Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NILAM

NIM : 50900118027
PRODI : KESEJAHTERAAN SOSIAL/VI (ENAM)

POSISI GEOLOGIS DAN GEOMORFOLOGIS WILAYAH INDONESIA


DALAM KAITANNYA DENGAN RESIKO KEBENCANAAN (PETA
GEOGRAFIS, TERUTAMA ZONA PERTEMUAN DAN PERGERAKAN
LEMPENG TEKTONIK YANG MELANDA WILAYAH INDONESIA)

Secara geologis maupun geomorfologis, Indonesia merupakan tempat


yang sangat sensitif terjadi bencana alam. Bencana alam pada dasarnya
merupakan konsekuensi logis dari kombinasi aktifitas alami dan aktifitas manusia.
Longsor, banjir, gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, merupakan contoh
bencana alam yang setiap saat akan mengancam wilayah Indonesia. Belum lagi
diperparah dengan bencana sosial, seperti kebodohan, kesalahan manajemen
struktur sosial, kekeliruan manajemen sumberdaya alam, yang pada akhirnya akan
bermuara pada penderitaan masyarakat.

Secara geografis Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak


pada pertemuan empat lempeng tektonik yaitu lempeng Benua Asia, Benua
Australia, lempeng Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Pada bagian selatan
dan timur Indonesia terdapat sabuk vulkanik (volcanic arc) yang memanjang dari
Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan Sulawesi, yang sisinya berupa
pegunungan vulkanik tua dan dataran rendah yang sebagian didominasi oleh
rawa-rawa (Kondisi tersebut sangat berpotensi sekaligus rawan bencana seperti
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, banjir dan tanah longsor). Data
menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki
tingkat kegempaan yang tinggi di dunia, lebih dari 10 kali lipat tingkat kegempaan
di Amerika Serikat.

Gempa bumi yang disebabkan karena interaksi lempeng tektonik dapat


menimbulkan gelombang pasang apabila terjadi di samudera. Dengan wilayah
yang sangat dipengaruhi oleh pergerakan lempeng tektonik ini, Indonesia sering
mengalami tsunami. Tsunami yang terjadi di Indonesia sebagian besar disebabkan
oleh gempa-gempa tektonik di sepanjang daerah subduksi dan daerah seismik
aktif lainnya. Selama kurun waktu 1600-2000 terdapat 105 kejadian tsunami yang
90 persen di antaranya disebabkan oleh gempa tektonik, 9 persen oleh letusan
gunung berapi dan 1 persen oleh tanah longsor. Wilayah pantai di Indonesia
merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana tsunami terutama pantai barat
Sumatera, pantai selatan Pulau Jawa, pantai utara dan selatan pulau-pulau Nusa
Tenggara, pulau-pulau di Maluku, pantai utara Irian Jaya dan hampir seluruh
pantai di Sulawesi. Laut Maluku adalah daerah yang paling rawan tsunami. Dalam
kurun waktu tahun 1600-2000, di daerah ini telah terjadi 32 tsunami yang 28 di
antaranya diakibatkan oleh gempa bumi dan 4 oleh meletusnya gunung berapi di
bawah laut.

Wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dengan dua musim yaitu
panas dan hujan dengan ciri-ciri adanya perubahan cuaca, suhu dan arah angin
yang cukup ekstrim. Kondisi iklim seperti ini digabungkan dengan kondisi
topografi permukaan dan batuan yang relatif beragam, baik secara fisik maupun
kimiawi, menghasilkan kondisi tanah yang subur. Sebaliknya, kondisi itu dapat
menimbulkan beberapa akibat buruk bagi manusia seperti terjadinya bencana
hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, kebakaran hutan dan kekeringan.
Seiring dengan berkembangnya waktu dan meningkatnya aktivitas manusia,
kerusakan lingkungan hidup cenderung semakin parah dan memicu meningkatnya
jumlah kejadian dan intensitas bencana hidrometeorologi (banjir, tanah longsor
dan kekeringan) yang terjadi secara silih berganti di banyak daerah di Indonesia.

Karena tingginya potensi gempa bumi di Indonesia maka penting kiranya


kita memperhatikan peta bahaya dan risiko bencana, sebelum merencanakan
penataan ruang dan wilayah. Perlu ada upaya serius dari berbagai pihak dalam
memperketat penerapan “building code” dalam membangun struktur bangunan
tahan gempa. Untuk bangunan yang sudah ada dan dihuni, perlu dicek
kesehatan/kekuatan strukturnya. Bahkan Pemerintah Daerah perlu melakukan
audit struktur bangunan dan infrastruktur di daerah rawan gempa. Apabila dinilai
membahayakan, perlu diterapkan rekayasa teknis untuk penguatan struktur
bangunan.

Tingginya potensi gempa bumi di wilayah Indonesia sepatutnya jangan


sampai membuat masyarakat terus-menerus dicekam rasa takut dan khawatir
berlebihan. Masyarakat harus terus meningkatkan kemampuan dalam memahami
cara penyelamatan saat terjadi gempabumi. Dalam hal ini patut kita mengambil
pelajaran dari apa yang telah dilakukan warga Jepang saat terjadi gempa Kobe
1995. BNPB menyampaikan bahwa Warga Kobe yang selamat dari bencana
tersebut karena upaya pertolongan sendiri (34.9%), pertolongan keluarga (31.9%),
pertolongan teman atau tetangga (28.0%), pertolongan pejalan kaki (2.6%),
pertolongan oleh tim penyelamat (1.7%), dan pertolongan lainnya hanya (0.9%).
Melihat data tersebut tampak bahwa upaya pertolongan sendiri (self assistance)
menempati jumlah tertinggi. Ini cerminan bahwa masyarakat yang paham mitigasi
akan memiliki peluang lebih besar selamat dari bencana.

Untuk itu, kegiatan sosialisasi gempabumi dan gladi evakuasi harus


digalakkan secara rutin dan menerus, baik di sekolah, perguruan tinggi,
perkantoran, rumah sakit, hotel, dan di gedung-gedung publik di tengah-tengah
masyarakat. Hal ini akan dapat menjadikan seluruh masyarakat kita lebih paham
dan lebih siap dalam menghadapi bencana, serta lebih terampil dan cekatan dalam
melindungi ataupun menyelamatkan dirinya saat terjadi gempa.

Kesiapan menghadapi bencana telah terbukti di Jepang dapat memperkecil


risiko jumlah korban dan kerugian, maka upaya mitigasi gempabumi harus
dilakukan secara sungguh-sungguh dan komprehensif dengan melibatkan kerja
sama multi-lintas disipliner, multi-lintas sektor, dan peran serta seluruh lapisan
masyarakat, baik saat pra-bencana, saat terjadi bencana, dan pasca-bencana. Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah-langkah kongkrit dan terkoordinasi di dalam
suatu “Sistem Mitigasi Bencana Gempabumi yang berkelanjutan” yang telah
terbangun dengan Koordinasi BNPB, demi menjaga keselamatan warga
masyarakat di daerah rawan gempabumi, dengan melibatkan sinergi berbagai
pihak, terutama BPBD/Pemerintah Daerah, Kementerian PUPR, Kementerian
Perhubungan, BMKG, BIG, LIPI, KKP, LAPAN, BPPT, Basarnas, Kementerian
Ristek Dikti (ITB, UGM, UNAND, ITS, UNHAS), Kementerian ESDM,
Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Kominfo dan berbagai
Kementerian/Lembaga Pemerintah dan Non Pemerintah yang terkait, dan yang
terpenting adalah partisipasi warga masyarakat.

Namun sistem mitigasi tersebut masih perlu lebih diefektifkan lagi,


terutama untuk edukasi publik dan gladi evakuasi secara rutin, dengan penyiapan
rencana kontinjensi terpadu antar pihak/lembaga. Pengetatan/pengawasan dalam
penerapan building code dan penataan ruang di daerah rawan gempa perlu
dilakukan, dengan mengacu pada Peta Sumber dan Bahaya Gempa bumi yang
telah diterbitkan oleh Kementerian PUPR dengan dukungan para pakar gempa
bumi.

Selain gempa bumi, Indonesia juga adalah negara yang memiliki paling
banyak gunung berapi aktif di seluruh dunia. Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik
beserta Lempeng Indo-Australia adalah tiga lempeng tektonik aktif yang
menyebabkan terjadinya zona-zona tumbukan yang kemudian membentuk
gunung-gunung berapi ini. Indonesia diperkirakan memiliki 129 gunung berapi,
semuanya diawasi dengan hati-hati oleh Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi. Hal ini dilakukan karena sejumlah gunung berapi di Indonesia terus
menunjukkan aktivitas. Apalagi, diperkirakan lebih dari lima juta orang tinggal
(dan/atau kerja) di "zona bahaya" sebuah gunung berapi (yang harus segera
dievakuasi kalau gunungnya menunjukkan aktivitas yang naik secara signifikan).
Peta gunung berapi terbesar di Indonesia

Setidaknya ada satu letusan gunung berapi yang signifikan di Indonesia


setiap tahun. Namun, biasanya hal ini tidak menyebabkan kerusakan yang besar
bagi lingkungan atau menewaskan korban jiwa karena gunung-gunung berapi
yang paling aktif terletaknya biasanya di tempat-tempat terpencil. Selain
mengakibatkan korban jiwa, letusan gunung berapi bisa menyebabkan kerusakan
yang berarti bagi ekonomi lokal dengan merugikan perusahaan-perusahaan kecil
dan menengah yang terlibat di industri pariwisata, kuliner, akomodasi komersil,
pertanian, perkebunan, dan peternakan.

Sumber Referensi :

1. Mitigasi Gempa Bumi; Kerjasama untuk Indonesia Maju oleh BMKG


(https://www.google.com/url?
sa=t&source=web&rct=j&url=https://www.bmkg.go.id/press-release/
%3Fp%3Dmitigasi-gempabumi-kerja-bersama-untuk-indonesia-tangguh
%26tag%3Dpress-release%26lang%3DID&ved=2ahUKEwj-
xOCI3svvAhXI7XMBHRAnDqkQFjAHegQIFhAC&usg=AOvVaw3ceeg
EPo1s2TUzzbBzGvbr)
2. Potensi Ancaman Bencana oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana
(https://bnpb.go.id/potensi-ancaman-bencana)
3. Bencana Alam di Indonesia (https://www.indonesia-
investments.com/id/bisnis/risiko/bencana-alam/item243?)

Anda mungkin juga menyukai