Anda di halaman 1dari 12

Jurnal komunikasi, ISSN 1907-89 8X

Volume io, Nomor 1, Oktober 2015


I

Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis

Dadang Rahmat Hidayat dan Aceng Abdullah


Program Studi Jurnalistik, Universitas Padjadjaran, Bandung

Abstrak

| Reformasi di Indonesia membawa iklim demokrasi yang makin terbuka, artinya tidak
harus orang yang berasal dari pendidikan jurnalistik, namun saking terbukanya di beberapa
tempat tidak ada saringan terhadap profesi ini. Fenomena seperti ini sangat mungkin
terbuka adanya potensi penyalahgunaan profesi yang berkedok jurnalis.

Tulisan yang dihimpum melalui action research dengan metode kualitatif ini ini akan
mengungkap beberapa fenomena penyalahgunaan profesi wartawan, khususnya untuk
memperoleh penghasilan dengan menggunakan profesi wartawan sebagai kedok, antara lain
dengan melakukan ancaman memberitakan sesuatu yang dilakukan oleh narasumber atau
objek berita yang pada akhimya meminta sejumlah imbalan agar masalah yang menimpa
narasumber tidak dipublikasikan atau meminta paksa profil dan aktivitas narasumber untuk
dipublikasikan kemudian meminta jasa atas publikasi tersebut. Kekurangpahaman
narasumber atau masyarakat tentang profesi wartawan itu sendiri makin menyuburkan
praktek penyimpangan profesi wartawan.

Kata Kunci 1jurnalis, penyimpangan, profesionalisme, sumber berita.

PENDAHULUAN bertahan menghadapi persaingan bisnis


yang ketat. Uniknya, kematian media
Hubungan masyarakat dengan media massa tersebut tidak mengurangi jumlah
massa seringkali menjadi masalah yang wartawan yang “beroperasi”. Media baru
memiliki potensi konflik. Kondisi ini gampang mati, tapi wartawannya tetap
terjadi pula di Indonesia, terutama bergentayangan. Bahkan saat bertahan
pascagerakan reformasi 1998. Pergeseran hidup pun, sejumlah media bam tidak
kekuasaan yang berkembang pada menggaji karyawannya sehingga banyak
pergeseran konstelasi politik di Indonesia wartawan yang ‘digaji’ dengan Kartu Pers
berpengaruh besar pada kebebasan Kondisi di atas, seolah melempar
pers.Realitas konflik antara masyarakat tanggung jawab kepegawaian yang
dan media massa pun berkembang seiring harusnya ditanggung oleh penisahaan
perubahan kebebasan pers di Indonesia. media,kepada sumber berita. Wartawan
Fenomena pers Indonesia era diarahkan untuk mencari uang dari kartu
reformasi diwarnai oleh tidak pers yang ia miliki. Hal ini yang akhimya
terkendalinya pertumbuhan media berujung pada upaya pemerasan atau
(terutama cetak).Profesi wartawan seolah permintaan imbalan saat peliputan berita.
menjadi profesi yang mudah dilakukan Padahal soal kesejahteraan wartawan
orang dengan latar belakang bukan tanggungjawab sumber berita.
apapun.Begitu mudahnya orang menjadi Berlindung kepada undang-
wartawan sehingga sopir angkot, preman, undang Pers yang menjamin bahwa
calo, bahkan pengangguran pun wartawan dilindungi dalam proses
bisamenjadi wartawan. mencari informasi untuk kebutuhan
| Di sisi Iain, media baru pada khalayak, serta segala hal yang
akhimya berguguran karena tidak mampu menghalang-halangi upaya peliputan

