Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MENYIAPKAN GENERASI MUDA INDONESIA DI ABAD 21


Di susun sebagai salah satu syarat mengikuti perkuliahan
Dasar-Dasar Pendidikan Sains

Disusun oleh :
Kelompok 2

Nama NiM
Muhammad Naufal Pasha : 193020208028
Grace Elisa : 193020208012
Yanti Amelia Banu : 193010208002
Agnesh Gloria Putri Saragih : 193020208032
Novia Dwi Putri Junila : 193030208038
Viani : 193020208022

Dr. Abdul Hadjranul Fatah, M.SI Prof. Dr. Suandi Sidauruk, M.Pd

NIP. 19670307 1992 03 1 004 NIP.19601018 1989 03 1 003

PRODI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2020
Kata pengantar

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Menyiapkan Generasi Indonesia Abad 21” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan
pembelajaran tentang radioaktif . Tidak lupa pula kami kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr.
Abdul Hajranul Fatah, M.Si yang sudah membimbing kami dalam membuat makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
kedepanya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan
semoga makalah ini dapat bermafaat.

palangkaraya 2, April 2020


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehidupan di abad ke-21 menuntut berbagai keterampilan yang harus dikuasai seseorang,
sehingga diharapkan pendidikan dapat mempersiapkan siswa untuk menguasai berbagai keterampilan
tersebut agar menjadi pribadi yang sukses dalam hidup. Keterampilan-keterampilan penting di abad
ke-21 masih relevan dengan empat pilar kehidupan yang mencakup belajar untuk menetahui, belajar
untuk melakukan, belajar menjadi mengaktualisasikan diri sebagai individu mandiri yang
berkepribadian dan belajar untuk hidup bersama. Empat prinsip tersebut masing-masing mengandung
keterampilan khusus yang perlu diberdayakan dalam kegiatan belajar, seperti keterampilan berpikir
kritis, pemecahan masalah, metakognisi, keterampilan berkomunikasi, berkolaborasi, inovasi dan
kreasi, literasi informasi, dan berbagai keterampilan lainnya. Pencapaian keterampilan abad ke-21
tersebut dilakukan dengan memperbarui kualitas pembelajaran, membantu siswa mengembangkan
partisipasi, menyesuaikan personalisasi belajar, menekankan pada pembelajaran berbasis
proyek/masalah, mendorong kerjasama dan komunikasi, meningkatkan keterlibatan dan motivasi
siswa, membudayakan kreativitas dan inovasi dalam belajar, menggunakan sarana belajar yang tepat,
mendesain aktivitas belajar yang relevan dengan dunia nyata, memberdayakan metakognisi, dan
mengembangkan pembelajaran. Berbagai keterampilan abad ke-21 harus secara eksplisit diajarkan.
Secara singkat, pembelajaran abad ke-21 memiliki prinsip pokok bahwa pembelajaran harus berpusat
pada siswa, bersifat kolaboratif, kontekstual, dan terintegrasi dengan masyarakat. Peran guru dalam
melaksanakan pembelajaran abad ke-21 sangat penting dalam mewujudkan masa depan anak bangsa
yang lebih baik.

Menciptakan generasi penerus bangsa yang berkompeten tidak akan mudah jika tidak ada
kesadaran untuk berubah dari para penerus generasi. Sedangkan dalam rangka menjawab tantangan
persaingan era globalisasi, suatu negara memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten
untuk menguasai ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini untuk
mempersiapkan SDM yang siap menjawab tantangan serta memecahkan problematika yang terjadi di
masa kini dan masa datang, SDM tersebut perlu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya
melalui proses pendidikan, salah satu contoh proses pendidikan adalah pembeljaran sains.
pembelajaran sains yang sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
Teknologi,karena memiliki upaya  untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang
mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses. Produk
sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir,
cara memecahkan masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu sains dirumuskan secara sistematis,
terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi belajar sains dapat dilakukan dengan
membaca literatur literatur di perpustakaan. namun di zaman ini minat baca seorang siswa dari
sd,smp,dan sma sudah mulai berkurang PISA (Programme for International Student Assesment) . 

tentang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik menyatakan
bahwa:Komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan, sehingga mereka tidak mampu
mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan
masalah sederhana sekalipun Lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data
dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnyaAdanya keterbatasan kemampuan
siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisanKetelitian siswa membaca masih rendah, siswa
tidak terbiasa menghubungkan informasi-informasidalam teks untuk dapat menjawab
soalKemampuan nalar ilmiah masih rendah Lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
dasar sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pendidikan Sains di Indonesia

