Abstrak
| Reformasi di Indonesia membawa iklim demokrasi yang makin terbuka, artinya tidak
harus orang yang berasal dari pendidikan jurnalistik, namun saking terbukanya di beberapa
tempat tidak ada saringan terhadap profesi ini. Fenomena seperti ini sangat mungkin
terbuka adanya potensi penyalahgunaan profesi yang berkedok jurnalis.
Tulisan yang dihimpum melalui action research dengan metode kualitatif ini ini akan
mengungkap beberapa fenomena penyalahgunaan profesi wartawan, khususnya untuk
memperoleh penghasilan dengan menggunakan profesi wartawan sebagai kedok, antara lain
dengan melakukan ancaman memberitakan sesuatu yang dilakukan oleh narasumber atau
objek berita yang pada akhimya meminta sejumlah imbalan agar masalah yang menimpa
narasumber tidak dipublikasikan atau meminta paksa profil dan aktivitas narasumber untuk
dipublikasikan kemudian meminta jasa atas publikasi tersebut. Kekurangpahaman
narasumber atau masyarakat tentang profesi wartawan itu sendiri makin menyuburkan
praktek penyimpangan profesi wartawan.
11
Jurnal komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2015
12
Dadang RahmatHidayat danAceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis
1 13
1
Jumal komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2015
menejemen yang baik. Hal ini tidak tatanan yang ada maupun dilihat dari segi
relevan dengan ancaman yang biasa yuridis formal. Selama ini masih muncul
dilakukan oleh wartawan bodrex yang anggapan bahwa wartawan media
akan memuat sisi negatif kegiatan yang merupakan sosok yang menakutkan dan
mereka jumpai jika tidak ada kompensasi bisa memberitakan apa saja sehingga
uang sebagai syarat “damai”, kehadirannya acapkali kurang disukai
Dalam buku yang ditulis oleh Hanif bahkan oleh perangkat desa.
Suranto, Hawe Setiawan, dan Ging Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
Ginanjar beijudul Pers Indoensia Pasca upaya untuk memberikan sosialisasi
Soeharto dimuat beberapa contoh kasus terhadap perangkat desa agar mereka
yang pernah teijadi akibat ulah dari melek terhadap profesi wartawan
wartawan bodrex. Seperti berikut: ini.Kemampuan seperti itu dibutuhkan
Pada 30 Maret 1998 dua orang agar kegiatan prangkat desa dan
mengakuk wartawan “Surabaya Minggu” masyarakat penuh dengan ketenangan
berhasil memeras Bupati Lombok Barat. tidak terganggu oleh aneka ancaman oleh
Semua mereka didatangi oleh wartawan oknum awak media. Diharapkan setelah
yang meminta data soal keberhasilan itu, mereka akan tumbuh menjadi sumber
Pemda menangani kasus Gili Tarawang. daya yang memiliki kepedulian sosial yang
Tapi ujung-ujungnya mereka meminta tinggi.
uang Rp 2 juta, sebagai uang pelicin bagi Dalam sosialisasi ini, para perangkat
penulisan artikel mereka. Kasus ini desa, kepala sekolah, tokoh masyarakat
teraungkap saat Kehumas Lombok Barat sampai para pelaku usaha kecil tingkat
melaporkan aksi ini kepada PWI desa diikutsertakan sebagai target
setempat. pelatihan. Alasan penyelenggaraan
Sebelumnya di Bandung juga pernah kegiatan ini didasari oleh pengakuan
teijadi tindak pemerasan yang dilakukan pengalaman ketiga kelompok masyarakat
oleh wartawan-wartawan yang medianya Desa Citali tersebut yang sempat merasa
tidak pernah didengar sebelumnya. dirugikan saat berinteraksi dengan
Seperti Linggajati, Wahana Indonesia, sekelompok orang yang mengaku jurnalis.