11
Jurnal komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2015

berita dapat dikenakan sanksi pidana, seringkali menjadi obyek untuk


maka seolah profesi wartwan dianggap kepentingan tertentu oleh orang-orang
“sakti” oleh sebagian orang. Tak jarang yang mengaku sebagai awak atau
orang yang berprofesi sebagai wartawan wartawan media massa, Akibatnya,
menunjukkan identitasnya saat operasi muncul kesalahan persepsi tentang profesi
lalu lintas, dengan maksud agar wartawan ini, dan seringkali dinilai sangat
dibebaskan dari segala pelanggaran yang negatif karena ulah sejumlah oknum
dilakukan. media tersebut. Orang yang mengaku-
Pasal 18 ayat 1 Undang-undang ngaku sebagai wartawan namun tidak
N0.40 tahun 1999 tentang Pers (UU menjalankan tugas profesi wartawan biasa
40/1999) mengatur tentang ancaman disebut sebagai wartawan bodrex,
pidana yaitu setiap orang yang melawan wartawan gadungan, wartawan abal-abal,
hukum dengan sengaja melakukan Wartawan Tanpa Suratkabar (WTS), juga
tindakan yang berakibat menghambat wartawan bodong.
atau menghalangi pelaksanaan ketentuan Salah satu daerah yang diamati
Pasal 4 ayat (2) dan (3) dipidana dengan dan berpotensi memiliki permasalahan
penjara paling lama dua tahun atau denda seperti ini adalah Desa Citali, Kecamatan
paling banyak Rp.500.000.000, Pamulihan Kabupaten Sumedang Jawa
Padahal yang dilindungi oleh Barat. Desa Citali Kecamatan Pamulihan,
undang-undang adalah kegiatan Kabupaten Sumedang merupakan desa
jurnalistiknya, sementara segala sesuatu dengantingkat pencapaian Indeks
yang diluar kegiatan jurnalistik maka Pembangunan Manusia (IPM) masih
diterapkan undang-undang lain yang terbilang rendah untuk tingkat Kabupaten
berlaku. Seperti upaya pemerasan yang Sumedang. Padahal, desa ini hanya
dilakukan oleh wartawan bukan termasuk beijarak sekitar tujuh kilometer dari
kegiatan jurnalistik yang dilindungi Kecamatan Jatinangor Sumedang,
undang-undang. Maka kegiatan tersebut kecamatan tempat bermukim empat
sudah masuk dalam ranah pidana, dengan perguruan tinggi besar di Jawa Barat.
ancaman hukuman penjara. Dalam bidang pendidikan, berdasarkan
Kebebasan pers pada era reformasi data terakhir (2013), dari lebih 2000
diwarnai dengan merebaknya jumlah penduduk usia di atas 18 tahun, hanya 111
organisasi kewartawanan (sampai Juni orang yang sampai pada pendidikan
2003 tercatat 56 organisasi).Kondisi ini tinggi. Lebih dari setengah penduduk
menjadikan muncul persepsi semakin dewasa hanya lulus pendidikan dasar.
sulit menyelesaikan konflik dengan Karena kondisi obyektif seperti itu,
wartawan karena tidak ada satu organisasi desa ini berpotensi besar didatangi para
yang bisa dijadikan acuan profesionalisme oknum yang mengaku wartawan. Oknum
wartawan. ini mendatangi kantor desa, sekolah, atau
Dalam era informasi seperti kelompok masyarakat desa lainnya.
sekarang, konflik antara masyarakat Mereka diancam dan ditakut-takuti
dengan wartawan dalam pelaksanaan dengan berbagai informasi yang belum
kegiatan jurnalistik tidak hanya teijadi di tentu kebenarannya.Daerah Sumedang
kota besar. Potensi konflik masyarakat menurut studi observasi yang kami
dengan media mass a pun kerap teijadi di lakukan sebelumnya, memang memiliki
kawasan pedesaan. Hal ini disebabkan potensi wartawan bodong yang cukup
oleh ketidaktahuan masyarakat desa besar. Hal tersebut salah satunya karena
termasuk perangkat desa, kepala sekolah, ketatnya upaya penertiban wartawan
tokoh masyarakat dan pelaku usaha bodong di Bandung, sehingga daerah
rumahan akan media massa dan para sekitar Bandung mendapatkan
awaknya yang bertugas di lapangan. limpahannya. Selainitu saat berkunjung
Ketidaktahuan masyarakat desa ke salah satu dinas di kabupaten
tentang media massa menyebabkan Sumedang didapati banyak stiker-stiker
teijadinya gesekan diantara kedua belah bertuliskan penolakan terhadap hadirnya
pihak, bahkan perangkat desa, kepala wartawan bodong.
sekolah dan pelaku usaha rumahan

12
Dadang RahmatHidayat danAceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis

Informasi dari beberapa pegawai dianggap sebagai lahirnya kebebasan pers


di kelurahan, ternyata banyak wartawan di Indonesia setalah lebih dari tiga dekade
bodong yang juga berasal dari Kecamatan merasa dipasung oleh pemerintahan orde
Pamulihan. Hanya saja untuk upaya baru.Dituliskan oleh Arinanto dalam
pemberantasannya mereka mengaku tidak bukunya Politik Hukum Pers Indonesia
tabu dan menyerahkannya kepada pihak jika yang spektakuler dari Undang-undang
y;.ng berwenang. Pers ini adalah setiap orang berhak
Citali juga dikenal sebagai daerah menerbitkan pers tanpa memerlukan SIT
industri UMKM penghasil makanan dan sejenisnya. Ini artinya akan
ringan “Telor Gabus” yang menyuplai menjamurnya produk-produk pers yang
sejumlah pusat jajanan di Bandung. tidak diimbangi oleh kualitas pendidikan
Mereka berproduksi secara mandiri SDM-SDM nya.
dengan mempekerjakan penduduk Hal ini yang kemudian juga dinilai
setempat. Dalam berproduksi mereka sebagai salah satu sebab lahirnya
menggunakan bahan bakar gas 3 Kg dan wartawan abal-abal, karena untuk
menyisakan limbah cangkang telor. Hal mendirikan perusahaan media atau
tersebut yang seringkali dijadikan senjata sekedar menerbitkan produk pers tidak
bagi wartawan bodreks untuk menakut- dibutuhkan izin. Orang bis a langsung
nakuti para pengusaha. membuat dan mengedarkannya. Maka
| Modusnya, mereka datang dengan sejalah dengan menjamurnya perusahaan
berkelompok 2-5 orang, dan pers, menjamur pula pekeija-pekeijanya
menyampaikan bahwa pengusaha Citali yang dilabeli wartawan. Ada yang semua
telah melanggar aturan, sehingga jika memang berpendidikan kewartawanan
mereka beritakan maka potensi diketahui tapi tak sedikit yang mengambil orang
pihak berwenang begitu besar. Sehingga seadanya dengan kemampuan yang coba
kemungkinan usaha mereka akan ditutup diasah instan.
pun sangat mungkin trejadi. Maka untuk Maka tak heran jika akhirnya lahir
mencegah penutupan usaha, mereka banyak wartawan tak memiliki
menawarkan upaya kompromi untuk tidak kemampuan jumalisme atau bahkan tak
member it akan pelanggaran yang terjadi, mengerti tentang profesi mereka dan
dan meminta sejumlah- imbalan uang aturan-aturan tentang profesi mereka,
kepada pengusaha. Nilainya cukup besar. namun sudah bertugas dalam peliputan
Mereka kadang meminta Rp 5 juta kepada berita.
setiap pengusaha. Dalam buku yang lain yang
Oleh karena itu, kepada perangkat beijudul Potret Jurnalis Indonesia yang
desa, kepala sekolah, tokoh masyarakat diterbitkan oleh AJI, diulas jika
dan pelaku usaha rumahan, perlu diberi berdasarkan Kode Etik Jurnalistik yang
pengetahuan tentang media massa dan mereka keluarkan tidak dibenarkanjika
profesi para wartawannya sehingga wartawan menerima amplop. Amplop
mereka tidak lagi menjadi bulan-bulanan didefinisikan sebagai uang imbalan
bahkan menjadi obyek pemerasan. Media peliputan, atau fasilitas lain seperti tiket
untuk melakukan semua itu yakni dengan peijalanan, akomodasi dan lain
gerakan journalism literacy atau gerakan sebagainya. Hal tersebut tidak dibenarkan
melek profesi jurnalis melalui sosialisasi kaena dianggap akan mampu
profesionalisme jumalis/wartawan, memengaruhi independensi wartawan.
pengenalan media massa dan profesi Sementara Jakob Oetama dalam
kewartawanan. bukunya Pers Indonesia Berkomunikasi
dalam Masyarakat Tidak Tulus menggaris
bawahi jika pers merupakan refleksi dari
REGULASI DAN JAMINAN kenyataan masyarakat. Selain itu Jakob
PROFESINALISME juga menyampaikan jika tidak semua
peristiwa yang wartawan ketahui atau
Lahirnya Undang-undang nomor temukan di lapangan dapat serta merta
40 tentang Pers membawa era barn bagi diterbitkan dalam medianya. Namun
perkembangan pers nasional. Era ini
1
hams melalui alur editorial dan proses

