan lingkungan.
Faktor pejamu adalah faktor yang dimiliki individu yang meningkatkan resiko
berkembangnya gejala asma, yaitu genetik asma, alergi bawaaan atau disebut juga atopi.
Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan atau
predisposisi asma menyebabkan terjadi gejala serangan. Faktor lingkungan berupa alergen, 
polusi udara, sensitisasi lingkungan kerja, diet, asap rokok, infeksi pernafasan, serta status
sosial ekonomi dan besarnya keluarga.
DIAGNOSIS
Diagnostik asma tidak sulit bila gejala asmanya khas, tetapi terkadang di perlukan
pemeriksaan tambahan untuk memastikan diagnostik asma.
KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer (2008) meliputi :
1. Pneumothoraks
2. Pneumomediastenum
3. Atelaksis
4. Aspergilosis
5. Gagal napas
6. Bronkitis

RIWAYAT PENYAKIT
Biasanya keluhan yang dialami pasien berupa sesak nafas, mengi, batuk dan rasa berat di
dada yang bersifat episodik timbul setelah adanya paparan alergen, pengaruh cuaca serta
adanya riwayat atopi pada pasien atau keluarga pasien. Pencetus serangan asma diantaranya
kegiatan jasmani, infeksi virus, perubahan cuaca, stres emosional, mestruasi, uap zat kimia,
debu, atau berbagai alergen termasuk bulu binatang, debu rumah, tungau, jamur. Riwayat
keluarga alergi atau asma, adanya hiperesponsif bronkus, perokok, sosial ekonomi rendah.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pasien asma bisa normal. Abnormalitas yang paling sering ditemukan
ekspirasi memanjang, mengi ekspirasi, saat pemeriksaan auskultasi perlu ekspirasi paksa.
Mengi terjadi karena penyempitan saluran nafas. Pada keadaan serangan asma berat dapat
diketemukan sianosis, rasa mengantuk, sulit bicara, denyut jantung cepat, hiper inflasi dada.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengukuran fungsi paru dengan alat spirometri untuk menilai tingkat keparahan penyempitan
saluran nafas,  juga untuk menilai reversibilitas dan variabilitas saluran nafas.
Pengukuran lab seperti AGDA, pengukuran status alergi, dengan mengukur antibodi spesifik
pada tubuh pasien dengan cara pemeriksaan uji tusuk kulit (skin prick test),  dari pemeriksaan
ini akan di dapatkan antibodi spesifik terhadap alergen-alergen tertentu, yang merupakan
alergen penyebab asma. 
PENATALAKSANAAN ASMA
Tujuan penatalaksaan asma diantaranya adalah menghilangkan dan mengendalikan gejala
asma, mencegah eksaserbasi akut, meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal
mungkin, mengupayakan aktivitas normal termasuk olahraga, menghindari efek samping
obat, mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara irreversible, serta mecegah kematian
karena asma. 
Terapi Nonfarmakologi
Mengenali serta menghindari faktor pencetus asma. Asma dapat dicetuskan oleh berbagai
faktor termasuk alergi, infeksi saluran nafas atas, sinusitis, aktivitas fisik, obat aspirin, obat
anti inflamasi non steroid dan bahan iritan seperti asap rokok, asap kimiawi, kelembaban,
emosi. Disamping itu, pencetus serangan asma dapat dikarenakan serbuk sari, tungau, jamur,
bulu binatang, makanan dan hormon. Pada umumnya kucing merupakan hewan kesayangan
yang dapat menyebabkan asma. Semua hewan pengerat, kelinci dan hewan peliharaan dapat
menyebabkan asma termasuk kecoak.
Terapi Farmakologi
Terapi farmakologi dibagi dua kel ompok yaitu obat pelega dan obat pengontrol.
Obat pelega pada prinsipnya untuk dilatasi jalan nafas melalui relaksasi otos polos,
memperbaiki dan atau menghambat bronkokontriksi yang berkaitan dengan gejala akut
seperti mengi, rasa berat didada, dan batuk, tidak memperbaiki inflamasi (peradangan) jalan
nafas atau menurunkan hiperrensponsif jalan nafas. Salah satu bronkodilator ialah salbutamol
yang bekerja merelaksasikan otot polos, jalan nafas. Salbutamol sebaiknya diberikan secara
inhalasi dan merupakan beta 2 agonis inhalasi yang memiliki profil keamanan baik. 
Obat pengontrol adalah obat asma jangka panjang untuk mengontrol asma, diberikan setiap
hari untuk mencapai dan mempertahankan keadaan asma terkontrol. Kortikosteroid
merupakan obat pengontrol digunakan untuk preventif dan bekerja luas pada proses
inflamasi. Efek klinisnya ialah mengurangi gejala berat serangan, perbaikan arus puncak
ekspirasi dan spirometri, mengurangi hiperrensponsif jalan nafas, mencegah serangan dan
mencegah remodeling dinding jalan nafas. Kortikosteroid sebaiknya diberikan secara
inhalasi, pemberian secara inhalasi memerlukan dosis yang sangat kecil dan langsung bekerja
ditempat tujuan sehingga aman digunakan dalam jangka waktu lama.
 
