Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS PERFORMA KOMPRESOR MYCOM N 62 WB UNIT 3


PT ASI PUDJIASTUTI MARINE PRODUCT

DI
PT ASI PUDJIASTUTI MARINE PRODUCT

11 September – 6 Oktober 2017

Disusun Oleh :
YUDA ARIA BINANGUN
20140130028

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

i
ii
iii
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur Alhamdulillahirobbil’alamin kepada Allah


SWT, yang telah memberikan kesehatan, nikmat, dan hidayah sehingga penulis
dapat menyelesaikan laporan kerja praktik ini tanpa halangan suatu apapun dengan
judul “Analisis Performa Kompressor MYCOM N 62 WB Unit 3 PT ASI
Pudjiastuti Marine Product”.
Kerja praktik ini dilaksanakan kurang lebih satu bulan terhitung mulai
tanggal 11 September 2017 sampai dengan 6 Oktober 2017. Laporan kerja praktik
ini disusun untuk memenuhi persyaratan akademis jenjang Strata Satu (S1) pada
mata kuliah Kerja Praktik di Program Studi S1 Teknik Mesin, Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Dalam penyusunan laporan kerja praktik ini, penulis menyadari bahwa
laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi kesempurnaan
penyusunan laporan kerja praktik ini. Semoga laporan kerja praktik ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan pembacanya.

Pangandaran, 20 Februari 2018


Penulis

Yuda Aria Binangun


20140130028

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul.................................................................................................. i
Lembar Pengesahan Perusahaan ...................................................................... ii
Lembar Pengesahan Universitas ...................................................................... iii
Kata Pengantar ................................................................................................ iv
Daftar Isi........................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1


1.1. Latar Belakang.......................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah ....................................................................... 2
1.4. Tujuan Kerja Praktek................................................................ 2
1.5. Manfaat Kerja Praktek.............................................................. 3
1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek........................ 3
1.7. Metode Penyusunan Laporan ................................................... 3
1.8. Sistematika Penulisan............................................................... 4
BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN............................................ 5
2.1. Nama ........................................................................................ 5
2.2. Alamat ..................................................................................... 5
2.3. Sejarah ..................................................................................... 6
2.4. Logo.......................................................................................... 6
2.5. Visi dan Misi ........................................................................... 7
2.6. Struktur Organisasi .................................................................. 7
2.7. Alur Proses Produksi ................................................................ 7
BAB III PROSES PENGAWETAN IKAN................................................... 8
3.1. Alur Proses Produksi ................................................................ 8
3.2. Mesin-Mesin Pendingin............................................................ 15
3.3. Lokasi Mesin-Mesin Pendingin................................................ 21
3.4. Tugas Kerja Praktik dari Pembimbing Lapangan .................... 23
3.5. Perhitungan Performa Kompresor............................................ 23

v
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................. 31
4.1. Pengambilan Data .................................................................... 34
4.2. Data Hasil Pengukuran ............................................................. 35
4.3. Analisa Perhitungan Beban Listrik........................................... 43
BAB V KESIMPULAN ............................................................................... 45
5.1. Kesimpulan............................................................................... 45
5.2. Saran ......................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48
LAMPIRAN .................................................................................................. 49

vi
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di zaman modern ini pengolahan hasil tangkapan laut harus
diimbangi dengan penyimpanan yang baik agar hasil tangkapan laut yang
didapat bisa bertahan lama. Perkembangan teknologi terutama dalam hal
penyimpanan sangat besar manfaatnya bagi manusia karena dapat dengan
mudah menyimpan hasil tangkapan dalam jangka waktu yang relatif lebih
lama. Dengan metode konvensional hasil tangkapan ikan hanya dengan cara
dijemur dengan mengandalkan sinar matahari dan hanya dapat bertahan
beberapa hari. Oleh karena itu diperlukan mesin pendingin (cold storage)
untuk menyimpan hasil tangkapan agar bisa bertahan lebih lama sebelum
sampai ke konsumen.
PT ASI Pudjiastuti Marine Product merupakan sebuah perusahaan
yang bergerak dibidang pengolahan hasil laut seperti ikan laut, udang, dan
lobster yang berlokasi di Jalan Merdeka 312 Kabupaten Pangandaran Jawa
Barat. Letak perusahaan yang dekat dengan pantai Pangandaran membuat
perusahaan ini berkembang pesat sejak awal didirikan. Perusahaan
menghasilkan produk untuk konsumsen lokal dan internasional. Berkat
adanya mesin pendingin, produk dapat diolah dengan baik dan tahan lama.
Penggunaan mesin pendingin di perusahaan ini manfaatnya sangat besar.
Hal ini dapat dirasakan baik itu oleh perusahaan maupun oleh masyarakat
disekitar wilayah perusahaan, karena dengan digunakannya mesin
pendingin produk yang dihasilkan tidak cepat rusak sebelum sampai ke
konsumen. Oleh sebab itu PT ASI Pudjiastuti Marine Product dapat
berkembang pesat hingga saat ini. Selain itu, dengan adanya perusahaan ini
dapat membantu lapangan pekerjaan bagi nelayan yang ada di sekitarnya.
Di Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta, beberapa mata kuliah diantaranya
Perpindahan Konveksi dan Alat Penukar Kalor, Manajemen Industri,
2

Perawatan Mesin dan Kesehatan, Keselamatan Kerja & Lingkungan


memiliki keterkaitan dengan masalah pengawetan tangkapan laut yang
menggunakan mesin pendingin. Melalui kerja praktik di PT ASI Pudjiastuti
Marine Product teori yang telah dipelajari dapat diaplikasikan pada proses
pengawetan ikan dan mesin pendingin dapat dipahami secara komprehensif.

1.2. Rumusan Masalah


Pelaksanaan Kerja Praktik di PT ASI Pudjiastuti Marine Product
terdapat permasalahan yang dapat dilaporkan dalam laporan kerja
praktik, yaitu :
1. Mengapa perlu cold storage untuk penyimpanan dan pengawetan
hasil tangkapan laut.
2. Bagaimana pengaruh Kompressor MYCOM N62WB Unit 3
terhadap pendinginan pada cold storage ?

1.3. Batasan Masalah

Laporan kerja praktik ini, secara khususnya melaporkan secara deskritif


mengenai Analisis Performa Kompressor MYCOM N62WB Unit 3 PT
ASI Pudjiastuti Marine Product.

1.4.Tujuan Kerja Praktik


Pelaksanaan Kerja Praktek memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Mengetahui proses penyimpanan dan pengawetan hasil tangkapan
laut menggunakan cold storage di PT ASI Pudjiastuti Marine
Product.
2. Mengetahui kapasitas penyimpanan cold storage di PT ASI
Pudjiastuti Marine Product.
3. Mengetahui performa kompressor MYCOM N62WB Unit 3 terhadap
pendinginan pada cold storage di PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
4. Bersedia membantu tugas yang diberikan oleh pembimbing Kerja
Praktik.
3

1.5. Manfaat Kerja Praktik


Manfaat dari kerja praktik ini antara lain :
1. Dapat membuka wawasan bagi mahasiswa dengan secara langsung
mengetahui korelasi antara teori yang di dapat selama perkuliahan di
Program Studi Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta seperti Perpindahan Kalor, Thermodinamika Teknik,
Mesin Konversi Energi dan Manajemen Proyek.
2. Mahasiswa dapat praktik langsung di lapangan, sehingga banyak
ilmu dari pengalaman kerja di perusahaan.
3. Mahasiswa dapat melatih keterampilan dibidang yang berhubungan
dengan permesinan dan pemanfaatan energi ditempat kerja praktik.