1 13

1
Jumal komunikasi, Volume 10, Nomor 1, Oktober 2015

menejemen yang baik. Hal ini tidak tatanan yang ada maupun dilihat dari segi
relevan dengan ancaman yang biasa yuridis formal. Selama ini masih muncul
dilakukan oleh wartawan bodrex yang anggapan bahwa wartawan media
akan memuat sisi negatif kegiatan yang merupakan sosok yang menakutkan dan
mereka jumpai jika tidak ada kompensasi bisa memberitakan apa saja sehingga
uang sebagai syarat “damai”, kehadirannya acapkali kurang disukai
Dalam buku yang ditulis oleh Hanif bahkan oleh perangkat desa.
Suranto, Hawe Setiawan, dan Ging Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah
Ginanjar beijudul Pers Indoensia Pasca upaya untuk memberikan sosialisasi
Soeharto dimuat beberapa contoh kasus terhadap perangkat desa agar mereka
yang pernah teijadi akibat ulah dari melek terhadap profesi wartawan
wartawan bodrex. Seperti berikut: ini.Kemampuan seperti itu dibutuhkan
Pada 30 Maret 1998 dua orang agar kegiatan prangkat desa dan
mengakuk wartawan “Surabaya Minggu” masyarakat penuh dengan ketenangan
berhasil memeras Bupati Lombok Barat. tidak terganggu oleh aneka ancaman oleh
Semua mereka didatangi oleh wartawan oknum awak media. Diharapkan setelah
yang meminta data soal keberhasilan itu, mereka akan tumbuh menjadi sumber
Pemda menangani kasus Gili Tarawang. daya yang memiliki kepedulian sosial yang
Tapi ujung-ujungnya mereka meminta tinggi.
uang Rp 2 juta, sebagai uang pelicin bagi Dalam sosialisasi ini, para perangkat
penulisan artikel mereka. Kasus ini desa, kepala sekolah, tokoh masyarakat
teraungkap saat Kehumas Lombok Barat sampai para pelaku usaha kecil tingkat
melaporkan aksi ini kepada PWI desa diikutsertakan sebagai target
setempat. pelatihan. Alasan penyelenggaraan
Sebelumnya di Bandung juga pernah kegiatan ini didasari oleh pengakuan
teijadi tindak pemerasan yang dilakukan pengalaman ketiga kelompok masyarakat
oleh wartawan-wartawan yang medianya Desa Citali tersebut yang sempat merasa
tidak pernah didengar sebelumnya. dirugikan saat berinteraksi dengan
Seperti Linggajati, Wahana Indonesia, sekelompok orang yang mengaku jurnalis.
Tabloid Mingguan Bintang, dan Medan Sejumlah masalah yang perlu
Post. Mereka mendatangi karyawan BAKN diperhatikan adalah:
Bandung dan meminta uang masing- 1. Adanya keluhan dari perangkat
masing Rp 2 juta untuk empat orang. desa tentang oknum-oknum yang
Namun nahas upaya pemerasan itu mengaku awak media dengan
dicurigai, dan selanjutnya wartawan ancaman pemberitaan dan
tersebut diamankan oleh satpam dan ancaman sanksi hukuman.
diserahkan ke kepolisian. Tutur salah seorang warga, bahwa
Hubungan media adalah sebuah hampir setiap tiga bulan selalu ada
keterampilan yang sangat strategis dalam wartawan yang datang ke industri
hal penyebaran informasi melalui media mereka, dan meminta sejumlah
massa. Untuk memperkenalkan potensi uang. Semula mereka coba
sebuah wilayah kepada publik, diperlukan menggertak dengan berbagai
kemampuan untuk menyebarkan permasalahan. Namun pada
informasi secara efektif.Kadangkala, akhirnya mengaj ak damai dan
karena hubungan media yang buruk, meminta sejumlah uang. Selain itu
masyarakat tidak tertarik untuk datang ke mereka juga datang kepada pejabat
wilayah yang berpotensi padahal keadaan kelurahan. Di tingkat ini mereka
aslinya jauh lebih bagus.Karena itu, tak segan pula untuk meminta
diperlukan kemampuan yang tinggi di uang kepada perangkat desa dan
bidang tersebut agar tujuan promosi bahkan kepada kepala desa.
potensi daerah dapattercapai. 2. Tidak adanya pendidikan formal
Melalui ilmu media relations dap at tentang komunikasi dan hubungan
diketahui apa dan bagaimana tugas dan media yang teijangkau oleh warga
fungsi awak media (wartawan) dalam lokal.
menjalankan tugasnya, baik dilihat dari

