Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Disusun Oleh :
ELI KUSNATUL AMALIA
P17221173037
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
JL. A YANI NO 1 LAWANG TLP 0341 427391 FAX 0341 42695
LAPORAN PENDAHULUAN VULNUS APPERTUM
A. Definisi
B. Klasifikasi Luka
C. Etiologi
a. Mekanik
Benda tajam
Merupakan luka terbuka yang terjadi akibat benda yang memiliki sisi
tajam atau runcing. Misalnya luka iris, luka bacok, dan luka tusuk
Benda tumpul
Ledakan atau tembakan
Misalnya luka karena tembakan senjata api
b. Non mekanik
Bahan kimia
Terjadi akibat efek korosi dari asam kuat atau basa kuat
Trauma fisika
Luka akibat suhu tinggi
Suhu tinggi dapat mengakibatkan terjadinya heat exhaustion
primer, heat exhaustion sekunder, heat stroke, sun stroke, dan heat
cramps.
Luka akibat suhu rendah
Derajat Luka yang terjadi pada kulit karena suhu dingin
diantaranya hyperemia, edema dan vesikel.
Luka akibat trauma listrik
Luka akibat petir
Luka akibat perubahan tekanan udara (mansjoer, 2001)
Radiasi
E. Klasifikasi Penyembuhan
1. Penyembuhan primer (sanatio per primam intentionem)
Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik.
2. Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)
a. Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka
b. Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik sampai
penuh
c. Ephitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi
d. Penyembuhan
3. Penyembuhan primer tertunda atau penyembuhan dengan jaringan
tertunda
a. Luka dibiarkan terbuka
b. Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada infeksi
c. Luka dijahit
d. Penyembuhan
F.Fakto – faktor Yang Mempengaruhi Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka merupakan suatu proses yang kompleks dan dinamis
karena merupakan suatu kegiatan bioseluler dan biokimia yang terjadi saling
berkesinambungan. Proses penyembuhan luka tidak hanya terbatas pada
proses regenerasi yang bersifat lokal saja pada luka, namun dipengaruhi
pula oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik
1. Faktor vaskularisasi mempengaruhiluka karena luka membutuhkan
keadaan peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan
sel.
2. Anemia, memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan
sel membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang
mengalami kekuragan kadar Hb dalam darah akan mengalami proses
penyembuhan lama
3. Usia keepatan perbaikan sel berlangsung sejalan dengan pertumbuhan
atau kematangan usia seseorang. 4amun selanjutnya, proses penuaan
dapat menurunkan sistem perbaikan sel sehingga dapat memperlambat
poses penyembuhan luka
4. Penyakit lain. Mempengaruhi proses penyembuhan luka. Adanya
penyakit, seperti diabetes melitus dan ginjal, dapat memperlambat proses
penyebumbuhan luka
5. Nutrisi, merupakan unsur utama dalam membantu perbaika sel, terutama
karena kandungan zat gizi yang terdapat di dalamnya. Sebagai contoh,
vitamin A diperlukan utuk membantu proses epitelisasi atau penutupan
luka dan sintesis kalogen: Vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada
sistem enzim yang mengatur metabolisme protein, karbohidrat, dan
lemak: vitamin c dapat berfungsi sebagai fibroblas da mencegah adanya
infeksi serta membentuk kapiler-kapiler darah: dan vitamin K yang
membantu sintesis protombin dan befungsi sebagai zat pembekuan darah
6. Kegemukan, obat-obatan, merokok dan stres, mempengaruhi proses
penyembuhan luka. Orang yang terlalu gemuk, banyak mengkonsumsi
obatobatan, merokok atau stres akan mengalami proses penyembuhan
luka yang lebih lama (Hidayat alimul aziz, 2008, ketrampilan dasar untuk
praktik klinik kebidanan, jakarta salemba medika)
G. Manifestasi Klinis
Menurut black (1993) manifestasi vulnus adalah sebagai berikut:
Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang
berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi
seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang.
Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah
dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
Tenderness/keempukan
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari
tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya
saraf/perdarahan)
Pergerakan abnormal
Krepitasi
Kompartement Syndrom
Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi
karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang
menekan otot, saraf, dan pembuluh darah
Infeksi
Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi
Kontraktur
Hipertropi jaringan parut
J. Penyembuhan Luka
a. Tipe penyembuhan luka
Terdapat 3 macam tipe penyembuhan luka, dimana pembagian ini
dikarakteristikkan dengan jumlah jaringan yang hilang.
