Disusun oleh :
Kelompok 2
Nama NiM
Muhammad Naufal Pasha : 193020208028
Grace Elisa : 193020208012
Yanti Amelia Banu : 193010208002
Agnesh Gloria Putri Saragih : 193020208032
Novia Dwi Putri Junila : 193030208038
Viani : 193020208022
Dr. Abdul Hadjranul Fatah, M.SI Prof. Dr. Suandi Sidauruk, M.Pd
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah tentang “Menyiapkan Generasi Indonesia Abad 21” ini sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Kami sangat berharap dengan adanya makalah ini dapat menambah wawasan dan
pembelajaran tentang radioaktif . Tidak lupa pula kami kami ucapkan terimakasih kepada bapak Dr.
Abdul Hajranul Fatah, M.Si yang sudah membimbing kami dalam membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan yang
terdapat didalamnya. Oleh karena itu, kami mengaharapkan kritik dan saran dari pembaca agar
kedepanya kami dapat membuat makalah yang lebih baik lagi. Demikian yang dapat kami sampaikan
semoga makalah ini dapat bermafaat.
Menciptakan generasi penerus bangsa yang berkompeten tidak akan mudah jika tidak ada
kesadaran untuk berubah dari para penerus generasi. Sedangkan dalam rangka menjawab tantangan
persaingan era globalisasi, suatu negara memerlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten
untuk menguasai ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan teknologi. Saat ini untuk
mempersiapkan SDM yang siap menjawab tantangan serta memecahkan problematika yang terjadi di
masa kini dan masa datang, SDM tersebut perlu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya
melalui proses pendidikan, salah satu contoh proses pendidikan adalah pembeljaran sains.
pembelajaran sains yang sangat berperan dalam proses pendidikan dan juga perkembangan
Teknologi,karena memiliki upaya untuk membangkitkan minat manusia serta kemampuan dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pemahaman tentang alam semesta yang
mempunyai banyak fakta yang belum terungkap dan masih bersifat rahasia sehingga hasil
penemuannya dapat dikembangkan menjadi ilmu pengetahuan alam yang baru dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.Sains pada hakekatnya merupakan sebuah produk dan proses. Produk
sains meliputi fakta, konsep, prinsip, teori dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi cara-cara
memperoleh, mengembangkan dan menerapkan pengetahuan yang mencakup cara kerja, cara berfikir,
cara memecahkan masalah dan cara bersikap. Oleh karena itu sains dirumuskan secara sistematis,
terutama didasarkan atas pengamatan eksperimen dan induksi belajar sains dapat dilakukan dengan
membaca literatur literatur di perpustakaan. namun di zaman ini minat baca seorang siswa dari
sd,smp,dan sma sudah mulai berkurang PISA (Programme for International Student Assesment) .
tentang literasi sains anak Indonesia yang dianalisis Tim Literasi sains Puspendik menyatakan
bahwa:Komposisi jawaban siswa mengindikasikan lemahnya pemahaman siswa terhadap konsep-
konsep dasar sains yang sebetulnya telah diajarkan, sehingga mereka tidak mampu
mengaplikasikannya untuk menginterpretasi data, menerangkan hubungan kausal, serta memecahkan
masalah sederhana sekalipun Lemahnya kemampuan siswa dalam membaca dan menafsirkan data
dalam bentuk gambar, tabel, diagram dan bentuk penyajian lainnyaAdanya keterbatasan kemampuan
siswa mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisanKetelitian siswa membaca masih rendah, siswa
tidak terbiasa menghubungkan informasi-informasidalam teks untuk dapat menjawab
soalKemampuan nalar ilmiah masih rendah Lemahnya penguasaan siswa terhadap konsep-konsep
dasar sains dan keterkaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan kesehatan.
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui tentang pendidikan Sains di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Sains di Indonesia
B. litersi sains
Literasi sains dapat diartikan sebagai pengetahuan dan kecakapan ilmiah untuk
mampu mengidentifikasi pertanyaan, memperoleh pengetahuan baru, menjelaskan
fenomena ilmiah, serta mengambil simpulan berdasar fakta, memahami karakteristik
sains, kesadaran bagaimana sains dan teknologi membentuk lingkungan alam,
intelektual, dan budaya, serta kemauan untuk terlibat dan peduli terhadap isu-isu yang
terkait sains (OECD, 2016).
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam
rangka memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang
dilakukan terhadap alam melalui aktivitas manusia. Definisi literasi sains ini memandang
literasi sains bersifat multidimensional, bukan hanya pemahaman terhadap pengetahuan
sains, melainkan lebih dari itu. PISA juga menilai pemahaman peserta didik terhadap
karakteristik sains sebagai penyelidikan ilmiah, kesadaran akan betapa sains dan
teknologi membentuk lingkungan material, intelektual dan budaya, serta keinginan untuk
terlibat dalam isu-isu terkait sains, sebagai manusia yang reflektif. Literasi sains
dianggap suatu hasil belajar kunci dalam pendidikan pada usia 15 tahun bagi semua
siswa, apakah meneruskan belajar sains atau tidak setelah itu. Berpikir ilmiah merupakan
tuntutan warga negara, bukan hanya ilmuwan. Keinklusifan literasi sains sebagai suatu
kompetensi umum bagi kehidupan merefleksikan kecenderungan yang berkembang pada
pertanyaan-pertanyaan ilmiah dan teknologis.
