Anda di halaman 1dari 53

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEM PENCERNAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDI
TENRI ULANDARI
CITRA
NIM : 2117025

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan
lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di
proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi
akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia
lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).

B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
a. Struktur Mata Eksternal

Gambar 1.Struktur mata eksternal (Smeltzer, 2001)

1) Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang


ditumbuhi bulu. Alis dikaitkan pada otot-otot sebelah
bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari sinar
matahari.
2) Kelopak mata merupakan dua buah lipatan muskulofibrosa
yang dapat digerakkan, dapat dibuka dan ditutup untuk
melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola mata
dan mengontrol banyaknya sinar yang masuk. Kelopak
tersusun oleh kulit tanpa lemak subkutis. Batas kelopak
mata berakhir pada plat tarsal, terletak pada batas kelopak.
Sisi bawah kelopak mata dilapisi oleh konjungtiva.
3) Bulu mata melindungi mata dari debu dan cahaya.

b. Struktur Mata Internal

1) Sklera. Lapisan paling luar dan kuat ( bagian “putih” mata).


Bila sclera mengalami penipisan maka warnanya akan
berubah menjadi kebiruan. Dibagian posterior, sklera
mempunyai lubang yang dilalui saraf optikus dan pembuluh
darah retina sentralis. Dibagian anterior berlanjut menjadi
kornea. Permukaan anterior sklera diselubungi secara
longgar dengan konjungtiva. Sklera melindungi struktur mata
yang sangat halus serta membantu mempertahankan bentuk
biji mata.
2) Khoroid. Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah.
Merupakan ranting-ranting arteria oftalmika, cabang dari
arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk iris
yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil
(manik) mata. Selaput berpigmen sebelah belakang iris
memancarkan warnanya dan dengan demikian menentukan
apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan
seterusnya. Khoroid bersambung pada bagian depannya
dengan iris, dan tepat dibelakang iris. Selaput ini menebal
guna membentuk korpus siliare sehingga terletak antara
khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot
sirkulerndan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari
sebuah lingkaran. Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil
mata juga berkontraksi. Semuanya ini bersama-sama
membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare,
dan khoroid. Peradangan pada masingmasing bagian
berturut-turut disebut iritis, siklitis, dan khoroiditis, atau pun
yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila salah satu
bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka
penyakitnya akan segera menjalar kebagian traktus lain
disekitarnya.
3) Retina. Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah
lapisan serabut, yaitu sel-sel saraf batang dan kerucut.
Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang
merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls
saraf dari luar menuju jaringan saraf halus yang
menghantarkan impuls saraf dari luar menuju diskus optikus,
yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji
mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai
retina. Bagian yang paling peka pada retina adalah makula,
yang terletak tepat eksternal terhadap diskus optikus, persis
berhadapan dengan pusat pupil.
4) Kornea Merupakan bagian depan yang transparan dan
bersambung dengan sklera yang putih dan tidak tembus
cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan tepi
adalah epithelium berlapis yang tersambung dengan
konjungtiva.
5) Bilik anterior (kamera okuli anterior). Terletak antara kornea
dan iris.
6) Iris. Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan
selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tak
sadar (otot polos). Kelompok yang satu mengecilkan ukuran
pupil, kelompok yang lain melebarkan ukuran pupil itu
sendiri.
7) Pupil. Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan
celah dalam iris, dimana cahaya dapat masuk untuk
mencapai retina.
8) Bilik posterior (kamera okuli posterior). Terletak diantara iris
dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang diisi
dengan aqueus humor.
9) Aqueus humor. Cairan ini berasal dari badan siliaris dan
diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut iris dan
kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran
Schlemm.
10)Lensa. Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna
dan transparan. Tebalnya ±4 mm dan diameternya 9 mm.
Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula (zonula zinni)
yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah
anterior lensa terdapat humor aqueus dan disebelah
posterior terdapat vitreus humor. Kapsul lensa adalah
membrane semipermiabel yang dapat dilewati air dan
elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel
subkapular. Nukleus lensa lebih keras daripada korteks nya.
Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar sub
epitel terus diproduksi sehingga lensa lama-kelamaan
menjadi kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35%
protein, dan sedikit sekali mineral yang biasa ada dalam
jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di
lensa daripada di jaringan lainnya. Asam askorbat dan
glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun
tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah, maupun
saraf dalam lensa.
11)Vitreus humor. Daerah sebelah belakang biji mata, mulai
dari lensa hingga retina yang diisi dengan cairan penuh
albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar.
Berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata,
serta mempertahankan hubungan antara retina dengan
selaput khoroid dan sklerotik.

2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf
sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion
dalam retina yang bergabung untuk membentuk saraf optikus.
Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi
kanalis optikus, memasuki rongga cranium lantas kemudian
menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan memiliki 3
pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen
otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan
sclera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid, sementara
lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak pembuluh
darah).
Pada saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum,
maka separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke traktus
optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju
traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara serabut-
serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan
dengan kedua sisi otak sehingga indera penglihatan menerima
rangsangan berkas-berkas cahay pada retina. Pusat visual
terletak pada kortex lobus oksipitalis otak Indera penglihatan
menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang
difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan
diubah oleh kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa
membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina,
bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan
anomaly geometric. Pasien yang mengalami gangguan-
gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa rasa
nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di retina
selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan yang
jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam
mosaik reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi
ke otak untuk direkonstruksikan menjadi bayangan tiga
dimensi. Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika bola
mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh
didepan retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk
melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang
dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya
divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus
jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa
bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal
karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang,
lensa tertarik sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini
akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda dekat dengan
mata maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa
meningkat. Jika benda jauh, maka m. siliaris berkontraksi agar
pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam.
Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat
pupil mengecil dan melebar. Jika sinar terlalu banyak maka
pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam
mata.
Dalam keadaan gelap pupil melebar agar sinar banyak
yang ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika mata melihat
jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar
terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan. Akomodasi
lensa diatur oleh mekanisme umpan balik negatif secara
otomatis.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke
belakang melalui nervus optikus. Pada persilangan optikus,
serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut yang
berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai
informasi untuk dikirim ke korteks serebri dan visual pada
bagian korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.
Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan
secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang
pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di
otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.

C. Manifestasi Klinis Katarak


Katarak didiagnosis terutama dengan gejala subjektif.Biasanya
pasien mengalami penurunan ketajaman penglihatan dan silau
serta gangguan fungsional sampai derajat tertentu yang
diakibatkan karena kehilangan penglihatan. Temuan objektif
biasanya meliputi pengembunan seperti mutiara keabuan pada
pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop.
Ketika lensa sudah menjadi opak, cahaya akan dipendarkan
dan bukannya ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan
terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan kabur atau redup,
menyilaukan yang menjengkelkan dengan distorsi bayangan dan
susah melihat di malam hari. Pupil yang normalnya hitam, akan
tampak kekuningan, abu - abu atau putih. Katarak biasanya terjadi
bertahap selama bertahun - tahun, dan ketika katarak sudah sangat
memburuk, lensa koreksi yang lebih kuat pun tak akan mampu
memperbaiki penglihatan (Suddarth, 2001).

D. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut
sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang
terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang
tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus,
korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan
benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun
dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada
usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa
keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu
mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam
bulan hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih
cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra
violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan
alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti
betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin,
indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat
lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes
melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki
dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).

E. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami
perubahan warna menjadi cokelat kekuningan.Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya,
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma
maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi
radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu
lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak
merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang
dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa
secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam
usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh
kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang
baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-
serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya
tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral.
Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan
ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme
ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada
didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.
Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau
kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini
mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya
otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada
katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan
klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari
buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N.
Istiqomah,S.Kep).

F. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum yaitu :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang
dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika : Katarak terjadi akibat rudapaksa atau
trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini
dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar
- X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika : Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya
pajanan dengan bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga
dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
3. Katarak komplikata : Katarak terjadi akibat adanya pajanan
dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat
terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
Berdasarkan stadium katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient : Merupakan stadium awal katarak yaitu
kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan
yang tidak teratur.
2. Katarak imatur : Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa
agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris
terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur : Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada
stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur : Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi
lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus
lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).

G.Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan (Suddarth, 2001). Darah putih: dibawah 10.000
normal.

H. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil
dengan pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan
dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien
melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi
sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -
lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan
katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada
orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi
dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat
diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan
dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk
pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler.
Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi
gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).

I. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi
pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan
satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin
tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah
pada periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah
berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius,
namun jarang terjadi.

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY."S"

KASUS : KATARAK
FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Andi Tenri Ulandari Citra NIM: 2117025

Unit : Autoanamnese :Ny .”S”

Kamar : Alloananmnese : Ny.”J”

Tgl masuk RS :

Tgl pengkajian : 9 Maret 2021

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny. “S”

Umur : 74 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Sudah Nikah

Jumlah anak : 5 orang

Agama/suku : Islam/Bugis

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat rumah : Jalan Bunga Ejaya


II. DATA MEDIK
Diagnosa medic : Katarak

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT :
Pasien mengatakan sudah tidak melihat sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan cemas dan stress terhadap kondisinya karena sudah tidak melihat
lagi. Dan pasien mengatakan jika membutuhkan sesuatu maka memanggil salah
satu cucunya untuk di ambilkan atau jika ingin keluar rumah minta di temani
oleh cucunya.

TANDA-TANDA VITAL

1) Kesadaran:
Skala koma glaslow

a). Respon motorik :6

b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15

Kesimpulan : Compesmentis

2) Tekanan darah : 120/80 mmHg


MAP: mmHg

Kesimpulan :


3) Suhu : 36,8 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 16 x/menit
Irama:  teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea

Jenis : dada Perut


5) Nadi : 75 x/menit

Irama : teratur tachikardi Bradichardi

Kuat Lemah

B. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : cm

2. Tinggi badan : 145 cm

3. Berat badan : 52 kg

4. IMT : 24,73 kg/m²

Kesimpulan : Berat Badan Ideal

C. GENOGRAM

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Meninggal

Pasien
------- Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan sudah tidak melihat sejak 2 tahun yang lalu. Pasien
mengatakan cemas dan stress terhadap kondisinya karena sudah tidak
melihat lagi. Dan pasien mengatakan jika membutuhkan sesuatu maka
memanggil salah satu cucunya untuk di ambilkan atau jika ingin keluar
rumah minta di temani oleh cucunya. Pasien mengatakan sebelum tidak
melihat sering memakai tetes mata insto.
2) Riwayat penyakit saat ini:
a). Keluhan utama : tidak dapat melihat, cemas dan stress

b). Riwayat keluhan utama: tidak dapat melihat

3) Riwayat penyakit yang pernah dialami: tidak ada


4) Riwayat kesehatan keluarga: tidak ada
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : Bersih, tidak ada lesi atau benjolan,
rambut tidak rontok dan warna rambut putih

b) Kulit kepala : Bersih, Tidak ada ketombe dan lesi


atau benjolan

c) Kebersihan kulit : Bersih, kulit tidak kering

d). Higiene rongga mulut : Bersih, tidak ada perdarahan gusi

e) Kebersihan genitalia : Bersih

f) Kebersihan anus : Bersih

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit makan 2 kali
dalam sehari yaitu 1 kali di pagi hari dan 1 kali malam hari. Makanan yang di
konsumsinya 2 sendok makan dan di beri lauk pauk yaitu 1 ekor ikan dan 1
sendok makan sayur mayur. Dalam sehari dapat menghabiskan air putih 2
gelas yang ukuran sedang. BAB 1 kali dalam sehari, tidak mengalami
konstipasi
2) Keadaan sejak sakit: pasien mengatakan sejak sakit makannya 1 kali
dalam sehari yaitu pada pagi hari saja tetapi jika lapar pasien makan buah-
buahan yang sering d makan pasien itu pisang masak tapi jika lagi mood
pasien mengatakan makannya maksimal 2 kali sehari. Pasien mengatakan
dapat menghabiskan menghabiskan air putih 2 gelas yang ukuran sedang.
BAB 1 kali dalam sehari, tidak mengalami konstipasi
3) Observasi: pasien tampak menghabiskan makanannya
4) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : Bersih dan tidak ada lesi atau benjolan
b) Hidrasi kulit : Normal
c) Palpebra/conjungtiva : Normal
d) Sclera : Normal
e) Hidung : Simetris
f) Rongga mulut : Bersih
g) Gusi : Tidak ada perdarahan Gigi: ada
lubang
h) Kemampuan mengunyah keras: Mampu
i) Lidah : Bersih
j) Pharing : Tidak ada radang
k) Kelenjar getah bening : Tidak ada
l) Kelenjar parotis : Tidak ada
m) Abdomen:
- Inspeksi : tidak ada benjolan atau lesi
- Auskultasi : -

- Palpasi : -

-Perkusi: asites positif  negative

n) Kulit
- Edema


- Ikterik negatif

o) Lesi: Tidak ada

5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain : -
5) Terapi :

C. POLA ELIMINASI

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bahwa BAB nya itu pada waktu pagi hari setelah
bangun tidur. Pasien mengatakan bahwa tidak sulit dalam BAB karena
sering makan sayuran dan buah-buahan.

2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan bahwa BAB nya sekarang masih
sama sebelum sakit

2. Observasi:
Pasien tampak tidak pucat.

3. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 20 x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh  kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif.  negatif
d) mulut uretra : tidak di kaji
e) anus : bersih dan tidak ada benjolan
- peradangan : Tidak ada
- Hemoroid : tidak ada
- Fistula : tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain :
5. Therapi :
Tidak ada

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

1.Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan setiap hari melakukan


aktivitas dan melakukan senam di depan rumah

2.Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sejak sakit awalnya merasa


cemas dan stress karena tiba-tiba penglihatan kabur dan seiring waktu
sudah tidak bisa melihat lagi. Tetapi pasien mengatakan masih bisa
melakukan aktivitas seperti biasanya.

3.Observasi :

a) Akitivitas harian :

- Makan :0

- Mandi :2

- Pakaian :0 1. mandiri
2. bantuan dengan alat
- Kerapihan :0 3. bantuan orang
4. bantuan alat dan orang
- Buang air besar : 0 5. bantuan penuh

- Buang air kecil : 0

- Mobilisasi ditempat tidur: 0

b) Postur tubuh : normal

c) Gaya jalan : normal

d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada

e) Fiksasi : tidak ada

f) Tracheostomi : tidak ada


4. Pemeriksaan fisik

a) JVP :

Kesimpulan :

b) Perfusi perifer pembuluh kuku : Normal


c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : Simetris

Sianosis : tidak ada

Stridor : tidak ada

- Palpasi :
Vocal fremitus : tidak ada

- Perkusi : sonor redup pekak.


Batas paru hepar :

Kesimpulan :

- Auskultasi :
Suara napas : normal

Suara ucapan : normal

Suara tambahan : tidak ada

d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis : tidak di kaji

- Palpasi :
Ictus cordis : tidak di kaji

- Perkusi :
Batas atas jantung : tidak di kaji

Batas kanan jantung : tidak di kaji


Batas kiri jantung : tidak di kaji

- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : tidak di kaji

Bunyi jantung II P : tidak di kaji

Bunyi jantung I T : tidak di kaji

Bunyi jantung I M : tidak di kaji

Bunyi jantung II irama gallop: tidak di kaji

Murmur : tidak di kaji

HR : x/menit

Bruit : Aorta :

A. Renalis : tidak di kaji

A. Femoralis : tidak di kaji

e) Lengan dan tungkai



- Atrofi otot : positif negatif

- Rentang gerak :

- Uji kekuatan otot :


Kiri : 1 2 3 4 5

Kanan : 1 2 3 4 5

- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif

Kanan : positif negatif


- Clubbing jari-jari : tidak ada


- Varises tungkai : Tidak ada
f) Columna vertebralis :

- Inspeksi : tidak di kaji

- Palpasi : tidak di kaji

N. III-IV-VI : normal

N. VIII Romberg Test : positif  negatif.

N. XI : normal

5. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium :

Hasil pemeriksaan:

b) Lain-lain :-

6. Terapi medik : -

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan jam tidurnya itu sekitar jam 8 malam. Dan pasien
mengatakan biasa terbangun sekitar pukul 2 subuh dan sudah tidak tidur
lagi.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan sejak sakit tetap sama pola tidur dan istirahatnya.
Tetapi pasien mengatakan jika posisi tidurnya terkadang duduk tanpa di
sadari

3. Observasi :

Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif

Banyak menguap : positif negatif


Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif

2. Therapi : tidak ada

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sering mendengarkan ceramah di tv. Pasien


mengatakan bahwa mendengarkan ceramah adalah hobinya karena
dapat mengajarkan kita mendekatkan diri serta menambah
pengetahuan tentang ilmu agama.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan yang biasanya mendengarkan ceramah di tv masih


tetap di dengarkan. Pasien mengatakan tidak ingin meninggalkan acara
favoritnya walapun hanya mendengarkannya selama 30 menit saja.

3. Obervasi :

Pasien tampak mendengarkan ceramah

2. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :

- Cornea : abnormal

- Visus : abnormal

- Pupil : abnormal

- Lensa mata : abnormal

- Tekanan Intra Okuler (TIO) : normal

b) Pendengaran :

- Pina : tidak ada lesi, benjola atau cairan

- Kanalis : tidak ada lesi, benjola atau cairan


- Membran timpani : tidak ada lesi, benjola atau cairan

- Tes pendengaran : normal

c) N. I : normal
d) N.II : normal
e) N.V : normal
f) N.VII :normal
g) N.VIII : normal
h) Test Romberg : positif
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : tidak ada

b) Lain-lain : tidal ada

c) Therapi : tidak ada

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bahwa pernah mengalami cemas dan stress tetapi


stress pada saat ada kabar buruk atau masalah.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan menerima kondisinya, awalnya pasien cemas dan


stress karena tiba-tiba penglihatannya kabur kemudian penglihatannya
agak gelap tentang penyakitnya tetapi pasien merima nya dengan ikhlas
dan sabar.

3. Observasi : pasien tampak menerima kondisi penyakitnya


a) Kontak mata : normal

b) Rentang perhatian : normal

c) Suara dan cara bicara : normal


d) Postur tubuh : normal

4. Pemeriksaan fisik :

a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada

b) Abdomen :

Bentuk : normal

Bayangan vena : tidak ada

Benjolan massa : tidak ada

c) Kulit : lesi kulit

d) Penggunaan protesa : tidak ada

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sering berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.


Pasien mengatakan sering ngobrol dengan tetangganya. Pasien
mengatakan jika ada kegiatan di lingkungan tempat tinggalnya sering
ikut memberi sumbangan dalam melaksanakan kegiatan

2. Keaadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan sejak sakit jarang berinteraksi dengan lingkungan


sekitarnya, pasien hanya dapat berinteraksi dengan keluarga saja. Kata
pasien tetap dapat berinteraksi jika tetangga saya berkunjung ke rmh.

3.Observasi : pasien masih mampu berinteraksi dengan orang lain maupun


keluarga

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sudah di tinggal oleh pasangan hidupnya yaitu


meninggal dunia. Pasien mengatakan walaupun telah di tinggal oleh
suami tetapi saya masih dijaga dan di sayangi oleh anak dan cucu saya
yang telah saya tempati tinggal bersama

2. Keadaan sejak sakit :

Pada saat sakit pasien mengatakan tetap di cintai dan di damping oleh
anak dan cucunya, walaupun tanpa kehadiran pasangan hidup saya yang
telah lama meninggalkan saya di dunia ini. Klien mengatakan kehadiran
keluarga kecil membuat saya kembali semangat dan termotivas kembali
walaupun saya tidak melihat lagi.

3. Observasi :

Pasien tampak senang dengan kehadiran keluarga kecilnya

4. Pemeriksaan fisik :

5. Pemeriksaandiagnostik :

a). Laboratorium :

b) lain-lain :

6. Therapi : tidak ada

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan jika ada masalah di selesaikan berdiskusi dengan


keluarga, dimana suami adalah pengambil keputusan dalam
memberikan solusi. Pasien mengatakan selalu bahagia dan bersyukur
kepada allah atas rezky yang di berikan walaupun itu sedikit

2. Keadaan sejak sakit :


Awalnya pasienmengatakan tidak menerima kondisinya tetapi seiring
jalannya waktu Pasien mengatakan menerima keadaannya pada saat
sakit. Dan pasien mengatakan bersyukur karena masih di berikan
kesempatan untuk merasakan yang namanya sakit.

3. Observasi : pasien menerima kondisinya

4. Pemeriksaan fisik :

a) Tekanan darah :

Berbaring : 120/80 mmHg

Duduk : 120/80 mmHg

Berdiri : 120/80 mmHg

Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif

b) HR : x/menit

c) Kulit :

Keringat dingin : Tidak

Basah : Tidak

5. Therapi : tidak ada

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bahwa agamanya islam yang mewajibkan untuk


melakukan sholat 5 waktu , mengaji dan bertasbih. Pasien mengatakan
sering mengikuti kajian ceramah di depan rumahnya

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan berserah diri kepada allah swt Karena penyakit yang
di deritanya adalah cobaan dan sebagai penggugur dari segala dosa-
dosanya serta tetap melakukan sholat 5 waktu dan mengaji. Tetapi
sudah tidak dapat mendengarkan lagi kajian ceramah di depan rumah

3. Observasi :

Pasien tampak memegang al-quran dan tasbihnya

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji


( )
B. Data Fokus

Nama Klien : Ny. “S” Dx.Medik : Katarak

Umur : 74 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 9-11Maret 2021

Data Subyektif Data Obyektif

- klien mengatakan sudah tidak - Klien tampak menyendiri


melihat - Klien tampak cemas
- klien mengatakan cemas dengan - Klien tampak stress
keadaannya - Klien tampak melihat satu arah
- Klien mengatakan stress dengan - Klien tampak mondar mandir
kondisinya sendiri
- Klien mengatakan di damping - Hasil Observasi :
saat ingin berjalan di luar rumah TD : 120/80 mmHg
- Klien mengatakan dapat melihat N : 65 x/menit
bayangan P : 16 x/menit
S : 36,8 C
C. Analisa Data

Nama Klien : Ny. “S” Dx.Medik : Katarak

Umur : 74 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 9-11 Maret 2021

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Usia lanjut dan proses penuaan Gangguan persepsi sensorik :


- klien mengatakan sudah tidak melihat Penglihatan
- klien mengatakan cemas dengan Nukleus mengalami perubahan
keadaannya warna menjadi coklat kekuningan
- Klien mengatakan stress dengan
kondisinya
- Klien mengatakan di damping saat Perubahan fisik (perubahan pd
ingin berjalan di luar rumah serabut halus multiple (zunula) yg
- Klien mengatakan dapat melihat memanjang dari badan silier
bayangan kesekitar daerah lensa)
- Klien tampak kesal
Hilangnya tranparansi lensa
Do :
- Klien tampak menyendiri
- Klien tampak cemas Perubahan kimia dlm protein lensa
- Klien tampak stress
- Klien tampak melihat satu arah Koagulasi
- Klien tampak mondar mandir sendiri
- Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg mengabutkan pandangan
N : 65 x/menit
P : 16 x/menit Gangguan penerimaan
S : 36,8 C sensori/status organ indera

Menurunnya ketajaman penglihatan

Gangguan persepsi sensorik :


Penglihatan
D. Diagnosa Keperawatan

Nama Klien : Ny. “S” Dx.Medik : Katarak

Umur : 74 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 9-11 Maret 2021

No Diagnosa Keperawatan (PES) Tgl Ditemukan Tanggal Teratasi

1 Gangguan persepsi sensori


berhubungan dengan gangguan 9 Maret 2021 11 Maret 2021
penglihatan
E. Intervensi

Nama Klien : Ny. "S" Dx.Medik : Katarak

Umur : 74 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 9-11 Maret 2021

N Diagnosa Keperawatan Perencanaan


O Prioritas
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Gangguan persepsi sensori Setelah di lakukan tindakan Edukasi Perawatan Diri Edukasi Perawatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Diri
gangguan penglihatan di harapkan pasien membaik 1. Identifikasi pengetahuan 1. Untuk mengetahui
Ditandai dengan : dalam status orientasi dengan tentang perawatan diri tingkat pengetahuan
Ds : kriteria hasil : tentang perawatan diri
- klien mengatakan sudah 1. Khawatir dari cukup 2. Identifikasi masalah dan 2. Untuk mengetahui
tidak melihat meningkat (2) menjadi hambatan perawatan diri masalah dan hambatan
- klien mengatakan cemas cukup menurun (4). yang terjadi pada pasien
dengan keadaannya saat melakukan
- Klien mengatakan stress perawatan diri
2. Curiga dari cukup
dengan kondisinya meningkat (2) menjadi 3. Rencanakan strategi 3. Untuk mengetahui
- Klien mengatakan di cukup menurun (4) edukasi termasuk tujuan rencana strategi edukasi
damping saat ingin 3. Menarik diri dari cukup yang realistis yang realistis
berjalan di luar rumah meningkat (2) menjadi 4. Ajarkan perawatan diri, 4. Agar klien mampu
- Klien mengatakan dapat menurun (5) praktik perawatan diri dan melakukan perawatan
melihat bayangan 4. Perawatan diri dari cukup aktivitas kehidupan diri
- Klien tampak kesal memburuk (2) menjadi sehari-hari.
Do : membaik (5) 5. Anjurkan mengulang 5. Agar pasien mampu
- Klien tampak menyendiri kembali informasi edukasi mengulang kembali
- Klien tampak cemas tentang perawatan diri informasi edukasi
- Klien tampak stress perawatan diri
- Klien tampak melihat satu
arah Manajemen Stress Manajemen Stress
- Klien tampak mondar 1. Identifikasi tingkat stress 1. Agar pasien mengenali
mandir sendiri tingkat stress
- Hasil Observasi : 2. Lakukan reduksi ansietas 2. Pasien mampu
TD : 120/80 mmHg (mis.anjurkan napas mengatasi ansietas
N : 65 x/menit dalam sebelum prosedur sebelum di lakukan
P : 16 x/menit dan berikan informasi tindakan
S : 36,8 C tentang prosedur)
3. Lakukan manajemen 3. Pasien mampu
pengendalian marah, jika mengendalikan marah
perlu
4. Anjurkan mengatur waktu 4. Pasien mampu
untuk mengurangi mengurangi kejadian
kejadian stress stress
5. Gunakan metode untuk 5. Pasien mampu
meningkatkan meningkatkan
kenyamanan dan kenyamanan dan
ketenangan spiritual ketenangan spiritual
F.Implementasi

Nama Klien : Ny. “S” Dx.Medik : Katarak

Umur : 74 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 8,12-13 Maret 2021

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Paraf/Ttd

1 Selasa/9 Maret 2021 08:00 Edukasi Perawatan Diri


1. Identifikasi pengetahuan tentang perawatan
diri
H : Klien mampu mengetahui pengetahuan
tentang perawatan dirinya
2. Identifikasi masalah dan hambatan
perawatan diri
H : Klien mampu mengetahui masalah dan
hambatan pada saat melakukan personal
hygenie

3. Rencanakan strategi edukasi termasuk


tujuan yang realistis
H : Klien mampun membuat perencanaan
edukasi yang realistis seperti memberikan
pembelajaran sejarah
4. Ajarkan perawatan diri, praktik perawatan
diri dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
H :Klien tampak melakukan perawatan diri
berhias dan melakukan aktivitas senam
5. Anjurkan mengulang kembali informasi
edukasi tentang perawatan diri
H : Klien tampak mengetahui sedikit
informasi tentang perawatan diri
10:00 Manajemen Stress
1. Identifikasi tingkat stress
H : Klien mengatakan sidah sedikit
berkurang stressnya

2. Lakukan reduksi ansietas (mis.anjurkan


napas dalam sebelum prosedur dan berikan
informasi tentang prosedur)
H : Klien mampu mengontrol kecemasan
yang terjadi sebelum tindakan yang akan di
lakukan
3. Lakukan manajemen pengendalian marah,
jika perlu
H : Klien mampu mengontrol marahnya
dengan tehnik napas dalam
4. Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi
kejadian stress
H : Klien mampu mengurangi stressnya
dengan menonton tv, mendengarkan musik
dan menjahit
5. Gunakan metode untuk meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan spiritual
H : Klien mampu meningkatkan rasa
nyamannya dengan bertasbih
2 Rabu/ 10 Maret 2021 08:00 Edukasi Perawatan Diri
1. Identifikasi pengetahuan tentang perawatan
diri
H : Klien mampu mengetahui pengetahuan
tentang perawatan dirinya
2. Identifikasi masalah dan hambatan
perawatan diri
H : Klien mampu mengetahui masalah dan
hambatan pada saat melakukan personal
hygenie
3. Rencanakan strategi edukasi termasuk
tujuan yang realistis
H : Klien mampun membuat perencanaan
edukasi yang realistis seperti memberikan
pembelajaran sejarah
4. Ajarkan perawatan diri, praktik perawatan
diri dan aktivitas kehidupan sehari-hari.
H :Klien tampak melakukan perawatan diri
berhias dan melakukan aktivitas senam
5. Anjurkan mengulang kembali informasi
edukasi tentang perawatan diri
H : Klien tampak mengetahui sedikit
informasi tentang perawatan diri

10:00 Manajemen Stress


1. Identifikasi tingkat stress
H : Klien agak tampak stress
2. Lakukan reduksi ansietas (mis.anjurkan
napas dalam sebelum prosedur dan berikan
informasi tentang prosedur)
H : Klien mampu mengontrol kecemasan
yang terjadi sebelum tindakan yang akan di
lakukan
3. Lakukan manajemen pengendalian marah,
jika perlu
H : Klien mampu mengontrol marahnya

4. Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi


kejadian stress
H : Klien mampu mengurangi stressnya
dengan menonton tv, mendengarkan musik
dan menjahit
5. Gunakan metode untuk meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan spiritual
H : Klien mampu meningkatkan rasa
nyamannya dengan mendengarkan
lantunan ayat suci al qur'an
3 Kamis/ 11 Maret 2021 08:00 Manajemen Stress
1. Identifikasi tingkat stress
H : Klien mengatakan bahwa telah
menerima keadaannya dan sudah dapat
mengontrol stress yang di alaminya
2. Lakukan reduksi ansietas (mis.anjurkan
napas dalam sebelum prosedur dan berikan
informasi tentang prosedur)

H : Klien mampu mengontrol kecemasan


yang terjadi sebelum tindakan yang akan di
lakukan
3. Lakukan manajemen pengendalian marah,
jika perlu
H : Klien mampu mengontrol marahnya
dengan tehnik napas dalam
4. Anjurkan mengatur waktu untuk mengurangi
kejadian stress
H : Klien mampu mengurangi stressnya
dengan menonton tv, mendengarkan musik
dan menjahit
5. Gunakan metode untuk meningkatkan
kenyamanan dan ketenangan spiritual
H : Klien mampu meningkatkan rasa
nyamannya dengan mendengarkan
lantunan ayat suci al qur'an

G.Evaluasi

Nama Klien : Ny. “S” Dx.Medik : Katarak

Umur : 74 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 9-11 Maret 2021

No Hari/Tanggal Jam Ndx Evaluasi Paraf/Ttd

1 Selasa/9 Maret 2021 08:00 Gangguan persepsi sensori S :


berhubungan dengan 1. klien mengatakan sudah
gangguan penglihatan tidak melihat
2. klien mengatakan cemas
dengan keadaannya
3. Klien mengatakan stress
dengan kondisinya
4. Klien mengatakan di
dampingi saat ingin berjalan
di luar rumah

5. Klien mengatakan dapat


melihat bayangan
6. Klien tampak kesal
O:
1. Klien tampak menyendiri
2. Klien tampak cemas
3. Klien tampak stress
4. Klien tampak melihat satu
arah
5. Klien tampak mondar mandir
sendiri
6. Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 65 x/menit
P : 16 x/menit
S : 36,8 C
A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi
1. Edukasi perawatan diri
2. Manajemen stress
2 Rabu/10 Maret 2021 08:00 Gangguan persepsi sensori S :
berhubungan dengan 1. klien mengatakan sudah
gangguan penglihatan tidak melihat
2. klien mengatakan
kecemasannya terhadap
keadaannya telah
berkurang
3. Klien mengatakan rasa
stress dengan kondisinya
telah berkurang
4. Klien mengatakan jika ingin
keluar rumah di dampingi
oleh anggota keluarganya
yaitu cucunya
5. Klien mengatakan dapat
melihat bayangan seperti
adanya cahaya
O:
1. Klien tampak menyendiri
2. Klien tampak cemas
3. Klien tampak stress
4. Klien tampak melihat satu
arah
5. Klien tampak mondar mandir
sendiri
6. Klien tampak kesal
7. Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 65 x/menit
P : 16 x/menit
S : 36,8 C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Manajemen stress

3 Kamis/ 11 Maret 2021 08:00 Gangguan persepsi sensori S :


berhubungan dengan 1. klien mengatakan sudah
gangguan penglihatan tidak melihat
2. klien mengatakan
kecemasannya telah tiada
3. Klien mengatakan rasa
stress dengan kondisinya
masih ada tetapi sudah tidak
jadi prioritas lagi
4. Klien mengatakan jika ingin
keluar rumah masih di
dampingi oleh anggota
keluarganya yaitu cucunya
5. Klien mengatakan dapat
melihat bayangan seperti
adanya cahaya
O:
1. Klien tampak menyendiri
2. Klien tampak cemas
3. Klien tampak stress
4. Klien tampak melihat satu
arah
5. Klien tampak mondar mandir
sendiri
6. Klien tampak kesal
7. Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 65 x/menit
P : 16 x/menit
S : 36,8 C
A : Masalah belum teratasi
P : TIdak ada
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth, 2001.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.EGC :


Jakarta
Doengoes A Marylin, 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC ; Jakarta
Ilyas, 2008.Ilmu Penyakit Mata Edisi Ketiga. FKUI, Jakarta
Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC :
Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan
Aplikasi. Salemba Medika ; Jakarta
Nursalam, 2001.Proses & Dokumentasi Keperawatan . Salemba Medika :
Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta
http://www.suaramedia.com/kesehatan/penyakit-katarak-menyerang-
anamuda.html

Anda mungkin juga menyukai