1. Primary Intention Healing (penyembuhan luka primer) yaitu
penyembuhan yang terjadi segera setelah diusahakan bertautnya tepi
luka biasanya dengan jahitan.
2. Secondary Intention Healing (penyembuhan luka sekunder) yaitu luka
yang tidak mengalami penyembuhan primer. Tipe ini
dikarakteristikkan oleh adanya luka yang luas dan hilangnya jaringan
dalam jumlah besar. Proses penyembuhan terjadi lebih kompleks dan
lebih lama. Luka jenis ini biasanya tetap terbuka.
3. Tertiary Intention Healing (penyembuhan luka tertier) yaitu luka yang
dibiarkan terbuka selama beberapa hari setelah tindakan debridement.
Setelah diyakini bersih, tepi luka dipertautkan (4-7 hari). Luka ini
merupakan tipe penyembuhan luka yang terakhir (Mansjoer,2001).
b. Fase penyembuhan Luka
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan Aplikasi Pada Pediatrik Klinis.
(terjemahan) Edisi 6. EGC: Jakarta.
Chada, P.V. 1993. Catatan Kuliah Ilmu Forensik & Teknologi (Terjemahan&.
Widya Medika: Jakarta.
Doenges, M.E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Kerawatan Pasien (Terjemahan). Edisi EGC:
Jakarta.
Guyton & Hall. 1997. Fisiologi Kedokteran (Terjemahan). Edisi 9. EGC: Jakarta
Mansjoer, A 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Medika
Auskulapius FKUI: Jakarta.
Nanda. 2006. Panduan Diagnosa Keperawatan. Prima Medika: Jakarta.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : An. F
Umur : 3 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Pagak
No. RM : 12345
Pekerjaan :-
Agama : Islam
2. Keluhan utama : Ibu pasien mengatakan kalau tangan anaknya sebelah
kanan terkena kaca
3. Riwayat Penyakit Sekarang : ibu pasien datang ke UGD RSI Masyithoh
pada pukul 20.00 WIB, ibu pasien mengatakan jika tanagan anaknya
sebelah kanan terkena kaca.
4. Riwayat Penyakit Dahulu :
Hipertensi
Diabetes Melitus
CVA
IMA
7. Pengkajian ABCD :
A (Airway)
Sekret/Muntahan
Darah
Gurgling
Snoring B (Breathing)
Sianosis
Stridor Penggunaan otot bantu pernafasan
Penetatring
Normal injury Pergeseran trakea
Flail chest Suara Abnormal dada
Sucking chest wounds Normal
AVPU :
Alert : Klien terjaga, responsive.
Vocalises : _________________________________________________________
Responds to Pain only __________________________________________________________
Unresposive to pain :
5 5
√
5 5
√ √
B. ASSESMENT (Masalah)
1. Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
DS : Ibu pasien mengatakan ada luka di tangan kanan akibat terkena kaca
2. Implementasi Keperawatan
1) Kerusakan integritas jaringan berhubungan dengan faktor mekanik
a. Melakukan BHSP
b. Melakukan observasi TTV
Nadi: 110x/menit
RR : 22x/menit
Suhu Tubuh: 36ºC
c. Lakukan pengkajian keadaan luka (ukuran, kedalaman, jaringan nekrotik
dan kondisi sekitar luka)
d. Berikan perawatan luka dengan teknik steril
e. Menganjurkan keluarga untuk luka tidak boleh terkena air dulu dan 3 hari
lagi kontrol
f. Berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotik
3. Tindakan dan Terapi Medis
Rawat luka
Heating dengan ukuran 0,4
4. Pemeriksaan Penunjang
D. EVALUASI
Airway : Jalan nafas spontan/ paten, tidak ada sumbatan jalan nafas,
tidak terdapat suara nafas tambahan.
Breathing : Nafas spontan, tidak menggunakan otot tambahan, frekuensi
nafas 20x/menit, irama teratur, tidak ada sekret, dan tidak terdapat suara
tambahan.
Circulation : Ekstremitas teraba hangat, nadi 94x/menit, tidak ada sianosis,
tidak terdapat perdarahan, irama regular, cappilarry refill kembali dalam
waktu 2 detik.
Disability : Klien Alert (sadar ,terjaga, responsive, berorientasi, dan
cooperative baik dengan keluarga maupun petugas).
S:-
O: - K/U: compos mentis
o TTV:
N : 110x/menit
RR: 22x/menit
S : 36C
o -Saturasi: 98%
o -GCS: 4,5,6
o -Kes : CM
o -Klien menangis
o -Klien tampak gelisah dan takut
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi di lanjutkan
Tanda Tangan