Anda di halaman 1dari 16

HAK ASASI MANUSIA (HAM)

MAKALAH
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Pendidikan Kewarganegaraan
Dosen Pengampu: Qorby Haqqul Adam, S. Pd, M.Or.
Disusun Oleh:
Ainin Sofiya Septiana (1703046051)
Abdul Wahib (1703046070)
Nurul Islamiyati (1703046079)
PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia memiliki hak asasi yang telah melekat bersamaan dengan kelahirannya di dunia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Karena itulah setiap manusia memiliki martabat yang
sama. Martabat ini bukanlah pemberian sesama manusia melainkan sesuatu yang dimiliki
manusia karena dia adalah manusia. Martabat atau hak asasi tidak dapat dirubah oleh siapapun
dengan cara apapun. Namun, tidak semua orang menyadari akan hak asasi ini baik secara
pengakuan maupun perlakuan. Pada nyatanya, pengakuan terhadap hak asasi lebih mudah
dibanding dengan perlakuannya. Hal itu terbukti dengan banyakanya kasus pelanggaran HAM
yang sering merebak disetiap sudut kehidupan.
Oleh karena itu, mempelajari HAM merupakan sesuatu yang penting bagi semua orang
sehingga kita dapat memperlakukan hak – hak asasi itu secara nyata sesuai dengan kemanusiaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian HAM?
2. Bagaimana sejarah perkembangan HAM?
3. Apa saja macam – macam HAM?
4. Apa saja bentuk – bentuk pelanggaran HAM?
5. Apa saja upaya penegakkan HAM?
6. Apa saja tantangan dan hambatan dalam menegakkan HAM?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami apa itu HAM.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana sejarah HAM bisa berkembang.
3. Untuk mengetahui dan memahami macam – macam HAM yang ada.
4. Untuk mengetahui dan memahami bentuk – bentuk pelanggaran terhadap HAM.
5. Untuk mengetahui dan memahami upaya – upaya yang dapat dilakukan untuk menegakkan
HAM.
6. Untuk mengetahui dan memahami tantangan dan hambatan yang ada dalam upaya penegakkan
HAM.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Hak Asasi Manusia (HAM)

Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugrah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia 1. Hak Asasi Manusia atau yang
sering disingkat HAM bersifat universal, dapat berlaku seumur hidup, untuk siapapun, kapanpun,
dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun. HAM dibutuhkan manusia untuk melindungi
martabat kemanusiaannya karena HAM mencakup seluruh segi kehidupan, baik hak hukum,
sosial budaya, ekonomi, maupun pembangunan 2.
1 Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat 1
2 Sutoyo, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi, Yogyakarta: Graha Ilmu, hlm. 105
3 Suparlan Al Hakim, dkk, 2016, Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia, Malang: Madani,
hlm.71
4 Jazim Hamidi, Mustafa Lutfi, 2010, Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya,
Jakarta: Gramedia, hlm. 226
B. Sejarah Pengakuan HAM

Kesadaran manusia pada HAM pada hakikatnya muncul dari keinsyafannya terhadap harga diri,
harkat, dan martabat kemanusiaannya sebagai akibat yang muncul dari tindakan sewenang –
wenang penguasa, penjajahan, perbudakan, ketidakadilan dan kezaliman yang hampir melanda
seluruh umat manusia3. Sejarah perkembangan HAM secara kronologis dapat dilihat sebagai
berikut:
1. Tahun 2500 SM – 1000 SM

Di Babilonia, ada hukum yang ditetapkan demi menjamin keadilan bagi warganya. Hukum ini
terkenal dengan sebutan Hukum Hammurabi. Hukum ini ditetapkan pada masa Nabi Musa untuk
memerdekakan bangsa Yahudi dari perbudakan Raja Fir’aun yang sewenang – wenang karena
merasa dirinya sebagai Tuhan4.
2. Tahun 600 SM

Seorang ahli hukum dan reformator terbesar Athena pada masa Yunani kuno, Solon, menyusun
undang – undang yang menjamin keadilan bagi warganya. Ia
juga membentuk Heliaie, sebuah mahkamah keadilan untuk melindungi orang – orang miskin,
dan Eclesia, sebuah majelis rakyat.
3. Tahun 527 SM – 322 SM