1.6. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Praktik


Pelaksanaan kerja praktik di PT ASI Pudjiastuti Marine Product
berlokasi di Jalan Merdeka 312 Pangandaran Jawa Barat. Untuk waktu
pelaksanaan kerja praktik yang diajukan adalah sebagai berikut :
Waktu Pelaksanaan Kerja Praktik
Awal Kerja Praktik 11 September 2017
Akhir Kerja Praktik 6 Oktober 2017

1.7. Metode Penyusunan laporan


Metode yang dilakukan pengumpulan data adalah dengan cara :
a. Metode observasi :
Pengumpulan data-data dengan pengamatan secara langsung di
lapangan khususnya pada sistem pendinginan di PT ASI Pudjiastuti
Marine Product.
b. Metode wawancara
Pengumpulan data dengan menanyakan langsung tentang hal-hal
yang berkaitan dengan permasalahan yang sering timbul kepada
pembimbing lapangan dan karyawan mekanik di PT ASI Pudjiastuti
Marine Product.
4

c. Studi literatur
Pengupulan data dengan mencari buku referensi dan modul
pelatihan pendukung yang ada di PT ASI Pudjiastuti Marine
Product.

1.8. Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini secara garis besar adalah
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Berisi latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan
masalah, tujuan kerja praktek, manfaat kerja paktek, serta
sistematika penulisan laporan.
BAB II : Tinjauan Umum Perusahaan
Berisi tentang profil, sejarah singkat perusahaan, tujuan
perusahaan, visi dan misi perusahaan, dan sekilas tentang
PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
BAB III : Proses Pengawetan Ikan
Berisi tentang proses pengawetan dan mesin pendingin PT
ASI Pudjiastuti Marine Product.
BAB IV : Pembahasan
Berisi tentang analisis performa kompressor MYCOM
N62WB Unit 3 PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
BAB V : Kesimpulan
Berisi tentang kesimpulan, dan saran dari kerja praktik yang
dilakukan di PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
5

BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
2.1. Nama Perusahaan
PT ASI Pudjiastuti Marine Product

2.2. Alamat Perusahaan


PT ASI Pudjiastuti Marine Product terletak di ujung Timur Provinsi Jawa
Barat tepatnya sebelum pintu masuk Pantai Pangandaran atau sekitar 212
kilometer dari kota Bandung. Lokasi PT ASI Pudjiastuti Marine Product satu
lokasi dengan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau SUSI AIR yakni terletak di
Jalan Merdeka No. 312 Pangandaran, Jawa Barat, POS 46396, Telp. 0265 631
220, Fax 0265 639 129.
c

Gambar 2.1 Peta Lokasi PT ASI Pudjiastuti Marine Product


6

2.3. Sejarah Perusahaan


Ibu Susi Pudjiastuti mengawali bisnis dalam bidang perikanan sebagai
pengepul ikan pada tahun 1986 dengan nama awal perusahaan Andhika
Samudra. Pada saat itu karyawan hanya terdiri dari 3 orang. Pada tahun 1997
didirikan Gudang Penyimpanan (Cold Storage) dengan kapasitas 10 ton dan
pabrik pengolahan dengan karyawan bertambah menjadi kurang lebih menjadi
40 orang. Pada Agustus 1997 dilakukan Ekspor Perdana ke Jepang dengan
komoditi Produk Lobster nama perusahaan dirubah menjadi Andhika Samudra
Internasional disingkat ASI. Perkembangan perusahaan yang didirikan oleh
Ibu Susi Pudjiastuti sangat pesat. Maka dibuatlah cabang perusahaan yang baru
di bidang penerbangan. Perusahaan yang bergerak dibidang perikanan PT ASI
Pudjiastuti Marine Product dan di bidang penerbangan PT Asi Pudjiastuti
Aviation atau biasa dikenal dengan Susi Air. Pada tahun 1999-2000 PT ASI
Pudjiastuti Marine Product dibangun pabrik baru dengan karyawan mencapai
200 orang yang mengolah :
1. Lobster (Pangandaran, Pelabuhan Ratu, Blitar);
2. Ikan (Pangandaran, Semarang, Pati, Tuban, Pacitan);
3. Udang (Pangandaran, Pantura, Lampung)

Buyer : Marubeni, Tokuso, Kokuho

2.4. Logo Perusahaan

ASI : singkatan dari Andhika Samudra International


Pudjiastuti : dimiringkan sebagai penegas orang yang
mendirikan perusahaan
7

Marine Product : cabang perusahaan PT ASI dibidang pengolahan


hasil laut.
Lobster berwarna emas : lobster sebagai unggulan dan julukan Ibu Susi
Pudjiastuti sebagai Ratu Lobster pada saat merintis
perusahaan. Warna emas manandakan kejayaan dan
kemewahan.

2.5. Visi dan Misi Perusahaan


2.5.1 Visi
Being the best in indonesia in industry from the sea
Menjadi yang terbaik di Indonesia dalam industri hasil laut

2.5.2 Misi
Continuously improve customer satisfaction through
understanding customer demand and provide the best service to its
customers by producing quality product and safe
Secara terus menerus meningkatkan kepuasan pelanggan melaui
pemahaman permintaan pelanggan dan memberikan pelayanan
terbaik kepada pelanggan dengan menghasilkan produk yang
bermutu dan aman

2.6. Struktur Organisasi PT ASI Pudjiastuti Marine Product


Terlampir
8

BAB III
PROSES PENGAWETAN IKAN

3.1. Alur Proses Produksi


RECEIVING RAW MATERIAL
PENERIMAAN BAHAN BAKU

WASHING 1
PENCUCIAN 1

WEIGHING 1
PENIMBANGAN 1

HEADLESS & PEELED


POTONG KEPALA DAN
PENGUPASAN
WASHING 2
PENCUCIAN 2

WEIGHING 2
PENIMBANGAN 2

SELECTION 1
SELEKSI 1

SORTING
PENYORTIRAN

CHECKING SIZE
CEK SIZE

WEIGHING 3
PENIMBANGAN 3

WASHING 3
PENCUCIAN 3
SOAKING TREATMENT FINAL CHECKING
PERENDAMAN CEK FINAL
TREATMENT CPF FREEZING
PEMBEKUAN CPF
WEIGHING 4 WEIGHING 4
PENIMBANGAN 4 PENIMBANGAN 4
SELECTION 3
SELEKSI 3
FINAL CHECKING SELECTION 2
CEK FINAL SELEKSI 2
END PRODUCT WEIGHING
TIMBANG PRODUK AKHIR
FINAL WEIGHING LAYERING
TIMBANG FINAL PENYUSUNAN
METAL DETECTOR
PENDETEKSIAN LOGAM
SELECTION 2
SELEKSI 2
PACKAGING & LABELING
PENGEMASAN & PELABELAN
PACKAGING IN POLYBAG
PENGEMASAN POLYBAG
STORAGE IN COLD STORAGE
PENYIMPANAN COLD STORAGE
LAYERING
PENYUSUNAN
LOADING TO CONTAINER
PEMUATAN DALAM KONTAINER
9

Penjelasan Alur Proses Produksi


Berikut adalah penjelasan alur proses produksi PT ASI Pudjiastuti Marine
Product dari penerimaan bahan baku (ikan, udang & lobster) hingga sampai ke
penyimpanan di cold storage sebelum akhirnya dikirim oleh kontainer khusus. Ada
25 tahapan, yaitu sebagai berikut :
1. Penerimaan Bahan Baku (Receiving Raw Material)
Tujuan : Mendapat bahan baku udang sesuai spesifikasi

Gambar 3.1. Bahan Baku


2. Pencucian 1 (Washing 1)
Tujuan : Untuk mengurangi/menghilangkan kotoran pada bahan baku

Gambar 3.2. Proses Pencucian


10

3. Penimbangan 1 (Weighing l)
Tujuan : Penimbangan dilakukan untuk mengetahui kapasitas penerimaan
bahan baku udang
4. Potong Kepala dan Pengupasan (Headless & Peeled)
Tujuan : Mencegah kontaminasi bakteri serta mempertahankan mutu udang

Gambar 3.3. Pemotongan Kepala dan Pengupasan

5. Pencucian 2 (Washing 2)
Tujuan : Untuk mengurangi/menghilangkan kotoran pada bahan baku
6. Penimbangan (Weighing 2)
Tujuan : Penimbangan dilakukan untuk mengetahui kapasitas penerimaan
bahan baku udang
7. Seleksi 1 (Selection 1)
Tujuan : Untuk melihat udang telah bersih dari kotoran, kulit, dan usus udang
8. Penyortiran (Sorting)
Tujuan : Mendapatkan ukuran udang yang segar
9. Cek Ukuran (Checking Size)
Tujuan :
- Agar memperoleh udang yang seragam
- Pemisahan udang berdasarkan kualitasnya
- Mempermudah proses selanjutnya
11

10. Penimbangan 3 (Weighing 3)


Tujuan : Penimbangan dilakukan untuk mengetahui kapasitas penerimaan
bahan baku udang
11. Pencucian 3 (Washing 3)
Tujuan : Untuk mengurangi/menghilangkan kotoran pada bahan baku
12. Perendaman (Soaking Treatment)
Tujuan : membuat warna udang menjadi cerah dan mempertahankan kualitas

Gambar 3.4. Perendaman


13. Penimbangan 4 (Weighing 4)
Tujuan : Penimbangan dilakukan untuk mendaoat berat bersih yang sesuai
dengan spesifikasi pembelian
14. Cek Akhir (Final Checking)
Tujuan :
- Untuk menentukan size dan mutu udang.
- Untuk mempertahankan suhu dan kesegran
15. Timbang Akhir (Final Weighing)
Tujuan : Penimbangan dilakukan untuk mendaoat berat bersih yang sesuai
dengan spesifikasi pembelian
16. Seleksi 2 (Selection 2)
Tujuan : Untuk melihat udang telah bersih dari kotoran, kulit, dan usus udang
12

17. Pengemasan Polybag (Packaging in Polybag)


Tujuan : Melindungi produk selama penyimpanan, transportasi dan membuat
penampilan yang baik
18. Penyusunan (Layering)
Tujuan : Untuk mendapatkan bentuk produk yang seragam dan mempermudah
dalam proses pembekuan

Gambar 3.5. Penyusunan di mesin CPF


19. Pembekuan CPF (Contact Plate Freezing)
Tujuan : Menurunkan suhu udang secepat mungkin

Gambar 3.6. Hasil Pembekuan oleh CPF


13

20. Seleksi 3 (Selection 3)


Tujuan : Untuk melihat udang telah bersih dari kotoran, kulit, dan usus udang
21. Timbang Akhir Produk (End Product Weighing)
Tujuan : Penimbangan dilakukan untuk mendaoat berat bersih yang sesuai
dengan spesifikasi pembelian
22. Pendeteksian Logam (Metal Detector)
Tujuan :
- Mencegah dari kontaminasi barang dari luar khususnya logam
- Untuk mengecek standar produk yang layak diekspor
23. Pengepakan dan Pelabelan (Packaging and Labeling)
Tujuan : Melindungi produk selama penyimpanan, transportasi dan membuat
penampilan yang baik
24. Penyimpanan dalam ruang pendingin (Storage In Cold Storage)
Tujuan : Untuk menjaga agara produk udang beku tetap dalam kondisi suhu
rendah dan mempertahankan mutunya

Gambar 3.7. Penyimpanan Produk di cold storage

25. Pemuatan kedalam Kontainer (Loading to Container)


Tujuan : Produk akhir dimuat untuk dikirim ke pembeli
14

Gambar 3.8. Kontainer Khusus Pengangkut Produk

Gambar 3.9. Penyusunan Produk kedalam Kontainer

Gambar 3.10. Pengaturan Suhu didalam Kontainer


15

Mesin-Mesin Pendingin PT ASI Pudjiastuti Marine Product


a. Flake Ice Machine
Mesin ini berfungsi untuk menghasilkan es dengan bentuk seperti lembaran-
lembaran cekung yang tipis dengan ketebalan sekitar 2 mm dan panjang 50
mm. Es akan digunakan untuk menjaga produk ketika dalam proses
pencucian dan proses sortir.

Gambar 3.11. Pintu Flake Ice Machine

Gambar 3.12. Tabung Flake Ice Machine


16

b. Contact Plate Freezer (CPF)


Mesin CPF digunakan untuk membekukan produk dengan waktu yang
singkat sebelum dimasukan kedalam cold storage. Waktu pembekuan
dengan mesin CPF ini sekitar 60 menit hingga 90 menit bagaimana jenis
produk yang akan didinginkan. Suhu produk setelah dimasukan kedalam
mesin ini mencapai -45oC. Mesin CPF ini dapat memuat hingga 240 inner
atau cetakan produk dengan berat produk sekitar 500 kg jika CPF terisi
penuh.

Gambar 3.13. Mesin Contact Plate Freezer (CPF)

Gambar 3.14. Begian Dalam Mesin CPF


17

c. Air Blast Freezer (ABF)


Mesin ABF ini dapat memuat hingga 2,5 Ton ikan untuk 1 kali pembekuan
dengan waktu pembekuan 5-8 jam; untuk lobster dapat memuat hingga 2
Ton dengan waktu pembekuan 1 hingga 1,5 jam.

Gambar 3.15. Pintu Masuk Mesin ABF

Gambar 3.16. Bagian Dalam Mesin ABF


18

d. Individual Quick Freezer (IQF)


Mesin IQF ini dapat membekukan produk dengan cepat dan dapat
diatur kecepatan pembekuan sesuai kebutuhan (ketebalan produk).

Gambar 3.17. Mesin Individual Quick Freezer (IQF)

Gambar 3.18. Runner Individual Quick Freezer (IQF)


19

e. Cold Storage
Cold Storage adalah mesin pendingin juga sebagai mesin pengkondisian
udara untuk menjaga suhu tetap pada -25oC yang menjaga produk tetap
dalam keadaan segar dan tahan lama.

Gambar 3.19. Ruangan cold storage

Gambar 3.20. Temperatur cold storage


20

f. Kompressor
Kompressor berfungsi untuk mengalirkan refrigerant ke seluruh sistem
pendingin dengan menghisap uap refrigerant dari evaporator. PT ASI
Pudjiastuti Marine Product Memiliki 6 unit kompressor.

Gambar 3.21. Kompressor

Untuk mengontrol mesin maka digunakan panel kontrol yang


berdekatan dengan kompressor yang terletak di lantai 1. Panel kontrol
ini mengontrol semua mesin pendingin dan kompressor.

Gambar 3.22. Panel Kontrol


21

3.2. Lokasi Mesin-Mesin Pendingin PT ASI Pudjiastuti Marine Product.

5 9

Gambar 3.23. Denah Pabrik Lantai 1

Keterangan :

1. Flake Ice Machine 4. Individual Quick Freezer

2. Contact Plate Freezer 5. Cold storage

3. Air Blast Freezer 9. Air Conditioner


22

10

Gambar 3.24. Denah Pabrik Lantai 2

Keterangan :

1. Flake Ice Machine 8. Lift

6. Kompressor 10. Panel Kontrol


23

3.3.Tugas Kerja Praktik dari Pembimbing Lapangan


Cold storage dan kompressor adalah fokus kerja praktik yang
ditugaskan oleh pembimbing lapangan. Maka semua yang berhubungan
dengan cold storage dan kompressor akan menjadi bahan untuk dilaporkan.
Kompressor yang bekerja untuk cold storage adalah MYCOM type N 62 WB
buatan Korea. Daya maksimalnya sebesar 110 HP.
Pada dasarnya sistem pendingin ikan & lobster di cold storage yang
ada pada PT ASI Pudjiastuti Marine Product ini memiliki prinsip kerja yang
sama dengan kulkas (freezer). Hanya saja kapasitasnya yang jauh lebih besar
dari kulkas yang mengakibatkan cold storage memiliki mekanisme mesin
yang kompleks dan cukup rumit. Cold storage ini terdiri dari sebuah
ruangan/tempat penyimpanan ikan & lobster yang besar yang didinginkan
oleh sebuah unit pendingin. Adapun unit pendingin yang digunakan pada cold
storage adalah jenis sistem refrigerasi kompresi uap, dimana sebagai media
pendinginnya menggunakan refrigerant Amonia (NH3).
Dinamakan sistem refrigerasi kompresi uap karena pada unit
pendingin ini menggunakan kompresor yang memompa uap refrigerant dari
sisi tekanan rendah hingga menjadi uap tekanan tinggi. Sehingga pada sistem
refrigerasi kompresi uap ini terdapat dua kondisi tekanan berbeda yaitu sisi
tekanan tinggi dan sisi tekanan rendah. Pada sisi tekanan rendah inilah yang
digunakan untuk proses pendinginan karena temperaturnya juga rendah
hingga dapat menyerap panas dari lingkungan sekitarnya. Kompressor
MYCOM type N62WB adalah kompresor yang digunakan di PT ASI
Pudjiastuti Marine Product.
3.4. Perhitungan Performa Kompresor
Secara umum sistem refrigerasi kompresi uap ini terdiri dari 4 (empat)
komponen utama, yaitu : kompresor, kondensor, alat ekspansi, dan
evaporator. Keempat komponen utama tersebut dihubungkan oleh pipa besi /
tembaga hingga menjadi satu rangkaian tertutup sehingga membentuk suatu
siklus (proses yang berulang – ulang) transfer panas dari lingkungan ke
sistem, dan dari sistem ke lingkungan kembali. Sebagai media transfer panas
24

yang bersirkulasi di dalam rangkaian tersebut digunakan refrigeran amonia


(R717) yang dapat dikompresi maupun di ekspansi untuk menaikkan dan
menurunkan temperaturnya pada kondisi tertentu. Berikut adalah diagram
rangkaian pemipaan sederhana dari sistem refrigerasi kompresi uap.

Gambar 3.25. Diagram sistem refrigerasi kompresi uap sederhana

Jika siklus refrigerasi tersebut digambarkan pada diagram


Tekanan-Entalphy (diagram P-h) maka akan terlihat seperti pada gambar
berikut ini.

Gambar 3.26. siklus refrigerasi pada diagram tekanan – entalpi

Penjelasan proses dari kedua gambar tersebut diatas adalah sebagai berikut :

1. Proses 1 – 2 (kompresi), merupakan proses kompresi uap refrigeran


dari keadaan awal tekanan dan temperatur rendah yang dikompresi
25

secara reversibel dan isentropik sehingga mengakibatkan tekanan dan


temperaturnya menjadi lebih tinggi daripada temperatur lingkungan.
2. Proses 2 – 3 (kondensasi), proses ini terjadi di kondensor dimana uap
refrigeran dengan tekanan dan temperatur tinggi tersebut kemudian
masuk ke kondensor untuk melepas panas ke lingkungan hingga
berubah fasa menjadi refrigeran cair bertekanan tinggi.
3. Proses 3 – 4 (ekspansi), refrigeran cair yang masih bertekanan tinggi
kemudian masuk alat ekspansi untuk diturunkan tekanannya sehingga
temperaturnya pun turun (lebih rendah daripada temperatur
lingkungan) dan sebagian refrigeran cair tersebut berubah fasa
menjadi uap.
4. Proses 4 – 1 (evaporasi), proses ini terjadi di evaporator yang
merupakan proses terjadinya penguapan refrigeran cair menjadi uap
jenuh kembali akibat penambahan panas dari beban yang ada di
evaporator untuk selanjutnya di kompresi kembali di kompresor.

a. Proses Kompresi di Kompresor


Telah dijelaskan sebelumnya bahwa kompresor pada sistem
refrigerasi kompresi uap berfungsi untuk memompa uap refrigeran dari
tekanan rendah menjadi uap refrigeran bertekanan tinggi (lihat proses 1 – 2
pada gambar diatas). Uap refrigeran tersebut menjadi bertekanan tinggi
sebagai akibat dari kerja yang diberikan kompresor kepada refrigeran (W).
Besarnya kerja kompresi tersebut dapat dihitung berdasarkan data dari siklus
refrigerasi kompresi uap tersebut pada diagram Tekanan – Entalphy (P-h).
Maka berdasarkan gambar 3.26 diatas kerja kompresi oleh kompresor dapat
dihitung dengan rumus berikut :
Wkomp = m . (h2 - h1).......................................................................(3.1)

Dimana,

Wkomp = kerja kompressor (kJ)

m = massa refrigeran yang melewati kompressor (kJ/kg)


26

h2 = entalpi refrigerant keluaran kompresor (kJ/kg)

h2 = entalpi refrigerant masukan kompresor (kJ/kg)


Atau dengan kata lain kerja kompresor dihitung dari selisih antara
entalpi refrigerant keluaran dan masukan kompresor dikalikan dengan massa
refrigeran yang melewatinya. Karena refrigerant yang melewati kompresor
mengalir dengan kecepatan tertentu, akan sulit sekali untuk menghitung
sejumlah massa refrigerant yang melewatinya. Maka akan lebih efektif jika
persamaan 3.1 dinyatakan dalam satuan energy per satuan waktu (daya)
dengan cara mengalikan selisih enthalpy keluar dan masuk dengan laju aliran
massa refrigerant yang mengalir, yaitu :

