Anda di halaman 1dari 14

JURNAL

Jurnal EKONOMI
Ekonomi MANAJEMEN
Manajemen & Bisnis - Vol.&
18,BISNIS
No. 2, Oktober 2017 145
Volume 18, Nomor 2, Oktober 2017
P-ISSN: 1412–968X
E-ISSN: 2598-9405 Hal. 145-158

EFEK MODERASI ETIKA KERJA PADA PENGARUH


KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN
BUDAYA ORGANISASI TERHADAP
KINERJA KARYAWAN

JUFRIZEN
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah, Sumatera Utara

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan transformasional


dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero)
Tbk Area Medan Imam Bonjol. Untuk mengetahui apakah etika kerja memoderasi
pengaruh kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi dengan kinerja
karyawan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Bank Mandiri
(Persero) Tbk Area Medan Imam Bonjol yang berjumlah 32 orang. Pada peneliti ini
tidak melakukan pengambilan sampel karena jumlah populasi yang sedikit sehing-
ga penelitian ini merupakan penelitian populasi (sensus). Dengan demikian sampel
dalam penelitian ini adalah 32 orang karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
Area Medan Imam Bonjol.Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah
daftar pertanyaan (questioner) dan wawancara (interview). Sedangkan teknik anali-
sis data yang digunakan adalah regresi linier berganda, uji asumsi klasik, uji t, dan
uji F dan koefisien determinant. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan dari variabel kepemimpinan transformasional dan budaya organ-
isasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk Area Medan
Imam Bonjol. Etika kerja tidak dapat memoderasi hubungan antara kepemimpinan
transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan, oleh karena itu
etika kerja bukan variabel moderating dalam penelitian ini. Artinya variabel etika
kerja tidak dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara hubungan antara
Kepemimpinan transformasional dan budaya organisasi terhadap kinerja karyawan.

Keywords: Kepemimpinan Transformasional, Budaya organisasi, Etika Kerja,


Kinerja
146 JUFRIZEN

LATAR BELAKANG anut dan dijalankan oleh sebuah organisasi terkait


dengan lingkungan di mana organisasi tersebut
Kepemimpinan merupakan faktor penting menjalan kegiatannya. Dalam budaya organisasi,
yang menentukan kinerja karyawan dan kemam- adanya kesesuaian antara nilai pribadi dengan
puan organisasi beradaptasi dengan perubahan nilai perusahaan akan meningkatkan kinerja kar-
lingkungan. Kepemimpinan yang efektif harus yawan. Budaya organisasi merupakan apa yang
memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha dipersepsikan oleh para karyawan dan bagaimana
semua pekerja dalam mencapai tujuan organisasi. persepsi ini menciptakan pola-pola kepercayaan,
Tanpa kepemimpinan, hubungan antara tujuan nila-nilai, dan harapan-harapan.
perseorangan dan tujuan organisasi mungkin men- Karyawan sebagai bagian dari perusahaan
jadi tidak searah. Situasi ini akan menimbulkan akan mempersepsikan nilai-nilai budaya organ-
keadaan dimana seorang karyawan dalam bek- isasi yang ada di perusahaan tersebut, dan apakah
erja hanya untuk mencapai tujuan pribadinya, se- nilai-nilai perusahaan tersebut akan sesuai dengan
mentara itu keseluruhan organisasi menjadi tidak nilai-nilai individu karyawan. Apabila ada kes-
efisien dalam pencapaian tujuannya. Kepemimpi- esuaian antara nilai pribadi dengan nilai perusa-
nan merupakan suatu kemampuan yang melekat haan, maka akan menimbulkan kinerja. Menurut
pada diri seorang yang memimpin yang tergan- Block (dalam Moeljono, 2005) semakin banyak
tung dari macam-macam faktor baik faktor-faktor bukti yang mengungkapkan bahwa hanya perusa-
intern maupun faktor-faktor ekstern. haan dengan budaya organisasi yang efektif yang
Kepemimpinan merupakan salah satu faktor dapat menciptakan peningkatan produktivitas,
yang membentuk dan membantu orang lain untuk meningkatkan rasa ikut memiliki dari karyawan,
berkerja dan antusias mencapai tujuan yang diren- sehingga dapat meningkatkan keuntungan perusa-
canakan dalam kaitannya dengan keberhasilan haan.
organisasi (Winardi, 2007). Sedangkan Handoko Kinerja suatu organisasi tergantung pada ker-
(2007) menyatakan, dalam kenyataannya para ja karyawannya. Namun, atasan dapat berperan
pemimpin dapat mempengaruhi moral dan kep- dalam merencanakan, melaksanakan, dan men-
uasan kerja, loyalitas kerja, keamanan, kualitas gendalikan suatu organisasi. Dalam hal ini, atasan
kehidupan kerja terutama tingkat prestasi suatu harus mempunyai peran yang penting dalam
organisasi. usahanya untuk memotivasi dan mengelola kar-
Selain kepemimpinan, faktor lain yang diang- yawannya. Organisasi perlu memberikan perha-
gap dapat mempengaruhi kinerja karyawan ada- tian khusus terhadap prestasi yang diperoleh oleh
lah budaya organisasi. Budaya organisasi dikenal karyawan dengan cara pemberian reward (hadiah,
luas sebagai dasar sistem dan aktivitas manajemen imbalan, dan penghargaan) dan motivasi un-
dalam setiap organisasi. Menurut Anthony dan tuk bekerja penuh semangat, memiliki tanggung
Govindarajan (2005) budaya organisasi meliputi jawab yang tinggi terhadap tugasnya, sehingga
keyakinan bersama, nilai-nilai hidup yang dianut, suatu organisasi akan mudah dalam memenuhi tu-
norma prilaku serta asumsi-asumsi yang secara juan yang direncanakan.
implisit diterima dan yang secara eksplisit diman- Berdasarkan penelitian awal pada tempat pe-
ifestasikan di seluruh jajaran organisasi. Unsur- nelitian ditemukan terdapat kecenderungan pe-
unsur ini menjadi dasar untuk mengawasi perilaku nurunan kinerja karyawan, hal ini dapat dilihat
karyawan, cara mereka berfikir, berkerja sama dari masih rendahnya keinginan karyawan untuk
dan berinteraksi dengan lingkungannya. Jika bu- menyelesaikan pekerjaan tepat waktu, sehingga
daya organisasi suatu perusahaan baik, maka akan karyawan cenderung telat dalam melaporkan hasil
dapat meningkatkan prestasi kerja karyawan dan kerja kepada pimpinannya. Sedangkan tentang
akan dapat menyumbangkan keberhasilan kepada kepemimpinan transformasional ditemukan pem-
perusahaan tersebut. impin yang kurang mau mendengarkan dengan
Menurut Sule dan Saefullah (2005) budaya or- penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan
ganisasi merupakan nilai-nilai dan norma yang di- secara khusus kurang memperhatikan kebutuhan-
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 18, No. 2, Oktober 2017 147