14
Dadang Rahmat Hidayat dan Aceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis

Mempelajari tentang seluk beluk ditugaskan oleh redaktur atau jika


media atau wartawan tidak mudah, ada peristiwa bernilai berita.
sehingga pengetahuan tentang 2. Wartawan selalu memberitakan
profesi wartawan semakin hal negatif,
tertutup. Penelitian dan pelatihan Imapelain seoarang wartawan
ini penting untuk melindungi yang terbangun di benak
arapat desa dan pemilik usaha masyarakat Citali adalah,
Telor Gabus dari upaya pemerasan wartawan selalu memberitakan
yang dilakukan oleh wartawan hal-hal yang negatif. Bahkan
bo dong. menurut mereka, meskipun tidak
3. Tidak meratanya kemampuan para ditemukan sisi negatif maka akan
aparat desa dalam hal komunikasi terus digali hingga sisi negatif itu
bermedia sehingga terdapat muncul. Dahulu memang
kemungkinan kesalahan teknis dipahami jika “Bad News is Good
komunikasi. News”, namun kini berkembang
Dari staf yang ada di desa, tak ada “Good News is Good news” yang
yang tahu persis tentang artinya jika hal baik, maka akan
bagaimana berkomunikasi di tetap diberitakan sebagai hal baik,
media. Padahal jika mereka untuk membangun optimisme
memahami, maka dapat dijadikan publik.
alat untuk menyebarluaskan 3. Wartawan selalu komersial,
informasi keberhasilan sebuah Setiap keija wartawan dianggap
desa atau bentuk sosialisasi selalu berujung pada permintaan
program kerja kepada warganya. uang kepada sumber berita.
Artinya setiap berita yang dibuat
akan ditukar dengan sejumlah
Mitos Wartawan Dimanipulasi oleh rupiah. Padahal soal gaji dan
Wartawan Bodrek kesejahteraan wartawan bukan
tanggungjawab sumber berita,
Citra wartawan di mata masyarakat melainkan tanggungjawab
talk terlepas dari berkembangnya mitos perusahaan pers. Selain itu prinsip
tentang profesi ini. Berdasarkan hasil kerja jurnalis tidak semata-mata
diskusi dengankelompok pengusaha karena uang/gaji, bahakan lebih
UMKM yang tergabung dalam Kelompok mengedepankan unsur ideahsme
Usaha “Padat karya” Manco, Desa Citali untuk menyampaikan kebenaran
Kecamatan Pamulihan, Kabupaten kepada khalayak.
Sumedang (informan 1); Kepala Sekolah 4. Wartawan selalu urakan,
di Kecamatan Pamulihan Kabupaten Tingkahlaku wartawan nampaknya
Sumedang (informan 2); dan aparat desa juga menjadi sorotan warga Citali.
d^ Kecamatan Pamulihan Kabupaten Menurut mereka wartawan
Sumedang (informan3), berikut sejumlah cenderung urakan dan tak tahu
mitos wartawan yang mereka ketahui: sop an santun. Misalnya untuk
! 1. Wartawan bisa diundang kapan berbicara dengan yang lebih tua,
saja, mereka menggunakan nada tinggi.
Hasil perbincangan kepada Selain itu, saat memasuki kawasan
sejumlah pemuka opini, industri mereka tanpa
menunjukkan bahwa kerja mengucapkan salam atau
wartawan tidak jauh berbeda “punten”.
dengan pekeija panggilan. Mereka 5. Wartawan manusia pintar,
bisa dipanggil dan diminta untuk Wartawan kadang dicitrakan
meliput sesuatu, sepanjang sebagai manusia yang tahu
disiapkan uang-saku atau honor segalanya. Segala informasi yang
peliputan. Padahal yang benar, disampaikan wartwan dianggap
wartawan hanya akan meliput jika sebuah wahyu yang tak boleh
dibantah. Padahal dalam