Pkomp = ṁ . (h2 - h1)....................................................................(3.2)

Persamaan 3.2 diatas merupakan rumus untuk menghitung nilai daya


mekanik dari kompresor, yaitu kerja yang disebabkan oleh gerakan piston
kompresor. Dalam istilah mesin daya ini sering disebut dengan daya output
(Po). Sedangkan yang dinamakan daya inputnya adalah merupakan supplai
daya listrik yang menggerakkan motor pada kompresor tersebut (P listrik).
Hubungan antara keduanya dinyatakan dalam rumus efisiensi berikut ini:

η=( )....................................................................................(3.3)

b. Laju Penyerapan Panas di Evaporator


Refrigeran yang mengalir di evaporator sebagian besar berfasa cair
dan bertemperatur lebih rendah dari temperature lingkungan. Selanjutnya
refrigerant tersebut menyerap kalor dari lingkungan sekitar yang
mengakibatkan semua refrigerant cair pada evaporator tersebut menguap
kembali menjadi fasa gas. Sejumlah panas yang diserap di evaporator tersebut
dapat dihitung juga berdasarkan data dari siklus refrigerasi kompresi uap pada
diagram Tekanan – Entalphy (P-h). Dan berdasarkan gambar 3.26 diatas
besarnya laju panas yang diserap di evaporator dapat dihitung dengan
menggunakan rumus ̇berikut :
Qe = ṁ . (h1 – h4)...................................................................(3.4)
27

Selain kerja kompresor dan kapasitas penyerapan panas di


evaporator, pada sistem refrigerasi kompresi uap juga dikenal istilah
coeffisien of performance (COP) yang mana nilai COP tersebut merupakan
suatu nilai perbandingan antara kapasitas penyerapan panas yang terjadi di
evaporator dengan sejumlah kerja kompresi yang dilakukan di kompresor.
Atau dengan kata lain,

COPaktual = ...........................................................................(3.5)

Nilai COP tersebut merupakan nilai COP aktual atau yang sebenarnya
terjadi. Terdapat juga istilah COP carnot, dimana merupakan nilai COP yang
ideal dengan menganggap bahwa kalor yang dilepas di kondensor adalah
sama dengan kalor yang diambil di evaporator ditambah energi yang
dikeluarkan di kompresor. Sehingga rumus COP

COPcarnot = .....................................................(3.6)

c. Beban Pendinginan
Sumber panas (beban) yang diserap di evaporator pada sistem
refrigerasi tidak hanya dari satu jenis sumber saja, melainkan sejumlah panas
yang dihasilkan dari berbagai sumber yang berbeda.
Pada sistem refrigerasi, khususnya cold storage yang ada di daerah
karangsong Indramayu ini, hanya akan dijelaskan metode perhitungan beban
pendinginan untuk panas yang melewati dinding (konduksi), panas dari
produk yang ada (dalam hal ini produknya adalah ikan) dan beban motor
listrik dari kipas yang ada di evaporator. Sedangkan ketiga beban yang lain
tidak diperhitungkan karena tidak terdapat pada sistem atau juga karena
nilainya yang kecil sehingga dapat diabaikan.

d. Perhitungan Beban Konduksi Melewati Dinding


Terjadinya perpindahan panas dari udara luar kedalam ruangan dingin
sebagai akibat adanya perbedaan temperature antara sisi luar dinding dengan
sisi bagian dalam dinding dipergunakan persamaan berikut :
28

Qwall = (A) . (U) . (ΔT)........................................................................(3.6)


Koefisien perpindahan panas menyeluruh (U) dapat diartikan sebagai
jumlah energy panas yang dapat berpindah melewati dinding seluas 1 m2
dalam setiap 1oC perbedaan temperatur pada dinding. Dimana nilai ini
tergantung dari ketebalan dinding dan material dinding yang digunakan pada
ruangan tersebut. Perhatikan gambar berikut :
R1 R2 R3

1 1
. + + .
ℎ . ℎ .
Gambar 3.27. Perpindahan panas pada dinding
Udara luar pada posisi A temperaturnya lebih tinggi daripada udara
dalam (posisi B) sehingga panas mengalir dari udara A ke B. Udara pada
posisi A dan B masing – masing memiliki koefisien konveksi hA dan hB.
Sedangkan luas permukaan dinding A dan panas yang melewati dinding Q,
maka bentuk lain dari persamaan 2.3 diatas adalah sebagai berikut :
. ( )
Qwall = .......................................................(3.8)

e. Perhitungan Beban Produk


Ketika produk (ikan, daging, buah, dll) yang temperaturnya lebih
tinggi disimpan pada temperature ruang penyimpanan dingin maka produk
ini akan memberikan panas pada ruang sampai produk tersebut memiliki
29

temperature yang sama dengan temperature ruangan. Panas yang dihasilkan


produk ini dapat berupa panas sensible dan atau panas laten tergantung dari
temperature penyimpanan apakah lebih rendah dari temperatur titik beku
produk atau lebih tinggi. Dimana nilai temperatur titik beku dari berbagai
macam produk dapat dilihat pada tabel properties of perishable product yang
ada pada lampiran dari laporan tugas akhir ini.
Jika temperatur penyimpanan produk lebih rendah dari temperatur
titik bekunya, maka jenis panas yang di keluarkan oleh produk tersebut terdiri
dari tiga jenis yaitu :

1. Panas sensibel sebelum pembekuan, merupakan yang dikeluarkan


oleh produk penurunan temperatur produk tersebut sampai pada batas
temperatur titik bekunya.
2. Panas laten pembekuan, yaitu panas yang dikeluarkanketika terjadi
perubahan wujud produk dari cair menjadi padat (beku).
3. Panas sensibel setelah pembekuan, merupakan panas yang
dikeluarkan produk akibat penurunan temperatur dari temperatur titik
beku hingga pada temperatur yang lebih rendah lagi (minus).
Besarnya panas sensibel dari produk tersebut dapat dihitung dengan
menggunakan rumus berikut ini, yaitu :

Qs,prod = m . c . (ΔT)...............................................................(3.9)

Selain dari panas sensible yang dihasilkan oleh produk, terdapat beban
laten jika temperatur penyimpanan produk lebih rendah dari titik beku produk
itu sendiri. Beban laten ini disebut dengan panas laten pembekuan, yaitu
sejumlah panas yang dikeluarkan oleh benda tertentu ketika benda tersebut
mangalami perubahan fasa dari cair menjadi padat.