kebutuhan bawahan. Untuk permasalahan budaya 1. Efektifitas dan efesiensi


organisasi ditemukan fenomena yang ada di PT. Dalam hubungannya dengan kinerja organisa-
Bank Mandiri (Persero) Tbk Area Medan Imam si, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh
Bonjol di jumpai bahwa nilai-nilai yang pernah efektivitas dan efesiensi.
ada sedikit demi sedikit mulai pudar seperti yang 2. Otoritas dan tanggung jawab
muda harus menghormati yang tua, yang lebih Dalam organisasi yang baik wewenang dan
lama bekerja dengan yang baru bekerja, yang ber- tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik,
pendidikan dengan yang kurang berpendidikan. tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masing-mas-
Sehingga peneliti melihat para karyawan dalam ing karyawan yang ada dalam organisasi meng-
melakukan pekerjaannya hanya berdasarkan rasa etahui apa yang menjadi haknya dan tanggung
takut dengan atasan jika melakukan kesalahan, jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organ-
bukan didasari dari nilai-nilai kesetiaan pada or- isasi.
ganisasi kerja. Selain itu terdapat masalah yang 3. Disiplin kerja
berkaitan dengan etika kerja, salah satunya adalah Disiplin kerja merupakan kejiwaanseseorang
masih adanya beberapa karyawan dengan sengaja atau sekelompok orang yang senantiasa berke-
memperlama waktu istirahat, sedangkan pada saat hendak untuk mengikuti atau memenuhi segala
tersebut jam istirahat telah selesai sehingga pihak peraturan yang telah ditentukan.
bank memberikan peringatan kepada karyawan 4. Inisiatif
tersebut baik peringatan secara lisan maupun ter- Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir,
tulis. kreativits dalam bentuk ide untu merencanakan
sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi.
TINJAUAN TEORITIS
Menurut Mangkunegara (2013) faktor-faktor
Kinerja yang mempengaruhi kinerja karyawan antara lain
Kinerja adalah hasil kerja seseorang karyawan adalah:
selama periode tertentu dibandingkan dengan 1. Faktor Kemampuan
berbagai kemungkinan misalnya standard, target/ Secara psikologis, kemampuan karyawan ter-
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih diri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemamp-
dahulu dan disepakati bersama. Menurut Man- uan (knowledge skill), oleh karena itu karyawan
gkunegara (2014): “Kinerja adalah hasil kerja prtlu di tempatkan pada pekerjaan yang sesuai
secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh se- dengan keahliannya.
seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya 2. Faktor Motivasi
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan Motivasi terbentuk dari sikap seorang kar-
kepadanya.” Sastrohadiwiryo (2006) menyatakan yawan dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi
bahwa : “Kinerja adalah kinerja yang dicapai se- merupakan kondisi dimana yang menggerakkan
orang tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan diri karyawan yang telah terarah untuk mencapai
pekerjaan yang diberikan kepadanya.” Sedangkan tujuan organisasi atau tujuan kerja.
menurut Hasibuan (2005) : “Kinerja adalah suatu
hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melak- Menurut Mangkunegara (2013) kinerja mem-
sankan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya punyai indikator sebagai berikut:
yang didasarkan atas kemampuan, pengalaman 1. Kualitas kerja adalah keadaan yang dapat
dan kesungguhan serta waktu.” berubah dari seseorang terhadap hasil kerja
Kinerja merupakan suatu hal yang sangat pent- yang diberikan kepada perusahaan sehingga
ing dalam menjamin kelangsungan hidup suatu dapat memenuhi atau melebihi harapan pe-
perusahaan. Ada banyak faktor yang mempen- rusahaan. Kualitas ini dinilai dari ketepatan,
garuhi kinerja seorang karyawan. Adapun fak- keterampilan, letelitian, dan keberhasilan dari
tor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut kerja seseorang.
Sutrisno (2010) yaitu: 2. Kuantitas kerja karyawan dalam menyele-
148 JUFRIZEN

saikan pekerjaan yang diberikan perusahaan transformasional adalah kepemimpinan yang


