Anda di halaman 1dari 12

ek

SIPIL MESIN ARSITEKTUR ELEKTRO

PERILAKU DAN KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERSERAT BAMBU


Agus Rivani* dan Shyama Maricar *

Abstract
The objective of this study was to know the behavior and flexural capacity of bamboo fiber
concrete beams. The dimension of concrete beams were manufactured in 500 mm long, 100 mm
deep and 100 mm wide, which consisted of bamboo fiber of 0.25%, 0.5 %, 0.75% and 1% in total
weight fraction of normal concrete. One variation of another beam was manufactured in the
form without bamboo fiber as comparator parameters. The bamboo fiber used in this experiment
is Apus bamboo (Giganthochloa Apus Kurz) that were put randomly. The bending test was
conducted with a four-point loading.
The result of research indicated that the fiber concrete beams have to influence the strength.
Consequently, the maximum bending strength ratio of normal concrete beams to bamboo fiber
concrete beams is 1: 1.314. This research identifies that the bending strength of fiber concrete
beams was better compared to normal concrete beams.
Key words : Bamboo fiber, Concrete beam, Apus bamboo

Abstrak
Tujuan Penelitian studi adalah menetahui perilaku dan kapasitas lentur balok beton yang
memakai serat bambu. Ukuran benda uji balok beton yang telah dibuat adalah panjang 500
mm, tinggi 100 mm dan lebar 100 mm, yang mengandung serat bambu 0,25%, 0,5%, 0,75% dan
1% terhadap berat fraksi normal beton. Satu variasi lainnya dibuat tanpa serat bamboo sebagai
parameter pembanding. Serat bambu yang digunakan dalam eksperimen ini adalah jenis
Bambu Apus (Giganthochloa Apus Kurz) yang diambil secara acak. Uji bending telah dilakukan
dengan empat titik pembebanan.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan serat bambu pada balok beton berpengaruh
pada regangannya. Rasio regangan bending maksimum balok beton normal terhadap balok
beton serat bambu adalah 1: 1,314. Penelitian ini menunjukkan bahwa regangan bending dari
balok dengan serat bambu adalah lebih baik dibanding dengan balok beton normal.
Kata Kunci : Serat Bambu, Balok Beton, Bambu Apus

1. Pendahuluan Bambu sebagai salah satu


Pemanfaatan sumber daya bahan bangunan relatif jarang
alam yang tidak seimbang, digunakan dibanding dengan bahan
menimbulkan fenomena yang cukup bangunan lainnya. Hal ini disebabkan
menarik untuk diteliti. Bahan-bahan oleh beberapa faktor antara lain:
yang unggul mendapatkan prioritas mudah diserang serangga, mudah
utama dalam penerapannya sebagai terbakar, finishing dan nilai estetikanya
bahan bangunan, sehingga kurang diminati. Namun demikian,
mengakibatkan ketersediaannya terdapat beberapa kelebihan yang
menjadi terbatas dan mahal. tidak dapat diabaikan antara lain: kuat

* Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Tadulako, Palu
Perilaku dan Kapasitas Lentur Balok Beton Berserat Bambu
(Agus Rivani dan Shyama Maricar)