Kaisar Romawi Flanvius Anacius Justinian menciptakan peraturan hukum yang termodifikasi
yaitu Corpus Iuris yang menjamin keadilan dan hak asasi manusia.
Pada masa kebangkitan Romawi, telah banyak lahir filsuf terkenal dengan visi tentang hak asasi,
seperti Sokrates dan Plato yang banyak dikenal sebagai peletak dasar diakuinya hak – hak asasi
manusia, serta Aristoteles yang mengajarkan tentang pemerintahan yang berdasarkan
kemanusiaan dan cita – cita mayoritas negara 5.
5 Jazim Hamidi, Mustafa Lutfi, 2010, Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya,
Jakarta: Gramedia, hlm. 226
6 https://id.wikipedia.org/wiki/Magna_Carta diakses pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 09.17 WIB

4. Tahun 30 SM s.d 623 M

Kitab suci Injil yang dibawa Nabi Isa Almasih, sebagai peletak dasar etika Kristiani dan ide
pokok tingkah laku manusia agar senantiasa hidup dalam cinta kasih terhadap Tuhan atau sesama
manusia.
Kitab suci Al – Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW banyak mengajarkan
tentang toleransi, berbuat adil, tidak boleh memaksa, bijaksana, menerapkan kasih sayang dan
sebagainya. Hal ini cukup menjadi bukti pencerminan nilai – nilai asasi bagi manusia.
5. Tahun 1215

Gerakan rasionalisme dan humanisme di Eropa ditandai dengan lahirnya Magna Charta di
Inggris yang merupakan hasil dari perselisihan antara Paus, Raja John, dan baronnya atas hak-hak
raja. Magna Charta mengharuskan raja untuk membatalkan beberapa hak dan menghargai
beberapa prosedur legal, dan untuk menerima bahwa keinginan raja dapat dibatasi oleh hukum 6.
6. Tahun 1629

Pada masa pemerintahan Charles I di Inggris, dikeluarkan dokumen konstitusional yang disebut
Petition of Rights, yang berisi tentang pemungutan pajak yang harus disetujui oleh parlemen.
Selain itu, orang tidak boleh ditangkap jika tidak ada tuduhan dan bukti yang sah.
7. Tahun 1679

Pada masa pemerintahan Charles II di Inggris, disusunlah Habeas Corpus Act, undang-undang
yang mengatur tentang penahanan seseorang untuk memeriksa keabsahan penahanan tahanan.
8. Tahun 1689

Pada masa pemerintahan Willem III, ia mengelurakan sebuah piagam yang awalnya bernama
Declaration of Rights yang setelah diresmikan oleh Parlemen menjadi undang-undang, namanya
berubah menjadi Bill of Right. Piagam ini berisi tentang hak - hak asasi dan kebebasan warga
negara.
9. Tahun 1776

Di Amerika Serikat pada 4 Juli 1776, lahirlah The Declaration of American Independence yang
memuat kemerdekaan negeri itu dari penjajahan Inggris. Di dalam pernyataan itu, dinyatakan
bahwa ada hak – hak yang telah dikaruniai oleh Tuhan, yaitu hak untuk hidup, merdeka, dan
mengejar kebahagiaan.
10. Tahun 1789

Di Prancis pada tahun 1789 terjadi revolusi untuk menurunkan kekuasaan Raja Louis XVI yang
sewenang-wenang. Revolusi ini menghasilkan UUD Prancis yang memuat tentang “La
Declaration des droits de L’homme et du Citoyen” yang berarti pernyataan hak manusia dan
warga negara sebagai hasil revolusi Prancis di bawah pimpinan Jendral Laffayete 7.
7 Jazim Hamidi, Mustafa Lutfi, 2010, Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya,
Jakarta: Gramedia, hlm. 228
8 https://en.wikipedia.org/wiki/Self-determination diakses pada tanggal 26 Mei 2019 pukul 18.30 WIB

11. Tahun 1918

Selama dan setelah Perang Dunia I, Vladimir Lenin dan Presiden Amerika Serikat pada saat itu,
Woodrow Wilson, keduanya mendukung. Pada 11 Februari 1918, Wilson menyatakan: "Aspirasi
nasional harus dihormati; orang sekarang dapat dikuasai dan diatur hanya dengan persetujuan
mereka sendiri." Penentuan nasib sendiri bukanlah ungkapan; prinsip tindakan imperatif8.
Percantuman HAM dalam konstitusi pun diikuti oleh Belgia (1831), Jerman (1919), Australia dan
Ceko (1920), Uni Soviet (1936), Indonesia (1945) dan sebagainya.
12. Tahun 1937

Di Rusia pada tahun 1937 mulai mencantumkan hak untuk mendapat pekerjaan, hak untuk
beristirahat serta hak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran bagi warga negara.
13. Tahun 1939 – 1945 (Perang Dunia II)