adalah suatu penelitian untuk menentukan kar- dipertentangkan dengan kepemimpinan yang
yawan tersebut memiliki kuantitas yang baik memelihara status quo. Kepemimpinan transfor-
atau tidak. masional inilah yang sungguh-sungguh diartikan
3. Keandalan seseorang karyawan merupakan sebagai kepemimpinan yang sejati karena kepem-
penilaian dari kinerja yang dimilki sehingga impinan ini sungguh bekerja menuju sasaran pada
mampu melakukan kegiatan-kegiatan yang tindakan mengarahkan organisasi kepada suatu
diinginkan perusahaan. Dimana seseorang tujuan yang tidak pernah diraih sebelumnya. Para
karyawan dapat dikatakan handal jika dapat pemimpin secara riil harus mampu mengarahkan
mengikuti interaksi ketika bekerja, mempun- organisasi menuju arah baru (Yukl, 2008 : 157).
yai inisiatif, rajin dan selalu memiliki kehati- Menurut Bass dan Silin (dalam Yukl, 2008)
hatian bekerja. menyatakan kepemimpinan transformasional ter-
4. Sikap itu terdiri dari sikap seseorang karyawan diri atas empat komponen:
terhadap perusahaan, maupun sikap karyawan 1. Karisma
tersebut terhadap karyawan lain dan pekerjaan Karisma merupakan komponen penting dalam
serta kerja sama. konsep kepemimpinan transformasional. Pem-
impin karismatik haruslah memiliki kriteria seba-
Sedangkan Mathis dan Jackson (2005) meny- gai seorang yang tinggi tingkat kepercayaan dirin-
etakan bahwa kinerja pada dasarnya adalah apa ya, kuat keyakinan dan idealismenya serta mampu
yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. mempengaruhi orang lain. Pemimpin yang karis-
Kinerja karyawan adalah yang mempengaruhi se- matik pada umumnya memperoleh perasaan cinta
berapa banyak mereka memberi kontribusi kepada dari anak buah, bahkan bawahan merasa percaya
organisasi yang antara lain termasuk: (1) kuantitas diri dan saling mempercayai di bawah seorang
output, (2) kualitas output, (3) jangka waktu out- pemimpin yang karismatik. Bagi seorang pem-
put, (4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap impin karismatik, bawahan menerima pemimpin-
kooperatif. nya sebagai model yang diingini setiap saat, tum-
buh antusiasme kerja anak buah, mampu membuat
Kepemimpinan Transformasional anak buah bekerja lebih lama dengan senang hati.
Istilah kepemimpinan transformasional diben- Skala karisma kepemimpinan transformasional
tuk oleh 2 kata yaitu kepemimpinan dan trans- mendeskripsikan sejauhmana pemimpin mencip-
formasional. Transformasional berasal dari kata takan antusiasme anak buah, mampu membeda-
to transform yang bermakna mengubah sesuatu kan hal-hal yang benar-benar penting, serta mem-
menjadi bentuk lain yang berbeda. Burns dalam bangkitkan perasaaan mengemban misi terhadap
Yukl (2008) menyatakan bahwa kepemimpinan organisasi. Melalui karisma, pemimpin mengil-
transformasional sebagai suatu proses dimana hami loyalitas dan ketekunan, menanamkan ke-
pemimpin dan pengikutnya bersama-sama saling banggaan dan kesetiaan selain membangkitkan
meningkatkan dan mengembangkan moralitas dan rasa hormat.
motivasinya. Jack Welah dikutip Harsiwi (2006) 2. Pertimbangan Individual
menyimpulkan bahwa kepemimpinan transforma- Setiap pemimpin transformasional akan
sional adalah “kepemimpinan yang dimiliki oleh memperhatikan faktor-faktor individual seba-
manajer atau pemimpin dimana kemampuannya gaimana tidak bisa disamaratakan karena adanya
bersifat tidak umum dan diterjemahkan melalui perbedaan, kepentingan, dan pengembangan diri
kemampuan untuk merealisasikan misi, men- yang berbeda. Dalam model kepemimpinan trans-
dorong para anggota untuk melakukan pembela- formasional pertimbangan individual diartikan
jaran, serta mampu memberikan inspirasi kepada sebagai perilaku yang mencerminkan suatu ke-
bawahan mengenai berbagai hal yang perlu dike- pekaan terhadap keanekaragaman, keunikan mi-
tahui dan dikerjakan” . nat, bakat serta mengembangkan diri.
Locke mengatakan bahwa kepemimpinan Wahjosumidjo (2006) menyatakan bahwa per-
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 18, No. 2, Oktober 2017 149

timbangan individu (konsiderasi) adalah menun- tugas kelompok dan dapat mengatakan hal-hal
jukkan perilaku yang bersahabat, saling adanya yang dapat menumbuhkan kepercayaan bawahan
kepercayaan, saling menghormati, dan hubungan terhadap kemampuan untuk menyelesaikan tugas
yang sangat hangat di dalam kerja sama antara dan mencapai tujuan kelompok. Pemimpin trans-
pemimpin dengan anggota kelompok. Seorang formasional harus dapat berperan banyak di dalam
pemimpin transformasional akan memperhatikan menstimulasi orang-orang yang terlibat agar men-
faktor-faktor individu sebagaimana mereka tidak jadi lebih kreatif dan inovatif di samping dia juga
boleh disamaratakan karena adanya: perbedaan, merupakan seorang pendengar yang baik.
kepentingan, latar belakang sosial, budaya, dan
pengembangan diri yang berbeda satu dengan Budaya Organisasi
yang lain. Artinya, seorang pemimpin akan mem- Budaya organisasi berkaitan dengan bagaima-
berikan perhatian untuk membina, membimbing, na karyawan mempersepsikan karakteristik dari
dan melatih setiap orang sesuai dengan karakteris- budaya suatu organisasi, bukannya dengan apa
tik individu yang dipimpinnya. Selanjutnya menu- mereka menyukai budaya itu atau tidak. Artinya,
rut Bass dan Avolio (dalam Balitbang 2005 hal. budaya itu merupakan suatu istilah deskriptif.
29) Mengatakan model kepemimpinan ini mau Budaya organisasi merupakan suatu persepsi ber-
mendengarkan dengan penuh perhatian masukan- sama yang dianut oleh semua anggota organisasi.
masukan bawahan (pengikut) serta secara khusus Luthans (2006) menyatakan bahwa: ”Budaya or-
mau memperhatikan kebutuhan bawahan (pengi- ganisasi merupakan norma-norma dan nilai-nilai
kut) akan pengembangan karier. yang mengarahkan perilaku anggota organiassi.
3. Stimulasi Intelektual Setiap anggota akan berperilaku sesuai dengan
Dalam kepemimpinan transformasional se- budaya yang berlaku agar diterima oleh lingkun-
orang pemimpin melakukan stimulasi-stimulasi gannya.”
intelektual. Elemen kepemimpinan ini antara lain Feter F. Druicker dalam Pabundu Tika (2006)
kemampuan seorang pemimpin dalam mencipta- menyatakan: Budaya organisasi adalah pokok
kan, menafsirkan dan mengelaborasi simbol yang penyelesaian masalah-masalah eksternal dan in-
muncul dalam kehidupan, dan mengajak bawahan ternal yang pelaksanaannya dilakukan secara
untuk berpikir dengan cara-cara benar. Dalam arti, konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian
bawahan dikondisikan pada situasi untuk selalu mewariskan kepada anggota-anggota baru seba-
bertanya pada diri sendiri dan mengembangkan gai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan
kemampuan pemecahan masalah secara bebas. dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait
Sementara menurut Bass dan Silin (dalam Har- serperti di atas. Menurut Sutrisno (2010): Bu-
siwi 2007) melalui gaya kepemimpinan trans- daya organisasi adalah sebagai perangkat sistem
formasional sebagai pemimpin akan melakukan nilai-nilai (values), atau norma-norma (beliefs),
situmulasi-stimulasi intelektual. asumsi-asumsi (asssumptions), atau norma-norma
4. Inspirasional yang telah lama berlaku, disepakati dan diikuti
Inspirational motivation, pemimpin mem- oleh para anggota suatu organisasi sebagai pedo-
berikan arti dan tantangan bagi pengikut dengan man perilaku dan pemecahan masalah-masalah
maksud menaikkan semangat dan harapan, me- organisasinya. Budaya organisasi memiliki
nyebarkan visi, komitmen pada tujuan dan dukun- peran yang sangat strategis untuk mendorong
gan tim. Kepemimpinan transformasional secara dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasi,
jelas mengkomunikasikan harapan-harapan, yang khususnya kinerja karyawan baik dalam jangka
diinginkan pengikut tercapai”. (Bass dan Avolio pendek maupun jangka panjang. Peran budaya
dalam Yukl, 2008). Pemimpin transformasional organisasi adalah sebagai alat untuk menentukan
berperilaku dengan tujuan untuk memberi moti- arah organisasi, mengarahkan apa yang boleh dan
vasi dengan inspirasi terhadap orang-orang dis- tidak boleh dilakukan, bagaimana mengalokasi-
ekitarnya. Perilaku pemimpin inspirasional dapat kan sumber daya organisasional dan juga sebagai
merangsang antusiasme bawahan terhadap tugas- alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari
150 JUFRIZEN