Konsep Asuhan Keperawatan
A.     PENGKAJIAN KEPERAWATAN ASMA
1.      Pengkajian Primer Asma
a.     Airway
Peningkatan sekresi pernafasan
Bunyi nafas krekles, ronchi, weezing
b.     Breathing
Distress pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
Menggunakan otot aksesoris pernafasan
Kesulitan bernafas : diaforesis, sianosis
c.      Circulation
Penurunan curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
Sakit kepala
Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, Papil edema, Urin output meurun

d.     Dissability
Mengetahui kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi
dengan memeriksa atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2.      Pengkajian Sekunder Asma
a.     Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting, untuk menyusun strategi pengobatan.
Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun pada diri individu itu sendiri (pada
saat berbeda), dari tidak ada gejala sama sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai
gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya pada waktu serangan. Pada serangan
asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang
khas. Keluhan yang paling umum ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara
tiba-tiba dan dapat hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada
yang berlangsung terus untuk waktu yang lama.

b.     Pemeriksaan Fisik


Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda fisik yang mendukung diagnosis asma dan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang
mungkin menyertai asma, meliputi pemeriksaan :
1)     Status kesehatan umum
Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara, tekanan
darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu
pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2)     Integumen
Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit, kelembapan,
mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria
atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan kusam.
3)     Thorak
a)     Inspeksi
Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekwensi
peranfasan.
b)     Palpasi.
Pada palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
c)      Perkusi
Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi datar
dan rendah.
d)     Auskultasi.
Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau lebih
dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
c.      Sistem pernafasan
1)     Batuk mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau putih
tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi sekunder.
2)     Frekuensipernapasanmeningkat
3)     Otot-otot bantu pernapasan hipertrofi.
4)     Bunyi pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing.
5)     Ekspirasi lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan
mungkin lebih.
6)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
Hiperinflasi paru yang terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada
yang pada perkusi terdengar hipersonor.
Pernapasan makin cepat dan susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar
iga, sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula dan sela
iga serta pernapasan cuping hidung.
7)     Pada keadaan yang lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan
bunyi pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
d.     Sistem kardiovaskuler
1)     Tekanan darah meningkat, nadi juga meningkat
2)     Pada pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
takhikardi makin hebat disertai dehidrasi. Timbul Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan
tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada
5 mmHg, pada asma yang berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
3)     Pada keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
B.   DIAGNOSA KEPERAWATAN  

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea, peningkatan


produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler – alveolar
3. Pola Nafas tidak efektif berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri akut; ulu hati berhubungandengan proses penyakit.
5. Gangguan pola tidur
6. Kelelahan
7. Cemas berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi
KASUS

Ny. P berusia 68 tahun, masuk IGD RS X pada tanggal 4 maret 2015, pukul 09.00
WIB dengan keluhan sesak nafas. Ny. P datang bersama keluarga, saat pemeriksaan TTV
didapatkan hasil, TD = 110/70 mmHg, N = 96 x/menit, RR = 36x/menit. Tingkat
kesadaranNy. P Composmentis.

Pengkajian dilakukan pada tanggal 4 maret 2015 pukul 09.00 WIB

IdentitasPasien

Nama : Ny. P

Umur : 68 tahun

Jeniskelamin : Perempuan

Pekerjaan : Swasta

Pendidikan : SD

Agama : Islam

No RM : 247234

Alamat : Purwokerto

Tanggal Masuk : 4 maret 2015, pukul 09.00 WIB.