15
Jurnal komunikasi, Volume 10, Nomor l, Oktober 2015

kenyataanya tak semua wartawan, 9. Wartawan bisa menulis apa saja,


apalagi wartwan bodong, memiliki Masyarakat menganggap, jika
pengetahuan yang baik. Seringkali media tempat mereka bekerja
pasal-pasal yang mereka gunakan dapat memberitakan apapun yang
untuk mengancam warga, hanya ditulis oleh wartawan. Padahal jika
sebuah bualan yang tak diketahui dalam media profesional, alur
sumbernya. berita dari wartawan sampai
6. Wartawan yang membutuhkan diterbitkan, masih haras melalui
berita, sejumlah editor. Mulai dari
Relasi yang baik antara wartawan redaktur, redaktur pelaksana,
dan sumber berita akan mampu hingga pemimpin redaksi. Selain
membangun sinergitas yang baik. itu banyak aturan pula yang
Wartawan memang memiliki tugas membuat wartawan tidak dapat
untuk mencari informasi sebagai bertindak semaunya. Ada Undang-
bahan pemberitaan, tetapi sumber undang Pers, Undang-undang
berita juga membutuhkan Penyiaran untuk media elektronik,
pemberitaan sebagai upaya kode etik jurnalistik, sampai
sosialisasi kebijakan, program, Pedoman Perilaku Penyiaran dan
atau bahkan mengenalkan produk Standar Program Siaran (P3SPS)
yang mereka miliki. Maka dalam bagi insan penyiaran.
hal ini tergambar jika wartawan 10. Wartawan manusia sakti.
dan sumber berita saling Dikira segala urasan akan selesai
membutuhkan. jika seseorang mengaku sebagai
7. Wartawan kebal hukum, wartawan. Tak perlu menggunakan
Undang-undang pokok pers helm saat mengendarai motor, tak
mencantumkan beberapa pasal perlu membayar cicilan kendaraan
yang melindungi tugas wartawan yang ia kredit, segala urasan selalu
dalam mencari sampai ingin diprioritaskan, dan masih
menyebarkan informasi. Namun banyak persepsikeliru lain tentang
segala hal yang tidak berkaitan wartawan. Faktanya tak semua
dengan tugas wartawan, dan urasan mampu diselesaikan
melanggar aturan hukum yang lain dengan hanyak mengaku
maka tetap berlaku aturan undang- wartawan, atau mengaku kenal
undang yang lain. Jika wartawan dekat dengan pejabat. Semua
tidak memiliki SIM (Surat Izin haras mengikuti prosedur yang
Mengemudi) dan teijaring razia, berlaku di daerah masing-masing.
maka baginya tetap diberlakukan
aturan yang berlaku dengan tetap Mitos yang berkembang ini
diberikan “tilang”. kemudian diakui seluruh kelompok
8. Wartawan sosok yang informan mempengarahi sikapmereka
menakutkan, saat berinteraksi dengan orang yang
Mendengar kata wartawan, kadang mengaku wartawan (baik wartawan asli
sejumlah pejabat daerah ' merasa maupun wartawan gadungan). Terlebih,
alergi. Jangankan bisa menjalin paparnya, kedatangan orang yang
relasi, menemuinya saja mereka mengaku wartawan keb anyakan sambil
enggan. Wartawan dianggap membawa “issue” yang mengancam
sebagai orang yang mencaricari kelangsungan pekeijaan atau usaha
masalah. Sehingga berteman mereka.
dengan wartawan dianggap sebagai Sepanjang tahun 2014, kelompok
mencari masalah. Sejatinya informan 1 mengakui setidaknya mereka
wartawan hanyalah manusia biasa, menerima tiga kelompok orang yang
yang sedang bertugas menjalankan mengaku wartawan dengan membawa
kewajiban profesinya yaitu untuk issue berbeda, meliputi penggunaan gas
mencari dan mengabarkan berukuran 3kg untuk UMKM; peringatan
kebenaran. HUT PWI dan pengelolaan limbah telur di