Dan besarnya panas laten pembekuan produk tersebut dapat dihitung


dengan menggunakan rumus berikut ini:

QL,prod = m . hlf..............................................................(3.10)
30

f. Perhitungan Beban Penghuni dan Motor Listrik


Jenis panas lain yang ada pada ruang penyimpanan dingin adalah
panas yang dihasilkan dari penghuni / orang yang ada di ruangan ketika
sedang bongkar muat produk dan juga panas yang ditimbulkan oleh peralatan
listrik penghasil panas yang ada di dalam ruangan. Biasanya peralatan listrik
yang ada di dalam ruangan tersebut hanya berupa motor kipas evaporator.
Dimana besarnya panas yang dihasilkan oleh motor listrik tersebut dapat
dilihat pada tabel Heat Gain From Typical Electric Motor pada lampiran.
Sedangkan untuk panas yang dihasilkan oleh penghuni dapat dilihat pada
tabel beban penghuni yang ada pada lampiran.
31

BAB IV
PEMBAHASAN

Cold storage adalah sebuah ruangan yang dirancang khusus dengan kondisi
suhu tertentu dan akan digunakan untuk menyimpan berbagai macam produk
dengan tujuan untuk mempertahankan kesegarannya. Cold storage ini dibangun
mengikuti dengan luas bangunan yang ada di lokasi. Ukuran cold storage yang ada
di PT ASI Pudjiastuti Marine Product yaitu panjang 20 m, lebar 10 m dan tinggi 5
m dengan kapasitas maksimal yang bisa ditampung sebesar 70 ton.
Cold Storage sangat diperlukan di PT ASI Pudjiastuti Marine Product
karena produk yang dihasilkan berupa hasil tangkapan laut. Ketahanan, keawetan
dan kesegaran produk sangat dibutuhkan terutama untuk menjaga kualitas hingga
sampai ke konsumen. Produk dengan jangka waktu penyimpanan yang pendek atau
jangka waktu penyimpanan yang panjang tetap menghasilkan kulitas yang sama
bagusnya. Cold storage di PT ASI Pudjiastuti Marine Product menggunakan
kompressor MYCOM N 62 WB dengan media pendinginnya menggunakan
refrigerant Amonia (NH3).
Terdapat 6 unit kompressor di PT Asi Pudjiastuti Marine Product yang
memiliki fungsi berbeda-beda, yaitu:
Tabel 4.1. Unit Kompressor
MYCOM
Unit 1 N 62 WB Cold storage
Unit 2 N 62 WB Cold storage
Unit 3 N 62 WB Cold storage
Unit 4 N 42 WB Air Blast Freezer (ABF) & Individual Quick Freezer
Unit 5 N 42 WB Contact Plate Freezer (CPF)
Unit 6 N 8 WB Flake Ice Machine

Letak kompressor berada di lantai 2 dan berdekatan dengan kontrol panelnya.


Dibawah ruangan kompresor terdapat bermacam-macam ruangan pendingin salah
32

satunya adalah cold storage. Diletakan berdekatan karena untuk mengurangi


banyaknya pemipaan.

Gambar 4.1. Kompressor

Gambar 4.2. Panel Kontrol


33

Pada pembahasan ini akan membahas tentang kompresor yang digunakan


untuk cold storage yang pada saat kerja praktik sedang beroperasi, yaitu kompresor
MYCOM N 62 WB Unit 3.
Tabel 4.2. Spesifikasi Kompresor MYCOM N 62 WB
Mycom Reciprocating Compound Compressor Mycom Compressor.
Model: N62WB
S/N: 840031
Refrigerant: ammonia (R-717)
Rated capacity: 66 tons at 110 hp at a condensing
temperature of 95°F and evaporation
temperature of -4°F. (8) cylinders: (6) low
stage and (2) high stage.
Bore: 5-1/8.
Stroke: 3-15/16.
Rated compressor maximum speed: 1200 rpm.
Maximum speed displacement: low stage 337cfm and high stage 112 cfm.
Lincoln Lincguard motor: 110 HP, 1770 rpm, 230/460V, 238/119
amps, 60 Hz, 3 phase.
Listed weight: 5181 lbs.
Overall dimensions: 7 ft. 11 in. L x 4 ft. 5 in. W x 5 ft. H.

Kompressor N 62 WB Unit 3 yang digunakan untuk cold storage, terdapat


beberberapa beban yang berpengaruh terhadap performa dari kompressor, yaitu
diantaranya :
1. Panas yang melewati dinding cold storage
2. Panas produk
3. Panas motor kipas dari evaporator
4. Panas orang yang keluar masuk cold storage
34

4.1 Pengambilan Data


Titik-titik pengukuran yang diperlukan dalam pengambilan data meliputi:
1. Tekanan kondensasi
2. Tekanan evaporasi
3. Temperatur discharge kompresor
4. Temperatur suction kompresor
5. Temperatur masuk evaporator
6. Temperatur kabin
7. Temperatur lingkungan
Semua variable yang diukur tersebut diambil datanya. Pengambilan
data pada cold storage dilakukan 24 jam sebelum dan sesudah ikan
dimasukkan ke cold storage. Pengambilan data dilakukan pada 2 Oktober
2017, karena pada 3 Oktober 2017 ada produksi, dan pada 4 Oktober 2017
pengambilan data dilakukan kembali. Pengambilan data ini dilakukan untuk
melihat performa dari kompressor MYCOM N 62 WB dengan melihat titik-
titik pengukuran.

Gambar 4.3. Compound Gauge Kompressor


35

4.2. Data Hasil pengukuran


Data yang didapatkan setelah melakukan pengukuran dari titik-titik yang
telah ditentukan adalah sebagai berikut:
Ampere meter : 80 A
Tekanan suction : 0,1 Mpa
Tekanan discharge : 1,1 Mpa
Tekanan middle : 0 Mpa
Tekanan oli : 2 Mpa
Temperatur discharge : 110 oC
Temperatur evaporator in : -30 oC
Temperatur kondensor out : 39 oC
Temperatur suction : -2oC
Kompressor N62WB menggunakan amonia (NH3) maka data yang didapat
dari hasil pengukuran diplotkan ke diagram Ph R-717 maka dapat diperoleh
harga-harga enthalpy sebagai berikut :

Gambar 4.4. Diagram P-h R717


36

h1 : 480 kJ/kg

h2 : 760 kJ/kg

h3 = h4 : -160 kJ/kg

Pcomp = 110 HP . (0,746) = 82,06 kW

Pkomp = ṁ . (h2 - h1)................................................................................(3.2)

P 82.06 kW
ṁ= = = 0,293 kg/s
(h − h ) (760 − 480) kJ/kg

Sehingga berdasarkan persamaan (3.4) kapasitas pendinginan di evaporator


Qe dapat dihitung, yatu :

Qe = ṁ . (h1 – h4)...........................................................................................(3.4)

Qe = 0,293 kg/s . ( 480 – (- 160)) kJ/kg

Qe = 187,52 kW

COPaktual = ..........................................................................................(3.5)

,
COPaktual = .
= 2,28

COPcarnot = ..................................................................(3.6)

( )
COPcarnot = ( )
= 3,73

,
Efisiensi Refrigerant = = ,
. 100% = 61,12 %
37

Beban pendinginan pada cold storage


Pada cold storage ini terdapat beberapa sumber beban pendinginan, yaitu :
1. Panas yang melewati dinding

Gambar 4.5. Dinding cold storage

Ukuran cold storage dalam satuan panjang meter


Panjang = 20 m
Lebar = 10 m
Tinggi =3m
a. Volume cold storage = panjang . lebar . tinggi
= 20 m . 10 m . 3 m
= 600 m3
b. Luas permukaan masing-masing dinding
Luas permukaan atap
= panjang . lebar
= 20 m . 10 m
= 200 m2
38

Luas permukaan dinding sebelah barat (Ab)