lingkungan organisasi. Menurut Kreitner dan Ki- Robbins (2009) menyatakan riset paling baru
nicki (2005) budaya organisasi mempunyai empat mengemukakan tujuh karakteristik primer yang
fungsi yaitu: bersama-sama menangkap hakikat dari suatu bu-
1. Memberikan identitas kepada karyawannya daya suatu organisasi yaitu:
2. Memudahkan komitmen kolektif 1. Inovasi dan pengambilan resiko
3. Mempromosikan stabilitas sistem sosial Sejauhmana karyawan diorong untuk inovatif
4. Membentuk perilaku dengan membantu mana- dan mengambil resiko
jer merasakan keberadaannya. 2. Perhatian
Sejauhmana karyawan diharapkan memper-
Tiap karakteristik ini berlangsung pada suatu lihatkan presisi, analisis dan perhatian kepada
kontinum dari rendah ke tinggi. Maka dengan me- rincian.
nilai organisasi itu berdasarkan tujuh karakteristik 3. Orientasi hasil
ini, akan diperoleh gambaran majemuk dari bu- Sejauhmana manajemen memusatkan perha-
daya organisasi suatu organisasi. tian pada hasil bukannya pada teknik dan proses
Para peneliti telah berusaha mengidentifikasi yang digunakan untuk mencapai hasil itu.
dan mengukur beberapa tipe budaya organisasi 4. Orientasi orang
dalam rangka mempelajari hubungan antara tipe Sejauhmana keputusan manajemen memper-
efektivitas dan organisasi. Pencarian ini didorong hitungkan efek hasil-hasil pada orang-orang di
oleh kemungkinan bahwa budaya tertentu lebih dalam organisasi itu.
efektif dibandingkan dengan yang lain. Menurut 5. Orientasi tim
Kreitner dan Kinicki (2005) bahwa secara umum Sejauhmana kegiatan kerja diorganisasikan se-
terdapat tiga jenis budaya organisasi yaitu: kitar tim-tim, bukanya individu-individu.
1. Budaya konstruktif 6. Keagresifan
Budaya konstruktif adalah budaya dimana para Sejauhmana orang-orang itu agresif dan kom-
karyawan didorong untuk berinteraksi dengan petitif dan bukannya santai-santai.
orang lain dan mengerjakan tugas dan proyeknya 7. Kemantapan
dengan cara yang akan membantu mereka dalam Sejauhmana kegiatan organisasi menekankan
memuaskan kebutuhannya untuk tumbuh dan dipertahankannya status quo daripada pertumbu-
berkembang. Tipe budaya ini mendukung keyaki- han.
nan normatif yang berhubungan dengan pencapa-
ian tujuan aktualisasi diri, penghargaan yang ma- Etika Kerja
nusiawi dan persatuan. Menurut Ernawan (2007) “etika merupakan
2. Budaya pasif-defensif cabang dari filsafat mencari buruknya tingkah laku
Budaya pasif - defensif bercirikan keyakinan manusia”. Etika hendak mencari, tindakan manu-
yang memungkinkan bahwa karyawan berinter- sia yang manakah yang baik. Etika berhubungan
aksi dengan karyawan lain dengan cara yang tidak dengan seluruh ilmu pengetahuan yang berhubun-
mengancam keamanan kerja sendiri. Budaya ini gan dengan manusia dan masyarakat seperti, an-
mendorong keyakinan normatif yang berhubun- tropologi, psikologi, sosiologi, ekonomi, ilmu
gan dengan persetujuan, konvensional, ketergan- politik, dan ilmu hukum.
tungan, dan penghidupan. Menurut Ernawan (2007) bahwa etika meru-
3. Budaya agresif defensif pakan salah satu cabang ilmu filsafat, tujuannya
Budaya agresif - defensif mendorong kar- adalah mempelajari perilaku, baik moral maupun
yawannya untuk mengerjakan tugasnya dengan immoral dengan tujuan membuat pertimbangan
kerja keras untuk melindungi keamanan kerja dan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada
status mereka. Tipe budaya ini lebih bercirikan rekomendasi yang memadai tentunya dapat dit-
keyakinan normatif yang mencerminkan oposisi, erima oleh suatu golongan tertentu atau individu.
kekuasaan, kompetitif dan perfeksionis. Selanjutnya Bertens (2005 : 3) menyatakan bah-
wa bahwa etika berpengaruh terhadap kewajiban
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 18, No. 2, Oktober 2017 151

