Anda di halaman 1dari 11

ALIRAN – ALIRAN TASAWUF

Disusun Guna Memenuhi Tugas Akademik


Mata Kuliah Akhlak Tasawuf
Dosen Pengampu : Dr. Farkhan, M.Ag.

Disusun oleh :

Febry Pamungkas (182141071)

Bilkis Bella Suwarto ( )

PROGAM SARJANA (S1)


MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF
FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA
2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tasawuf merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan umat islam. Tasawuf
merupakan unsur spiritual dari ajaran islam yang menyebabkan kehidupan lebih bermakna.
Tasawuf memang belum terdefinisikan secara tegas dimasa awal kelahiran islam. Namun,
ada indikasi adanya tasawuf sudah dirasakan sejak zaman Nabi. Tasawuf berkembang setelah
islam tersebar keberbagai penjuru dunia, bahkan kemudian menjadi unsur yang dominan
dalam islam. Ilmu tasawuf adalah ilmu yang mempelajari tentang pembersihan diri, berjuang
memerangi hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menuju keabadian, saling
mengingatkan antara manusia, serta berpegang teguh pada janji Allah Swt dan mengikuti
syari’at Rasulullah Saw. Dalam mendekatkan diri dan mencapai riḍa-Nya. Tasawuf sendiri
berupaya untuk membebaskan diri dari sifat-sifat kemanusiaan demi meraih sifat-sifat
malaikat dan akhlak ilahi, serta menjalani hidup pada poros ma’rifatullah sembari menikmati
kenikmatan spiritual. Ilmu Tasawuf bukanlah sesuatu yang dimana manusia dapat melakukan
sebuah pelarian, bukanlah sesuatu yang dimana manusia dapat berpangku tangan terhadap
hidup. Melainkan, tasawuf adalah suatu keilmuan penyucian jiwa dan penjernihan hati, yang
menjadi bekal utama manusia dalam menggeluti ranah kehidupannya yang pada dasarnya
tidak pernah terlepas dari berbagia macam permasalahan. Pandangan mereka para sufi
tentang hakikat hidup, hubungan manusia dengan Tuhan sang pencipta, pengaruh terhadap
kehidupan umat islam, hingga perkembangannya dewasa ini.

Ilmu Tasawuf membimbing manusia pada sebuah pengembangan kinerja ukhrawi dan
sekaligus juga duniawi. Seorang ahli tasawuf/sufi, bukanlah seseorang yang melepaskan
dirinya dari dunia. Melainkan, mereka adalah pribadi-pribadi yang mampu menjernihkan hati
mereka dari persoalan masalah duniawi. Dengan berbekal nurani yang tercerahkan, para sufi
tampil ke depan dan menghadapi semua bentuk tirani dari kehidupan dunia, serta
membangun pondasi-pondasi peradaban dunia baru. Dalam berkemngnya ilmu tasawuf , dan
banyak orang yang berpikir secara filosofis , maka lahirlah beberapa aliran aliran yang
didalamnya terdapat beberapa perbedaan yang sesuai dengan pemikirannya / tokoh nya dan
kepercayannya dari masing masing aliran. Makalah ini merangkum hal-hal yang berkaitan
dengan aliran aliran tasawuf, mulai dari garis besar masing masing daripada aliran tasawuf
dan juga tokoh-tokoh dari masing masing aliran yang cukup terkenal dikalangan umat islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana perkembangan aliran – aliran ilmu Tasawuf?
2. Siapa sajakah tokoh tokoh masing – masing aliran ilmu Tasawuf?
BAB II

PEMBAHASAN

Tasawuf  berasal dari bahasa Arab, tashowwafa yang artinya bisa membersihkan dan
saling membersihkan. Tujuan dari Tasawuf adalah mendekatkan diri dengan Allah Swt
sebagai sumber dari segala sumber dan tujuan hidup manusia dengan jalan penyucian diri
yaitu menahan diri dari berbagai godaan hawa nafsu dan melakukan latihan refleksi jiwa
untuk membersihkan jiwa sifat tercelah dari dalam diri dengan melakukan ibadah dan
mengasingkan diri. Secara keseluruhan atau universal Ilmu tasawuf bisa di kelompokkan
menjadi tiga aliran, yakni: tasawuf Ilmi atau Nadhari, Tasawuf Falsafi, dan Tasawuf Amali.
Ilmu Tasawuf bersifat teoritis, yang tercakup dalam bagian ini ialah sejarah lahirnya tasawuf
dan perkembangannya sehingga menjelma menjadi ilmu yang berdiri sendiri, termasuk di
dalamnya ialah teori-teori tasawuf menurut bebagai tokoh tasawuf dan tokoh luar tasawuf
yang berwujud ungkapan sistematis dan filosofis. Berikut tiga aliran tasawuf yang dirangkum
dalam makalah ini :

1.1.Tasawuf Nazhari/Akhlaki ( Sunni )

Tasawuf Sunni ( teori ) adalah Ilmu tasawuf yang benar-benar mengikuti Al-


qur’an dan Sunnah, terikat, bersumber, tidak keluar dari batasan-batasan keduanya,
mengontrol daripada perilaku manusia, lintasan hati serta pengetahuan dengan neraca
keduanya. Kata akhlak merupakan bentuk jamak dari khuluqun yang bermakna
perangai, budi, tabiat, adab, atau tingkah laku. Secara istilah tasawuf akhlaki adalah
ajaran ilmu tasawuf yang membahas tentang kesempurnaan dan kesucian jiwa yang
diformulasikan dalam pengaturan sikap mental dan pendisiplinan tingkah laku yang
cukup ketat guna mencapai kebahagiaan yang optimal dan maksimal. Tasawuf ini
berawal dari seseorang yang zuhud dan berakhir pada akhlak. Batin seseorang
pengikut aliran dari ini dibentuk dengan berbagai aturan dan kebijakan agama.
Sehingga ia memiliki sifat siafat yang positif seperti jujur, adil, ikhlas, murah hati,
rajin, patuh, selalu dalam keadaan bersuci, dan lain sebagainya. Pola ketat pendidikan
tasawuf akhlak ini ditemukan dalam jamaah sufi, atau disebut “tarekat”. Mereka
membentuk kelompok-kelompok berbasis sosial dengan berbagai aturan dan bentuk-
bentuk kedisiplinan. Untuk mencapai ini, sering ditemukan bentuk-bentuk ketaatan
kepada ulil amri (guru spiritual). Semua yang ingin menemui Allah diwajibkan
‘sujud’ kepada Adam (sebuah objek wasilah atau kiblat material yang dalam dirinya
terdapat entitas maksum nurullah). Disinilah dalam tasawuf atau irfan dipercayai
adanya nabi, imam-imam, atau pembimbing kerohanian.

Kesempurnaan dan kesucian jiwa dan raga yang bermula dari pembentukan
pribadi yang bermoral dan ber-akhlak mulia, yang dalam ilmu tasawuf
dikenal Takhalli (pengosongan diri dari sifat-sifat tercela). Ada berbagai proses dan
tahap demi tahap agar manusia dapat mencapai kesempurnaan. Manusia harus lebih
dahulu mengenali eksisitensi dirinya melalui penyucian jiwa raga yang bermula dari
pembentukan pribadi yang bermoral, dan berakhlak mulia, yang dalam ilmu tasawuf
dikenali dengan  takhalli, tahalli, tajalli. Berikut penjelasan singkatnya :

a. Takhalli

      Takhalli berarti membersihkan diri dari sifat-sifat tercela, sifat-sifat negatif
dan kotor serta penyakit hati yang merusak. Langkah pertama yang harus
ditempuh adalah mengetahui dan menyadari betapa buruknya sifat-sifat tercela
tersebut, sehingga muncul kesadaran untuk menghindarinya. Apabila hal ini
dilakukan dengan sukses maka seseorang  akan memperoleh kebahagiaan. Allah
berfirman:

‫خاب َم ْن َدسَّاها‬
َ ‫قَ ْد أَ ْفلَ َح َم ْن َز َّكاها َوقَ ْد‬
 “Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan jiwanya dan merugilah
orang yang mengotorinya.” (QS. As-Syams:9-10).

b. Tahalli

      Tahalli adalah senantiasa menghiasi diri dengan jalan membiasakan dengan
sifat dan sikap serta perbuatan yang baik / positif.  Berusaha agar dalam setiap
gerak dan perilakunya selalu berjalan diatas ketentuan syariah yang lurus.
Langkahnya ialah membina pribadi agar memiliki akhlak karimah, terpuji dan
senantiasa konsisten dengan langkah yang dilakukannya.

c. Tajalli

      Setelah seseorang melalui dua tahap teersebut maka tahap ketiga yakni tajalli,
seseorang hatinya terbebaskan sifat sifat yang negatif maka akan nampak yaitu
sifat-sifat kemanusiaan atau memperoleh Nur yang selama ini tersembunyi (ghaib)
atau fana’ segala selain Allah ketika nampak (tajalli) wajah-Nya. Pencapaian tajalli
tersebut melalui pendapatan rasa dengan alat al-qalb. Apabila seseorang yang
sudah alhi dalam bertasawuf telah mencapai tajalli maka dia akan memperoleh
ma’rifat.  Ma’rifat adalah mengetahui rahasia-rahasia ketuhanan dan peraturan-
peraturan-Nya tentang segala yang ada.

1.2. Tokoh Tasawuf Sunni


a. Hasan al-Bashri
Nama lengkapnya adalah Abu Sa’id Al-Hasan bin Yasar. Beliau adalah
seorang zahid yang amat masyhur dikalangan tabi’in. ia lahir di Madinah
tahun 21 H dan wafat tahun 110 H. Dasar pendirian beliau adalah zuhud
terhadap dunia, menolak kemegahan semata-mata menuju Allah, tawakal,
khauf (takut), dan raja’ (pengharapan). Pandangan tasawufnya ialah anjuran
pada tiap orang untuk senantiasa bersedih hati dan takut kalau tidak mampu
melaksanakan perintah Allah dan larangan-Nya.

b. Al-Muhasibi
Nama lengkapnya adalah Abu Abdillah Al-Harits bin Asad Al-
Muhasibi. Dilahirkan di Basrah, Irak tahun 165 H dan wafat tahun 243 H. Al-
Muhasibi adalah sufi dan ulama’ besar yang menguasai beberapa bidang ilmu
seperti tasawuf, hadits, fiqih. Ia seorang figur sufi yang selalu menjaga diri
terhadap perbuatan dosa. Pandangannya tentang khauf dan raja’ menempati
posisi penting dalam memebersihkan jiawa. Menurutnya khauf dan raja’ dapat
dilakukan dengan sempurna hanya berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-
Sunnah.

c. Al-Ghazali
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Muhammad bin Ta’us at-Thusi as-Syafi’I al-Ghazali, dan mendapatkan gelar
hujjah al- Islam. Ia lahir di Iran tahun 450 H. Menurut al-Ghazali jalan menuju
tasawuf dapat dicapai dengan mematahkan hambatan-hambatan jiwa dan
membersihkan diri dari moral yang tercela. Ia menolak paham hulul dan
ittihad. Untuk itu ia menyodorkan paham baru tentang ma’rifat, yaiyu
pendekatan diri kepada Allah SWT (taqarrub ila Allah) tanpa diikuti
penyatuan dengan-Nya.
2.1. Tasawuf Amali

Tasawuf ‘Amali adalah tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara


mendekatkan diri kepada Allah. Tasawuf amali lebih menekankan pembinaan
moral dalam upaya mendekatkan diri kepada Allah Swt. Tasawuf amali yaitu
tasawuf yang membahas tentang bagaimana cara mendekatkan diri kepada Allah
Swt. Dalam pengertian ini tasawuf amali berkonotasikan tarekat. Tasawuf ini
merupakan jalan yang bersifat spiritual bagi seorang sufi yang didalamnya berisi
amalan ibadah yang bertemakan menyebut nama Allah (Asmaul Husna) dan sifat-
sifat-Nya disertai penghayatan yang mendalam tentang agama. 

Untuk mencapai hubungan yang dekat dengan Tuhan, seseorang harus


mentaati dan melaksanakan syariat agama atau ketentuan ketentuan agama yang
harus diikuti dengan amalan-amalan lahir maupun batin yang disebut tariqah.
Dalam amalan-amalan lahir batin itu orang akan mengalami tahap demi tahap
perkembangan rohani. Ketaatan dan keteraturan pada nilai – nilai syari’ah dan
amalan-amalan lahir batin akan mengantarkan seseorang pengikut aliran ini pada
kebenaran hakiki (haqiqah) sebagai inti dari syariat dan akhir tariqah. Kemampuan
orang mengetahui haqiqah akan mengantarkan pada ma’rifah, yakni mengetahui
dan merasakan kedekatan dengan Tuhan melalui qalbu. Tahap ma’rifah adalah
yang tertinggi dalam ilmu tasawuf. Pengalaman ini begitu jelas sehingga jiwanya
merasa satu dengan yang diketahuinya itu.

2.2. Tokoh Tasawuf Amali


a. Syekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir Jailani dilahirkan tahun 470 H dan wafat tahun 561
H. Beliau adalah pendiri tarekat Qadariyah, ia berpengaruh dihati masyarakat
yang dituturkan lewat bacaan manaqib pada acara-acara tertentu. Manaqib ini
dibaca dengan tujuan agar mendapat berkah.

b. Ahmad Abu Hasan ar-Rifa’i


Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Ali bin Abbas, wafat tahun 578
H. Ciri tarekat ini adalah penggunaan tabuhan rebana dalam wiridnya yang
diikuti dengan tarian dan permainan debus.

3.1. Tasawuf Falsafi

Tasawuf Falsafi yaitu aliran tasawuf yang ajaran-ajaranya memadukan antara


visi intuitif dan visi rasional. Terminologi filosofis yang digunakan berasal dari
bermacam-macam ajaran filsafat yang telah mempengaruhi para tokohnya, namun
orisinalitasnya sebagai tasawuf tetap tidak hilang. Tasawuf falsafi yaitu tasawuf
yang ajaran-ajarannya memadukan antara visi intuitif dan rasional. Tasawuf ini
fokus pada kemampuan ‘aqliyah (berfikir), termasuk kajian dan baca-baca kitab.
Pekerjaan para murid mendengar tausiah bahkan diskusi. Yang menjadi sasaran
adalah kesadaran adalah kognitif (otak). Diharapkan, dengan banyak membaca dan
mendengar, para murid memahami ruang lingkup daripada ajaran tasawuf.
Tasawuf falsafi tidak dapat dipandang sebagai filsafat, karena ajaran dan
metodenya didasarkan pada rasa dan tidak bisa dikategorikan pada tasawuf yang
murni karena sering diungkapkan dengan bahasa filsafat. inti dari tasawuf falsafi
adalah meraih cinta Allah setinggi mungkin dan menjadi kekasih- Nya. Dengan
begitu, tidak akan ada lagi batasan antara seorang hamba dan Sang Pencipta.
Inspirasi dari tasawuf falsafi itu sendiri diklaim berasal dari perjalanan hidup Nabi
Muhammad SAW.

Secara istilah dapat kita simpulkan bahwa pengertian dari Tasawuf Falsafi
adalah, kajian terhadap tuhan, manusia dan sebagainya yang menggunakan motode
rasio atau akal. Dalam upaya mengungkapkan pengalaman rohaninya, para shufi
falsafi sering menggunakan ungkapan-ungkapan yang samar, yang sering di kenal
dengan syathahiyyat, yaitu suatu ungkapan yang sulit difahami, yang seringkali
mengakibatkan kesalahpahaman pihak luar, dan menimbulkan tragedy.

3.2. Tokoh Tasawuf Falsafi


a. Abu Yazid al-Busthami
Nama kecilnya ialah At-Taifur dan wafat pada tahun 261 H. Ajaran
tasawuf yang terpenting darinya adalah fana’ dan baqa’. Fana’ adalah
hilangnya semua keinginan hawa nafsu seseorang , sedangkan baqa’ adalah
mendirikan sikap-sikap terpuji pada Allah. Ketika seseorang telah berada
dalam fana’ maka ia terbawa kedalam perenungan terhadap realitas mutlak.
Tahap akhirnya ialah lenyapnya diri secara penuh yang merupakan permulaan
diri dari baqa’. Ketika seseorang telah memiliki keduanya maka seorang sufi
telah mencapai puncak yang diinginkannya, yakni ma’rifat.

b. Al-Hallaj
Nama lengkapnya Husain bin Mansyur bin Muhammad al-Hallaj.
Lahir di Persia tahun 244H. Ajarannya yang paling terkenal adalah al-hulul
yaitu suatu paham yang mengatakan bahwa Tuhan memilih tubuh-tubuh
manusia tertentu dan mengambil tempat (hulul) didalamnya setelah sifat-sifat
kemanusiaan yang ada didalam tubuh itu dilenyapkan. Menurutnya dalam diri
manusia terdapat dua unsur yaitu Nasut dan unsu Lahut. Teori ini
dikembangkan lagi oleh Ibn ‘Arabi dengan teori Wahdatul Wujud, dalam teori
ini Ibn ‘Arabi merubah Nasut menjadi al-Khalq dan Lahut menjadi al-Haq.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Aliran-aliran tasawuf telah memberikan kontribusi yang nyata dalam dunia


islam. Hal tersebut berkaitan dengan pemikiran tentang cara manusia mendekatkan
dirinya dengan Tuhan pencipta alam dan cara untuk memahami bagaimana
sebenarnya Tuhan itu benar-benar dekat dengan manusia. Dengan metode masing –
masing aliran yang terpenting adalah ketulusan dalam mencari jalan Tuhan. Memang
benar adanya bahwa aliran tasawuf terbagi menjadi tiga bagian, akan tetapi hal itu
hanya sebatas kajian akademik saja. Karena dalam kenyataannya tidak bisa dipisah-
pisahkan secara dikotomik. Ketika manusia merasa dekat dengan Tuhan, bahkan
dalam perasaannya lebur (fana’) dengannya, di sini titik temu antara ketiga bagian
tersebut, yakni tasawuf akhlaki, tasawuf amali, dan tasawuf falsafi.
DAFTAR PUSTAKA

Abul, Sayyid, A Maududi, Muhammad Hussin, Wan Salim, and Muhammad Nur. “Cara
Hidup Islam.” 46, n.d.

Huwaidi, Muhammad. Dahsyatnya Bismillah. Bandung: Pustaka Hidayah, 2010.

Anda mungkin juga menyukai