tarik yang relatif tinggi, Dalam penentuan formula


pertumbuhannya cepat dan mudah berkaitan dengan tata cara
dibudidayakan. perhitungan struktur beton, umumnya
Penggunaan beton sebagai diperoleh melalui suatu analisis
bahan bangunan juga telah lama pendekatan yang bersifat empirik.
dikenal. Beton memiliki beberapa Konsekuensi cara analisis seperti ini
kelebihan antara lain: kuat desaknya akan berlaku pada bahan tertentu
relatif tinggi, mudah dibentuk sesuai saja. Penambahan bahan lain
keinginan, perawatannya murah dan khususnya serat alam dalam beton
dapat dikombinasikan dengan bahan normal tentu memiliki cara analisis
lain. Di sisi lain, beton memiliki sifat yang tersendiri. Penambahan serat dalam
getas (brittle), sehingga secara praktis proporsi tertentu kemungkinan dapat
kemampuan untuk menahan tegangan mempengaruhi perilaku struktur beton
tarik relatif kecil. secara keseluruhan. Pengaruh
Berbagai penelitian terus perubahan ini perlu diteliti untuk
dilakukan hingga kini, namun memberikan informasi yang tepat
pemakaian serat alam dalam mengenai perilaku dan kapasitas beton
campuran beton kurang memuaskan. berserat bambu.
Sifat kembang-susut material telah Berdasarkan hal tersebut, ada
menjadi salah satu hambatan dalam beberapa tujuan yang ingin dicapai
menggabungkan dua atau lebih dalam penelitian ini antara lain:
material yang berbeda. Bentuk serat 1) Menemukan proporsi serat yang
yang relatif kecil dan tipis diharapkan efisien dalam campuran beton.
mampu meminimalkan masalah 2) Mendeskripsikan cara pembuatan
kembang susut dalam campuran balok beton berserat bambu.
beton. 3) Mendeskripsikan hasil pengujian sifat
fisika dan mekanika masing-masing
Hasil-hasil penelitian
bahan uji.
sebelumnya menunjukkan beberapa
4) Menguraikan cara analisis yang
sifat-sifat mekanik yang dapat
sesuai, akibat kemungkinan
diperbaiki dengan serat antara lain:
perubahan perilaku dalam
daktilitas, serapan energi, ketahanan
kombinasi beton dan serat bambu.
kejut, kapasitas lentur dan geser,
5) Mendeskripsikan perilaku dan
ketahanan lelah (fatique) dan
kapasitas lentur balok beton akibat
sebagainya.
penambahan serat bambu.
Dalam rangka memperbaiki
sifat-sifat yang ada dalam beton
tersebut, maka salah satu cara adalah
dengan menambahkan serat atau 2. Tinjauan Pustaka
fiber. Perbedaan karakteristik serat 2.1 Bambu
dalam campuran beton tentu Bambu merupakan tanaman
menimbulkan perilaku yang beragam, berumpun yang pertumbuhannya
sehingga dalam penelitian ini secara sangat cepat. Pada masa
khusus membahas perilaku dan pertumbuhan, beberapa spesies
kapasitas lentur balok beton berserat tertentu dapat tumbuh hingga 1 meter
bambu agar dapat menunjang per hari [1]. Kebanyakan para ahli
wawasan keilmuan dan penerapannya tumbuhan menempatkannya dalam
dalam struktur beton berserat. Dengan rumpun Bambuseae termasuk dalam
demikian, beton berserat bambu sudah keluarga rumput (Gramineae). Menurut
selayaknya dapat memberikan sebuah Sharma (1987), sekarang telah tercatat
inovasi dan diversifikasi bahan lebih dari 75 genera dan 1250 spesies
bangunan di masyarakat. bambu di seluruh dunia.

245
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 4, Nopember 2009: 244 - 255