16
Dadang Rahmat Hidayat dan Aceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jumalis

pusat produksi cemilan telur gabus.Akibat berita dengan memberikan satu


“issue” yang dibawa orang yang mengaku pilihan solusi yaitu jalan “damai”
wartawan cenderung menunjukkan dengan permintaan uang tutup
kesalahan atau hal negatif yang dilakukan mulut.
sumber berita, kelompok ini menganggap 2. Menyodorkan proposal : rapat
wartawan sebagai sosok yang menakutkan kerja, kontrakkantor, dll.
dan harus segera diakomodasi Seringkali proposal fiktif dibuat
keinginannya. Hanya dua orang dari 15 oleh wartawan gadungan untuk
orang anggota kelompok informan 1 yang kemudian dikirim kepada sumber-
mengaku berani melawan dan menolak sumber berita, agar membantu
keinginan orang yang mengaku wartawan. memberikan sumbangan atau
Bahkan satu orang tersebut bertindak sebagai donatur dalam
mengaku sudah kesal dengan ulah kegiatan yang tercantum dalam
wartawan gadungan, yang selama ini proposal. Kadang juga dengan
dinilai memeras mereka. Ia meniiturkan modus ada kegiatan di tempat
jika datang wartawan gadungan ke temp at wartawan bekeija, dan
usahanya, ia tak segan untuk menantang membutuhkan sokongan dana dari
wartawan tersebut membuka sumber berita. Lagi-lagi semua
permasalahan yang mereka temukan. dilakukan dengan paksaan dan
Bahkan kadang, karena sudah jengkel, ia ancaman tertentu.
menantang untuk berkelahi dengan si 3. Ildan tembak: memuat ildan
wartawan gadungan. Atau bahkan terlebih dahulu, lalu menagih ke
berbalik mengancam akan memukuli lembaga yang bersangkutan.
rame-rame wartawan gadungan yang Iklan dalam media profesional
dianggap meresahkan. Meskipun hal adalah salah satu sumber
tersebut juga tidak dibenarkan, karena pemasukan yang hasilnya
main hakim sendiri. digunakan untuk biaya operasional
| Pada kelompok informan 2, “issue” perusahaan sampai dengan
yang diusung orang yang mengaku meningkatkan kesejahteraan
wartawan terkait pengelolaan keuangan karyawannya. Dalam praktiknya,
sekolah seperti pencairan dana BOS, iklan dipasarkan oleh seorang
penempatan jabatan pengelola sekolah marketer yang jika disepakati oleh
dan fasilitas pendidikan. Kelompok ini pengiklan maka iklan baru bisa
mengakui setidaknya setiap periode tiga ditayangkan. Hanya saja ulah
bulan didatangi sekelompok orang yang wartawan gadungan, yaitu dengan
mengaku wartawan. langsung menayangkan iklan tanpa
1 Kelompok informan 3 mengaku ada konfirmasi ke pengiklan, dan
didatangi kelompok orang yang mengaku selanjutnya membawa bukti iklan
wartawan dengan pola berbeda. Mereka untuk ditagih pembayarannya.
diminta untuk membeli sejumlah 4. Meminta jatah rutin: Bulanan atau
eksemplar koran atau tabloid secara THR
paksa. Beberapa wartawan gadungan,
Berikut strategi wartawan bodrek dalam sengaja meminta jatah kepada
melakukan aksinya: lembaga pemerintah atau
1. Menyodorkan kasus, lalu perusahaan dengan dallih untuk
mengajak damai mengamankan pemberitaan.
Datang ke sumber berita kemudian Bentuknya bisa jatah rutin setiap
menyampaikan sejumlah kegiatan, bulanan, atau juga
permasalahan yang berpotensi pertahun yang biasanya mereka
akan mendera sumber berita sebuat sebagi uang THR.
akibat sejumlah pelanggaran yang Permintaan uang THR oleh
dilakukan. Dengan berbagai bukti wartawan gadungan ini marak
yang sudah disiapkan dan teijadi saat menjelang Hari Raya
sejumlah aturan yang menjeratnya, Idul Fitri.
maka ia mulai meneror sumber

17
1
1
Jumal komunikasi, Volume 10, Nomor l, Oktober 2015

5. Meminta SPJ liputan ke daerah. dengan mudah melakukan foto


Proses peliputan berita dan biaya bersama pejabat tinggi dan orang-
operasionalnya merupakan orang berpengaruh lainnya.
tanggungjawab perusahaan media Pejabat tinggi yang ada di dalam
bersangkutan. Hanya saja modus foto tersebut kemudian diakui
wartawan gadungan, yaitu dengan sebagai orang dekatnya yang
datang ke perusahaan-perusahaan mampu membuat keputusan
atau lembaga pemerintah untuk berbahaya jika permintaan si
meminta uang saku atau bahkan wartawan gadungan tidak dituruti
biaya peijalanan liputan ke luar oleh sumber berita.
kota atau bahkan luar provinsi. 10. Alasan lain : Pulang kampung,
6. Menjual paksa: Memuat dahulu motor rusak, anak sakit, dll.
berita,lalu menjual paksa Terakhir, permasalahan-
medianya. permasalahan lain yang
Sejatinya informasi adalah sebenarnya adalah urusan pribadi
kebutuhan yang pemenuhannya wartawan, kadang ikut dibebankan
tidak dapat dipaksakan. Artinya kepada narasumber berita. Sepeti
untuk memeroleh informasi dari biaya pulang kampung, kerusakaan
media, masyarakat tidak pada kendaraan, hingga anggota
seharusnya dipaksa untuk membeli keluarga yang sakit. Mereka
media tersebut. Hanya saja yang meminta biaya kepada relasi atau
sering dilakukan oleh wartawan sumber berita dengan cara halus
gadungan, adalah dengan maupun dengan cara paksa.
membawa medianya (paling sering
media cetak) untuk dipaksakan
agar dibeli oleh sumber berita,
dengan harga yang cukup mahal “Senjata” Hukuin Wartawan
dengan alasan sebagai pengganti Bodrek.
biaya cetak dan produksi.
7. Jasa pemuatan: Setelah memuat Fenomena berkembangnya wartawan
berita, meminta jasa pemuatan. bodrek padadasarnya memanfaatkan
Wartawan datang untuk sejumlah peraturan perundang-undangan
melakukan peliputan berita, yang berlaku terkait pers, meliputi:
namun mereka meminta sejulah • Pasal 4 UU N0.40 Tahun 1999
uang jika sumber berita ingin tentang PERS :
beritanya dimuat atau disiarkan. (2) : Terhadap pers nasional
Atau bisa juga mereka datang ke tidak dikenakan
sumber berita setelah beritanya penyensoran,
terbit atau disiarkan. pembredelan dan
8. Memaksa wawancara : Ujung- pelarangan penyiaran.
ujungnya minta diberi ongkos. (3) :Untuk menj amin
Mereka datang ke semua kemerdekaan pers, pers
acara/event yang mereka jumpai. nasional mempunyai hak
Tidak ada urusan dengan topik dan mencari,
nilai berita yang ada dalam acara memperoleh dan
tersebut. Mereka mencari ketua menyebarkan gagasan
panitia untuk dipaksa dan informasi.
diwawancarai. Usai wawancara • Ketentuan Pidana ayat 1 Pasal 18
mereka meminta ongkos untuk UU N0.40 Tahun 1999 tentang
pemuatan berita, atau bahkan PERS:
ongkos untuk pulang ke rumah.
9. Membawa surat keterangan atau
foto bersama pejabat tinggi.
Berkembangnya teknologi
informasi, membuat orang kini

18 /
Dadang Rahmat Hidayat danAceng Abdullah, Fenomena Penyimpangan Profesi Jurnalis

“Setiap orang yang secara terhadap independensi wartawan,


melawan hukum dengan maupun independensi perusahaan.
sengaja melakukan tindakan Sehingga akan mempengaruhi isi berita
yang berakibat menghambat ataupun perspektif berita yang disajikan.
ataa menghalangi
pelaksanaan ketentuan Pasal 4 Prinsip Menghadapi Wartawan
(2) dan ayat (3) dipidana Bodrek
dengan pidana penjara paling Berdasarkan hasil FGD yang dilakukan
lama 2 (dug) tahun atau denda terhadap tiga kelompok informan,
paling banyak Rp dirumuskan lima prinsip menghadapi
500.000.000,00 (lima ratus wartawan bodrek. Kelima prinsip ini
juta rupiah)” diharapkan dapat menghentikan aksi
wartawan bodrek di masyarakat. Berikut
Beberapa pasal di atas, yang biasa kelima prinsip yang disosialisasikan
digunakan oleh wartawan bodrek untuk dalam gerakan sosialisasi profesi
memeras sumber berita. Hanya beberapa wartawan:
kalimat, yang tentu saja bisa dihafal 1. Terimalah wartawan sejauh untuk
dengan cepat dan mudah. Namun mereka kepentingan tugas jurnalistik.
tak memahami lebih dalam tentang aturan Jika ada yang datang dan mengaku
yang lain, yang menjelaskan tentang wartawan, maka terlebihdahulu
bagaimana wartawan harus bekerja secara tanyakanlah apa kepentingannya. Jika
profesional. Seperti yang tertulis dalam kepentingannya berkaitan dengan
Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standart tugas profesinya, makapersilahkan
Program Siaran (P3SPS) atau aturan lain dengan baik. Sementara jika tidak
berupa Kode Etik Jurnalistik menjelaskan berkaitan dengan profesinya, tolaklah.
tentang standar profesionalisme kerja 2. Layani wartawan sejauh hanya untuk
seorang wartawan. Beberapa wartawan minta informasi.
sendiri banyak yang tidak mengetahui Jika kebutuhan wartawan yang datang
at'au memahami bahwa Wartawan hanya meminta informasi maka perlu
Indonesia tidak menyalahgunakan dilayani dengan baik dan diberikan
profesi dan tidak menerima suap, yang informasi secukup-cukupnya
ditafsirkan adalah segala tindakan yang 3. Mulailah dengan kebiasaan tidak
mengambil keuntungan pribadi atas memberikan amplop kepada wartawan
informasi yang diperoleh saat bertugas seusai wawancara atau pada acara apa
sebelum informasi tersebut menjadi pun.
pengetahuan umum.Suap sendiri Sekali kita memberikan uang kepada
ditafsirkan sebagai segala pemberian wartawan gadungan, maka keesokan
dalam bentuk uang, benda atau fasilitas harinya akan banyak wartawan
dari pihak lain yang mempengaruhi gadungan lain yang datang dan
independensi. berharap mendapatkan uang serupa.
Penyalahgunaaan profesi wartawan Selain itu, Anda juga bisa menjadi
bisa teijadi akibat kurangnya informasi “ATM” atau sumber keuangan bagi
akan hal tersebut, lemahnya penegakan wartawan gadungan tersebut.
aturan bagi wartawan senior yang 4. Melaporlah kepada polisi jika merasa
melanggar, atau bisa juga karena himpitan diperas oleh wartawan. (selama 2011
ekonomi keluarga. Hal itu diwujudkan belasan wartawan diadili di seluruh
dengan upaya meminta upah kepada Indonesia)
sumber berita sesaat setelah wawancara Jika tindakan yang dilakukan oleh
dilakukan, atau bisa jadi mengaku wartawan sudah diluar tugas
wartawan agar dibebaskan dari sanksi jurnalistiknya, seperti pemerasan,
ketika melakukan sebuah pelanggaran. maka jangan takut untuk
Mengapa wartawan tidak melaporkannya kepada kepolisian.
diperkenankan menerima amplop/ uang Karena apa yang ia lakukan tak lagi
atau pemberian sumber berita, karena hal dilindungi oleh undang-undang, tetapi
tersebut dikhawatirkan akan berpengaruh sudah tindakan kdminal