= panjang . tinggi
= 20 m . 3 m
= 60 m2
Luas permukaan dinding sebelah timur (At)
= panjang . tinggi
= 20 m . 3 m
= 60 m2
Luas permukaan dinding sebelah utara (Au)
= lebar . tinggi
= 10 m . 3 m
= 30 m2
Luas permukaan dinding sebelah selatan (As)
= lebar . tinggi
= 10 m . 3 m
= 30 m2
Maka Luas Permukaan cold storage
- Luas permukaan atap cold storage
= 200 m2
- Luas permukaan dinding cold storage
= Ab + At + Au + As
= (60 m2 + 60 m2 + 30 m2 + 30 m2 )
= 180 m2

c. Koefisien konveksi permukaan dinding dan permukaan atap cold storage


Koefisien konveksi permukaan dinding = 8,3 W/m2.oC
Koefisien konveksi permukaan atap = 6,1 W/m2.oC

d. Perbedaan Suhu dinding dan atap cold storage


Suhu didalam ruangan cold storage selalu konstan yaitu sebesar -30 oC.
Suhu diluar ruangan bagian atap cold storage sebesar 25 oC, sedangkan
39

suhu diluar ruangan bagian dinding cold storage sebesar 10 oC karena ada
tahanan thermal, yaitu adanya ruangan Ante Room yang menjaga suhu agar
tidak terjadi fluktuasi suhu yang besar.
Perbedaan Suhu dinding = 10 oC – (-30 oC) = 40 oC
Perbedaan Suhu atap = 25 oC – (-30 oC) = 55 oC

Gambar 4.6. Temperatur cold storage

e. Material Dinding

Gambar 4.7. Dinding luar cold storage


40

Material dinding yang digunakan bagian dalam dan luar ruangan


cold storage menggunakan bahan yang sama, yaitu baja jenis galvalum.
Diantara material tersebut, yaitu ditengahnya menggunakan material yang
berbeda, yaitu menggunakan Polyurethane merupakan bagian yang paling
tebal dibandingkan dengan material pada permukaan luar dan dalam
ruangan cold storage.
1 mm baja jenis galvalum, dengan nialai k = 25 W/m2.oC
150 mm Polyurethane, dengan nialai k = 0,023 W/m2.oC
1 mm baja jenis galvalum, dengan nialai k = 25 W/m2.oC

f. Perhitungan panas yang melewati dinding


Dengan menggunakan persamaan (3.7) dan (3.8) maka didapat panas yang
melewati atap dan dinding cold storage.
. ( )
Qatap = ...................................................................(3.7)

.
Qatap = . . .
, . ,

= 1605,91 W
= 1,6 kW
. ( )
Qwall = ...................................................................(3.8)

.
Qwall = . . .
, . ,

= 1064,65 W
= 1,06 kW
Hasil yang didapat dari persamaan (3.7) dan (3.8) adalah
perpindahan panas yang melewati atap sebesar 1,6 kW dan yang melewati
dinding sebesar 1,06 kW. Perpindahan panas pada atap lebih besar karena
perbedaan suhu didalam dan diluar ruangan lebih besar daripada pada
dinding, juga perbedaan nilai k didalam dan diluar juga berpengaruh
terhadap perpindahan panas pada cold storage.
41

2. Panas dari produk

Gambar 4.8. Produk yang disimpan di cold storage

Produk yang disimpan pada cold storage adalah dari berbagai jenis ikan
laut seperti ikan kakap, ikan pari, ikan bandeng, ikan kembung dan berbagai
jenis ikan laut yang lain juga udang dan lobster. Jenis panas yang diserap pada
cold storage ini merupakan panas laten pembekuan dan panas sensible setelah
pembekuan (yaitu panas sensible dari penurunan temperatur -5oC sampai -
15oC). Sehingga pada perhitungan panas di cold storage ini memerlukan data
kalor sepesifik setelah pembekuan dan kalor laten dari produk (ikan, udang
atau lobster) itu sendiri. Dan karena nilai kalor spesifik dan laten tersebut
berbeda – beda untuk berbagai produk, maka nilainya diambil dari jenis ikan
yang paling sering dan paling banyak disimpan di ruang pendingin, yaitu ikan
tuna pada bulan September sampai Oktober 2017. Dari tabel data yang ada di
lampiran, didapat nilai – nilai kalor spesifik dan laten dari jenis ikan tuna
tersebut adalah sebagai berikut :
Kalor spesifik setelah beku ikan tuna, ctuna = 2,19 kJ/kg.oC
Kalor laten pembekuan ikan tuna, hlftuna = 227 kJ/kg
42

Massa ikan yang masuk, m = 1.700 kg/hari


Temperatur awal ikan, Tawal = -5oC
Temperatur akhir ikan, Takhir = -15oC
Perbedaan temperatur, ∆T = 10oC
Sehingga jumlah kalor yang ditambahkan ke ruangan pada jam 12.00 WIB
Qs,prod = m . c . (ΔT)................................................................................(3.9)
= 1.700 kg . 2,19 kJ/kg.oC . 10oC
= 37.230 kJ
QL,prod = m . hlf......................................................................................(3.10)
= 1.700 kg . 227 kJ/kg
= 385.900 kJ
Qprod = Qs,prod + QL,prod
= 37.230 kJ + 385.900 kJ
= 423.130 kJ
Karena sejumlah panas dari produk tersebut akan didinginkan dalam waktu
satu hari (24 jam), maka beban keseluruhan produk tersebut jika dikonversi
dalam satuan kilowatt adalah :
Qprod = 423.130 kJ / (24 jam x 3600 s/jam)
= 4.89 kW

3. Panas motor kipas evaporator


Motor kipas evaporator yang digunakan ada empat buah. Satu motor yang
Satu motor berdaya 1 kW menghasilkan panas sebesar 0,694 kW, maka untuk
dua motor :
Qmotor = 0,694 kW x 4 = 2,78 kW

4. Panas dari penghuni yang keluar masuk cold storage


Untuk mengetahui jumlah panas yang dikeluarkan oleh penghuni (orang)
dapat dilihat pada tabel yang tertera di lampiran. Dan berdasarkan pada tabel
beban penghuni yang ada di lampiran (tabel 1. ASHRAE Refrigeration Load)
tersebut didapat :
43

Heat gain/person = 330 W/orang (dari tabel ASHRAE), ada 4 orang tiap
bongkar muat dan paling lama 2 jam sehari ada di ruangan pendingin, Maka :
Qperson = (Heat gain / person) x jumlah orang x (2 jam / 24 jam)
= 330 W/org x 4 org x (2 jam / 24 jam)
= 0.11 kW

Sehingga beban total keseluruhan yang ditambahkan ke ruang pendingin


tersebut dapat dihitung dengan cara menjumlahkan sejumlah panas yang telah
dihitung tersebut diatas, yaitu :
1. Panas yang melewati dinding cold storage
2. Panas Produk
3. Panas motor kipas dari evaporator
4. Panas orang yang keluar masuk cold storage

QTOTAL = Qwall + Qatap + Qproduk + Qmotor + Qperson


= (1,06 + 1,6 + 4,89 + 2,78 + 0,11) kW
= 10.44 kW
Dengan panas beban keseluruhan sebesar 10,44 kW jika dikaitkan dengan data
dari cold storage dan kompressor sebelum dan sesudah melakukan produksi,
ternyata kompresor N 62 WB menghasilkan efisiensi sebesar 61,12 %.