moral, tanggung jawab, dan keadilan sosial. Etika METODE PENELITIAN


secara lebih kontemporer mencerminkan karakter
perusahaan, yang merupakan kumpulan dari indi- Dalam penelitian ini penulis menggunakan
vidu-individu. pendekatan penelitian kuantitatif yaitu men-
Rudito (2007) menyatakan bahwa etika seba- guji dan menganalisis data dengan perhitungan
gai keyakinan yang berfungsi sebagai panduan angka-angka dan kemudian menarik kesimpulan
tingkah laku bagi seseorang, sekelompok, atau dari pengujian tersebut. Jadi populasi dari pe-
institusi. Jadi, etika kerja dapat diartikan seba- nelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Bank
gai doktrin tentang kerja yang diyakini oleh se- Mandiri (Persero) Tbk Area Medan Imam Bonjol
seorang atau sekelompok orang sebagai baik dan yang berjumlah 32 orang. Pada peneliti ini tidak
benar yang terwujud nyata secara khas dalam melakukan pengambilan sampel karena jum-
perilaku kerja mereka. Lebih lanjut Rudito (2007) lah populasi yang sedikit sehingga penelitian ini
menyatakan bahwa etika kerja sebagai semangat merupakan penelitian populasi (sensus). Dengan
kerja yang didasari oleh nilai-nilai atau norma- demikian sampel dalam penelitian ini adalah 32
norma tertentu”. Ernawan (2007) “etika kerja orang karyawan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk
merupakan sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri Area Medan Imam Bonjol. Teknik pengumpulan
atau sifat mengenai cara bekerja yang dimiliki se- data dengan kuesioner dan wawancara. Sedang-
seorang, suatu golongan atau suatu bangsa”. Etika kan teknik analisis data menggunakan Moderating
kerja yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan Regression Analysis (MRA).
membuat bosan, bahkan mampu meningkatkan
prestasi kerjanya atau kinerja. Hal yang mendasa- HASIL PENELITIAN
ri etika kerja tinggi di antaranya keinginan untuk
menjunjung tinggi mutu pekerjaan, maka individu Uji Asumsi Klasik
yang mempunyai etos kerja tinggi akan turut serta Dengan regresi linear berganda dikenal den-
memberikan masukan-masukan ide di tempat be- gan beberapa asumsi klasik regresi berganda atau
kerja. dikenal juga BLUE (Best Linear Unbias Estima-
Secara umum etika kerja berfungsi sebagai tion). Pengujian asumsi klasik secara sederhana
alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan indi- bertujuan untuk mengidentifikasi apakah regresi
vidu. Menurut Ernawan (2007) fungsi etika kerja merupakan model yang baik atau tidak. Ada be-
adalah: berapa pengujian asumsi klasik tersebut, yakni :
1. Pendorong timbulnya perbuatan.
Etika kerja dapat menjadi pendorong tim- Normalitas
bulnya perbuatan, dimana etika kerja dapat mem- Pengujian normalitas data dilakukan untuk
buat individu atau dalam kelompok dapat melaku- melihat apakah dalam model regresi, variabel de-
kan suatu perbuatan agar dapat pencapai hal yang penden dan independenya memiliki distribusi nor-
diinginkan mal atau tidak. Jika data menyebar disekitar garis
2). Penggairah dalam aktivitas. diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka
Dalam melakukan sebuah aktivitas sehari-hari model regresi memenuhi asumsi normalitas.
baik itu secara individu atau dalam kelompok, eti- Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

ka kerja dapat menjadikannya lebih bersemangat


Dependent Variable: Kinerja
dalam menjalankan aktivitas tersebut. Sehingga
dapat dicapai hasil yang diinginkan.
1.0

3. Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar.


0.8
Expected Cum Prob

Etika kerja dapat menggerakkan individu atau


0.6

0.4

sekelompok orang agar mau melakukan sesuatu


0.2

untuk mencapai hal yang diinginkan, sehingga


0.0

terciptalah kesepakatan dalam pencapaian target


0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
Observed Cum Prob

tersebut. Gambar 1. Normalitas


152 JUFRIZEN

Gambar diatas mengidentifikasikan bahwa dastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta
model regresi telah memenuhi asumsi yang telah titik-titik (poin-poin) menyebar dibawah 0 pada
dikemukakan sebelumnya, sehinnga data dalam sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas.
model regresi penelitian ini cenderung normal.
Scatterplot

Multikolinearitas Dependent Variable: Kinerja

Multikolinearitas digunakan untuk menguji 2

Regression Studentized Residual


apakah pada model regresi ditemukan adanya ko- 1

relasi yang kuat antar variabel independen. Cara 0

yang digunakan untuk menilainya adalah dengan -1

melihat nilai faktor inflasi varian (Variance Inflasi -2

Factor/VIF ), yang tidak melebihi 4 atau 5. -3

Pada Tabel 1 dibawah terlihat bahwa, kedua -3 -2 -1 0


Regression Standardized Predicted Value
1 2

variabel independen yakni X1 dan X2 memiliki Gambar 2. Heterokedastitas


nilai VIF dalam batas toleransi yang telah ditentu-
kan (tidak melebihi 4 atau 5), sehingga tidak men- Gambar diatas memperlihatkan titik-titik me-
jadi multikolinearitas dalam variabel independent nyebar secara acak, tidak membentuk pola yang
penelitian ini. jelas/teratur, serta tersebar baik diatas maupun
dibawah angka 0 pada sumbu Y. dengan demikian
Heterokedastisitas “tidak terjadi heterokedastisitas” pada model re-
Heterokedastisitas digunakan untuk menguji gresi.
apakah dalam model regresi, terjadi ketidak-
samaan varians dari suatu pengamatan yang Pengujian Hipotesis
lain. Jika variasi residual dari suatu pengamatan Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut yang terdiri pengujian normalitas, multikolin-
homokedastisitas, dan jika varians berbeda dis- earitas, autokorelasi, dan pengujian heteroskedas-
ebut heterokedastisitas. Model yang baik adalah tisitas, diperoleh kesimpulan bahwa model sudah
tidak terjadi heterokedastisitas. Dasar pengambi- dapat digunakan untuk melakukan pengujian ana-
lan keputusanya adalah : jika pola tertentu, seperti lisa regresi berganda, maka langkah selanjutnya
titik-titik (poin-poin) yang ada membentuk suatu adalah melakukan pengujian dua model hipotesis.
pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroke-

Tabel 1.
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -9.422 5.468 -1.723 .096
Kepemimpinan
.332 .110 .350 3.019 .005 .797 1.255
Transformatif
Budaya Organisasi .291 .089 .356 3.278 .003 .911 1.098
Etika .644 .146 .490 4.413 .000 .869 1.150
a. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 2. Koefisien Determinasi