Penggunaan bambu sebagai • Sifat mekanika bambu


elemen struktur memerlukan informasi Keragaman spesies dan habitat
yang tepat berkaitan dengan sifat fisika, bambu berimplikasi pada perbedaan
mekanika dan mikro-strukturalnya. Sifat- sifat penampangnya. Konsekuensinya,
sifat penting tersebut dapat diperoleh beberapa parameter yang
melalui identifikasi, penyelidikan dan mempengaruhi sifat mekanikanya
pengujian. Beberapa sifat yang perlu diidentifikasi dan diuji. Sifat
berkaitan erat dengan hal tersebut, mekanika bambu meliputi: kuat lentur
secara umum dapat diuraikan sebagai (bending), kuat tekan (compression),
berikut: kuat geser (shear), kuat tarik (tension),
puntir (torsion), elastisitas (elasticity),
• Anatomi bambu
pemuaian panas (thermal expansion)
Sifat dari batang bambu ditentukan
dan lain-lain [9].
oleh struktur anatominya. Batang
bambu terdiri atas nodia dan
internodia. Pada internodia, sel-sel 2.2 Beton serat
berorientasi pada arah aksial, Beton merupakan material
sedangkan pada nodia sel-sel komposit yang tersusun dari agregat
melintang pada tiap sambungannya. dan terbungkus oleh matrik semen yang
Bagian luar batang dibentuk oleh dua mengisi ruang diantara partikel-partikel,
lapisan sel epidermis, bagian sehingga membentuk satu kesatuan.
dalamnya lebih tebal dan sangat Berdasarkan kekuatan tekannya, beton
tinggi kadar lignin-nya. Permukaan sel dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu
yang paling luar dilindungi oleh beton normal, kinerja tinggi dan kinerja
lapisan selaput berupa lapisan lilin. sangat tinggi [7].
Disamping itu, bagian dalam batang
terdiri dari sel-sel sclerencyma [6]. Beton serat dapat didefenisikan
Perbedaan anatomi ini akan sebagai beton yang terbuat dari semen
mempengaruhi kekuatan bambu portland atau bahan pengikat hidrolis
sesuai dengan jenisnya masing- lainnya yang ditambah dengan
masing. agregat kasar dan halus, air dan
diperkuat dengan serat [4].
• Sifat fisika bambu Beberapa jenis serat yang biasa dipakai
Bambu sebagai salah satu komponen untuk campuran beton dapat
bahan bangunan, sangat rentan dibedakan menjadi 4 jenis serat yaitu
terhadap perubahan bentuk/ [2] :
deformasi. Perubahan ini antara lain
disebabkan oleh temperatur dan (1) Serat logam, misalnya serat besi dan
kelembaban, sehingga stainless steel.
mengakibatkan terjadinya sifat (2) Serat polymeric, misalnya serat
kembang dan susut pada bambu. polypropylene dan serat nylon.
Beberapa peneliti telah melakukan (3) Serat mineral, misalnya fiberglass.
pengukuran kadar air bambu Apus, (4) Serat alam, misalnya: serabut kelapa
bambu Ori, bambu Petung dan dan serabut nenas.
bambu Apus. Spesimen diambil dari
pangkal, tengah dan ujung. Pengujian
kembang susut bambu yang 3. Metode Penelitian
dilaksanakan adalah kembang susut 3.1 Lokasi dan Alur Penelitian
volume tulangan keseluruhan, yang
merupakan kombinasi antara Penelitian ini dilaksanakan di
kembang susut radial dan tangensial. Laboratorium Beton dan Bahan
Kondisi tersebut dianggap sebagai Bangunan Fakultas Teknik Universitas
keadaan yang mendekati aplikasi Tadulako. Laboratorium ini digunakan
bambu sebagai tulangan beton [8]. sebagai tempat pembuatan benda uji
dan pengujian balok beton berserat

246
Perilaku dan Kapasitas Lentur Balok Beton Berserat Bambu
(Agus Rivani dan Shyama Maricar)

bambu. Selain itu, Laboratorium Model Pemilihan batang bambu


dan Bentuk digunakan sebagai tempat didasarkan pada umur kurang
penyiapan serat bambu serta lebih 3 tahun. Setelah ditebang,
Laboratorium Politeknik sebagai tempat lapis bagian dalam bambu diserut
pengujian sifat mekanika bahan, dan dibuat dalam bentuk
khususnya uji tarik serat bambu. bilah dengan panjang rata-rata
Adapun penelitian ini dilakukan 200 cm.
sesuai bagan alir dalam Gambar 1. b. Agregat
Agregat yang digunakan dalam
penelitian ini adalah meliputi kerikil
4.2 Pelaksanaan Penelitian
dan pasir yang diperoleh dari Ex.
• Persiapan bahan dan alat sungai Palu.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
c. Semen Portland (portland cement)
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Semen yang digunakan dalam
a. Serat bambu penelitian ini adalah semen tipe I
Serat bambu yang digunakan merek Tonasa yang tersedia di
dalam penelitian adalah dari jenis pasaran.
Bambu Apus yang diperoleh dari
daerah Pantai Barat, Kecamatan
Balaesang, Kabupaten Donggala.