2. Apa penting litersi sains

3. Bagaimana gerakan literasi sains di sekolah (SD, SMP, SMA) sederajat

4. Bagaimana literasi sains sebagai kecakapan hidup

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang pendidikan Sains di Indonesia

2. Dapat mengerti dan paham tentang pentingnya literasi sains

3. Mengetahui gerakan literasi sains di sekolah (SD, SMP, SMA) sederajat

4. Mengerti tentang literasi sains sebagai kecakapan hidup

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Sains di Indonesia

Ilmu pengetahuan alam adalah istilah yang digunakan yang merujuk pada


rumpun ilmu dimana obyeknya adalah benda-benda alam dengan hukum-hukum yang
pasti dan umum, berlaku kapan pun dimana pun. Sains (science) diambil dari kata
latin scientia yang arti harfiahnya adalah pengetahuan. Sund dan Trowbribge
merumuskan bahwa Sains merupakan kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan
Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara
untuk mendapatkan dan mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan
proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah
yang ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari
penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah,
merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan
akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains
ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk kuantitas.
Ilmu alam mempelajari aspek-aspek fisik & nonmanusia tentang Bumi dan alam
sekitarnya. Ilmu-ilmu alam membentuk landasan bagi ilmu terapan, yang keduanya
dibedakan dari ilmu sosial, humaniora, teologi, dan seni. Matematika tidak dianggap
sebagai ilmu alam, akan tetapi digunakan sebagai penyedia alat/perangkat dan kerangka
kerja yang digunakan dalam ilmu-ilmu alam. Istilah ilmu alam juga digunakan untuk
mengenali "ilmu" sebagai disiplin yang mengikuti metode ilmiah, berbeda
dengan filsafat alam. Di sekolah, ilmu alam dipelajari secara umum di mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam(biasa disingkat IPA). Tingkat kepastian ilmu alam
relatif tinggi mengingat obyeknya yang kongkrit, karena hal ini ilmu alam lazim juga
disebut ilmu pasti. Di samping penggunaan secara tradisional di atas, saat ini istilah
"ilmu alam" kadang digunakan mendekati arti yang lebih cocok dalam pengertian sehari-
hari. Dari sudut ini, "ilmu alam" dapat menjadi arti alternatif bagi biologi, terlibat dalam
proses-proses biologis, dan dibedakan dari ilmu fisik (terkait dengan hukum-hukum
fisika dan kimia yang mendasari alam semesta).
Indonesia adalah sebuah negara berkembang yang terletak di benua asia, tepatnya
asia tenggara. Negara ini membutuhkan banyak tenaga ahli terutama dari bidang sains
untuk memajukan bangsa Indonesia ,namun pada kenyataannya masih banyak masalah
yang dihadapi bangsa Indonesia dalam pola pendidikan sains.Yang pertama,porsi
pembahasan soal lebih banyak dibandingkan porsi penjelasan konsep. Sains adalah
sebuah pengetahuan yang harus diuji bukan diterima begitu saja, semua teori ataupun
konsep dalam sains harus diuji untuk memastikan kebenarannya dengan eksperimen,
namun,kebanyakan institusi pendidikan di indonesia mengajarkan siswanya untuk
menghapal rumus, akhirnya siswa tidak berperan aktif, menerima begitu saja konsep
konsep teori sains yang diajaarkan oleh gurunya. Ilmu yang mereka dapat juga akan
dengan cepat dilupakan, seperti kata pepatah cepat dihapal, cepat dilupakan. Dengan cara
seperti ini budaya sains yang sesungguhnya tidak akan berjalan seperti seharusnya dan
kemampuan otak siswa tidak akan terlatih dalam menghadapi permasalahan sains
dilingkungan yang ada. Selanjutnya, kemampuan guru yang tidak berkompeten dalam
membahas materi sains yang ada. Materi pembelajaran sains adalah materi yang cukup
rumit dalam metode pengajaran, semua materi dalam sains akan memunculkan banyak
pertanyaaan di dalam pikiran para siswa, namun jika pertanyaan pertanyaan tersebut
tidak mampu terjawab oleh para tenaga didik akan memunculkan kekecewaan dalam hati
para siswa akhirnnya mereka cenderung tidak mau belajar karena lagi lagi mereka
dipaksa menerima begitu saja oleh guru mereka karena ketidakmampuan para tenaga
pendidik dalam menjawab banyak pertanyaan yang dilontarkan oleh siswanya.
Yang terakhir adalah tenaga pendidik tidak memberikan sentuhan pengepakan
yang menarik dalam mempelajari sains.Dalam banyak study kasus di Indonesia kita akan
melihat banyak siswa yang merasa takut dan cenderung menghindari ketika pelajaran
sains itu datang kepada mereka. Hal itu terjadi karena tenaga pendidik di Indoneisa
cenderung mengajarkan dengan bahasa yang sulit dipahami oleh para siswa, mereka
langsung menggunakan bahasa matematika yang untuk sebagian orang bahasa matematik
adalah bahasa yang sulit dipahami, alangkah baiknya jika bahasa bahasa kaku seperti itu
ditinggalkan dan diganti degan bahasa bahasa yang lebih elegan, memang sains tidak
akan lepas dari matematika namun konsep dari sains bukan matematika, sains adalah
ilmu tentang memahami fenomena alam, sayang jika mereka akan kehilangan
pengetahuan tentang segala sesuatu yang menarik tentang fenomena alam tempat hidup
mereka hanya karena pengemasan dari tenaga didik yang tidak menarik.

B. litersi sains

Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk
mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik
sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam,
intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang
terkait sains (OECD, 2016).
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam
rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang
literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan
sains, melainkan lebih dari itu. PISA juga menilai pemahaman peserta didik terhadap
karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan
teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk
terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia  yang reflektif. Literasi sains
dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua
siswa, apakah meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan
tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu
kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada
pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis.
National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi
ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains adalah
ansambel dari praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan,
yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan.
pentingnya literasi sains:

1. literasi sains merupakan kunci utama untuk menghadapi berbagai tantangan pada abad
XXI untuk mencukupi kebutuhan air dan makanan, pengendalian penyakit,
menghasilkan energi yang cukup, dan menghadapi perubahan iklim.

2. Literasi sains membantu kita untuk membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun
karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan
alam semesta, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat modern yang sangat
bergantung pada teknologi.

3. Literasi sains penting bagi siswa untuk


memahami lingkungan, kesehatan, ekonomi, social modern, dan teknologi. Oleh karena
itu, pengukuran literasi sains penting untuk mengetahui tingkat literasi sains siswa agar
dapat mencapai literasi sains yang tinggi atau baik sehingga kualitas pendidikan di
indonesia dapat meningkat dan dapat bersaing dengan negara lain.
Pendidikan sains memiliki peran yang penting dalam menyiapkan anak
memasuki dunia kehidupannya. Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan
proses. Produk sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses
sains meliputi cara-cara memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan
yang mencakup cara kerja, cara berfikir, cara memecahkan masalah dan cara bersikap.
Oleh karena itu sains dirumuskan secara sistematis, terutama didasarkan atas pengamatan
eksperimen dan induksi. Mudzakir (dalam Hernani, et al.,2009) mengungkapkan bahwa
pendidikan sains memiliki potensi yang besar dan peranan strategis dalam menyiapkan
sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi era industrialisasi dan
globalisasi. Potensi ini akan dapat terwujud jika pendidikan sains mampu melahirkan
siswa yang cakap dalam bidangnya dan berhasil menumbuhkan kemampuan berpikir
logis, berpikir kreatif, kemampuan memecahkan masalah, bersifat kritis, menguasai
teknologi serta adaptif terhadap perubahan dan perkembangan zaman.