National Research Council (2012) menyatakan bahwa rangkaian kompetensi
ilmiah yang dibutuhkan pada literasi sains mencerminkan pandangan bahwa sains adalah
ansambel dari praktik sosial dan epistemik yang umum pada semua ilmu pengetahuan,
yang membingkai semua kompetensi sebagai tindakan.
pentingnya literasi sains:
1. literasi sains merupakan kunci utama untuk menghadapi berbagai tantangan pada abad
XXI untuk mencukupi kebutuhan air dan makanan, pengendalian penyakit,
menghasilkan energi yang cukup, dan menghadapi perubahan iklim.
2. Literasi sains membantu kita untuk membentuk pola pikir, perilaku, dan membangun
karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan
alam semesta, serta permasalahan yang dihadapi masyarakat modern yang sangat
bergantung pada teknologi.
BAB 3
Penutup
a. Saran
Berdasarkan apa yang telah saya jelaskan dalam makalah mengenai Menyiapkan generasi
Indonesia di abad 21 ini pasti ada kekurangan maupun kelebihannya. Adapun kritik maupun
saran dapat disampaikan ke penulis agar dapat memperbaiki makalah ini baik dari segi
penulisan, materi, maupun tata bahasa yang disampaikan. Penulis mengharapkan pembaca
dapat mengambil manfaat dari makalah yang telah dibuat.
b. Kesimpulan
Sains adalah sebuah pengetahuan yang harus diuji bukan diterima begitu saja, semua
teori ataupun konsep dalam sains harus diuji untuk memastikan kebenarannya dengan
eksperimen, namun, kebanyakan institusi pendidikan di indonesia mengajarkan siswanya
untuk menghapal rumus, akhirnya siswa tidak berperan aktif, menerima begitu saja konsep
konsep teori sains yang diajaarkan oleh gurunya. Ilmu yang mereka dapat juga akan dengan
cepat dilupakan, seperti kata pepatah cepat dihapal, cepat dilupakan.
Mempersiapkan siswa untuk bekerja, menjadi warga negara yang baik dan
mampu menghadapi kehidupan di abad ke-21 merupakan suatu perjuangan. Globalisasi,
teknologi, migrasi, kompetisi internasional, perubahan pasar global, lingkungan
transnasional dan perubahan politik semuanya mengarah pada kebutuhan keterampilan
dan pengetahuan yang diperlukan oleh siswa untuk dapat sukses pada abad ke-21.
Diperlukan pendekatan baru yang dapat mengakomodasi karakteristik siswa saat ini dalam
pembelajaran di kelas, sejak mereka pada tahap awal pendidikan formal, tidak perlu
menunggu sampai mereka di jenjang perpendidikan tinggi. Hal ini menjadi fokus bahan
kajian atau penelitian untuk mengembangkan ragam kurikulum, pendekatan, model, strategi,
metode, penilaian dan segala hal terkait, yang efektif dalam penyiapan kompetensi dan
keterampilan siswa menuju abad ke-21.
Literasi sains didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan sains,
mengidentifikasi pertanyaan, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti-bukti, dalam rangka
memahami serta membuat keputusan berkenaan dengan alam dan perubahan yang dilakukan
terhadap alam melalui aktivitas manusia. Berdasarkan beberapa literatur, menyebutkan bahwa
pendekatan ilmiah sama dengan pendekatan inkuiri, sehingga kurikulum 2013 sudah
mengakomodasikan pengembangan literasi sains bagi sisqa SD, SMP dan SMA. Namun
belum banyak sekolah yang menerapkan soal evaluasi yang mengkaitkan dengan fenomena
sehari-hari dan masih dalam dimensi pengetahuan dan konseptual, sehingga belum dapat
digunakan untuk mengukur literasi sains siswa.
Berdasarkan beberapa literatur, menyebutkan bahwa pendekatan ilmiah sama dengan
pendekatan inkuiri, sehingga kurikulum 2013 sudah mengakomodasikan pengembangan
literasi sains bagi sisqa SD, SMP dan SMA. Namun belum banyak sekolah yang menerapkan
soal evaluasi yang mengkaitkan dengan fenomena sehari-hari dan masih dalam dimensi
pengetahuan dan konseptual, sehingga belum dapat digunakan untuk mengukur literasi sains
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
National Research Council (2012), A Framework for K-12 Science Education: Practices,
Crosscutting Concepts, and Core Ideas, Committee on a Conceptual Framework for New K-
12 Science Education Standards, Board on Science Education, Division of Behavioral and
Social Sciences and Education, Washington, DC.
Pendidikan.http://www.academia.edu/11664935/literasi-sains-dan-pendidikanWinata
Liu, X. 2009. Beyond science literacy: Science and the public. International Journal of
Environmental