Mulai

Persiapan Bahan & Alat

Pengolahan Bahan Baku

Pengujian Pendahuluan

Pembuatan Balok Beton


Berserat Bambu

Pengujian Balok

Analisis Data

Pembahasan

Selesai

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

247
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 4, Nopember 2009: 244 - 255

d. Air dibelah sesuai kebutuhan dengan


Air yang digunakan adalah air lebar 70 mm.
yang telah memenuhi syarat (a)
Serat bambu untuk sampel balok ini
untuk pengujian. diambil pada bagian kulit atau strip
Adapun peralatan penelitian lapis luar (outer layer) dengan cara
dikelompokkan menjadi dua bagian menyerut lapis dalam (inner layer)
yaitu: dan lapis tengah (middle layer)
1) Peralatan pembuatan benda uji hingga mencapai ketebalan 0,5 mm
dengan mesin penghalus (planner) .
a. Mesin penghalus (planner)
digunakan untuk menghaluskan Bentuk dan dimensi serat yang
permukaan serat bambu hingga digunakan dalam penelitian ini
mencapai ketebalan yang adalah persegi panjang dengan
diinginkan. ukuran 2 mm x 0,5 mm x 60 mm. Proses
untuk mendapatkan dimensi serat
b. Molen digunakan untuk
tersebut harus melalui proses
mencampur bahan susun beton.
pengerjaan yang cukup rumit, karena
c. Kalifer digunakan untuk mengukur peralatannya belum memadai.
dimensi benda uji dengan Adapun proses pengerjaannya
ketelitian 0,05 mm. dilakukan dengan menggunakan
d. Slump test set digunakan untuk alat-alat pertukangan yang umum
pengujian slump. digunakan.
e. Oven digunakan untuk proses • Pengujian Pendahuluan
pengeringan bahan.
Dalam penentuan kadar serat
f. Timbangan meja yang bekerja maksimum yang akan ditambahkan
secara digital dengan ketelitian dalam adukan ditentukan dengan
0,001 gram digunakan untuk melakukan pengujian slump. Semakin
menimbang berat bahan. besar kadar serat yang ditambahkan,
g. Alat-alat pelengkap lainnya, maka workability akan menjadi
antara lain: roll-meter, batang menurun. Hal ini akan menyulitkan
pemadat (stick), gergaji tangan, pemadatan dan dapat
mistar siku, parang, pahat dan menyebabkan beton menjadi
cutter. keropos.
2) Peralatan pengujian Berdasarkan hasil uji pendahuluan,
a. Mesin pengujian mekanik kadar serat maksimum yang dapat
Universal Testing Machine (UTM) diambil dalam penelitian ini adalah
dipergunakan untuk pengujian sebanyak 1% dari berat benda uji
sifat mekanika balok. Mesin UTM beton normal. Selain itu untuk
yang dipergunakan memiliki kemudahan distribusi serat dalam
kapasitas 15 ton. campuran, maka panjang serat
diambil 60% dari lebar balok uji.
b. Alat pembaca lendutan (dial
gauge) dengan ketelitian sampai • Pembuatan Balok Beton Berserat
0,01 mm untuk mengukur Bambu
besarnya lendutan yang terjadi
Benda uji balok “Beton Berserat
saat pembebanan.
Bambu” dalam penelitian ini disingkat
• Pengolahan Bahan Baku B3 (Triple B), sedangkan Beton Biasa
Serat bambu dipersiapkan sesuai disingkat BB. Benda uji berupa balok
dengan kebutuhan benda uji yang berserat bambu dibuat 5 variasi
ditetapkan. Dengan menggunakan dengan ukuran lebar (b) 100 mm,
mesin belah, lembaran bambu tinggi (h) 100 mm dan panjang (l) 500
mm. Setiap variasi dibuat 3 buah
benda uji, sehingga keseluruhan