C. Gerakan literasi sains di sekolah (SD, SMP, SMA) sederajat

Di abad ke 21 ini, pendidikan menjadi semakin penting untuk menjamin peserta


didik (SD, SMP, dan SMA) memiliki keterampilan belajar dan berinovasi, keterampilan
menggunakan teknologi dan media informasi, serta dapat bekerja, dan bertahan dengan
menggunakan keterampilan untuk hidup (life skills). Abad 21 menuntut pendidikan
untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu menghadapi persaingan ekonomi
global. pembelajaran abad 21 harus mengajarkan 4 kompetensi yaitu communication,
collaboration, criticalthinking, dan creativity. untuk menghadapi pembelajaran di abad
21, setiap orang harus memiliki keterampilan berpikir kritis, pengetahuan dan
kemampuan literasi digital, literasi informasi, literasi media dan menguasai teknologi
informasi dan komunikasi.
Melalui pendidikan sains, siswa dapat terlibat pada dampak sains dalam
kehidupan sehari – hari dan peran siswa dalam masyarakat. Dengan menerapkan konsep
sains dalam pendidikan sains, siswa indonesia diharapkan mampu menyelesaikan
permasalahan di kehidupan nyata pada era abad 21 ini. Peserta didik yang memiliki
pengetahuan untuk memahami fakta ilmiah serta hubungan antara sains, teknologi dan
masyarakat, dan mampu menerapkan pengetahuannya untuk memecahkan masalah –
masalah dalam kehidupan nyata disebut dengan masyarakat berliterasi sains. Tingkat
pencapaian literasi sains di indonesia yang rendah menjadi salah satu landasan empiris
terciptanya kurikulum 2013 Dalam kurikulum 2013 terlihat jelas literasi sains melalui
pembelajaran inkuiri ilmiah. Pendekatan yang digunakan dalam kurikulum 2013 adalah
pendekatan ilmiah (scientufuc approach) yang terdiri dari lima kegiatan (5m), yaitu
mengobservasi, menanya, mengeksperimenkan, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan.
Berdasarkan beberapa literatur, menyebutkan bahwa pendekatan ilmiah sama dengan
pendekatan inkuiri, sehingga kurikulum 2013 sudah mengakomodasikan pengembangan
literasi sains bagi sisqa SD, SMP dan SMA. Namun belum banyak sekolah yang
menerapkan soal evaluasi yang mengkaitkan dengan fenomena sehari-hari dan masih
dalam dimensi pengetahuan dan konseptual, sehingga belum dapat digunakan untuk
mengukur literasi sains siswa. Pengukuran tingkat literasi sains siswa sangat penting
untuk mengetahui sejauh mana kemelekan siswa(SD,SMP dan SMA) terhadap konsep
sains yang sudah dipelajarinya. Oleh karena itu diperlukan instrumen literasi sains untuk
siswa. Implementasi pembekalan literasi sains melalui pembelajaran sains dapat
memperhatikan unsur-unsur dalam Kompetensi Inti (KI), dan Kompetensi Dasar (KD)
yang terdapat pada paket Kurikulum 2013 untuk mata pelajaran IPA. Solusi praktis yang
dapat dilakukan oleh guru dalam membekali literasi sains adalah dengan
mengintegrasikan literasi sains dalam setiap proses pembelajaran IPA.
Materi yang direncanakan harus diwadahi dan diaktuali- sasikan melalui
kegiatan-kegiatan percobaan dalam sains. Perencanaan kegiatan-kegiatan dalam
percobaan dalam sains adalah upaya mencapai perbaikan literasi sains yang selama ini
belum terjamah. Pembelajaran IPA harus bersifat kontekstual dan membiasakan peserta
didik melakukan observasi langsung terhadap objek-objek sains agar peserta didik dapat
memperoleh pengalamannya. Pengajaran dalam mata pelajaran IPA di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) harus memberikan pengalaman langsung melalui kegiatan
observasi menggunakan indera yang dimiliki oleh peserta didik. Apalagi pembelajaran
IPA dikemas dalam bentuk tematik artinya tidak ada pemisahan mata pelajaran biologi,
fisika, dan kimia. Pembelajaran IPA dilakukan secara terpadu yang artinya materi yang
disajikan dikaitkan dengan konsep yang lain melalui hasil analisis dari suatu perencanaan
pembelajaran.

D. Literasi sains sebagai kecakapan hidup

Kecakapan hidup adalah kemampuan untuk menghadapi permasalahan hidup,


kemudian secara kreatif mencari dan menemukan solusi untuk mengatasinya sehingga
dapat survive dalam kehidupannya. Pendidikan berbasis kecakapan hidup bagi
siswaadalah sebagai bekal dalam menghadapi dan memecahkan problema hidup dan
kehidupan, baik sebagai pribadi yang mandiri, warga masyarakat, maupun sebagai warga
negara. Salah satu tujuan dari kecakapan hidup bertujuan mengaktualisasikan potensi
peserta didik sehingga dapat digunakan untuk memecahkan problema yang dihadapi.
Kecakapan hidup terdiri atas kecekapan generic dan kecakpan spesifik. Kecakapan dasar
yang harus dimiliki siswa adalah kecakapan personal yang mencakup tentang kecakapan
memahami diri dan kecakapan berpikir Literasi sains merupakan kecakapan hidup abad
ke-21 yang meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan meningkatkan taraf hidup
sehingga menjadi penentu kemajuan sebuah bangsa. Strategi peningkatan kecakapan
sains perlu dilakukan secara berkelanjutan dan melibatkan seluruh warga sekolah,
keluarga, dan semua komponen masyarakat. Strategi ini perlu dirumuskan bersama dan
disesuaikan dengan konteks kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat yang
beragam. Materi pendukung literasi sains ini diharapkan mampu berperan sebagai
kerangka acuan bagi perumusan kegiatan literasi sains yang beragam dan kontekstual.
Untuk mencapai pembaca sasaran dengan kondisi geografis, kebutuhan, dan
minat yang beragam, materi pendukung ini juga dapat menjadi acuan bagi penyusunan
materi sosialisasi turunan, seperti infografis, videografis, leaflet, dan panduan teknis
lainnya. Rychen & Salganik (2003) menyebutkan bahwa literasi sains searah dengan
pengembangan kecakapan hidup. Pernyataan tersebut berarti bahwa keterampilan
bernalar dalam konteks sosial dapat menekankan kemampuan literasi sains yang
diperuntukkan bagi semua orang. Model scientific literasi menekankan perlunya
keseimbangan antar berbagai kompetensi dan membutuhkan keterampilan personal
dalam pengambilan keputusan sosial saintifik (Holbrook & Rannikmae, 2007). Dengan
demikian, salah faktor yang sangat berpengaruh terhadap kemampuan literasi sains
adalah kecakapan personal.

BAB 3
Penutup

a. Saran
Berdasarkan apa yang telah saya jelaskan dalam makalah mengenai Menyiapkan generasi
Indonesia di abad 21 ini pasti ada kekurangan maupun kelebihannya. Adapun kritik maupun
saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini baik dari segi
penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca
dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.
b. Kesimpulan
Sains adalah sebuah pengetahuan yang harus diuji bukan diterima begitu saja, semua
teori ataupun konsep dalam sains harus diuji untuk memastikan kebenarannya dengan
eksperimen, namun, kebanyakan institusi pendidikan di indonesia mengajarkan siswanya
untuk menghapal rumus, akhirnya siswa tidak berperan aktif, menerima begitu saja konsep
konsep teori sains yang diajaarkan oleh gurunya. Ilmu yang mereka dapat juga akan dengan
cepat dilupakan, seperti kata pepatah cepat dihapal, cepat dilupakan.
Mempersiapkan siswa untuk bekerja, menjadi warga negara yang baik dan
mampu menghadapi kehidupan di abad ke-21 merupakan suatu perjuangan. Globalisasi,
teknologi, migrasi, kompetisi internasional, perubahan pasar global, lingkungan
transnasional dan perubahan politik semuanya mengarah pada kebutuhan keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan oleh siswa untuk dapat sukses pada abad ke-21.
Diperlukan pendekatan baru yang dapat mengakomodasi karakteristik siswa saat ini dalam
pembelajaran di kelas, sejak mereka pada tahap awal pendidikan formal, tidak perlu
menunggu sampai mereka di jenjang perpendidikan tinggi. Hal ini menjadi fokus bahan
kajian atau penelitian untuk mengembangkan ragam kurikulum, pendekatan, model, strategi,
metode, penilaian dan segala hal terkait, yang efektif dalam penyiapan kompetensi dan
keterampilan siswa menuju abad ke-21.
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Berdasarkan beberapa literatur, menyebutkan bahwa
pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri, sehingga kurikulum 2013 sudah
mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi sisqa SD, SMP dan SMA. Namun
belum banyak sekolah yang menerapkan soal evaluasi yang mengkaitkan dengan fenomena
sehari-hari dan masih dalam dimensi pengetahuan dan konseptual, sehingga belum dapat
digunakan untuk mengukur literasi sains siswa.
Berdasarkan beberapa literatur, menyebutkan bahwa pendekatan ilmiah sama dengan
pendekatan inkuiri, sehingga kurikulum 2013 sudah mengakomodasikan pengembangan
literasi sains bagi sisqa SD, SMP dan SMA. Namun belum banyak sekolah yang menerapkan
soal evaluasi yang mengkaitkan dengan fenomena sehari-hari dan masih dalam dimensi
pengetahuan dan konseptual, sehingga belum dapat digunakan untuk mengukur literasi sains
siswa.

DAFTAR PUSTAKA

National Research Council (2012), A Framework for K-12 Science Education: Practices,
Crosscutting Concepts, and Core Ideas, Committee on a Conceptual Framework for New K-
12 Science Education Standards, Board on Science Education, Division of Behavioral and
Social Sciences and Education, Washington, DC.

Depdikbud. (2017). Materi Pendukung Literasi Sains. Jakarta :

Depdikbud Hosnan. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam


Pembelajaran Abad 21.

Bogor: Ghalia Indonesia

Zuriyani, Elvi. (2017). Literasi Sains dan

Pendidikan.http://www.academia.edu/11664935/literasi-sains-dan-pendidikanWinata

Liu, X. 2009. Beyond science literacy: Science and the public. International Journal of

Environmental

Anda mungkin juga menyukai