RiwayatPenyakit :

Keluhan utama : sesak napas.

Riwayat Penyakit Sekarang : pasien datang ke IGD dengan keluhan sesak napas sejak tadi
pagi karena udara yang dingin, ± 2 jam yang lalu pasien mendadak merasa sesak napas,
semakin lama napas terasa semakin sesak, napas cepat dan dangkal, kemudian pasien dibawa
ke rumah sakit. Riwayat penyakit dahulu: pasien sebelumnya ± 7 tahun yang lalu pernah
dirawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama tetapi tidak separah saat ini.

Riwayat penyakit keluarga : keluarga pasien mempunyai riwayat penyakit asma yaitu ibu
pasien.
Pengkajian Primer :

Airway :tidak terdapat adanya sumbatan (secret ataupun darah), lidah tidak jatuh ke belakang,
pasien kesulitan bernapas, batuk-batuk, pasien kesulitan bersuara, terdengar wheezing.

Breathing : terlihat pengembangan dada kanan dan kiri simetris, pasien kesulitan saat
bernapas, RR: 36x/menit, irama napas tidak teratur, napas cuping hidung, terlihat adanya
penggunaan otot bantu pernapasan (sternokleido mastoid), napas cepat dan pendek.

Circulation : TD: 110/70 mmHg, N = 96 x/menitreguler, nadi teraba lemah, terdengar suara
jantung S1 dan S2 tunggal reguler, cappilary refille kembali<3 detik, tidakterdapatsianosis,
akral hangat.

Disability : kesadaran pasien compos mentis dengan GCS (E4,M6,V5), pasien mengatakan
cemas tentang kondisinya saat ini, pasien gelisah, terlihat tidak tenang, dan mengulang kata-
kata.

Exposure : rambut beruban dan kulit kepala tampak bersih tidak terdapat hematoma, tidak
terdapat luka pada tubuh pasien dan keluar keringat banyak.

Pengkajian Sekunder :

1. Tingkat kesadaran : CM
2. GCS : E4V5M6
3. Tanda – tanda vital : TD: 110/70 mmHg, N = 96 x/menit, RR= 36x/menit, S=36̊ C
4. Pemeriksaanfisik :
a. Kepala : rambut beruban, kepala bersih, tidakada hematom
b. Mata : ukuran pupil kanan/kiri (3mm/3mm), rangsangan cahaya pupil
kanan/kiri (+/+).
c. Mulut : sianosis, mukosabibirkering.
d. Hidung : tidak ad apolip, bersih, nafas cuping hidung.
e. Telinga : simetris, bersih, tidak ada serumen
f. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada peningkatan
JVP
g. Dada : Paru – paru
I : pengembangan dada simetris, tampak penggunaan otot
bantu pernafasan
Pal : vocal fremitus kanan-kiri
Per : Sonor
A : terdengar wheezing, ekspirasimemanjang

h. Ekstremitas : akral hangat


Ekstremitasatas : CRT <3 detik, tidak ada edema
Ekstremitasbawwah : tidakada edema

Pengkajian AMPLE
a. Alergi : pasien memiliki alergi terhadap dingin
b. Medikasi :pasien sebelum dibawake RS sudah menggunakan obat pelega nafas
(vaporub) tapi tetap sesak.
c. Postilness : pasien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti flu
d. Lastmeal : pasien makan tadi pagi ± 2 jam sebelum dibawa ke rumah sakit,
terakhir pasien mengkonsumsi nasi dengan sayur dan lauk pauk serta minum es
tawar.
e. Environment : pasien tinggal dengan suami dan kedua anaknya, pasien tinggal di
desa dekat dengan sawah dan lingkungan pasien cukup padat penduduk, keluarga
mengatakan sirkulasi di rumah cukup baik.

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Ditjen Yankes Artikel Asma Bronchial.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia. Diunduh dari :
http://yankes.kemkes.go.id/read-asma-bronchial-4810.html
Mansjoer, Arif. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 1. Edisi 3. Media Aesculapius FKUI:
Jakarta
PPNI. 2018. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

PPNI. 2018.Standar Luaran Keperawatan Indonesia:Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan,


Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai