Di Susun Oleh :
Kholilah 21120033
JAKARTA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayat-Nya
penulisan dan penyusunan laporan tugas Loka Karya Mini dimata kuliah Manajemen
Keperawatan Terkait Dengan Manajemen Pasien Safety Dan Pendokumentasian Setelah
Pemberian Obat Di Ruang Anak RSUD Pesanggrahan Jakarta dapat terselesaikan. Laporan ini
ditulis dengan tujuan dapat memberikan gambaran mengenai kegiatan mahasiswa yang sedang
menjalani profesi Keperawatan Manajemen Keperawatan untuk melaksanakan kegiatan
Seminar dalam bentuk Loka Karya Mini.
Tak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan laporan ini. Laporan ini penulis harapkan dapat memperdalam sekaligus
dapat menambah pengetahuan tentang bagaimana menerapkan Manajemen Keperawatan bagi
pembacanya. Penulis menyadari dalam pembuatan laporan ini masih banyak kekurangan.
Untuk itu penulis sangat berterimakasih bila ada pihak-pihak yang mengkoreksi laporan ini
dan memberikan kritik dan saran supaya penulis dapat memperbaikinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 3
C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan .................................................................... 3
D. Cara Pengumpulan data................................................................................. 4
E. Manfaat Pelaksanaan Praktik Keperawatan Manajemen .............................. 4
BAB II TINJAUAN TEORI ................................................................................... 6
A. Konsep Manajemen Keperawatan ................................................................. 6
B. Konsep Manajemen Pasien Safety ................................................................. 22
C. Konsep Pemberian Obat ................................................................................ 33
D. Peran Perawat Dalam Mengatasi Dampak Hosiptalisasi Pada Anak............... 36
BAB III ANALISA SITUASI ................................................................................ 40
A. Profil Rumah Sakit Umum Kecamatan Pesanggrahan ................................... 40
B. Analisa Ruangan Ruang Rawat Inap Anak .................................................... 44
C. Gambaran Ruang Rawat Inap Anak .............................................................. 46
D. Analisa SWOT Ruang Rawat Inap Anak RSUD Pesanggrahan ..................... 47
E. Analisa Data ................................................................................................. 50
F. Perumusan Masalah ...................................................................................... 52
G. Prioritas Masalah .......................................................................................... 55
H. POA (Plan Of Action) ................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 61
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan penyakit (preventif)
kepada masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan
dan pusat penelitian medik.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan sudah seharusnya memiliki sistem
manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
pengontrolan dan evaluasi kualitas pelayanan khususnya pelayanan keperawatan
sebagai motor penggerak di rumah sakit, sehingga seluruh unit dalam organisasi yang
ada dapat terkoordinir dengan baik, dan pelayanan yang diberikan kepada
konsumen/pasien dapat optimal. Keberhasilan suatu rumah sakit sangat ditentukan oleh
unit-unit yang ada di dalamnya.
Dalam undang-undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, yang dimaksudkan
dengan rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
Tenaga perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam
mencapai tujuan pembangunan kesehatan. Bahkan WHO menyatakan bahwa perawat
merupakan “back bone” untuk mencapai target-target global, nasional maupun daerah.
Hal ini disebabkan karena perawat merupakan tenaga kesehatan dengan proporsi
1
terbesar, melayani pasien selama 24 jam secara terus menerus dan berkesinambungan
serta berada pada garis terdepan dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan semakin hari semakin
bertambah,sehingga perawat perlu melakukan tindakan secara profesional disertai
dengan tanggung jawab yang besar.
Rumah Sakit Umum Daerah Pesanggrahan merupakan salah satu unit pelaksana teknis
Dinas Kesehatan Privinsi DKI Jakarta yang bertanggung jawab menyelenggarakan
pembangunan kesehatan disuatu wilayah kerja dan merupakan ujung tombak pelayanan
kesehatan pemerintah yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang bersifat
promotif, kuratif dan rehabilitative bagi masyarakat. Sebagai salah satu UPT dari Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Rumah Sakit Umum Daerah Pesanggrahan berusaha
untuk menjadi organisasi dengan pengelolaan keuangan yang sehat seperti UPT Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta lainnya yang telah menyandang status sebagai
organisasi yang telah menerapkan PPK-BLUD.
Dari hasil observasi langsung maupun tidak langsung pelayanan yang diberikan oleh
tenaga keperawatan yang ada di Ruang Anak RSUD Pesanggrahan sudah baik, namun
masih ada yang perlu ditingkatkan agar pelayanan keperawatan makin baik dan
meningkat sehingga mutu pelayanan yang diberikan berkualitas.
Selain itu berdasarkan observasi didapatkan bahwa semua perawat di ruangan rawat
inap anak belum optimal dalam mendokumentasikan pemberian obat dengan lengkap.
Khususnya dalam hal penandatanganan atau paraf sebagai bukti telah diberikannya obat
kepada pasien baik paraf perawat maupun orang tua pasien. Kejadian ini hampir setiap
hari terjadi dan di setiap shiftnya.
2
Berdasarkan data di atas ada beberapa masalah yang menjadi prioritas mahasiswa untuk
mengusulkan upaya perbaikan dan penyelesaian masalah antara lain, manajemen pasien
safety dan pendokumentasian setelah pemberian obat baik secara oral maupun
parenteral.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengelola unit pelayanan keperawatan di Ruang Perawatan
Anak RSUD Pesanggrahan sesuai dengan konsep dan langkah manajemen
keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah melaksanakan praktek profesi Manajemen Keperawatan di Ruang
Perawatan Anak RSUD Pesanggrahan, mahasiswa mampu :
a. Melakukan pengkajian terkait manajemen di Ruang Perawatan Anak RSUD
Pesanggrahan untuk menemukan masalah-masalah yang ada.
b. Mengidentifikasi masalah keperawatan yang terkait dengan pelayanan
keperawatan termasuk didalamnya asuhan keperawatan.
c. Menyusun perencanaan (planning of action) untuk menyelesaikan masalah
yang ada.
d. Melakukan tindakan berdasarkan rencana kegiatan yang disusun untuk
menyelesaikan masalah.
e. Melakukan evaluasi terhadap pelaksanakan kegiatan yang telah dilakukan.
f. Memberikan masukan untuk perbaikan berupa usulan yang dapat dilaksanakan
agar pelayanan keperawatan ruang melati semakin baik.
C. Waktu Pelaksanaan
Tempat praktek mahasiswa Program Pendidikan Profesi Ners Stase Manajemen
Keperawatan dilaksanakan di Ruang Perawatan Anak RSUD Pesanggrahan yang
berlangsung mulai tanggal 08 Maret s.d 06 APril 2021.
3
D. Cara Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam praktik manajemen keperawatan di Ruang Perawatan
Anak RSUD Pesanggrahan, dilakukan dengan cara :
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk memperoleh data umum mengenai kondisi fisik
ruangan, struktur organisasi, visi dan misi, proses pelayanan keperawatan ,
inventaris ruangan dan asuhan keperawatan pada pasien serta pelaksanaan asuhan
keperawatan dan pendokumentasian proses asuhan keperawatan.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada kepala ruang, ketua tim, dan perawat pelaksana
untuk memperoleh gambaran secara umum proses pelaksanaan operasional
ruangan, serta wawancara kepada pasien dan keluarga untuk mengumpulkan data
tentang proses pelayanan keperawatan serta kepuasan pasien dan keluarga terhadap
pelayanan yang diberikan.
3. Studi dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan untuk pengumpulan data mengenai karakteristik pasien,
ketenagaan, dokumentasi proses keperawatan, manajeman ruangan, prosedur tetap
ruangan dan inventaris ruangan.
2. Perawat Ruangan
Sebagai masukan dalam menjalankan praktik profesionalisme di lahan praktik
guna meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
a. Tercapainya tingkat kepuasan kerja dan disiplin kerja yang optimal
b. Terbinanya hubungan yang baik antara perawat dengan perawat, perawat
dengan tim kesehatan lain dan perawat dengan klien
4
3. Mahasiswa
a. Tercapainya pengalaman dan pengelolaan suatu ruang rawat di rumah sakit
mulai dari perencanaan, pengornanisasian, pengarahan, pengontrolan dan
evaluasi manajemen keperawatan.
b. Mahasiswa dapat mengumpulkan data dalam penerapan model Tim yang
diaplikasikan di Ruang Perawatan Anak RSUD Pesanggrahan Mahasiswa dapat
mengidentifikasi, menganalisis masalah Ruang Perawatan Anak RSUD
Pesanggrahan dan menyusun rencana strategi (planning of action) guna
menyelesaikan masalah.
c. Mahasiswa dapat memperoleh pengalaman dalam menerapkan pemecahan
masalah yang dalam bentuk usulan yang mendukung pelayanan keperawatan
dan program keselamatan pasien di Ruang Perawatan Anak RSUD
Pesanggrahan
5
BAB II
TINJAUAN TEORI
G.R Terry dalam Sri Arini, dkk (2012), menyatakan manajemen suatu proses atau
kerangka kerja, melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-
orang kearah tujuan organisasional atau maksud yang nyata. Manajemen juga suatu
ilmu pengetahuan maupun seni. Seni merupakan suatu pengetahuan bagaimana
mencapai hasil yang diinginkan atau dalam kata lain seni merupakan kecakapan
yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan
untuk menggunakan pengetahuan manajemen. Disimpulkan manajemen suatu cara
untuk menyelesaikan tugas atau tujuan secara maksimal dengan cara bekerjasama
dengan orang lain/staf lain untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
6
sumber daya manusia, alat maupun dana, sehingga dapat memberikan pelayanan
keperawatan yang efektif, baik kepada pasien, keluarga, dan masyarakat.
7
b. Manajemen keperawatan dilaksanakan melalui penggunaan waktu yang
efektif.
Manajer keperawatan yang menghargai waktu akan mampu menyusun
perencanaan yang terprogram dengan baik dan melaksanakan kegiatan sesuai
dengan waktu yang ditetapkan. Keberhasilan seorang pimpinan keperawatan
bergantung pada penggunaan waktunya yang efektif. Dalam keperawatan,
manajemen sangat dipengaruhi oleh kemampuan pimpinan keperawatan.
Dalam konteks ini, seorang pimpinan harus mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia secara efektif. Hal demikian dibutuhkan untuk dapat mencapai
produktivitas yang tinggi dalam tatanan organisasinya.
8
e. Manajemen keperawatan menggunakan komunikasi yang efektif.
Komunikasi merupakan bagian penting dan aktivitas manajemen. Komunikasi
yang dilakukan secara efektif mampu mengurangi kesalahpahaman, dan akan
memberikan persamaan pandangan arah dan pengertian di antara pegawai
dalam suatu tatanan organisasi.
3. Fungsi Manajemen
Kholid (2013), menyatakan fungsi manajemen keperawatan, memudahkan perawat
dalam menjalankan asuhan keperawatan yang holistik sehingga seluruh kebutuhan
klien dirumah sakit terpenuhi. Terdapat beberapa elemen dalam manajemen
keperawatan berdasarkan fungsinya yaitu perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), kepegawaian (staffing), pengarahan (directing) dan
pengendalian/evaluasi (controlling).
a. Perencanaan (Planning)
(Swanburg R., 2000 dalam Kholid, 2013), planning memutuskan seberapa luas
akan dilaku Fungsi perencanaan merupakan suatu penjabaran dari tujuan yang
ingin dicapai, perencanaan sangat penting untuk melakukan tindakan. Didalam
proses keperawatan perencanaan membantu perawat dalam menentukan
tindakan yang tepat bagi klien dan menjamin bahwa klien akan menerima
pelayanan keperawatan yang mereka butuhkan dan sesuai dengan konsep
dasar keperawatan.
1) Tujuan Perencanaan
a) Untuk menimbulkan keberhasilan dalam mencapai sasaran dan
tujuan.
9
b) Agar penggunaan personel dan fasilitas tersedia efektif.
c) Efektif dalam hal biaya.
d) Membantu menurunkan elemen perubahan, karena perencanaan
berdasarkan masa lalu dan akan datang.
e) Dapat digunakan untuk menemukan kebutuhan untuk berubah.
2) Tahapan dalam perencanaan
a) Menetapkan tujuan.
b) Merumuskan keadaan sekarang.
c) Mengidentifikasi kemudahan dan hambatan.
d) Mengembangkan serangkaian kegiatan.
3) Jenis perencanaan
a) Perencanaan strategi
Perencanaan yang sifat jangka panjang yang ditetapkan oleh
pemimpin dan merupakan arahan umum suatu organisasi. Digunakan
untuk mendapatkan dan mengembangkan pelayanan keperawatan
yang diberikan kepada pasien, juga digunakan untuk merevisi
pelayanan yang sudah tidak sesuai lagi dengan keadaan masa kini.
b) Perencanaan operasional
Menguraikan aktivitas dan prosedur yang akan digunakan serta
menyusun jadwal waktu pencapaian tujuan, menentukan siapa
perawat yang bertanggung jawab untuk seiap aktivitas dan prosedur
serta menggambarkan cara menyiapkan perawat dalam bekerja dan
prosedur untuk mengevaluasi perawatan pasien.
4) Manfaat perencanaan
a) Membantu proses manajemen dalam menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungan.
b) Memungkinkan manajer memahami keseluruhan gambaran operasi
lebih jelas.
c) Membantu penetapan tanggung jawab lebih tepat.
d) Memberikan cara pemberian perintah yang tepat untuk pelaksanaan.
e) Memudahkan koordinasi.
f) Membuat tujuan lebih khusus, lebih terperinci dan lebiih mudah
dipahami.
g) Meminimlkan pekerjaan yang tidak pasti.
10
h) Menghemat waktu dan dana.
5) Keuntungan Perencanaan
a) Meningkatkan peluang sukses.
b) Membutuhkan pemikiran analitis.
c) Mengarahkan orang ketindakan.
d) Memodifikasi gaya manajemen.
e) Fleksibitas dalam pengambilan keputusan.
f) Meningkatkan keterlibatan anggota.
6) Kelemahan perencanaan
a) Kemungkinan pekerjaan yang tercakup dalam perencanaan
berlebihan pada konstribusi nyata.
b) Cenderung menunda kegiatan.
c) Terkadang kemungkinan membatasi inovasi dan inisiatif
d) Kadang-kadang hasil yang lebih baik didapatkan oleh penyelesaian
siuasional individual dan penanganan suatu masalah pada saat
masalah itu terjadi.
e) Terdapat rencana yang diikuti oleh/atau dengan rencana yang tidak
konsisten.
b. Pengorganisasi
Suatu rencana yang telah dirumuskan dan ditetapkan sebagai hasil
penyelengaraan fungsi organic perencanaan, dilaksanakan oleh sekelompok
orang yang tergabung dalam satuan-satuan kerja tertentu. Diperlukan
berbagai pengaturan yang menetapkan bukan saja wadah tempat berbagai
kegiatan akan diselenggarakan, tetapi juga tata krama yang harus ditaati
oleh setiap orang dalam organisasi dengan orang-orang lain baik dalam
suatu kerja tertentu maupun antar kelompok yang ada.
1) Manfaat pengorganisasian, akan dapat diketahui:
a) Pembagian tugas untuk perorangan dan kelompok.
b) Hubungan organisatoris antara orang-orang didalam organisasi
tersebut melalui kegiatan yang dilakukannya.
c) Pendelegasian wewenang.
d) Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.
11
2) Tahapan dalam pengorganisasian
a) Tujuan organisasi harus dipahami staf, tugas ini sudah tertuang
dalam fungsi manajemen.
b) Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan pokok untuk
mencapai tujuan.
c) Menggolongkan kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan kegiatan
yang praktis.
d) Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilakukan oleh staf
dan menyediakan fasilitas yang diperlukan.
e) Penugasan personil yang tepat dalam melaksanakan tugas.
f) Mendelegasikan wewenang
c. Pengarahan
Marquis (2013), menyatakan pengarahan merupakan proses penerapan
rencana manajemen untuk menggerakkan anggota kelonpok untuk
mencapai tujuan melalui berbagai arahan. Sri (2012), menyatakan
pengarahan suatu cara untuk mengerjakan dan memberikan bimbingan agar
dapat bekerja secara optimal dan melakukan pembagian tugas sesuai
dengan sumber daya yang tersedia berdasarkan kemampuan dan
keahliannya.
12
memberikan kontribusi dalam meningkatkan efisiensi kerja.
Sebagai contoh, kegiatan supervisi tindakan keperawatan akan
dapat mengurangi atau meminimalisasi kesalahan tindakan
sehingga akan dapat meminimalisasi bahan, alat atau waktu
tindakan bila dibandingkan jika terjadi kesalahan karena tidak ada
supervise.
b) Pengarahan bertujuan mengembangkan kemapuan dan
keterampilan staf. Banyak hal yang terkait dengan kegiatan
pengarahan di dalam ruang perawatan. Seperti halnya supervisi,
pendelegasian di dalam ruang perawatan akan dapat memberikan
peluang bagi yang diberikan delegasi untuk mengerjakan tugas dan
tanggung jawabnya secara otonomi.
c) Pengarahan bertujuan menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai
pekerjaan. Perawat yang diarahkan jika salah, diberi motivasi jika
kinerja menurun dan diberi apresiasi atas hasil kerja akan
memberikan penguatan rasa memiliki dan menyukai pekerjaanya.
d) Pengarahan bertujuan mengusahakan suasana lingkungan kerja
yang dapat meningkatkan motivasi dan prestasi kerja staf.
Pemimpin yang baik, pemimpin yang mampu menciptakan
lingkungan kerja yang kondusif dan menciptakan hubungan
interpersonal yang harmonis. Selain itu, kepemimpinan yang adil
merupakan kunci sukses dalam memberikan motivasi kerja dan
meningkatkan prestasi kerja perawat bawahan.
2) Unsur-unsur Pengarahan
Pengarahan atau juga disebut "penggerakan" merupakan upaya
memengaruhi bawahan agar melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Guna mengarahkan atau menggerakkan
bawahan, ada beberapa unsur yang perlu di dipahami dan diperhatikan
bagi seorang manajer keperawatan
a) Kepemimpinan merupakan kemampuan memengaruhi kelompok
menuju pencapaian sasaran.
b) Motivasi hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung
perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai
hasil yang optimal.
13
c) Komunikasi merupakan unsur penting dalam menggerakkan atau
mengarahkan bawahan. Dalam organisasi pelayanan
keperawatan, dalam ada beberapa bentuk kegiatan
pengarahan yang didalamnya terdapat aplikasi komunikasi, antara
lain sebagai berikut.
(a) D) dOperan; Merupakan suatu kegiatan komunikasi yang
bertujuan mengoperkan asuhan keperawatan kepada shift
berikutnya.
(b) Pre – Conference; Komunikasi ketua tim/penanggung jawab
shift dengan perawat pelaksana setelah selesai operan.
(c) Post-Conference; Komunikasi ketua tim/perawat dengan
perawat pelaksana sebelum timbang terima mengakhiri dinas
dilakukan.
(d) Pendelegasian; Kegiatan melakukan pekerjaan melalui orang
lain bertujuan agar aktivitas organisasi tetap berjalan sesuai
tujuan yang telah ditetapkan.
(e) Supervisi; Bentuk komunikasi yang bertujuan memastikan
kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan tujuan dengan cara
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan
tersebut.
d) Manajemen Konflik dalam Ruang Perawatan
Ruang perawatan merupakan suatu sistem tempat manusia
berinteraksi. Interaksi yang terjadi dalam ruang perawatan
mempunyai kemungkinan terjadinya konflik. Konfflik dapat
terjadi antara individu dan individu, individu dengan kelompok,
atau juga kelompok dengan kelompok.Abidin (2015), menyatakan
kegiatan-kegiatan yang ada di fungsi pengarahan , yaitu delegasi,
supervisi, motivasi, manajemen konflik serta komunikasi dan
kolaborasi.
d. Pengendalian/evaluasi Controlling)
Kholid (2013), menyatakan controlling merupakan proses pemeriksaan
apakah segala sesuatu yang terjadi sesuai dengan rencana yang telah
disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang
14
ditetapkan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan
agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi .Tugas seorang manajerial dalam
usaha menjalankan dan mengembangkan fungsi pengawasan manajerial
perlu memperhatikan beberapa prinsip berikut:
1) Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya
mudah diukur.
2) Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam
upaya mncapai tujuan organisasi.
3) Standart untuk kerja yang akan diawasi perlu dijelaskan kepada semua
staf, sehingga staf dapat lebih meningkatkan rasa tanggung jawab dan
komitmen terhadap kegiatan program.
4) Kontrol sebagai pengukuran dan koreksi kinerja untuk meyakinkan
bahwa sasaran dan kelengkapan rencana untuk mencapai tujuan telah
tersedia, serta alat untuk memperbaiki kinerja.
15
Pada sistem model kasus perawat mampu memberikan asuhan keperawatan
yang mencakup seluruh aspek keperawatan yang dibutuhkan pasien. Pada
model ini perawat memberikan asuhan keperawatan kepada seorang pasien
secara menyeluruh, sehingga mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap
pasien dengan baik, sehingga pasien merasa puas dan merasakan lebih aman
karena mengetahui perawat yang bertanggung jawab atas dirinya.
Komunikasi antara perawat sangat terbatas, sehingga tidak ada satu perawat
yang mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin
Kepala Ruangan. Hal ini sering menyebabkan klien kurang puas dengan
pelayanan asuhan keperawatan yang diberikan, karena seringkali klien tidak
mendapat jawaban yang tepat tentang hal-hal yang ditanyakan, dan kurang
merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
16
pasien atau mengobservasi reaksi obat yang diberikan maupun mengevaluasi
hasil tindakan keperawatan yang diberikan. Pada model ini kepala ruangan
menentukan apa yang menjadi tugas setiap perawat dalam suatu ruangan dan
perawat akan melaporkan tugas-tugas yang dikerjakan kepada kepala
ruangan. Kepala Ruangan-lah yang bertanggung jawab dalam membuat laporan
pasien.
17
Model Tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa tanggung jawab perawat yang
tinggi, sehingga setiap anggota tim merasakan kepuasan karena diakui
kontribusinya di dalam mencapai tujuan bersama yaitu mencapai kualitas
asuhan keperawatan yang bermutu.
Potensi setiap anggota tim saling komplementer menjadi satu kekuatan yang
dapat meningkatkan kemampuan kepemimpinan serta timbul rasa kebersamaan
dalam setiap upaya pemberian asuhan keperawatan, sehingga dapat
menghasilkan sikap moral yang tinggi.
Pada dasarnya di dalam Model Tim menurut Kron & Gray (1987) terkandung
dua konsep utama yang harus ada, yaitu:
1) Kepemimpinan
Kemampuan ini harus dipunyai oleh Ketua Tim, yaitu perawat
profesional (Registered Nurse) yang ditunjuk oleh Kepala Ruangan untuk
bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien dalam merencanakan
asuhan keperawatan, merencanakan penugasan kepada anggota tim,
melakukan supervisi dan evaluasi pelayanan keperawatan yang diberikan.
2) Komunikasi yang efektif
Proses ini harus dilaksanakan untuk memastikan adanya kesinambungan
asuhan keperawatan yang diberikan dalam rangka memenuhi kebutuhan
pasien secara individual dan membantunya dalam mengatasi
masalah. Proses komunikasi harus dilakukan secara terbuka dan aktif
melalui laporan, pre atau post conference atau pembahasan dalam
penugasan, pembahasan dalam merencanakan dan menuliskan asuhan
keperawatan dan mengevaluasi hasil yang telah dicapai.
18
semua anggota tim untuk belajar apa yang terbaik untuk pasien yang
dirawatnya berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi pasien.
19
Demikian pula pasien, keluarga, staff medik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu merupakan tanggung jawab primary nurse
tertentu. Dia bertanggung jawab untuk mengadakan komunikasi dan koordinasi
dalam merencanakan asuhan keperawatan dan dia juga akan merencanakan
pemulangan pasien atau rujukan bila diperlukan.
Kepuasan yang dirasakan oleh Primary Nurse adalah tercapainya hasil berupa
kemampuan yang tinggi terletak pada kemampuan supervisi. Staf medis juga
merasakan kepuasannya dengan model primer ini, karena senantiasa informasi
tentang kondisi pasien selalu mutakhir dan laporan pasien komprehensif,
sedangkan pada model Fungsional dan Tim informasi diperoleh dari beberapa
perawat.Untuk pihak rumah sakit keuntungan yang dapat diperoleh adalah rumah
sakit tidak perlu mempekerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan, tetapi tenaga
20
yang ada harus berkualitas tinggi. Berdasarkan hasil penelitian bahwa Model
Primer dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan bila dibandingkan
dengan Model Tim, karena
1) Hanya satu perawat yang bertanggung jawab dan bertanggung gugat dalam
perencanaan dan koordinasi asuhan keperawatan.
2) Jangkauan observasi setiap perawat hanya 4-6 pasien bila dibandingkan
dengan 10-20 orang pada setiap tim.
3) Perawat Primer bertanggung jawab selama 24 jam.
4) Rencana pulang pasien dapat diberikan lebih awal.
5) Rencana keperawatan dan rencana medik dapat berjalan paralel.
Model modular mirip juga dengan model primer, karena tiap 2-3 perawat
bertanggung jawab terhadap asuhan beberapa pasien sesuai dengan beban kasus,
sejak pasien masuk, pulang dan setelah pulang serta asuhan lanjutan kembali ke
rumah sakit.
Agar model ini efektif maka Kepala Ruangan secara seksama menyusun tenaga
profesional dan non profesional serta bertanggung jawab supaya kedua tenaga
tersebut saling mengisi dalam kemampuan, kepribadian, terutama kepemimpinan.
21
Perawat profesional bertanggung jawab untuk membimbing dan mendidik
perawat non profesional dalam memberikan asuhan keperawatan.
Konsekuensinya peran perawat profesional dalam model modular ini lebih sulit
dibandingkan dengan perawat primer. Model modular merupakan gabungan dari
model tim dan primary model.
22
6) Pengurangan pasien risiko jatuh
2. Resiko Jatuh
a. Definisi Resiko
Risiko dapat diartikan sebagai kejadian yang memiliki dampak negatif dan
merugikan yang dapat mencegah terciptanya manfaat atau mengkikis
manfaat yang telah ada. Risiko dapat disimpulkan sebagai kejadian yang
belum terjadi dan memiliki dampak negatif dalam berbagai hal.
b. Pasien Jatuh
Jatuh adalah suatu kajadian dengan hasil seorang berbaring secara tidak
sengaja di tanah atau lantai atau permukaan yang lebih rendah (WHO 2004
dalam Miake-Lye et al, 2013). Jatuh memiliki definisi sebagai kejadian
jatuh yang tidak disengaja dengan atau tidak terjadinya luka dengan hasil
pasien terbaring dilantai atau terbaring diatas permukaan lain, atau orang
lain atau objek lain (Weinberg, J et al, 2011). Apabila pasien jatuh dan
berhasil berdiri atau kembali ketempat semula (tempat tidur, kursi, atau
commode) itu hanya dapat disebut kejadian jatuh bila pasien terluka
(Palomar Health, 2016).
23
4) Indikasi Berat luka jatuh yang mengancam jiwa dan membutuhkan
operasi atau pemindahan ke dalam ICU
5) Meninggal akibat luka yang disebabkan oleh pasien jatuh
24
4) Intentional Falls
Kejadian jatuh yang disengaja berdasakan alasan tertentu atau tujuan
tertentu contohnya jatuh untuk mendapatkan perhatian atau jatuh untuk
mengurangi nyeri atau berjongkok.
25
c) Gaya berjalan dan Gangguan keseimbangan
Gangguan berjalan dan keseimbangan sangat sering terjadi pada lansia
karena proses alami dari penuaan. Proses tersebut menyebabkan
penurunan kekuatan otot, gangguan keseimbangan, dan penurunan
kelenturan sendi. Selain proses penuaan riwayat berjalan berjongkok
dan mengunakan tongkat juga dapat meningkatkan risiko dari jatuh,
penyakit stroke dapat menjadi salah satu penyebab gangguan
keseimbangan, hal tersebut karena pasien mengalami kelumpuhan
sehingga mengakibatkan pasien sulit berjalan atau bergerak.
d) Gangguan urinaria
Gangguan ini dapat menyebabkan pasien lebih sering keluar-masuk
menuju kamar mandi, sehingga meningkatkan risiko jatuh pada pasien.