4.3. Analisa Perhitungan Beban Listrik


Kompressor N 62 WB Unit 3 digunaka setiap hari dan berhenti setiap 3
bulan sekali ketika pengecekan kompressor. Ketika Kompressor N62WB Unit 3
sedang dilakukan pengecekan maka cold storage menggunakan Unit 2. Kompressor
unit 2 atau unit 3 yang berjalan, tetap digunakan setiap hari tanpa berhenti, sehingga
untuk perhitungan konsumsi listriknya adalah sebagai berikut :
Terdapat beberapa beban yang menggunakan listrik pada cold storage yaitu :
1. Kompressor
2. Motor evaporator
3. Lampu
44

Biaya listrik PLN periode Oktober 2017 kelas industri I-1/3500VA s.d. 14kVA
dengan tarif Rp 1.112/kWh. Hasil perhitungan akan dibuat persatuan kWh agar
mudah untuk menghitung biaya listrik yang digunakan lalu dikalikan 30 hari untuk
biaya listrik bulanan.
Perhitungan Beban yang digunakan
1. Kompressor
= 82.06 kW . 24 jam/hari . 30 hari
= 59.083,2 kWh . (Rp 1.112/kWh)
= Rp 65.700.518,4

2. Motor evaporator
Motor evaporator yang digunakan sebanyak 4 buah, dengan masing
masing motor berdaya 1 kW, maka :
= 4 . 1 kW . 24 jam/hari . 30 hari
= 2880 kWh . (Rp 1.112/kWh)
= Rp 3.202.560

3. Lampu
Lampu digunakan didalam ruangan cold storage untuk penerangan dan
digunakan secara terus menerus selama 24 jam dalam sehari. Jumlah lampu
yang digunakan sebanyak 12 buah, dengan setiap lampu berdaya 80W,
maka :
= 12 . 0,08 kW . 24 jam/hari . 30 hari
= 691,2 kWh . (Rp 1.112/kWh)
= Rp 768.614,4

Sehingga total biaya listrik perbulan adalah


= kompressor + motor evaporator + lampu
= Rp 65.700.518,4 + Rp 3.202.560 + Rp 768.614,4
= Rp 69.671.692,4
45

BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
1. Beban yang berpengaruh terhadap performa kompressor N 62 WB unit
3 yang dianalisa adalah panas yang melewati dinding, panas produk,
panas motor kipas evaporator dan panas orang yang keluar masuk cold
storage. Panas dari produk yang merupakan beban paling besar yaitu
sebesar 4,89 kW dari 1,7 ton ikan tuna yang di produksi dan dimasukan
ke cold storage. Sedangkan beban yang paling kecil pada panas orang
yang keluar masuk cold storage sebesar 0,11 kW.
2. Biaya listrik hingga Rp 69.671.692,4/bulan dengan beban yang paling
besar pada kompressor, karena untuk menggerakan kompresor
memerlukan daya yang besar, yaitu sebesar 86.06 kW.
3. Pembebanan panas total sebesar 10,44 kW berpengaruh terhadap
efisiensi kompressor MYCOM N 62 WB sebesar 61,12 %.
46

5.2. Saran
1. Ketika pengambilan data harus diambil secara teliti dan bersabar karena
memerlukan waktu yang lama dan juga data hanya bisa diambil ketika
ada proses produksi.
2. Peralatan dan pakaian untuk memasuki cold storage harus digunakan
dengan baik, dari jaket, masker, topi, dan sepatu. Suhu di dalam cold
storage mencapai -30oC. Bagi orang baru atau tidak terbiasa akan
sangat kedinginan.
3. Kondisi lantai cold storage yang beku membuat lantai menjadi licin,
sehingga ketika memasukan atau mengeluarkan barang produksi sedikit
terkendala, maka lebih baik menggunakan sepatu khusus yang memiliki
grip untuk permukaan es, agar tidak licin.
47

UCAPAN TERIMAKASIH

Dengan selesainya penyusunan Laporan Kerja Praktik ini penulis


menyampaikan terima kasih kepada :

1. Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya sehingga dapat menyusun


laporan kerja praktik di PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
2. Kedua orang tua saya, Bapak Yaya Suryana dan Ibu Yeni yang memberikan
dukungan baik moral, spiritual maupun material hingga terselesainya
laporan kerja praktik ini.
3. Bapak Berli Paripurna Kamiel, S.T., M.Eng.Sc., Ph.D. selaku Ketua
Program Studi S1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
4. Ibu Dr. Ir. Harini Sosiati, M.Eng. selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik.
5. Bapak Rustam Effendi selaku Director Manager PT ASI Pudjiastuti Marine
Product beserta para stafnya yang telah memberikan tempat, dan sarana bagi
penulis untuk melaksanakan kerja praktik.
6. Mas Yoga Ardiyanto selaku HRD Manager dan Bapak Ajan Suhendar
selaku Chief GA yang telah membantu membimbing di PT ASI Pudjiastuti
Marine Product.
7. Bapak Marsimin selaku Technical & Maintenance Department, Bapak
Jasimin, Bapak Dasep Danu, Mas Jajang, Mas Riski dan Mas Aris yang
telah membimbing di bagian mekanik PT ASI Pudjiastuti Marine Product.
8. Seluruh Mahasiswa Kelas A Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta Angkatan 2014.
9. Kepada pihak-pihak yang belum tercantum diatas penulis mengucapkan
terima kasih.
48

DAFTAR PUSTAKA

Althouse, Andrew. D, Carl H. Turguisht dan Alfred F. Bracciano. 1992. “Modern


Refrigeration And Air Conditioning” . South Holland ,Illionis : The good
heart – Wilcox Company, Inc.
ASHRAE Refrigeration Handbook 2006, American Society of Heating,
Refrigerating and Air-Conditiong Engineers ,Inc., Atlanta, 2006
Dossat, Roy, J. 1981.”Principle of Refrigeration” SI Edition. Canada : Jhon Willey
and Son.1981
Earle, R. L. 1983. Unit Operations in Food Processing. The New Zealand Institute
of Food Science and Technology Inc.
Holman, JP. E. Jasifi (penerjemah). Perpindahan Panas, Edisi Keenam. Penerbit
Erlangga. Jakarta. 1994
Mumanachit, P., Reindl, D.T., Nellis, G.F. "Comparative Analysis of Low
Temperature Industrial Refrigeration Systems" University of Wisconsin
published in the International Journal of Refrigeration 35 (2012)
Nelson, Bruce I., DIRECT EXPANSION Ammonia Piping Handbook, Colmac
Coil Manufacturing 2013
Stoecker, W. F. and Jones, J. W. 1982. Refrigerasi dan Pengkondisian Udara.
Penerbit Erlangga. Jakarta.
Welch, Jeff, DIRECT EXPANSION Evaporator Installation – Final Project Report,
Welch Engineering Corporation 2013
49

LAMPIRAN

1. Struktur Organisasi Perusahaan PT ASI Pudjiastuti Marine Product


2. Surat Keterangan Selesai Kerja Praktik
3. Alur Proses Produksi
4. Manual Operation
5. ASHRAE Mechanical Pocket Guide

Anda mungkin juga menyukai