Model Summaryb

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .836a .699 .667 1.91399
a. Predictors: (Constant), Etika, Budaya Organisasi,
Kepemimpinan Transformatif
b. Dependent Variable: Kinerja
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 18, No. 2, Oktober 2017 153

a. Pengujian Hipotesis 1 R2 sebesar 0,699 mempunyai arti bahwa variabel


Hipotesis yang akan diuji adalah untuk meng- dependen mampu dijelaskan oleh variabel inde-
etahui ada tidaknya pengaruh dari variabel inde- penden sebesar 69,90%. Dengan kata lain 69,90%
penden (bebas) terhadap variabel dependen (teri- perubahan dalam kinerja mampu dijelaskan oleh
kat) secara simultan dan parsial. ke tiga variabel independen, dan sisanya sebesar
Berdasarkan hasil pengujian seperti yang terli- (100% - 69,90% ) = 30,10% dijelaskan oleh faktor
hat pada Tabel 2, diperoleh nilai R sebesar 0,836, lain yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
hal ini menunjukkan bahwa variabel kepemimpi- Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifi-
nan transformasional, budaya organisasi dan etika kansi pengaruh variabel dependen secara simultan
kerja mempunyai hubungan yang kuat dengan terhadap variabel dependen digunakan uji F (F
kinerja. Sedangkan nilai R square (R2) atau nilai Test) seperti terlihat pada Tabel 3 di bawah.
koefisien determinasi pada intinya mengukur se- Dari uji ANOVA atau F test, didapat F hitung
berapa jauh kemampuan model dalam menerang- sebesar 21.715 dengan tingkat signifikan 0,000.
kan variasi variabel dependen. Nilai R2 adalah Karena probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05,
diantara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti maka hasil dari model regresi menunjukkan bah-
kemampuan variabel-variabel independen dalam wa koefisien dari variabel kepemimpinan trans-
menjelaskan variasi variabel dependen sangat ter- formasional, budaya organisasi dan etika kerja
batas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel- memiliki angka positif. Berarti bahwa hubungan
variabel dependen memberikan hampir semua antara variabel kepemimpinan transformasional,
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi budaya organisasi dan etika kerja dengan kin-
variasi variabel dependen. Secara umum R2 un- erja adalah positif yaitu semakin tinggi variabel
tuk data silang (crossection) relatif rendah karena kepemimpinan transformasional, budaya organ-
adanya variasi yang besar antara masing-masing isasi dan etika kerja maka semakin tinggi kinerja
pengamatan, sedangkan untuk data kurun waktu mereka.
(time series) biasanya mempunyai koefisien deter- Untuk melihat pengaruh masing-masing vari-
minasi yang tinggi (Ghozali, 2005). abel independen secara parsial terhadap kinerja,
Jika independen variabel lebih dari satu, maka maka dapat dilihat dari nilai t hitung dan signifi-
sebaiknya untuk melihat kemampuan varaibel kansi dari nilai t hitung tersebut. Jika nilai signifi-
memprediksi variabel dependen, nilai yang di- kansi dari t hitung tersebut lebih kecil dari 0.05,
gunakan adalah nilai adjusted R2. Nilai adjusted maka dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh vari-

Tabel 3. Hasil Uji F


ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 238.645 3 79.548 21.715 .000a
Residual 102.574 28 3.663
Total 341.219 31
a. Predictors: (Constant), Etika, Budaya Organisasi, Kepemimpinan Transformatif
b. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 4. Hasil Uji t


Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients Collinearity Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) -9.422 5.468 -1.723 .096
Kepemimpinan
.332 .110 .350 3.019 .005 .797 1.255
Transformatif
Budaya Organisasi .291 .089 .356 3.278 .003 .911 1.098
Etika .644 .146 .490 4.413 .000 .869 1.150
a. Dependent Variable: Kinerja
154 JUFRIZEN

abel tersebut terhadap prestasi kerja. Hasil perhi- Hasil Pengujian menunjukkan Adjusted R2
tungan nilai t hitung dapat dilihat pada Tabel 4. dengan nilai 56,80 % yang berarti variabel kinerja
Berdasarkan hasil pengujian data, maka dapat yang dapat dijelaskan oleh variabel Kepemimpi-
dinyatakan bahwa hanya variabel kepemimpinan nan transformasional, Budaya Organisasi, Kep-
transformasional, budaya organisasi dan etika ker- Tran_Etika dan BudOr_Etika adalah 56,80%, si-
ja yang mempunyai pengaruh secara signifikan sanya sekitar 43,20% dijelaskan oleh variabel lain
terhadap kinerja setelah dilakukan pengujian juga yang tidak diikutkan dalam penelitian ini.
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja.. Selanjutnya untuk mengetahui tingkat signifi-
Dapat disimpulkan bahwa variabel kinerja dipen- kansi pengaruh variabel dependen secara simultan
garuhi oleh kepemimpinan transformasional, bu- terhadap variabel dependen digunakan uji F (F
daya organisasi dan etika kerja dengan persamaan Test) seperti terlihat pada Tabel 6 di bawah.
matematis:
Dari hasil pengujian Anova atau F test men-
Kinerja Karyawan = -9.422 + 0,332X1 + 0,291X2 unjukkan bahwa nilai F hitung sebesar 8.872 den-
+ 0,644X3 gan tingkat signifikansi 0,000 jauh dibawah 0,05.
Hal ini menyatakan bahwa variabel independen
Dari persamaan diatas, dapat dilihat bahwa Kepemimpinan transformasional dan budaya or-
ada pengaruh kepemimpinan transformasional, ganisasi, KepTran_Etika dan BudOr_Etika secara
budaya organisasi dan etika kerja secara parsial bersama-sama (simultan) mempengaruhi Kinerja.
terhadap kinerja. Dari uraian tersebut, maka da- Untuk melihat pengaruh masing-masing vari-
pat diambil kesimpulan bahwa secara simultan abel independen secara parsial terhadap kinerja,
kepemimpinan transformasional, budaya organ- maka dapat dilihat dari nilai t hitung dan signifi-
isasi dan etika kerja berpengaruh terhadap kinerja kansi dari nilai t hitung tersebut. Jika nilai signifi-
karyawan. kansi dari t hitung tersebut lebih kecil dari 0.05,
maka dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh vari-
Pengujian Hipotesis 2 abel tersebut terhadap kinerja. Hasil perhitungan
Dalam pengujian ini adalah untuk melihat nilai t hitung dapat terlihat pada Tabel 7.
apakah etika kerja merupakan variabel moderat-
ing dalam penelitian ini, maka tahapan pengujian
yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Koefisien Determinasi


Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .754a .568 .504 2.33681
a. Predictors: (Constant), BudOr_Etika, Zscore:
Kepemimpinan Transformatif, KepTran_Etika, Zscore:
Budaya Organisasi

Tabel 6. Hasil Uji F


ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 193.780 4 48.445 8.872 .000a
Residual 147.438 27 5.461
Total 341.219 31
a. Predictors: (Constant), BudOr_Etika, Zscore: Kepemimpinan Transformatif,
KepTran_Etika, Zscore: Budaya Organisasi
b. Dependent Variable: Kinerja
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 18, No. 2, Oktober 2017 155

Dari Tabel 7 terlihat bahwa hasil Pengujian ganisasiterhadap kinerja secara simultan. Hasil
secara individu (parsial) menunjukkan variabel pengujian hipotesis dua menyatakan bahwa secara
Kepemimpinan Transformasional, dengan nilai parsial variabel kepemimpinan transformasional
koefisien 1,709, nilai signifikan 0,004, variabel dan budaya organisasi dan etika kerja berpen-
Budaya Organisasi dengan nilai koefisien 2,276 garuh terhadap kinerja, sedangkan KepTran_Eti-
nilai signifikan 0,003, dapat disimpulkan keem- ka dan BudOr_Etika tidak mempengaruhi kinerja
pat variabel tersebut berpengaruh terhadap kinerja dan etika kerja bukan merupakan variabel Mod-
serta variabel KepTran_Etika dengan nilai koe- erating antara variabel-variabel independen ter-
fisien 0,079, nilai signifikan 0,726, variabel Bu- hadap dependen variabel (kinerja), serta variabel
dOr_Etika dengan nilai koefisien 0,362, yang jauh independen Kepemimpinan transformasi dan bu-
lebih besar dari 0,05 menyatakan bahwa etika ker- daya organisasi, KepTran_Etika dan BudOr_Etika
ja bukan variabel moderating, antara variabel- secara bersama-sama (simultan) mempengaruhi
variabel independen terhadap dependen variabel kinerja.
(kinerja). Adapun persamaan matematisnya dapat 1. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional
dibuat dengan persamaan sebagai berikut: dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Hasil penelitian ini menunjukkan bhawa bah-
Dari Tabel 8 diperoleh persamaan sebagai wa secara parsial dan simultan Kepemimpinan
berikut: transformasional dan Budaya Organisasi berpen-
garuh secara signifikan terhadap Kinerja. Pen-
Kinerja = 31,611 + 1,709 X1 + 2,276 X2 + 0,079 garuh kepemimpinan transformasional terhadap
(│ X1-X3 │) + 0,362 (│ X2-X3 │) kinerja telah banyak dilakukan pengujian sebel-
umnya oleh peneliti lain, penelitian ini merupakan
PEMBAHASAN penelitian lanjutan yang melihat pengaruh terse-
but. Hasil Penelitian ini mendukung penelitian
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis satu yang dilakukan oleh Lamidi (2008) yang berkes-
dapat disimpulkan bahwa secara parsial bahwa impulan bahwa, kepemimpinan transfomasional
variabel kepemimpinan transformasional dan bu- dan budaya organisasi berpengaruh positif ter-
daya organisasi yang mempunyai pengaruh se- hadap kinerja. Secara teori, kepemimpinan trans-
cara signifikan terhadap kinerja, dan ada pengaruh formasional merupakan model kepemimpinan
kepemimpinan transformasional dan budaya or- bagi seseorang pemimpinan yang cenderung un-
Tabel 7. Hasil Uji t
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 31.611 .960 32.922 .000
Zscore: Kepemimpinan
1.709 .536 .515 3.189 .004
Transformatif
Zscore: Budaya
2.276 .706 .686 3.221 .003
Organisasi
KepTran_Etika .079 .224 .060 .355 .726
BudOr_Etika .362 .180 .427 2.013 .054
a. Dependent Variable: Kinerja

Tabel 8. Coefficients
Coefficientsa

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 31.611 .960 32.922 .000
Zscore: Kepemimpinan
1.709 .536 .515 3.189 .004
Transformatif
Zscore: Budaya
2.276 .706 .686 3.221 .003
Organisasi
KepTran_Etika .079 .224 .060 .355 .726
BudOr_Etika .362 .180 .427 2.013 .054
a. Dependent Variable: Kinerja
156 JUFRIZEN