Tabloid Mingguan Bintang, dan Medan Sejumlah masalah yang perlu
Post. Mereka mendatangi karyawan BAKN diperhatikan adalah:
Bandung dan meminta uang masing- 1. Adanya keluhan dari perangkat
masing Rp 2 juta untuk empat orang. desa tentang oknum-oknum yang
Namun nahas upaya pemerasan itu mengaku awak media dengan
dicurigai, dan selanjutnya wartawan ancaman pemberitaan dan
tersebut diamankan oleh satpam dan ancaman sanksi hukuman.
diserahkan ke kepolisian. Tutur salah seorang warga, bahwa
Hubungan media adalah sebuah hampir setiap tiga bulan selalu ada
keterampilan yang sangat strategis dalam wartawan yang datang ke industri
hal penyebaran informasi melalui media mereka, dan meminta sejumlah
massa. Untuk memperkenalkan potensi uang. Semula mereka coba
sebuah wilayah kepada publik, diperlukan menggertak dengan berbagai
kemampuan untuk menyebarkan permasalahan. Namun pada
informasi secara efektif.Kadangkala, akhirnya mengaj ak damai dan
karena hubungan media yang buruk, meminta sejumlah uang. Selain itu
masyarakat tidak tertarik untuk datang ke mereka juga datang kepada pejabat
wilayah yang berpotensi padahal keadaan kelurahan. Di tingkat ini mereka
aslinya jauh lebih bagus.Karena itu, tak segan pula untuk meminta
diperlukan kemampuan yang tinggi di uang kepada perangkat desa dan
bidang tersebut agar tujuan promosi bahkan kepada kepala desa.
potensi daerah dapattercapai. 2. Tidak adanya pendidikan formal
Melalui ilmu media relations dap at tentang komunikasi dan hubungan
diketahui apa dan bagaimana tugas dan media yang teijangkau oleh warga
fungsi awak media (wartawan) dalam lokal.
menjalankan tugasnya, baik dilihat dari
14
Dadang Rahmat Hidayat dan Aceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis
15
Jurnal komunikasi, Volume 10, Nomor l, Oktober 2015
16
Dadang Rahmat Hidayat dan Aceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jumalis
17
1
1
Jumal komunikasi, Volume 10, Nomor l, Oktober 2015
18 /
Dadang Rahmat Hidayat danAceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis
19
1
Jurnal komunikasi, Volume 10, Nomor l, Oktober 2015
20
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X
Volume 10, Nomor 1, Oktober 2015
Daftar Pustaka
Apanto, Satya. 2005. Politik Hukum Pers Masduki. 2004. Kebebasan Pers dan Kode
Indonesia. Jakarta: Grasindo. Etik Jurnalistik. Yogyakarta:
Oetama, Jakob. 2001. Pers Indonesia UII Pers.
Berkomunikasi dalam Abidin, Hamid, dan Kurniawati. 2004.
Masyarakat Tidak Tulus. Galang Dana Ala Media
Jakarta: Penerbit Buku Strategi Efektif
Kompas. Mengumpulkan Dana
Suranto, Hanif. 1999. Pers Indonesia Masyarakat. Jakarta:
Pasca Soehato, Setelah Piramedia
Tekanan Penguasa Melemah. Kovach, Bill, dan Tom Rosenstiel. 2003.
Jakarta: Penerbit LSPP. Elemen-elemen Jurnalisme.
AJI. 2005. Potret Jurnalis Indonesia. Jakarta: Institut Studi Arus
Jakarta: Aliansi Jurnalis Informasi.
Independen. Referensi lain:
ISAI. 2006. Etika Jumalisme. Jakarta: Undang-Undang RI No. 40 tahun 1999
Isntistut Studi Arus Informasi tentang Pers
Harahap, Krisna. 2000. Kebebasan Pers di Kode Etik Jurnalistik
Indonesia Dari masa ke masa.
Bandung: Grafitri
21
Juraal komunikasi, Volume io, Nomor 1, Oktober 2015
22