Contoh gangguan urinaria adalah : menurunkan gejala saluran kemih
pada pria, inkontinesia urinaria yang bersifat neurologis, dan gejala
saluran kemih pada perempuan (NICE, 2017).
e) Pengobatan
Banyak pasien tidak memahami pemakaian berbagai macam obat dapat
meningkatkan risiko jatuh. Pasien dengan pemakaian obat
antihipertensi dan psikiatrik lebih sering terjadi jatuh (Majkusova &
Jarosova, 2014). Pengobatan kardiovasikular seperti deutetik dan
antihipertensi dapat mengakibatkan efek samping hipotensi yang dapat
menyebabkan pasien jatuh.
26
b) Lampu panggilan dan Alarm kursi atau tempat tidur
Lampu panggilan dan alarm kursi atau tempat tidur berperan penting
dalam pencegahan pasien jatuh karena pasien yang ingin menuju kamar
mandi dapat memberitahu perawat melalui alarm yang tersedia untuk
segera dibantu.
c) Tenaga profesional kesehatan dan sistem pelayanan
Selain kondisi lingkungan yang membahayakan pasien, sistem dari
pelayanan kesehatan juga berpengaruh terhadap terjadinya pasien
jatuh. Severo et al (2014), menyebutkan salah faktor ektrinsik jatuh
adalah tatanan rumah sakit dan proses kesehatan profesional kesehatan
khususnya dalam keperawatan.
27
pengkajian lingkungan dimana pasien dirawat memiliki bagian penting
dalam risiko dari insiden pasien jatuh. Terdapat berbagai jenis alat
pengkajian risiko jatuh yang telah dibuat, salah satunya dengan Morse Fall
Scale (MFS) yang dipakai dalam mengidentifikasi risiko pasien jatuh orang
dewasa di RSUD Wates.
1) Morse Fall Scale (MFS)
Morse Fall Score Adalah metode cepat dan simpel untuk melakukan
pengkajian pasien yang memiliki kemungkinan jatuh atau risiko jatuh
dan digunakan untuk melakukan penilaian kepada pasien umur ≥ 16
tahun. MFS memiliki 6 variabel yaitu
a) Riwayat jatuh :
Bila terdapat riwayat jatuh saat ini atau sebelum 3 bulan beri skor
25, bila tidak beri skor 0.
b) Diagnosa sekunder :
Bila pasien memiliki lebih dari 1 diagnosa medis maka beri skor
15, bila tidak beri skor 0.
c) Alat bantu :
Bila pasien bed rest atau butuh bantuan perawat untuk berpindah
beri skor 0, bila pasien membutuhkan tongkat, cane, atau alat
penompang untuk berjalan berikan skor 15, dan bila pasien
berjalan berpegangan pada perabotan yang ada seperti meja atau
kursi berikan skor 30.
d) Terpasang infus :
Bila terpasang infus beri skor 20, dan bila tidak beri skor 0.
e) Gaya berjalan :
Bila pasien memiliki gangguan gaya berjalan seperti kesulitan
bangun, kepala menunduk, atau berjalan tidak seimbang beri skor
20, bila gaya berjalan pasien lemah tanpa kehilangan
keseimbangan beri skor 10, dan bila pasien berjalan dengan normal
beri skor 0.
f) Status mental :
Bila pasien memiliki over-estimasi terhadap kemampuan
tubuhnya beri skor 15, dan bila pasien menyadari kemampuan fisik
dan tidak memaksakan beri skor 0.
28
Hasil interpretasi dari MFS dikatagorikan menjadi; tidak berisiko (No
Risk) dengan skor MFS sebesar 0-24, pasien berisiko rendah (Low
Risk) dengan skor MFS sebesar 25-44, sedangkan pasien berisiko
tinggi jatuh (High Risk) memiliki skor MFS ≥ 45. Setiap skor MFS
memiliki tindakan yang berbeda, pada pasien tanpa risiko jatuh
tindakan yang dilakukan adalah cukup melaksanakan tindakan
keperawatan dasar, pada pasien dengan risiko rendah jatuh dilakukan
tindakan implementasi standar 29 pencegahan pasien jatuh, dan untuk
pasien dengan risiko tinggi jatuh perlu dilakukan implementasi yang
lebih intens dalam pencegahan pasien jatuh.
29
(5) Bed alarm diaktifkan pada semua pasien saat pasien tidur
(selain unit kelahiran anak) kecuali pasien menolak.
(6) Dekatkan barang-barang pasien dalam jangkauan.
(7) Menyediakan alas kaki anti selip yang dibutuhkan pasien untuk
berjalan.
(8) Minimalkan pasien berjalan atau bahaya tergelincir.
(9) Kunjungi pasien lebih sering (setiap jam) dan nilai keamanan
dan kenyamanan pasien dan pertimbangkan pencahayaan
tambahan.
30
(9) Sediakan dan review (ulangi) edukasi pencegahan jatuh kepada
pasien dan keluarga.
Intervensi yang dilakukan pada pasien dengan risiko sedang atau tinggi
jatuh dengan luka memerlukan tindakan pencegahan yang lebih intersif
untuk menjaga keselamatan dan keamanan pasien, tindakan intervensi
tersebut menurut American Hospital Association (2014), , adalah :
1) Meningkatkan intensitas dan kualitas observasi
Pasien dengan risiko tinggi cidera membutuhkan lebih banyak
frekuensi observasi dari pada pasien dengan tingkat yang lebih rendah.
Dalam meningkatkan observasi pasien gagasan yang perlu diubah
adalah dengan meningkatkan obeservasi secara langsung kepada
pasien seperti :
a) Dorong dan beri semangat kepada anggota keluarga untuk
mendampingi pasien kapanpun sebisanya.
b) Tempatkan pasien dengan risiko tinggi jatuh berdekatan dengan
ruangan perawat dan pada kondisi yang lebih terlihat oleh staf
rumah sakit, idealnya dalam satu garis pandang.
c) Datang keruangan pasien dengan lebih sering setiap 1-2 jam dalam
satu hari. ditinggikan, dan pasang pengangan tangan di sekitar
kamar mandi.
31
c. Gunakan lampu malam untuk memastikan ruangan dapat terlihat
setiap saat.
d. Gunakan alarm kasur atau kursi untuk memperingatkan staf secara
cepat bila pasien bergerak.
e. Biarkan kasur pada seting paling rendah.
f. Ciptakan ruangan risiko tinggi jatuh khusus dengan modifikasi
ruangan seperti perabotan dengan ujung bulat tidak lancip dan
kamar mandi dengan toilet duduk yang ditinggikan, dan pasang
pengangan tangan di sekitar kamar mandi.
32
menghasilakan intervensi yang disesuaikan dengan beberapa arahan
yang diperlukan
33
c. Benar dosis
Memastikan dosis yang diberikan sesuai dengan rentang pemberian dosis
untuk cara pemberian tersebut, berat badan dan umur klien, periksa dosis pada
label obat untuk membandingkan dengan dosis yang sesuai pada catatan
pemberian obat. Lakukan perhitungan dosis secara akurat.
d. Benar cara pemberian
Memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat tersebut dapat diberikan
sesuai cara yang diinstruksikan dan periksa cara pemberian pada catatan
pemberian obat resep dokter
e. Benar waktu
Periksa waktu pemberian obat sesuai dengan waktu yang tertera pada catatan
pemberian obat (misalnya obat yang diberikan 2 kali sehari, maka pada catatan
pemberian obat/ resep dokter.
f. Benar dokumentasi
Memeriksa label obat untuk memastikan bahwa obat tersebut dapat diberikan
sesuai cara yang diinstruksikan, dan periksa cara pada catatan pemberian obat
34
c. Motivasi Kerja
Motivasi kerja perawat merupakan tingkah laku seseorang yang mendorong
kearah satu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan bak secara internal
maupun eksternal dalam melaksanakan peranya. Semakin baik motivasi kerja
yang dimiliki perawat maka cenderung mendorong diri mereka untuk
melaksanakan prinsip dan prosedur yang berkaitan dibandingkan yang
memiliki motivasi yang berkurang.
35
terjadi sekitar 3 minggu hingga 3 bulan setelah pemberian obat, yang
ditandai oleh demam dan munculnya lesi pada kulit.
2) Alergi
Reaksi alergi obat adalah reaksi melalui mekanisme imunologi terhadap
masuknya obat yang dianggap sebagi benda asing dalam tubuh dan tubuh
aka membuat antibodi untuk mengeluarkan benda asing dari dalam tubuh.
3) Toksisitas
Akibat dosis yang berlebihan sehingga terjadi penumpukan zat di dalam
darah karena gangguan metabolisme tubuh.
4) Interaksi antar obat
Reaksi suatu obat dipengaruhi oleh pemberian obat secara bersamaan,
sehingga terjadi interaksi obat yang kuat atau bertentangan terhadap efek
dari obat.
Hospitalisasi adalah suatu keadaan krisis pada anak, saat anak sakit dan dirawat di
rumah sakit. Keadaan ini terjadi karena anak mengalami perubahan dari keadaan
sehat dan rutinitas lingkungan serta mekanisme 15 koping yang terbatas dalam
menghadapi stresor. Stresor utama dalam hospitalisasi adalah perpisahan,
kehilangan kendali dan nyeri (Wong, 2009).
2. Definisi Anak
Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Masa anak merupakan masa
pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun) usia
bermain/oddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5), usia sekolah (5-11 tahun) hingga
36
remaja (11-18 tahun).
37
6. Peran Perawat
Peran perawat adalah cara untuk mengatasi aktifitas perawat dalam praktik,dimana
telah menyelesaikan pendidiksan formalnya yang diakui dan diberi kewenangan oleh
pemerintah untuk menjalankan tugas dan tanggung jawab keperawatan secara
professional sesuai dengan kode etik. profesionalnya.Dimana setiap peran yang
dinyatakan sebagai ciri terpisah demi untuk kejelasan (Mubarak, 2006).Sedangkan
menurut supartini (2004) Perawat adalah salah satu tim kesehatan yang bekerja
dengan anak dan orang tua. Beberapa peran penting seorang perawat anak, yaitu:
sebagai pembela, pendidik, konselor, kordinator, pembuat keputusan etik, perencana
kesehatan, dan peneliti.
38
maka cedera dan nyeri akan berlangsung lama pada anak sehingga dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
d. Tidak melakukan kekerasan pada anak
Kekerasan pada anak akan menimbulkan gangguan psikologis yang sangat
berarti dalam kehidupan anak. Apabila ini terjadi pada saat anak dalam proses
tumbuh kembang maka kemungkinan pencapaian kematangan akan terhambat,
dengan demikian tindakan kekerasan pada anak sangat tidak dianjurkan karena
akan memperberat kondisi anak.
e. Modifikasi Lingkungan Fisik
Melalui modifikasi lingkungan fisik yang bernuansa anak dapat meningkatkan
keceriaan, perasaan aman, dan nyaman bagi lingkungan anak sehingga anak
selalu berkembang dan merasa nyaman di lingkungannya.
39
BAB III
ANALISA SITUASI
Rumah Sakit Umum Daerah Pesanggrahan mulai dirintis pada awal tahun 2015.
Dimana sebelumnya bangunan yang saat ini menjadi Rumah Sakit Umum Daerah
Pesanggrahan adalah merupakan bangunan Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan.
Penetapan RSU Kelas D berdasarkan Pergub Nomor 1024 tanggal 17 Juni 2014.
RSU Daerah Pesanggrahan memiliki Izin Operasional Rumah Sakit Umum Kelas
D berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. DKI
Jakarta Nomor : 4/2.11/31/-1.77/2015 terhitung sejak tanggal 01 April 2015 s/d 31
Maret 2020. Adapun tujuan didirikannya Rumah Sakit Umum Daerah
Pesanggrahan adalah agar tersedianya sebuah fasilitas kesehatan dengan sarana
dan prasarana yang memadai sehingga dapat memberikan pelayanan kesehatan
terbaik untuk masyarakat di wilayah Daerah Daerah Pesanggrahan Khususnya dan
warga DKI Jakarta umumnya.
40
Pemda DKI. Luas bangunan 2.566 m2/1677 m2, sedangkan puskesmas di Jalan
Wijaya Kusuma menjadi Puskesmas Kelurahan Pesanggrahan. Sedangkan sejak
Puskesmas berubah menjadi RSUD Pesanggrahan pada bulan April tahun 2015,
Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan pindah dan bergabung dengan Puskesmas
Kelurahan Bintaro di Jalan Raya Veteran Jalan Mufakat no 1 RT 01 RW 03
sampai dengan 31 Juli 2017, dan saat ini sudah menempati gedung baru di jalan
Palem VIII RT 01 RW 08 Kelurahan Petukangan Utara.
Lokasi RSUD Pesanggrahan yang berada di area Jakarta Selatan terletak pada
106’22’42 Bujur Timur sampai 106’58’18 Bujur Timur dan 5’19’12 Lintang
Selatan. Luas Wilayah sesuai dengan Keputusan Gubernur DKI Nomor 1815
tahun 1989 adalah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta. Topografi
Wilayah Jakarta Selatan pada umumnya dapat dikategorikan sebagai daerah
perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata
mencapai 5-50 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah bagian selatan, banjir
kanal relatif merupakan daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah
bagian utara.
Jakarta Selatan beriklim panas dengan suhu rata-rata pertahun 27°C dengan
tingkat kelembapan berkisar antara 80-90%. Arah angin dipengaruhi angin Muson
Barat terutama pada bulan Mei-Oktober. Wilayah Jakarta Selatan terbagi terbagi
menjadi sepuluh wilayah kecil yang disebut kecamatan yaitu : Pasar Minggu,
Tebet, Kebayoran Lama, Cilandak, Jagakarsa, Pesanggrahan, Kebayoran Baru,
Pancoran, Setiabudi dan Mampang Prapatan. Jakarta Selatan dengan jumlah
penduduk 1.893.705 jiwa. Jumlah penduduk terpadat berada di Kecamatan Tebet
dan yang terjarang adalah Kecamatan Pesanggrahan.
41
Kecamatan Pesanggrahan dikeliling oleh Sungai Pesanggrahan. Batas–batas
wilayah kecamatan Pesanggrahan adalah sebagai berikut :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Sungai Pesanggrahan
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Rempoa, Tangerang
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pondok Betung, Tangerang
42
2. Nilai – nilai RSUD Pesanggrahan
a) Peduli
Peka dan responsive terhadap lingkungan sekitar
b) Profesional
Ahli, terampil dan beretika
c) Integritas
Berpikir, berkata, berbuat yang baik dan benar
d) Inovatif
Kemampuan menghasilkan karya baru yang bermanfaat
e) Akuntabel
Dapat dipertanggungjawabkan sesuai peraturan
3. Tujuan
“Jumlah pelanggan meningkat, kesejahteraan tercapai dan berkesan di hati
masyarakat”.
ALOS (hari) 83 %
BTO 11,6
GDR 1,4
43
6. Kapasitas Tempat Tidur
Kamar Kapasitas Tempat Tidur
Deskriptif Ruangan
1. Nama RS : RSUD Pesanggrahan
2. Nama Ruangan : Lantai 1 Ruang Pelangi (Ruang
Ranap Anak)
3. Kapasitas Ruangan : 6 TT
4. Jumlah Klien : 4 orang
5. Jenis Penyakit : DHF, GEA
6. Jumlah Perawat : 7 Perawat
44
2. Operan
Operan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu pada shift pagi (07.00-14.00),
shift sore (14.00-20.30) dan shift malam (20.30-07.30). Operan dipimpin oleh
kepala ruangan pada saat shift pagi dan siang, sedangkan pada operan shift
malam dipimpin oleh perawat pelaksana.
4. Dokumentasi
Pendokumentasian sudah dilakukan dengan baik, tetapi masih dilakukan secara
tertulis belum menggunakan sistem komputerisasi secara optimal. Untuk
pendokumentasian asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi
dilampirkan dalam satu file.
5. Mutu pelayanan
Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ruangan sudah mempersiapkan SOP,
SAK dan kode etik keperawatan (Autonomy, Beneficence, Non Mal Efficiency,
Veracity, Justice, Fidelity/Caring, Accountability) sebagai acuan dalam
memberikan asuhan keperawatan terhadap klien.
45
C. Gambaran Ruang Rawat Inap Anak
Ruang pelangi merupakan ruang rawat inap anak yang terletak di lantai 1 di
RSUD Pesanggrahan
Koordinator Ruangan
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan jumlah tenaga di ruang rawat
inap pelangi untuk keperawatan anak berjumlah 7 perawat.
46
3. Metode
Berdasarkan hasil observasi metode penugasa di ruang rawat inap anak
Pelangi menggunakan modular.
4. Pembiayaan
Pembiayaan pasien yang dirawat di ruang rawat inap anak berasal dari biaya
pribadi (umum), dan BPJS.
47
(Autonomy, mendokument a kesadaran
Beneficience, asikan masyarakat
Non Malefficienc, pemberian akan
Veracity, Justice, obat dengan tanggungjaw
Fidelity/Caring, lengkap. ab dan
Acuntability) Khususnya tanggunggug
sebagai dalam hal at perawat
acuan dalam penandatanga sebagai
memberikan nan atau paraf pemberi
asuhan sebagai bukti asuhan
keperawatan telah
terhadap klien diberikannya
4. System obat kepada
penugasan pasien baik
perawat perawat
menggunakan maupun
metode modular orang tua
sehingga dapat pasien.
memfasilitasi Kejadian ini
pelayanan hamper setiap
keperawatan hari terjadi
yang dan di setiap
komprehensif dan shiftnya.
holistic dengan 3. Dari data
pertanggungjawa kuesioner
ban yang jelas didapatkan
5. BOR ruangan bahwa lebih
capaian rata – banyak
rata 80 % perawat yang
belum
menerapkan
pemasangan
48
tanda resiko
jatuh yaitu
belum
menerapkan
pemasangan
tanda resiko
jatuh yaitu
sebanyak 75
%.
E. Analisa Data
1. DX I
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan kepala ruangan, perawat
pelaksana rawat inap anak didapatkan hasil wawancara dari Sr. Rena
selaku kepala ruangan yang mengatakan bahwa “sebenernya sudah tau
dan alatnya udah ada juga, tapi kita lupa buat taro atau gantungin
penanda resiko jatuhnya di tiang infus, kalau yang gelang kenapa gak
dipakein karena gak dimintain lagi diatas atau bagian dari manajemen”.
b. Observasi
Dari data kuesioner didapatkan bahwa perawat yang sudah menerapkan
pemasangan tanda resiko jatuh sebanyak 25%, yang belum menerapkan
pemasangan tanda resiko jatuh sebanyak 75%.
49
2. DX II
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan kepala ruangan dan
perawat pelaksana rawat inap anak didapatkan hasil wawancara dari Sr.
Rena selaku kepala ruangan yang mengatakan bahwa “iya sebenarnya kita
udah tau kalau harus paraf perawat dan orang tua pasien sesudah
memberikan obat tapi kita jarang ngelakuinnya walaupun sebetulnya udah
pernah jalanin prosedur itu sebelumnya”.
b. Observasi
Berdasarkan observasi didapatkan semua perawat di ruangan rawat inap
anak lantai 1 belum optimal dalam mendokumentasikan pemberian obat
dengan lengkap. Khususnya dalam hal penandatanganan atau paraf sebagai
bukti telah diberikannya obat kepada pasien baik paraf perawat maupun
orang tua pasien. Kejadian ini hampir setiap hari terjadi dan di setiap
shiftnya.
3. DX III
a. Wawancara
Berdasarkan hasil wawancara kelompok dengan kepala ruangan dan
perawat pelaksana rawat inap anak didapatkan hasil wawancara dari Sr.
Rena selaku kepala ruangan yang mengatakan bahwa “kebanyakan pasien
anak yang dirawat mengatasi kebosanannya dengan bermain
gadget/handphone milik orang tuanya selain itu banyak dari mereka yang
takut bahkan menangis kencang ketika perawat dating untuk melakukan
tindakan”.
50
b. Observasi
Berdasarkan observasi didapatkan di ruang rawat inap anak hampir semua
pasien balita bila melihat perawat dalam melakukan tindakan cenderung
menangis dan berhenti menangis bila di berikan gadget/handphone.
Perawat lantai anak pun bingung untuk mengupayakannya.
F. Perumusan Masalah
No. Data Masalah
1. a. Wawancara Pemasangan Tanda
Berdasarkan hasil wawancara kelompok Resiko Jatuh Belum
dengan kepala ruangan, perawat Optimal
pelaksana rawat inap anak didapatkan
hasil wawancara dari Sr. Rena selaku
kepala ruangan yang mengatakan bahwa
“sebenernya sudah tau dan alatnya
udah ada juga, tapi kita lupa buat taro
atau gantungin penanda resiko jatuhnya
di tiang infus, kalau yang gelang
kenapa gak dipakein karena gak
dimintain lagi diatas atau bagian dari
manajemen”.
b. Observasi
Dari data kuesioner didapatkan bahwa
perawat yang sudah menerapkan
pemasangan tanda resiko jatuh
sebanyak 25%, yang belum menerapkan
51
pemasangan tanda resiko jatuh
sebanyak 75%.
2. a. Wawancara Pendokumentasikan
Berdasarkan hasil wawancara pemberian obat belum
kelompok dengan kepala ruangan dan optimal.
perawat pelaksana rawat inap anak
didapatkan hasil wawancara dari Sr.
Rena selaku kepala ruangan yang
mengatakan bahwa “iya sebenarnya
kita udah tau kalau harus paraf
perawat dan orang tua pasien sesudah
memberikan obat tapi kita jarang
ngelakuinnya walaupun sebetulnya
udah pernah jalanin prosedur itu
sebelumnya”.
b. Observasi
Berdasarkan observasi didapatkan
semua perawat di ruangan rawat inap
anak lantai 1 belum optimal dalam
mendokumentasikan pemberian obat
dengan lengkap. Khususnya dalam hal
penandatanganan atau paraf sebagai
bukti telah diberikannya obat kepada
pasien baik paraf perawat maupun
52
orang tua pasien. Kejadian ini hampir
setiap hari terjadi dan di setiap
shiftnya.
3. a. Wawancara Upaya penanggulangan
Berdasarkan hasil wawancara dampak hospitalisasi
kelompok dengan kepala ruangan dan pada anak belum
perawat pelaksana rawat inap anak optimal
didapatkan hasil wawancara dari Sr.
Rena selaku kepala ruangan yang
mengatakan bahwa “kebanyakan
pasien anak yang dirawat mengatasi
kebosanannya dengan bermain
gadget/handphone milik orang tuanya
selain itu banyak dari mereka yang
takut bahkan menangis kencang ketika
perawat dating untuk melakukan
tindakan”.
b. Observasi
Berdasarkan observasi didapatkan di
ruang rawat inap anak hampir semua
pasien balita bila melihat perawat
dalam melakukan tindakan cenderung
menangis dan berhenti menangis bila
di berikan gadget/handphone. Perawat
lantai anak pun bingung untuk
mengupayakannya.
53
G. Prioritas Masalah
No. Uraian Masalah Mg Sv Mn Nc Af Jumlah Prioritas
1. Pemasangan Tanda 4 4 3 3 4 576 2
Resiko Jatuh Belum
Optimal
2. Pendokumentasikan 3 2 3 4 4 288 3
pemberian obat
belum optimal
3. Upaya 4 3 4 4 4 768 1
penanggulangan
dampak
hospitalisasi pada
anak belum optimal
Keterangan :
Mg ( Magnetude ) : Kecenderungan besar dan seringnya masalah terjadi
1 = Masalah tidak pernah ditemukan
2 = Masalah kurang ditemukan
3 = Masalah cukup sering ditemukan
4 = Masalah sering ditemukan
5 = Masalah sangat sering ditemukan
54
2 = Masalah kurang mudah dirubah
3 = Masalah cukup mudah dirubah
4 = Masalah mudah dirubah
5 = Masalah sangat mudah dirubah
55
Prioritas Alternatif Pemecahan Masalah
Dengan Metode CARL
Di Ruang Perawatan Anak RSUD Pesanggrahan
NO ALTERNATIF PEMECAHAN C A R L NILAI
MASALAH
1. Memberikan edukasi dan memberikan 5 4 4 4 320
pelatihan selama 2 minggu tentang upaya
penanggulangan dampak hospitalisasi
2. Mensosialisasikan terkait 4 3 3 4 144
penngkajian,penanagan pasien resiko
jatuh dan melakukan supervisi
3. Memberikan edukasi dan pelatihan 4 3 3 3 108
selama 2 minggu dalam
pendokumentasian obat yang benar serta
mengadakan supervisi
56
H. POA (Plan of Action)
Masalah Keperawatan :
No. Masalah Tujuan Kegiatan Metode Sasaran Waktu & Penanggung
Tempat Jawab
1. Upaya a. Tujuan Umum : a. Memberikan edukasi terkait Observasi Perawat Ruang Mahasiswa
penanggulangan Meningkatkan upaya penanggulangan dampak Perawatan
dampak kemampuan hospitalisasi Anak RSUD
hospitalisasi pada perawat dalam b. Mempertakitkkan/ memberikan Pesanggrahan
anak belum optimal menangani pelatihan dalam penerapan cara 17 Maret –
dampak negative penanggulangan dampak 04 April
dari efek hospitalisasi pada anak 2021
hospitalisasi yang mencakup:
berpengaruh 1) Mencontohkan cara
terhadap upaya pengklasifikasikan anak
perawatan dan sesuai indikasi dan usia
pengobatan yang 2) Menanjelaskan dan men
dijalani anak teknik terapi yang tepat
b. Tujuan Khusus : untuk mengurangi dampak
1) Perawat hospitalisasi (Terapi
57
mampu Bermain)
mengidentifika 3) Memprakitkaan cara terapi
si perasaan bermain yang benar
anak selama berdasarkan klasifikasi usia
menjalani
perawatan
2) Perawat
mampu
memahami
teknik
distraksi rasa
nyeri akibat
prosedur
tindakan
3) Perawat
mampu
memfasilitasi
ide dan
kreativitas
58
anak
4) Perawat
mampu
memberikan
perasaan
senang kepada
pasien
2. Pemasangan Tanda a. Tujuan Umum : a. Mensosialisasikan penggunaan Observasi Perawat Ruang Mahasiswa
Resiko Jatuh Belum Meningkatkan penggunaan pelayanan resiko Perawatan
Optimal mutu pelayanan jatuh, mnecakup : Anak RSUD
keselamatan 1) Mensosialisasikan lembar Pesanggrahan
pasien di RSUD format pengkajian resiko 17 Maret –
Pesanggrahan jatuh 04 April
terkait assesmen 2) Mensosialisasikan 2021
pasien resiko pentingnya pengkajian
jatuh. resiko jatuh untuk
b. Tujuan Khusus mengurangi resiko cidera
1) Perawat mam pada pasien
59
mempertahank 3) Mensosialisasikan
an tidak pentingnya penerapan
adanya insiden gelang dan tanda resiko
pasien jatuh jatuh pada tiang infus dan
2) Perawat tangan pasien
mampu b. Pendampingan supervisi dalam
mengidentifika pengkajian,penerapan tanda
si pasien resiko jatuh pada pasien
resiko jatuh
cepat tepat
serta
berkesinambu
ngan
3) Perawat
mampu
meningkatkan
pemahaman
pasien dan
keluarga
60
tentang resiko
jatuh
4) Perawat
mampu
mencegah
angka cedera
dan kecatatan
akibat pasien
jatuh
5) Perawat
melaksanakan
Standar
Operasinal
Prosedur
(SOP) resiko
jatuh
61
belum optimal kemmapuan perawat teknik 6 benar cara pemberian Anak RSUD
dalam melakukan obat Pesanggrahan
pendokumentasian b. Mempraktekkan cara 17 Maret –
yang benar melakukan pendokumentasian 04 April
obat yang benar 2021
Tujuan Khusus : c. Melakukan pendampingan
1) Perawat dapat supervisi terkait dokumentasi
menegetahui pemberian obat yang benar
tekhnik 6 benar
cdalam pemberian
obat
2) Perawat mampu
melakukan
pendokumentasia
n yang benar
setelah
memberikan obat
62
DAFTAR PUSTAKA
H. Alimul dan A. Aziz, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak (Edisi 1). Salemba
Medika. Jakarta. 2005.
Y. Supartini. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. EGC, Jakarta. 2004.
63