tuk memberikan motivasi kepada karyawan atau yang tinggi tentunya rutinitas tidak akan membuat
bawahan untuk bekerja lebih baik dengan meni- bosan, bahkan mampu meningkatkan prestasi ker-
tikberatkan pada perilaku untuk membantu trans- janya atau kinerja. Hal yang mendasari etika kerja
formasi antara karyawan/individu dengan organ- tinggi di antaranya keinginan untuk menjunjung
isasi/perusahaan. Kepemimpinan trnsformasional tinggi mutu pekerjaan, maka individu yang mem-
pada prinsipnya bertujuan memotivasi bawahan- punyai etos kerja tinggi akan turut serta memberi-
nya untuk berbuat lebih baik dari apa yang bisa kan masukan-masukan ide di tempat bekerja.
mereka lakukan, dengan kata lain dapat mening-
katkan kepercayaan atau keyakinan diri bawahan KESIMPULAN
yang akan berpengaruh terhadap peningkatan
komitmen organisasi karyawan. Kepemimpiunan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat dis-
transformasional berorientasikan pada pening- impulkan sebagai berikut :
katan minat dan kesadaran organisasi kelompok, 1. Kepemimpinan transformasional dan budaya
meningkatan kepercayaan anggota organisasi se- organisasi berpengaruh signifikan terhadap
cara berangsur-angsur dari perhatian keberadaan kinerja karyawan pada PT. Bank Mandiri (Per-
kepada perhatian untuk mencapai tujuan organ- sero) Tbk Area Medan Imam Bonjol.
isasi. Kepemimpinan transformasional akan beru- 2. Etika kerja tidak dapat memoderasi hubun-
saha melakukan pengembangan pada anggota gan antara kepemimpinan transformasional
organisasi untuk membangun dan melaksanakan dan budaya organisasi terhadap kinerja, oleh
tujuan yang telah ditetapkan atau standarisasi tu- karena itu etika kerja bukan variabel moder-
juan perusahan. ating dalam penelitian ini. Artinya variabel
2. Pengaruh Kepemimpinan Transformasional etika kerja tidak dapat memperkuat atau mem-
dan Budaya Organsisasi Terhadap Kinerja perlemah hubungan antara hubungan antara
dengan Etika Kerja sebagai Variabel Moderat- Kepemimpinan transformasional dan budaya
ing organisasi terhadap kinerja karyawan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bah-
wa etika kerja tidak mempengaruhi hubungan SARAN
antara Kepemimpinan transformasional dan bu-
daya organsiasi terhadap kinerja. Dengan demiki- Berdasarkan kesimpulan yang diuraikan dia-
an etika kerja Control bukan variabel moderating tas, maka disarankan :
tetapi sebagai variabel bebas. Hasil Penelitian ini 1. Berdasarkan hasil penelitian, perlu dilakukan
mendukung penelitian yang dilakukan Ayudiati penelitian ulang dengan menambah variabel-
(2010) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa variabel lain yang mungkin mempengaruhi
etika kerja akan semakin meningkatkan kinerja kinerja pada umumnya, seperti kompensasi,
karyawan. Budaya organisasional dalam sebuah lingkungan kerja, karakteristik pekerjaan, dan
organisasi biasanya dikaitkan dengan nilai, norma, sebagainya
sikap, dan etika kerja yang dipegang bersama oleh 2. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya diusa-
setiap komponen organisasi. Unsur-unsur men- hakan dengan melakukan observasi terhadap
jadi dasar untuk mengawasi perilaku karyawan, objek yang diteliti sehingga hasil penelitian
cara mereka berfikir, kerja sama dan berinteraksi akan menjadi lebih baik.
dengan lingkungan. Jika budaya organisasi baik, 3. Memperluas objek penelitian yang tidak ter-
maka akan dapat meningkatkan komitmen organ- batas dan menambah jumlah sampel sehingga
isasi dan akan dapat menyumbangkan keberhasi- memungkinkan adanya perbedaan hasil pe-
lan kepada perusahaan. Etika kerja merupakan nelitian dan kesimpulan, apabila penelitian
sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat dilakukan pada objek penelitian dan golongan
mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, yang berbeda.
suatu golongan atau suatu bangsa. Etika kerja
Jurnal Ekonomi Manajemen & Bisnis - Vol. 18, No. 2, Oktober 2017 157

REFERENSI

Anthony dan Govindarajan. 2005. Management Control System, Edisi 11, penerjemah: F.X. Kurniawan
Tjakrawala, dan Krista. Penerbit Salemba Empat, Buku 2, Jakarta.

Ayudiati, Soraya. 2010. “Pengaruh Locus of Control terhadap Kinerja dengan Etika Kerja Islam se-
bagai Variabel Moderating pada Karyawan Bank Jateng Semarang” (tesis). Semarang: Universitas
Diponogoro (tidak dipublikasikan).

Ernawan, Erni, R. (2007). Business Ethics. Bandung: Alfabeta.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang:
BP-Universitas Diponegoro

Handoko T. Hani, 2007. Manajemen, Yogyakarta. BPFE Yogyakarta

Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo, (2005). Perilaku Organisasi. Jakarta: Salemba Empat

Lako, Andreas. (2004). Kepemimpinan dan Komitmen organisasi Organisasi, Isu, Teori dan Solusi, 
Cetakan Pertama, Yogyakarta : Amara Books

Lamidi (2008) Pengaruh Kepemimpinan Transformasional Terhadap Organization Citizenship Beha-


vior: Dengan Variabel Intervening Komitmen Organisasional. Jurnal Ekonomi dan Kewirausahaan
Vol. 8, No. 1, April 2008 : 25 – 37

Luthans, Fred. 2006. Perilaku Organisasi. Diterjemahkan oleh Vivin Andika. Yuwono dkk. Edisi Per-
tama, Penerbit Andi

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2013). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Cetakan Ke-
sebelas. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2014). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Cetakan Ketu-
juh. Bandung : Refika Aditama

Moeljono, Djokosantoso. (2005). Budaya Organisasi Dalam Tantangan. Jakarta: Elex Media Kom-
putindo

Pabundu Tika, (2006) Budaya Organisasi dan Peningkatan Komitmen Organisasi Perusahaan, Jakarta:
Bumi Aksara.

Robbins, Stephen  P. (2009), Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku I, Penerjemah: Jimmy Sadeli


dan Bayu Prawira Hie, Jakarta : Salemba Empat.

Rudito, Bambang. (2007). Etika Bisnis. Bandung : Rekayasa Sains

Sastrohadiwiryo, Bejo Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia Pendekatan Administra-


tive dan Operasional. Jakarta: Bumi Aksara
158 JUFRIZEN

Sopiah. (2008). Perilaku Organisasional. Edisi I, Yogyakarta : Andi Offset

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Keempat, Bandung : Alfabeta.

Sule, Trisnawati Ernie dan Saefullah, Kurniawan. (2005). Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana.

Sutrisno, Edy. (2010), Budaya Organisasi, Edisi Pertama, Cetakan Pertama, Jakarta: Kencana.

Tunggal, Amin Widjaja, (2004). Tanya Jawab, Budaya Organisasi (Organizational Culture), Jakarta,


Harvarindo.

Wahjusumidjo, (2006), Kepemimpinan Kepala Sekolah, Tinjauan Teoritik dan Permasalahannya. Ja-
karta: Rajawali Press

Winardi, (2007), Manajemen Perilaku Organisasi , Edisi Revisi, Jakarta, Kencana Prenada Media
Group.

Yukl, Gary (2008). Kepemimpinan Dalam Organisasi, Alih Bahasa Budi Suprianto, Edisi Kelima, Ja-
karta : PT Indeks Kelompok Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai