Andi Tenri Ulandari Citra (Askep Katarak)
Andi Tenri Ulandari Citra (Askep Katarak)
SISTEM PENCERNAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN KATARAK
DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDI
TENRI ULANDARI
CITRA
NIM : 2117025
A. Defenisi
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein
lensa atau akibat keduanya (Ilyas, 2008).Katarak adalah kekeruhan
lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di
proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum
kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2003)
Katarak merupakan keadaan dimana terjadi kekeruhan pada
serabut atau bahan lensa didalam kapsul lensa. Umumnya terjadi
akibat proses penuaan yang terjadi pada semua orang yang berusia
lebih dari 65 tahun. (Muttaqin, 2008).
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
a. Struktur Mata Eksternal
2. Fisiologi mata
Saraf optikus atau urat saraf cranial kedua adalah saraf
sensorik untuk penglihatan. Saraf ini timbul dari sel-sel ganglion
dalam retina yang bergabung untuk membentuk saraf optikus.
Saraf ini bergerak ke belakang secara medial dan melintasi
kanalis optikus, memasuki rongga cranium lantas kemudian
menuju khiasma optikum. Saraf penglihatan memiliki 3
pembungkus yang serupa dengan yang ada pada meningen
otak. Lapisan luarnya kuat dan fibrus serta bergabung dengan
sclera, lapisan tengah halus seperti arakhnoid, sementara
lapisan dalam adalah vakuler (mengandung banyak pembuluh
darah).
Pada saat serabut-serabut itu mencapai khiasma optikum,
maka separuh dari serabut-serabut itu akan menuju ke traktus
optikus sisi seberangnya, sementara separuhnya lagi menuju
traktus optikus sisi yang sama. Dengan perantara serabut-
serabut ini, maka setiap serabut nervus optikus dihubungkan
dengan kedua sisi otak sehingga indera penglihatan menerima
rangsangan berkas-berkas cahay pada retina. Pusat visual
terletak pada kortex lobus oksipitalis otak Indera penglihatan
menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan
rangsangan ini ke pusat penglihatan pada otak untuk ditafsirkan.
Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan bayangan yang
difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan
diubah oleh kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa
membiaskan cahaya dan memfokuskan bayangan pada retina,
bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan
anomaly geometric. Pasien yang mengalami gangguan-
gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa rasa
nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari
bayangan objek di retina. Bayangan dalam fovea di retina
selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata. Bayangan yang
jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam
mosaik reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi
ke otak untuk direkonstruksikan menjadi bayangan tiga
dimensi. Pembentukan bayangan abnormal terjadi jika bola
mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik focus jatuh
didepan retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk
melihat lebih jelas harus mendekatkan mata pada objek yang
dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang memberi cahaya
divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus
jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa
bikonveks. Sedangkan pada presbiopia, bentuk abnormal
karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang,
lensa tertarik sehingga bentuknya lebih pipih. Keadaan ini
akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda dekat dengan
mata maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa
meningkat. Jika benda jauh, maka m. siliaris berkontraksi agar
pipih supaya bayangan benda pada retina menjadi tajam.
Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat
pupil mengecil dan melebar. Jika sinar terlalu banyak maka
pupil menyempit agar sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam
mata.
Dalam keadaan gelap pupil melebar agar sinar banyak
yang ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika mata melihat
jauh kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar
terjadi peningkatan ke dalam lapang penglihatan. Akomodasi
lensa diatur oleh mekanisme umpan balik negatif secara
otomatis.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke
belakang melalui nervus optikus. Pada persilangan optikus,
serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan serabut yang
berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai
informasi untuk dikirim ke korteks serebri dan visual pada
bagian korteks visual ini membentuk gambar tiga dimensi.
Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan
secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang
pandang sebagian besar dapat dilacak lokasi kerusakan di
otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.
D. Etiologi
Penyebab utama katarak adalah proses penuaan. Anak bisa
mengalami katarak yang biasanya merupakan penyakit yang
diturunkan, peradangan di dalam kehamilan, keadaan ini disebut
sebagai katarak kongenital. Lensa mata mempunyai bagian yang
disebut pembungkus lensa atau kapsul lensa, korteks lensa yang
terletak antara nukleus lensa atau inti lensa dengan kapsul lensa.
Pada anak dan remaja nukleus bersifat lembek sedang pada orang
tua nukleus ini menjadi keras. Katarak dapat mulai dari nukleus,
korteks, dan subkapsularis lensa.
Dengan menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan
kekurangan air dan menjadi lebih padat. Lensa akan menjadi keras
pada bagian tengahnya, sehingga kemampuannya memfokuskan
benda dekat berkurang. Hal ini mulai terlihat pada usia 45 tahun
dimana mulai timbul kesukaran melihat dekat (presbiopia). Pada
usia 60 tahun hampir 60% mulai mengalami katarak atau lensa
keruh. Katarak biasanya berkembang pada kedua mata akan tetapi
progresivitasnya berbeda. Kadang-kadang penglihatan pada satu
mata nyata berbeda dengan mata yang sebelahnya.
Perkembangan katarak untuk menjadi berat memakan waktu dalam
bulan hingga tahun.
Berbagai faktor dapat mengakibatkan tumbuhnya katarak lebih
cepat. Faktor lain dapat mempengaruhi kecepatan berkembangnya
kekeruhan lensa sepertidiabetes melitus, obat tertentu, sinar ultra
violet B dari cahaya matahari, efek racun dari merokok, dan
alkohol, gizi kurang vitamin E, dan radang menahun di dalam bola
mata. Obat tertentu dapat mempercepat timbulnya katarak seperti
betametason, klorokuin, klorpromazin, kortison, ergotamin,
indometasin, medrison, neostigmin, pilokarpin dan beberapa obat
lainnya. Penyakit infeksi tertentu dan penyakit seperti diabetes
melitus dapat mengakibatkan timbulnya kekeruhan lensa yang
akan menimbulkan katarak komplikata (Ilyas, 2006) .
Katarak biasanya terjadi bilateral, namun memiliki kecepatan
yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun
sistemik, seperti diabetes. Namun kebanyakan merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik ketika seseorang memasuki
dekade ketujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus
diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak
meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obatobatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam
jangka waktu lama (Smeltzer, 2001).
E. Patofisiologi Katarak
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,
transparan, berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen
anatomis.Pada zona sentral terdapat nucleus,diperifer ada korteks,
dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan
posterior.Dengan bertambahnya usia, nekleus mengalami
perubahan warna menjadi cokelat kekuningan.Disekitar opasitas
terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nucleus.
Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna nampak seperti cristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa menyebabkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus múltiple (zunula) yang
memanjang dari badan silier kesekitar daerah diluir lensa,misalnya,
dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan
kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke
retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal terjadi disertai influís air ke dalam lensa.Proses ini
mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain menyebutkan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi.Jumlah
enzim akan menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada
pada kebanyakan pasien yang tenderita katarak.
Katarak biasanya terjadi di lateral, namun mempunyai
kecepatan yang berbeda. Dapat disebabkan oleh kejadian trauma
maupun sistemas, seperti diabetes, Namur sebenarnya merupakan
konsekuensi dari proses penuaan yang normal.Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang
memasuki dekade ke tujuh. Katarak dapat bersifat kongenitaldan
harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat
menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen.
Factor yang paling sering berperan dalam terjadinya katrak meliputi
radiasi sinar ultra violet B, obat-obatan, alcohol, merokok, diabetes,
dan asupan vitamin anti oxidan yang kurang dalam jangka waktu
lama.
Lensa berisi 65% air, 35% protein, dan mineral penting.Katarak
merupakan kondisi penurunan ambulan oksigen, penurunan air,
peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang
dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan ,lensa
secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam
usuran dan densitasnya.Peningkatan densitas diakibatkan oleh
kompresi central serat lensa yang lebih tua. Saat serat lensa yang
baru diproduksi dikortek, serat lensa ditekan menjadi central. Serat-
serat lensa yang padat lama-lam menyebabkan hilangnya
tranparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral.
Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan
ganguan metabolisme pada lensa mata. Gangguan metabolisme
ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada
didalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa.
Kekeruhan dapat berkembang diberbagai bagian lensa atau
kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh atau buram. Kondisi ini
mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya
otak menginterprestasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada
katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi coklat atau hitam dan
klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna (Diambil dari
buku Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata,Ns.Indriana N.
Istiqomah,S.Kep).
F. Klasifikasi Katarak
Katarak secara umum yaitu :
1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihatpada usia kurang
dari 1 tahun.
2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun
Berdasarkan penyebabnya katarak dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak traumatika : Katarak terjadi akibat rudapaksa atau
trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam.Rudapaksa ini
dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak
monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar
- X, Radioaktif, dan benda asing.
2. Katarak toksika : Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya
pajanan dengan bahan kimia tertentu.Selain itu, katarak ini juga
dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan
chlorpromazine.
3. Katarak komplikata : Katarak terjadi akibat adanya pajanan
dengan bahan kimia tertentu. Selai itu, katarak ini juga dapat
terjadi karena penggunaan obat seperti diabetes mellitus,
hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis,
glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata
lainnya.
Berdasarkan stadium katarak senile dapat dibedakan menjadi :
1. Katarak insipient : Merupakan stadium awal katarak yaitu
kekeruhan lensa masih berbentuk bercak – bercak kekeruhan
yang tidak teratur.
2. Katarak imatur : Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa
agak cembung, menyebabkan terjadinya myopia, dan iris
terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal.
3. Katarak matur : Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada
stadium ini, terjadi kekeruhan lensa.
4. Katarak hipermatur : Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi
lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus
lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tamsuri, 2008).
G.Pemeriksaan Diagnostik
1. Uji mata
2. Keratometri
3. Pemeriksaan lampu slit dan oftalmoskopis
4. A-scan ultrasound (echography)
5. Dan hitung sel endotel yang sangat berguna sebagai alat
diagnostik, khususnya bila dipertimbangkan akan dilakukan
pembedahan (Suddarth, 2001). Darah putih: dibawah 10.000
normal.
H. Penatalaksanaan
Tak ada terapi obat untuk katarak, dan tak dapat diambil
dengan pembedahan laser.Namun, masih terus dilakukan
penelitian mengenai kemajuan prosedur laser baru yang dapat
digunakan untuk mencairkan lensa sebelum dilakukan pengisapan
keluar melalui kanula. Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan
dilator pupil dan refraksi kuat sampai ketitik dimana pasien
melakukan aktivitas hidup sehari - hari, maka penanganan
biasanya konservatif.Penting dikaji efek katarak terhadap
kehidupan sehari - hari pasien. Mengkaji derajat gangguan fungsi
sehari - hari, aktivitas, kemampuan bekerja, ambulasi, dan lain -
lain, sangat penting untuk menentukan terapi mana yang paling
cocok bagi masing - masing penderita.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan
penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan.Biasanya
diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi.Pembedahan
katarak adalah pembedahan yang paling sering dilakukan pada
orang berusia lebih dari 65 tahun keatas.Kebanyakan operasi
dilakukan dengan anastesia local (retrobulbar atau peribulbar, yang
dapat mengimobilisasi mata).Obat penghilang cemas dapat
diberikan untuk mengatasi perasaan klaustrofobia sehubungan
dengan draping bedah.
Ada dua macam teknik pembedahan tersedia untuk
pengangkatan katarak : ekstraksi intrakapsuler dan ekstrakapsuler.
Indikasi intervensi bedah adalah hilangnya penglihatan yang
mempengaruhi aktivitas normal pasien atau katarak yang
menyebabkan glaukoma atau mempengaruhi diagnosis dan terapi
gangguan okuler lain, seperti retinopati diabetika (Suddarth, 2001).
I. Komplikasi
Adapun komplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang
mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut :
1. Hilangnya vitreous. Jika kapsul posterior mengalami kerusakan
selama operasi maka gel vitreous dapat masuk ke dalam bilik
anterior, yang merupakan resikoterjadinya glaucoma atau traksi
pada retina. Keadaan ini membutuhkan pengangkatan dengan
satu instrument yang mengaspirasi dan mengeksisi gel
(virektomi). Pemasanagan lensa intraocular sesegera mungkin
tidak bias dilakukan pada kondisi ini.
2. Prolaps iris. Iris dapat mengalami protrusi melalui insisi bedah
pada periode pasca operasi dini. Terlihat sebagai daerah
berwarna gelap pada lokasi insisi. Pupil mengalami distorsi.
Keadaan ini membutuhkan perbaikan segera dengan
pembedahan.
3. Endoftalmitis. Komplikasi infeksi ekstraksi katarak yang serius,
namun jarang terjadi.
KASUS : KATARAK
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Andi Tenri Ulandari Citra NIM: 2117025
Tgl masuk RS :
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny. “S”
Umur : 74 Tahun
Agama/suku : Islam/Bugis
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT
TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compesmentis
Kesimpulan :
3) Suhu : 36,8 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 16 x/menit
Irama: teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
5) Nadi : 75 x/menit
√
Irama : teratur tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah
B. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : cm
3. Berat badan : 52 kg
C. GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
------- Tinggal serumah
- Palpasi : -
n) Kulit
- Edema
- Ikterik negatif
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain : -
5) Terapi :
C. POLA ELIMINASI
Pasien mengatakan bahwa BAB nya itu pada waktu pagi hari setelah
bangun tidur. Pasien mengatakan bahwa tidak sulit dalam BAB karena
sering makan sayuran dan buah-buahan.
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan bahwa BAB nya sekarang masih
sama sebelum sakit
2. Observasi:
Pasien tampak tidak pucat.
3. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 20 x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif
d) mulut uretra : tidak di kaji
e) anus : bersih dan tidak ada benjolan
- peradangan : Tidak ada
- Hemoroid : tidak ada
- Fistula : tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain :
5. Therapi :
Tidak ada
3.Observasi :
a) Akitivitas harian :
- Makan :0
- Mandi :2
- Pakaian :0 1. mandiri
2. bantuan dengan alat
- Kerapihan :0 3. bantuan orang
4. bantuan alat dan orang
- Buang air besar : 0 5. bantuan penuh
a) JVP :
Kesimpulan :
- Palpasi :
Vocal fremitus : tidak ada
Kesimpulan :
- Auskultasi :
Suara napas : normal
d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis : tidak di kaji
- Palpasi :
Ictus cordis : tidak di kaji
- Perkusi :
Batas atas jantung : tidak di kaji
- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : tidak di kaji
HR : x/menit
Bruit : Aorta :
- Rentang gerak :
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif
N. III-IV-VI : normal
N. XI : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
Hasil pemeriksaan:
b) Lain-lain :-
6. Terapi medik : -
Pasien mengatakan jam tidurnya itu sekitar jam 8 malam. Dan pasien
mengatakan biasa terbangun sekitar pukul 2 subuh dan sudah tidak tidur
lagi.
Pasien mengatakan sejak sakit tetap sama pola tidur dan istirahatnya.
Tetapi pasien mengatakan jika posisi tidurnya terkadang duduk tanpa di
sadari
3. Observasi :
3. Obervasi :
2. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : abnormal
- Visus : abnormal
- Pupil : abnormal
b) Pendengaran :
c) N. I : normal
d) N.II : normal
e) N.V : normal
f) N.VII :normal
g) N.VIII : normal
h) Test Romberg : positif
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : tidak ada
4. Pemeriksaan fisik :
b) Abdomen :
Bentuk : normal
Pada saat sakit pasien mengatakan tetap di cintai dan di damping oleh
anak dan cucunya, walaupun tanpa kehadiran pasangan hidup saya yang
telah lama meninggalkan saya di dunia ini. Klien mengatakan kehadiran
keluarga kecil membuat saya kembali semangat dan termotivas kembali
walaupun saya tidak melihat lagi.
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik :
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium :
b) lain-lain :
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :
b) HR : x/menit
c) Kulit :
Basah : Tidak
Pasien mengatakan berserah diri kepada allah swt Karena penyakit yang
di deritanya adalah cobaan dan sebagai penggugur dari segala dosa-
dosanya serta tetap melakukan sholat 5 waktu dan mengaji. Tetapi
sudah tidak dapat mendengarkan lagi kajian ceramah di depan rumah
3. Observasi :
1 Gangguan persepsi sensori Setelah di lakukan tindakan Edukasi Perawatan Diri Edukasi Perawatan
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Diri
gangguan penglihatan di harapkan pasien membaik 1. Identifikasi pengetahuan 1. Untuk mengetahui
Ditandai dengan : dalam status orientasi dengan tentang perawatan diri tingkat pengetahuan
Ds : kriteria hasil : tentang perawatan diri
- klien mengatakan sudah 1. Khawatir dari cukup 2. Identifikasi masalah dan 2. Untuk mengetahui
tidak melihat meningkat (2) menjadi hambatan perawatan diri masalah dan hambatan
- klien mengatakan cemas cukup menurun (4). yang terjadi pada pasien
dengan keadaannya saat melakukan
- Klien mengatakan stress perawatan diri
2. Curiga dari cukup
dengan kondisinya meningkat (2) menjadi 3. Rencanakan strategi 3. Untuk mengetahui
- Klien mengatakan di cukup menurun (4) edukasi termasuk tujuan rencana strategi edukasi
damping saat ingin 3. Menarik diri dari cukup yang realistis yang realistis
berjalan di luar rumah meningkat (2) menjadi 4. Ajarkan perawatan diri, 4. Agar klien mampu
- Klien mengatakan dapat menurun (5) praktik perawatan diri dan melakukan perawatan
melihat bayangan 4. Perawatan diri dari cukup aktivitas kehidupan diri
- Klien tampak kesal memburuk (2) menjadi sehari-hari.
Do : membaik (5) 5. Anjurkan mengulang 5. Agar pasien mampu
- Klien tampak menyendiri kembali informasi edukasi mengulang kembali
- Klien tampak cemas tentang perawatan diri informasi edukasi
- Klien tampak stress perawatan diri
- Klien tampak melihat satu
arah Manajemen Stress Manajemen Stress
- Klien tampak mondar 1. Identifikasi tingkat stress 1. Agar pasien mengenali
mandir sendiri tingkat stress
- Hasil Observasi : 2. Lakukan reduksi ansietas 2. Pasien mampu
TD : 120/80 mmHg (mis.anjurkan napas mengatasi ansietas
N : 65 x/menit dalam sebelum prosedur sebelum di lakukan
P : 16 x/menit dan berikan informasi tindakan
S : 36,8 C tentang prosedur)
3. Lakukan manajemen 3. Pasien mampu
pengendalian marah, jika mengendalikan marah
perlu
4. Anjurkan mengatur waktu 4. Pasien mampu
untuk mengurangi mengurangi kejadian
kejadian stress stress
5. Gunakan metode untuk 5. Pasien mampu
meningkatkan meningkatkan
kenyamanan dan kenyamanan dan
ketenangan spiritual ketenangan spiritual
F.Implementasi
G.Evaluasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Edukasi perawatan diri
2. Manajemen stress
2 Rabu/10 Maret 2021 08:00 Gangguan persepsi sensori S :
berhubungan dengan 1. klien mengatakan sudah
gangguan penglihatan tidak melihat
2. klien mengatakan
kecemasannya terhadap
keadaannya telah
berkurang
3. Klien mengatakan rasa
stress dengan kondisinya
telah berkurang
4. Klien mengatakan jika ingin
keluar rumah di dampingi
oleh anggota keluarganya
yaitu cucunya
5. Klien mengatakan dapat
melihat bayangan seperti
adanya cahaya
O:
1. Klien tampak menyendiri
2. Klien tampak cemas
3. Klien tampak stress
4. Klien tampak melihat satu
arah
5. Klien tampak mondar mandir
sendiri
6. Klien tampak kesal
7. Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 65 x/menit
P : 16 x/menit
S : 36,8 C
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Manajemen stress