248
Perilaku dan Kapasitas Lentur Balok Beton Berserat Bambu
(Agus Rivani dan Shyama Maricar)

benda uji berjumlah 15 buah balok dengan dimensi 10 cm x 10


sebagaimana tercantum dalam cm x 50 cm.
Tabel 1.
Pembuatan balok beton berserat c. Tahap pembuatan adukan beton
bambu ini dilakukan dalam beberapa Pembuatan adukan yang dilakukan
tahapan sebagai berikut: dalam eksperimen ini dapat
diuraikan (sesuai urutan
a. Tahap persiapan
pengerjaannya) sebagai berikut:
Serat bambu yang telah
dipersiapkan sebelumnya dipilih 1) Bahan-bahan yang telah
dan disortir dari cacat dan telah disiapkan ditimbang beratnya
kering udara (mempunyai kadar air sesuai dengan komposisi
sekitar 12%) serta dibersihkan dari campuran yang telah
bahan-bahan yang tidak ditetapkan.
diperlukan. Panjang serat diambil 2) Bahan-bahan tersebut
60 mm, lebar 2 mm dan tebal 0,5 dimasukkan satu persatu
mm. Bahan-bahan lainnya seperti kedalam alat pengaduk/molen
semen, agregat, air juga telah (concrete mixer) yang masih
disiapkan dan telah dilakukan uji berputar secara hati-hati dan
pendahuluan untuk mendapatkan dibiarkan tercampur merata
data-data karakteristik material selama kurang lebih 5 menit.
yang diperlukan. Dalam proses pencampuran
serat kedalam adukan
b. Tahap perencanaan campuran diusahakan sedemikian rupa,
beton sehingga diharapkan tidak terjadi
Perencanaan campuran beton balling atau penggumpalan
normal dilakukan mengikuti serat.
metode ACI. Adapun komposisi 3) Sebelum adukan beton segar
campuran yang digunakan dalam dituang kedalam cetakan,
eksperimen ini disajikan dalam terlebih dahulu dilakukan
Tabel 2. Untuk pengujian kuat tekan pengujian slump, agar diketahui
dibuat sampel beton silinder tingkat kekentalan campuran
berdiameter 15 cm dan tinggi 30 yang merupakan salah satu
cm, sedangkan untuk pengujian parameter workability. Untuk
kuat lentur menggunakan sampel setiap variasi campuran, nilai
slump-nya dites dan dicatat.

Tabel 1. Dimensi dan variasi balok uji


Kode Ukuran Balok bxhxl Volume Distribusi Jumlah
B.u (mm3) Serat (%) Serat B.u
Tanpa
BB 100 x 100 x 500 0 3
serat
B3-025 100 x 100 x 500 0,25 Random 3
B3-050 100 x 100 x 500 0,50 Random 3
B3-075 100 x 100 x 500 0,75 Random 3
B3-100 100 x 100 x 500 1,00 Random 3
Jumlah Benda Uji 15

249
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 4, Nopember 2009: 244 - 255

Tabel 2. Komposisi campuran beton normal permeter kubik


Serat Kasar Halus Semen Air Total
Kode B.u
(kg) (kg) (kg) (kg) (kg) (kg)
BB 0 957,44 724,67 408,89 184 2.275