Presiden Amerika, Franklin Delano Roosevelt, di hadapan Konggres pada tahun 1941
mengeluarkan Atlantic Charter yang menyatakan adanya empat kemerdekaan, yaitu: (a)
Kebebasan untuk berbicara dan menyatakan pendapat (fredom of speech); (b) kebebasan
beragama (freedom of religion); (c) kebebasan dari ketakutan (freedom from fear); (d) kebebasan
dari kemelaratan (freedom from want)9.
9 Sunarso, 2011, Pendidikan Kewarganegaraan: Buku Pegangan Mahasiswa, Yogyakarta: UNY. Hlm. 66
10 Suparlan Al Hakim, dkk, 2016, Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia, Malang: Madani,
hlm.71
11 Ubaedillah Rozak Abdul, 2009, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta : ICE UIN Jakarta, Hlm 45.

14. Tahun 1948

Pada tanggal 10 Desember 1948, lahirlah piagam hak asasi sedunia, atau Universal Declaration
of Human Rights yang merupakan puncak kemenangan perjuangan terhadap hak – hak asasi
manusia10.
Di Indonesia sendiri sejak awal perjuangan kemerdekaan, sudah menuntut dihormatinya HAM.
Sebagai misal “Kebangkitan Nasional 20 Mei 1908” menunjukkan kebangkitan bangsa Indonesia
untuk membebaskan diri dari penjajahan bangsa lain.
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, memperlihatkan Bangsa Indonesia menyadari haknya sebagai
satu bangsa yang bertanah air satu, dan menjunjung satu bahasa persatuan Indonesia. Selanjutnya
“Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945” yang diikuti dengan penetapan UUD 1945; dalam
pembukaannya mengamanatkan “ Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu adalah hak segala
bangsa. Oleh karena itu penjajahan diatas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan peri keadilan “
Di dalam sejarah ketatanegaraan RI, rumusan HAM secara eksplisit dicantumkan dalam UUD
RIS, UUDS, maupun UUD 1945 hasil amandemen11.
Pada pelaksanaan sidang umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Tap. MPRS No.XIV/
MPRS/1966 tentang pembentukan panitia ad.Hoc.untuk menyiapkan rancangan
Piagam HAM dan Hak serta Kewajiban warga negara. Hasil rancangan panitia ad.Hoc tersebut
pada sidang umum MPRS 1968 tidak dibahas, karena lebih mengutamakan membahas masalah
mendesak yang berkaitan dengan rehabillitasi dan konsolidasi nasional setelah terjadi tragedi
nasional pemberontakan G 30 S /PKI12.
12 Muhtas Majda El., 2008, Dimensi Dimensi HAM. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Hlm. 37.
13 Eko
Hidayat, 2016, Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia, ASAS : Jurnal Hukum
dan Hukum Islam, Vol. 8 No. 2, Hlm. 84
Selanjutnya pada tahun 1993, berdasarkan Kepres No. 50 tahun 1993 dibentuklah Komnas HAM.
Ketika Sidang Umum MPR RI tahun 1968 perumusan tentang HAM secara rinci telah tercantum
dalam GBHN. Selanjutnya tahun 1999 lahir UU HAM no.39 tahun 1999. Sementara itu
amandemen UUD 1945 yang kedua tahun 2000, rumus HAM secara eksplisit tertuang dalam
UUD 1945 tepat di BAB X A, pasal 28A s/d 28 J13.
C. Macam – Macam HAM
1. Hak Asasi Pribadi (Personal Rights)

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan pribadi manusia. Contoh hak-hak asasi pribadi
adalah sebagai berikut,
a. Hak kebebasan untuk bergerak, bepergian, dan berpindah-pindah tempat.
b. Hak kebebasan mengeluarkan atau menyatakan pendapat.
c. Hak kebebasan memilih dan aktif dalam organisasi atau perkumpulan.
d. Hak kebebasan untuk memilih, memeluk, menjalankan agama dan kepercayaan yang diyakini
masing-masing.
e. Hak untuk hidup, berperilaku, tumbuh dan berkembang.
f. Hak untuk tidak dipaksa dan disiksa.
2. Hak Asasi Politik (Political Rights)

Hak asasi yang berhubungan dengan kehidupan politik, hak ikut dalam pemerintahan, hak untuk
memilih dan dipilih. Contoh hak-hak asasi politik adalah sebagai berikut.
a. Hak untuk memilih dan dipilih dalam suatu pemilihan.
b. Hak ikut serta dalam kegiatan pemerintahan.
c. Hak membuat dan mendirikan partai politik serta organisasi politik lainnya.
d. Hak untuk membuat dan mengajukan suatu usulan petisi.
e. Hak diangkat dalam jabatan pemerintah.
3. Hak Asasi Hukum (Legal Equality Rights)

Hak memiliki kedudukan yang sama di depan hukum dan pemerintahan, yaitu hak yang berkaitan
dengan kehidupan hukum dan pemerintahan. Contoh hak-hak asasi hukum adalah sebagai
berikut.
a. Hak mendapatkan perlakuan yang sama dalam hukum dan pemerintahan.
b. Hak untuk menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
c. Hak dalam mendapatkan dan memiliki pembelaan hukum pada peradilan.
d. Hak mendapat layanan dan perlindungan hukum.
4. Hak Asasi Ekonomi (Property Rigths)

Hak yang berhubungan dengan kegiatan perekonomian. Contoh hak-hak asasi ekonomi ini adalah
sebagai berikut.
a. Hak kebebasan melakukan kegiatan transaksi jual beli.
b. Hak kebebasan mengadakan perjanjian kontrak.
c. Hak kebebasan menyelenggarakan sewa-menyewa dan utang piutang.
d. Hak kebebasan untuk memiliki sesuatu.
e. Hak untuk menikmati SDA.
f. Hak untuk memperoleh kehidupan yang layak.
g. Hak untuk meningkatkan kualitas hidup.
h. Hak memiliki dan mendapatkan pekerjaan yang layak.
5. Hak Asasi Peradilan (Procedural Rights)

Hak untuk diperlakukan sama dalam tata cara pengadilan. Contoh hak-hak asasi peradilan adalah
sebagai berikut.
a. Hak mendapat pembelaan hukum di pengadilan.
b. Hak persamaan atas perlakuan penggeledahan, penangkapan, penahanan, dan penyelidikan di
muka hukum.
c. Hak memperoleh kepastian hukum.
d. Hak menolak digeledah tanpa surat adanya surat penggeledahan.
e. Hak mendapatkan perlakukan adil dalam hukum
6. Hak Asasi Sosial Budaya (Social Culture Rights)

Hak yang berhubungan dengan kehidupan bermasyarakat. Contoh hak-hak asasi sosial budaya
adalah sebagai berikut.
a. Hak menentukan, memilih, dan mendapatkan pendidikan.
b. Hak mendapatkan pengajaran.
c. Hak untuk mengembangkan budaya yang sesuai dengan bakat dan minat
d. Hak untuk mengembangkan Hobi
e. Hak untuk berkreasi
f. Hak untuk memperoleh jaminan sosial
g. Hak untuk berkomunikasi

D. Pelanggaran HAM

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orang termasuk
aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang secara melawan hukum
mengurangi, menghalangi, membatasi, dan atau mencabut hak asasi manusia seseorang atau
kelompok orang yang dijamin oleh undang – undang ini, dan tidak mendapatkan, atau
dikhawatirkan tidak memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan
mekanisme hukum yang berlaku14.
14 Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat 6
15 Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat 3
Bentuk – bentuk pelanggaran HAM yang sering muncul biasa terjadi dalam 2 bentuk, yakni
sebagai berikut:
1. Diskriminasi; diskriminasi adalah setiap pembatasan, pelecehan, atau pengucilan yang
langsung ataupun tak langsung didasarkan pada pembedaan manusia atas dasar agama, suku, ras,
etnik, kelompok, golongan, status sosial, status ekonomi, jenis kelamin, bahasa, keyakinan
politik, yang berakibat pengurangan, penyimpangan atau penghapusan pengakuan, pelaksanaan
atau penggunaan hak asasi manusia dan kebebasan dasar dalam kehidupan baik individu maupun
kolektif dalam bidang politik, ekonomi, hukum, social, budaya, dan aspek kehidupan lainnya15.
2. Penyiksaan; penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun rohani pada seseorang
untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari seseorang atau dari orang ketiga, dengan
menghukumnya atas suatu perbuatan yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh
seseorang atau orang ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau
untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila rasa sakit atau
penderitaan tersebut ditimbulkan oleh,
atas hasutan dari, dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik16.

16 Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 1 ayat 4
17 http://www.habibullahurl.com/2015/08/bentuk-pelanggaran-ham.html diakses pada tanggal 26 Mei 2019
pukul 17.47 WIB
Berdasarkan sifatnya, pelanggaran dapat dibedakan menjadi 2 yakni :
• Pelanggaran HAM berat, yakni pelanggaran HAM yang bersifat berbahaya, dan mengancam
nyawa manusia, seperti halnya pembunuhan, penganiayaan, perampokan, perbudakan,
penyanderaan dan lain sebagainya.
• Pelanggaran HAM ringan, yakni pelanggaran HAM yang tidak mengancam jiwa manusia,
namun berbahaya apabila tidak segera diatasi/ditanggulangi. Misal, seperti kelalaian dalam
memberikan pelayanan kesehatan, pencemaran lingkungan secara disengaja oleh masyarakat dan
sebagainya17.

Menurut Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, pelanggaran HAM
berat dapat dibedakan menjadi dua:
1. Kejahatan Genosida; Kejahatan genosida merupakan setiap perbuatan yang dilakukan dengan
maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh maupun sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok, maupun agama dengan cara :
 Membunuh setiap anggota kelompok.
 Mengakibatkan terjadinya penderitaan fisik dan mental yang berat terhadap anggota
kelompok.
 Menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang bisa mengakibatkan kemusnahan secara fisik
baik seluruh atau sebagiannya.
 Memindahkan paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke dalam kelompok yang lain.
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan; Kejahatan terhadap kemanusiaan merupakan suatu
tindakan/perbuatan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematik
yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil,
yang berupa :
 Pembunuhan.
 Pemusnahan.
 Perbudakan.
 Pengusiran atau pemindahan penduduk yang dilakukan secara paksa.
 Perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain dengan sewenang-wenang
yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum internasional.
 Penyiksaan.
 Perkosaan, perbudakan seksual, pelacuran secara paksa, pemaksaan kehamilan, pemandulan
atau sterilisasi secara paksa atau segala bentuk kekerasan seksual lainnya yang setara.
 Penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu maupun perkumpulan yang didasari dengan
persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin atau alasan
lainnya yang telah diakui secara universal sebagai hal yang dilarang menurut hukum
internasional.
 Penghilangan orang secara paksa.
 Kejahatan apartheid, yakni sistem pemisahan ras yang diterapkan oleh suatu pemerintahan
bertujuan untuk melindungi hak istimewa dari suatu ras atau bangsa.

Selama ini, ada banyak sekali pelanggaran HAM yang telah terjadi, contohnya:
1. Konflik Sampit (Suku Dayak dan Suku Madura)
2. Tragedi Bom Bali
3. Pemberontakan GAM
4. Penembakan Misterius 1982 – 1985
5. Pembunuhan Salim Kacil
6. Peristiwa Trisakti
7. Peristiwa Talang Sari
8. Kasus Organisasi Papua Merdeka
9. Peristiwa Semanggi I
10. Peristiwa Semanggi II
11. Konflik Berdarah Poso
12. Dll
E. Upaya – Upaya untuk Menegakkan HAM

Untuk menegakkan HAM, dibentuklah upaya untuk penegakkan HAM diantaranya :


1. Membentuk kerjasama internasional dalam upaya penegakkan HAM. Indonesia telah
menyampaikan kecaman terhadap invasi Israel terhadap Palestina yang telah menewaskan banyak
sekali warga sipil.
2. Membentuk lembaga terkait penegakkan HAM. Contoh : Komnas HAM
3. Membentuk undang-undang terkait penegakkan HAM. Contoh : Undang-undang Nomor 39
Tahun 1999 mengenai hak asasi manusia, Undang-undang nomor 26 tahun 2000 mengenai
pengadilan HAM
4. Membentuk pengadilan HAM. Pengadilan HAM berfungsi untuk memutuskan perkara terkait
pelanggaran HAM yang bersifat berat.
F. Tantangan dan Hambatan dalam Menegakkan HAM

Tentang berbagai hambatan dalam pelaksanaan dan penegakan HAM di Indonesia, secara umum
dapat kita identifikasi sebagai berikut :
1. Faktor Kondisi Sosial-Budaya
a. Stratifikasi dan status sosial; yaitu tingkat pendidikan, usia, pekerjaan, keturunan dan ekonomi
masyarakat Indonesia yang multi kompleks (heterogen).
b. Norma adat atau budaya lokal kadang bertentangan dengan HAM, terutama jika sudah
bersinggungan dengan kedudukan seseorang, upacara-upacara sakral, pergaulan dan sebagainya.
c. Masih adanya konflik horizontal di kalangan masyarakatyang hanya disebabkan oleh hal-hal
sepele.
2. Faktor Komunikasi dan Informasi
a. Letak geografis Indonesia yang luas dengan laut, sungai, hutan,dan gunung yang membatasi
komunikasi antardaerah.
b. Sarana dan prasarana komunikasi dan informasi yang belum terbangun secara baik
yangmencakup seluruh wilayah Indonesia.
c. Sistem informasi untuk kepentingan sosialisasi yang masih sangat terbatas baik sumber daya
manusianya maupun perangkat (software dan hardware) yang diperlukan.
3. Faktor Kebijakan Pemerintah
a. Tidak semua penguasa memiliki kebijakan yang samatentang pentingnya jaminan hak asasi
manusia.
b. Ada kalanya demi kepentingan stabilitas nasional, persoalan hak asasi manusia sering
diabaikan.
c. Peran pengawasan legislatif dan kontrol sosial olehmasyarakat terhadap pemerintahs ering
diartikan oleh penguasa sebagai tindakan “pembangkangan”.
4. Faktor Perangkat Perundangan
a. Pemerintah tidak segera meratifikasikan hasil-hasil konvensi internasional tentang hak asasi
manusia.
b. Kalaupun ada, peraturan perundang-undangan masih sulit untuk diimplementasikan.
5. Faktor Aparat dan Penindakannya (Law Enforcement).
a. Masih adanya oknum aparat yang secara institusi atau pribadi mengabaikan prosedur kerja
yang sesuai dengan hak asasi manusia.
b. Tingkat pendidikan dan kesejahteraan sebagian aparat yang dinilai masih belum layaksering
membuka peluang “jalan pintas” untuk memperkaya diri.
c. Pelaksanaan tindakan pelanggaran oleh oknum aparat masih diskriminatif, tidak konsekuen,
dan tindakan penyimpangan berupa KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)18.

18 Selyawati,
Ni Putu, Dewi, Maharani Chandra. (2017) “Implementasi Nilai-Nilai HAM Universal Berdasarkan
Universal Declarion of Human Rights di Indonesia”, Lex Scientia Law Review. Volume 1 No. 1, November, Hlm.
53-54
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

HAM adalah hal yang sudah melekat pada diri manusia sejak dilahirkan, karenanya sebagai
manusia yang sama – sama memiliki HAM, kita harus saling menghormati antara manusia satu
dan manusia lainnya. HAM sendiri tidak langsung diakui oleh semua orang, nyatanya banyak
sekali pelanggaran – pelanggaran HAM yang pernah terjadi di masa lalu bahkan hingga sekarang.
Untuk dapat menegakkan HAM diperlukan kesadaran dari masing – masing diri manusia. Oleh
karena itu, sekarang ini banyak sekali lembaga yang dibentuk untuk melindungi HAM sebagai
upaya penegakkan HAM yang sampai saat ini belum seutuhnya sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Ubaedillah Rozak. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: ICE UIN Jakarta. 2009
El, Muhtas Madja. Dimensi Dimensi HAM. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 2008.
Hamidi, Jazim, dan Mustafa Lutfi. Civic Education: Antara Realitas Politik dan Implementasi
Hukumnya. Jakarta: Gramedia. 2010
Hidayat, Eko. Perlindungan Hak Asasi Manusia dalam Negara Hukum Indonesia. ASAS : Jurnal
Hukum dan Hukum Islam. Vol. 8 No. 2. Juni. 2016
Selyawati, Ni Putu, Dewi, Maharani Chandra. “Implementasi Nilai-Nilai HAM Universal
Berdasarkan Universal Declarion of Human Rights di Indonesia”, Lex Scientia Law Review.
Volume 1 No. 1, November. 2017
Sunarso. Pendidikan Kewarganegaraan: Buku Pegangan Mahasiswa. Yogyakarta: UNY. 2011
Suparlan Al Hakim, dkk. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Konteks Indonesia. Malang:
Madani. 2016
Sutoyo. Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2011
Undang Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Undang-Undang RI nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
https://en.wikipedia.org/wiki/Self-determination diakses pada tanggal 26 Mei 2019 pukul 18.30
WIB
https://id.wikipedia.org/wiki/Magna_Carta diakses pada tanggal 16 Mei 2019 pukul 09.17 WIB
http://www.habibullahurl.com/2015/08/bentuk-pelanggaran-ham.html diakses pada tanggal 26
Mei 2019 pukul 17.47 WIB

Anda mungkin juga menyukai