19

1
Jurnal komunikasi, Volume 10, Nomor l, Oktober 2015

poster yang berisi tentang aturan-aturan


5. Berkoordinasilah dengan organisasi keija profesional wartawan, yang bisa
wartawan yang resmi dan kompeten. ditempel di gerbang masuk tempat usaha
Organisasi wartawan yang kompeten masing-masing. Hal tersebut diharapkan
seperti Asosiasi Jurnalis Independen mampu membuat wartawan abal-abal
(AJI) dan Persatuan Wartawan merasa malu ketika melihat tulisan tulisan
Indoneisa (PWI) dapat Anda mintai tersebut berada di pintu-pintu tempat
informasi jika menemui kasus usaha di Citali. Selebihnya berharap
pemerasan yang dilakukan oleh bahwa mereka menyadari apa tugas dan
seseorang mengaku wartawan. Mereka fungsi jurnalis. Hal tersebut membuat
dapat memberikan sanksi kepada masyarakat menjadi melek akan profesi
wartawan yang dinilai melanggar jurnalis. Tidak lagi menganggap jurnalis
aturan perundang-undangan yang sebagai profesi yang menakutkan dan
berlaku. sumber bencana. Karena dalam pesan
yang ada di dalam poster, tertulis jika
DISKUSI wartawan memang tidak dibenarkan
Masalah wartawan bodrek ini menerima imbalan dari sumber berita.
cukup menggangu psikologi korbannya. Bahasa yang digunakan dalam poster juga
Mereka menyampaikan jika pernah suatu bahasa sehari-hari yang mampu dipahami
ketika datang sekelompok wartawan yang dengan mudah oleh warga masyarakat.
memberikan ancaman dan diakhiri
dengan tawaran damai dan permintaan SIMPULAN
sejumlah uang. Karena merasa nilai yang Dari penelitian yang kami lakukan di
ditawarkan terlalu tinggi, maka mereka Desa Citali Kecamatan Pamulihan
hanya memberikan Rp 2 juta untuk semua Kabupaten Sumedang, maka kami
pabrik. Namun nyatanya uang tersebut simpulkan beberapa hal berikut:
tetap diterima sebelum akhirnya mereka 1. Permasalahan wartawan bodrek
meninggalkan lokasi. Kekhawatiran teijadi di hampir semua daerah.
mereka adalah, jika suatu saat nanti Umumnya mereka melakukan
wartawan bodrex tersebut kembali datang aksinya dengan modus ancaman
dan meminta sejumlah uang kembali. terhadap sumber berita, dikaitkan
Jika mereka datang, warga mengaku siap dengan potensi kasus yang bisa
untuk mengahadapi. Mulai dari diungkap . Namun pada ujung
menolaknya secara halus, sampai dengan pembicaraan mereka menawarkan
menentang segala upaya pemerasan solusi dengan membayar sejumlah
dengan ancaman balik. Meski tentu hal uang, dengan jaminan tidak akan
tersebut juga tidak dibenarkan. Para diberitakan.
peneliti menyarankan jika hal tersebut 2. Masalah wartawan bodrex seringkali
berulang kembali, maka lebih baik mereka menimpa korban dari kalangan
memberikan penjelasan kritis tentang pengusaha kecil, aparat desa, guru
tugas profesi wartawan, atau jika tetap SD, hingga pengelola event.
melakukan upaya pemerasan, maka lebih 3. Wartawan borex seringkali
baik melaporkannya kepada penegak menggunakan ayat 1 Pasal 18 UU
hukum, polisi. N0.40 Tahun 1999 tentang PERS
Sesungguhnya modus lama yang sebagai dasar hukum membenarkan
digunakan oleh wartawan-wartawan tindakan mereka.
bodong, namun bagi mereka adalah hal Penanganan permasalah
barn karena baru pertama kali dijumpai. wartawan bodrex bisa dilakukan dengan
Seperti kedatangan wartawan bodrex yang sosialisasi menerus tentang profesi
semula hanya 1-5 orang, namun ketika wartawan kepada masyarakat, serta
yang datang pertama dituruti
melaporkan kepada polisi jika ada
kemauannya, makawartawan abal-abal
yang lain bergantian datang. Selain FGD tindakan yang dilakukan wartawan di luar
kami akhirnya juga membagikan beberapa tugas jurnalistiknya.

20
Jurnal komunikasi, ISSN 1907-898X
Volume 10, Nomor 1, Oktober 2015

Daftar Pustaka

Apanto, Satya. 2005. Politik Hukum Pers Masduki. 2004. Kebebasan Pers dan Kode
Indonesia. Jakarta: Grasindo. Etik Jurnalistik. Yogyakarta:
Oetama, Jakob. 2001. Pers Indonesia UII Pers.
Berkomunikasi dalam Abidin, Hamid, dan Kurniawati. 2004.
Masyarakat Tidak Tulus. Galang Dana Ala Media
Jakarta: Penerbit Buku Strategi Efektif
Kompas. Mengumpulkan Dana
Suranto, Hanif. 1999. Pers Indonesia Masyarakat. Jakarta:
Pasca Soehato, Setelah Piramedia
Tekanan Penguasa Melemah. Kovach, Bill, dan Tom Rosenstiel. 2003.
Jakarta: Penerbit LSPP. Elemen-elemen Jurnalisme.
AJI. 2005. Potret Jurnalis Indonesia. Jakarta: Institut Studi Arus
Jakarta: Aliansi Jurnalis Informasi.
Independen. Referensi lain:
ISAI. 2006. Etika Jumalisme. Jakarta: Undang-Undang RI No. 40 tahun 1999
Isntistut Studi Arus Informasi tentang Pers
Harahap, Krisna. 2000. Kebebasan Pers di Kode Etik Jurnalistik
Indonesia Dari masa ke masa.
Bandung: Grafitri

21
Juraal komunikasi, Volume io, Nomor 1, Oktober 2015

22

Anda mungkin juga menyukai