45 cm

Loading
Manometer Frame
Beban

Beban
terpusat

Balok Uji
Dial gauge
Perletakan

Baja

Gambar 2. Setting up pengujian lentur balok

4) Setelah itu adukan beton segar balok tersebut dibiarkan


dipindahkan kedalam cetakan mengering selama ± 24 jam.
menggunakan sendok adukan. 6) Setelah kering balok tersebut
Penuangannya dilakukan secara dipisahkan dari cetakan dan
berlapis hingga terisi penuh. Tebal direndam dalam bak perendam
lapisan diperkirakan sekitar 1/3 dari yang berisi air pada temperatur
tinggi benda uji. Tiap lapisan yang normal (sekitar 25ºC) untuk proses
terbentuk dilakukan pemadatan pematangan (curring) selama
secara merata menggunakan jangka waktu yang telah
batang pemadat dari baja ditetapkan.
dengan jumlah tusukan 25 kali.
Setelah pemadatan selesai, sisi d. Tahap Finishing
cetakan diketuk secara perlahan- Sampel balok yang telah
lahan dengan palu karet, agar mencapai umur betonnya (dalam
rongga bekas tusukan tertutup. penelitian ini umur 21 hari),
Tiap sampel balok uji harus kemudian diberi tanda pada
diberikan perlakuan yang sama daerah beban, tumpuan dan titik
untuk mendapatkan keakuratan penempatan dial gauge.
data uji. Selanjutnya dilakukan pemberian
5) Kemudian masing-masing sampel kode balok, pengukuran dimensi
di beri tanda untuk identifikasi, dan berat aktualnya untuk
dicatat tanggal pengecorannya dimasukkan dalam daftar
serta diletakkan pada tempat identifikasi akhir. Setelah semua
yang bebas dari pengaruh proses yang diuraikan diatas
getaran. Selanjutnya sample selesai, maka balok siap untuk diuji.

250
Perilaku dan Kapasitas Lentur Balok Beton Berserat Bambu
(Agus Rivani dan Shyama Maricar)

• Pengujian Kuat Lentur Balok • Analisis data


Pengujian balok beton dilakukan Nilai kekuatan lentur maksimum
dengan asumsi tumpuan sederhana dikalkulasi berdasarkan teori lentur
(sendi-rol). Prosedur pengujian sederhana dengan four point loading
dilaksanakan sesuai ASTM-C78-84 sesuai setting up pengujian.
dengan kecepatan pembebanan 4,3 Perhitungan patahnya benda uji di
kN per menit. Dalam pengujian ini, daerah pusat pada 1/3 jarak titik
balok dibebani hingga runtuh tanpa perletakan dari bagian tarik beton,
dipengaruhi oleh efek kejut. kuat lentur beton dihitung dengan
Pemberian beban terpusat P rumus :
diuraikan menjadi dua beban
terpusat sebesar ½P pada 1/3 PL atau 3Pa
bentang kiri dan kanan tumpuan atau
f lentur = f lentur =
bh 2 bh 2
dengan sistem empat titik
pembebanan (four point loading).
Pengekangan samping dilakukan Keterangan:
untuk mencegah adanya pengaruh f lentur = kuat lentur maksimum benda
tekuk torsi lateral. Sebelum digunakan, uji (MPa);
semua alat dikalibrasi untuk menjamin
keakuratan hasil pengukuran. Adapun P= beban maks. dari pembacaan
setting up pengujian lentur balok mesin uji (N);
seperti terlihat pada Gambar 2. L= jarak antara dua titik perletakan
Pengujian sampel balok beton (mm);
dilakukan dengan memberikan b= lebar rata-rata tampang lintang
beban awal dari nol sampai sebesar balok (mm);
10% dari perkiraan beban maksimum h= tinggi rata-rata tampang lintang
yang dapat dicapai masing-masing balok (mm);
balok, kemudian beban diturunkan
a= jarak antara beban terpusat dan
secara perlahan hingga posisi nol.
tumpuan (mm).
Perlakuan ini dimaksudkan agar
diperoleh pembacaan jarum
penunjuk dial gauge berada pada
4. Hasil dan Pembahasan
posisi nol pada saat pembebanan nol.
Hal ini bertujuan untuk mengontrol 4.1 Nilai Slump
pembacaan dial gauge, posisi Salah satu cara yang dapat
tumpuan dan benda uji serta ditempuh dalam menentukan kadar
komponen pembebanan telah serat maksimum yang dapat
bekerja dengan baik. ditambahkan dalam adukan beton
Pembebanan selanjutnya dilakukan adalah dengan melakukan pengujian
secara bertahap dengan slump. Hasil uji slump menunjukkan
penambahan beban setiap interval bahwa kadar serat maksimum yang
0,5 kN. Pada setiap tahap dapat diambil dalam pengujian ini
pembebanan, lendutan yang adalah sebanyak 1% dari berat
terbaca pada dial gauge dicatat. campuran beton normal atau sesuai
Selain itu, besarnya beban puncak komposisi campuran yang tertera dalam
dan beban runtuh juga dicatat serta Tabel 1.
diamati pola kerusakan balok dan Untuk kemudahan distribusi serat
diberi tanda. Cara dan prosedur yang dalam campuran, maka panjang serat
sama dilakukan untuk semua sampel telah ditetapkan sebesar 60% dari lebar
balok uji lainnya. tampang balok uji. Pada Gambar 3
terlihat bahwa semakin besar kadar
serat yang ditambahkan, maka
workability akan menjadi menurun.

251
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 4, Nopember 2009: 244 - 255

4.2 Kekuatan Balok Beton Berserat tersebut memperlihatkan bahwa


bambu penambahan serat bambu dengan
Hasil pengujian balok beton proporsi tertentu dapat meningkatkan
berserat bambu menghasilkan grafik kekuatan dan daktilitas balok secara
hubungan antara pembebanan dan signifikan.
lendutan sebagaimana disajikan dalam
Gambar 4.(a) sampai (d). Grafik

Gambar 3 Grafik hubungan nilai slump dan kadar serat balok uji

6 6

5 5
Beban P/2 (kN)
Beban P/2 (kN)

4 4

3 3

2 2

1 1

0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Lendutan (mm) Lendutan (mm)

(a) (b)
6 6

5 5
Beban P/2 (kN)

Beban P/2 (kN)

4 4

3 3

2 2

1 1

0 0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Lendutan (mm) Lendutan (mm)

(c) (d)
Gambar 4.(a) – (d). Grafik hubungan beban dan lendutan balok uji pada berbagai
kadar serat

252
Perilaku dan Kapasitas Lentur Balok Beton Berserat Bambu
(Agus Rivani dan Shyama Maricar)

Gambar 5. Kuat lentur balok uji

Table 3. Hasil analisis varians (ANOVA) untuk kuat lentur balok uji
Jumlah Rata-rata
df F* Sig.
Kuadrat Kuadrat
Antar
2,11134 4 0,5278 14,7577S 0,0005
Kelompok
Dalam
0,3219 9 0,0358
Kelompok
Total 2.43324 13
Catatan: * 0.05 Level of significance, S shows significant effect or interaction

Pada gambar 4.(a) terlihat campuran beton normal [Gambar 4.(c)


bahwa penambahan serat kulit bambu dan (d)] telah mengakibatkan
sebesar 0,25% pada campuran beton terjadinya penurunan kekuatan pada
normal telah mengakibatkan terjadinya balok uji. Namun demikian,
peningkatan kapasitas kekuatan balok kemampuan lendutannya masih dapat
beton secara signifikan. Peningkatan dipertahankan secara signifikan.
kekuatan tersebut diiringi oleh Penurunan kekuatan yang terjadi pada
peningkatan daktilitasnya. balok uji tersebut dapat disebabkan
Penambahan serat sebesar 0,5% oleh berkurangnya workabilitas
pada campuran beton normal [Gambar campuran. Hal ini telah dibuktikan
4.(b)] semakin memperjelas dengan hasil pengujian slump
peningkatan kekuatan dan sebelumnya. Dampak dari rendahnya
daktilitasnya. Peningkatan kekuatan workabilitas ini adalah relatif sulitnya
maksimum telah dicapai oleh balok ini. melakukan pemadatan campuran
Nilai persentase ini sekaligus merupakan pada balok uji tersebut. Pada kondisi ini,
kadar optimum dari penambahan serat sebagian serat telah menghalangi
bambu yang didistribusikan secara acak proses masuknya agregat untuk mengisi
dalam pengujian ini. rongga-rongga yang terbentuk dalam
campuran beton.
Penambahan serat bambu
sebanyak 0,75% dan 1% dari berat Pada penambahan kadar serat
lebih dari 0,5% teridentifikasi bahwa
253
Jurnal SMARTek, Vol. 7, No. 4, Nopember 2009: 244 - 255

balok uji mulai menjadi keropos. Hal ini a. Peningkatan kekuatan rata-rata
akan mengurangi kapasitas tampang balok beton berserat bambu
nominal balok dan mengakibatkan terhadap beton normal dalam
berkurangnya kemampuan balok penelitian ini adalah 30% sampai
dalam mendukung pembebanan yang 34%. Penambahan serat bambu ini
terjadi. telah mengurangi sifat kegetasan
Berdasarkan hasil analisis data yang terdapat dalam beton biasa/
uji, persentase peningkatan kekuatan normal (BB).
rata-rata balok beton berserat bambu b. Hasil analisis varians (Anova)
terhadap balok beton normal adalah terhadap kuat lentur balok uji
berkisar antara 30% sampai 34%. menunjukkan peningkatan yang
Penambahan serat bambu ini telah signifikan. Rasio maksimum kuat
mengurangi sifat kegetasan yang lentur beton normal terhadap beton
terdapat dalam beton biasa/ berserat bambu adalah 1 : 1,314
normal (BB). dengan nilai kuat lentur maksimum
sebesar 4,54 MPa pada kadar serat
0,5%. Nilai persentase kadar serat ini
4.3 Hasil Pengujian Kuat Lentur Balok
sekaligus merupakan kadar
Salah satu sifat mekanik penting optimum dari penambahan serat
yang telah dianalisis dari pengujian ini bambu yang didistribusikan secara
adalah kuat lentur. Untuk mendapatkan acak dalam pengujian ini.
gambaran yang lebih baik mengenai
pengaruh penambahan serat bambu
terhadap karakteristik beton, maka 6. Daftar Pustaka
berikut ini disajikan hasil pengujian kuat Anonim, 2007, American Bamboo
lentur sebagaimana terlihat dalam Society
Gambar 5. http://www.americanbamboo.o
Berdasarkan hasil analisis, rasio rg/ Diakses 09 September 2007.
maksimum kuat lentur beton normal
Balagaru, P. and Shah, S.P., 1992, Fibre
terhadap beton berserat bambu adalah
Reinforced Cement Composites,
1: 1,314 dengan nilai kuat lentur
McGraw-Hill, Singapore.
maksimum sebesar 4,54 MPa pada
kadar serat 0,5%. Nilai persentase kadar Elizabeth, L. dan Adams, C., 2000,
serat ini sekaligus merupakan kadar Alternative Construction:
optimum dari penambahan serat Contemporary Natural Building
bambu. Methods, Version Edition, John
Analisis varians (Anova) Wiley & Sons, Inc., New York.
selanjutnya dilakukan untuk
menunjukkan bahwa kekuatan lentur Hannant, D.J., 1978, Fibre Cements and
tersebut signifikan atau tidak. Hasil Fibre Concretes, John Wiley &
analisis varians disajikan dalam Tabel 3. Sons, New York.
Nilai F adalah lebih besar dari Janssen, J.J.A., 1981, Bamboo in Building
Fkritis yang berasal dari tabel F dengan Structures, Ph.D. Thesis, University
F0,05;4;9 untuk hubungan tersebut di atas. of Technology of Eindhoven,
Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa Netherland.
kuat lentur yang terjadi akibat Liese, W., 1985, Bamboos Biology, Silvics
penambahan serat dapat memberikan Properties, Utilization.,
pengaruh yang beda nyata. Gessellchaft fur Technische
Zusammenarbeit Schhriilen
5. Kesimpulan Reihe, Eschborn.
Berdasarkan hasil pembahasan Malier, Y., 1992, High Performance
dalam tulisan ini, maka dapat diambil Concrete, From Material To
beberapa kesimpulan, antara lain: Structure, E & FN Spon, London.

254
Perilaku dan Kapasitas Lentur Balok Beton Berserat Bambu
(Agus Rivani dan Shyama Maricar)

Morisco, 2002, Struktur Kayu dan


Teknologi Bambu, Fakultas
Teknik, Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
Rivani, A., 2005, Pengaruh Jenis
Sambungan Balok Beton
berserat bambu Galar Bambu
Wulung Terhadap Keruntuhan
Geser, Tesis S2, Fakultas Teknik
UGM, Yogyakarta. (tidak
dipublikasikan).

255

Anda mungkin juga menyukai