SISTEM PENCERNAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GEA
DISUSUN OLEH :
NAMA : ANDI
TENRI ULANDARI
CITRA
NIM : 2117025
B. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang
dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat
mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat,
mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.
4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok
serta pendarahan pada lambung.
C. Manifestasi
Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat
sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan
asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada
uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya.
3. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai
darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda –
tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran.
Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat kenyang
D. Patofisiologi
1. Gastritis akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus
itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi
mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.
Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster
akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa
akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme
ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster
yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan
mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa
yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan
peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan
timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada
lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini
akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine,
1999: 162).
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci
untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
2. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk
membedakan diganosa penyebab / sisi lesi.
F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan
faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan
sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
a. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali,
encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya
aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari
buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena
bahaya perforasi.
f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat
berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum
dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir
asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
g. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi
mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
2. Gastritis Kronis
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus
kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur
(karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang
lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. Pylori.
c. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup
“pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja
H. pylori.
d. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin
atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa
regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering
digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat
pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate.
Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas
antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil,
kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam,
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi
kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada
kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama
(terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga
tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali
setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering
dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya
bakteri tersebut sudah hilang.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY."R"
KASUS : GEA
FORMAT PENGKAJIAN
A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Andi Tenri Ulandari Citra NIM: 2117025
Tgl masuk RS :
I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny. “R”
Umur : 39 Tahun
Agama/suku : Islam/Bugis
Pekerjaan : IRT
TANDA-TANDA VITAL
1) Kesadaran:
Skala koma glaslow
b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Compesmentis
Kesimpulan :
3) Suhu : 36,8 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 18 x/menit
Irama: teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis : dada √ Perut
5) Nadi : 90 x/menit
Irama : teratur √ tachikardi Bradichardi
Kuat Lemah
B. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : cm
3. Berat badan : 52 kg
C. GENOGRAM
Keterangan :
Laki-laki
Perempuan
Meninggal
Pasien
- Palpasi : -
- Edema
- Ikterik negatif
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain : -
5) Terapi :
C. POLA ELIMINASI
Pasien mengatakan bahwa BAB nya itu pada waktu pagi hari setelah
bangun tidur. Pasien mengatakan bahwa tidak sulit dalam BAB karena
sering makan sayuran
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan bahwa BAB nya encer tetapi
masih ada ampas. Pasien mengatakan tidak makan
nasi untuk sementara sehingga BAB saya encer
2. Observasi:
Pasien tampak tidak pucat.
3. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 20 x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif. negatif
d) mulut uretra : tidak di kaji
e) anus : bersih dan tidak ada benjolan
- peradangan : Tidak ada
- Hemoroid : tidak ada
- Fistula : tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain :
5. Therapi :
Tidak ada
a) Akitivitas harian :
- Makan :0
- Mandi :0
- Pakaian :0 1. mandiri
2. bantuan dengan alat
- Kerapihan :0 3. bantuan orang
4. bantuan alat dan orang
- Buang air besar : 0 5. bantuan penuh
4. Pemeriksaan fisik
a) JVP :
Kesimpulan :
- Palpasi :
Vocal fremitus : tidak ada
Kesimpulan :
- Auskultasi :
Suara napas : normal
d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis : tidak di kaji
- Palpasi :
Ictus cordis : tidak di kaji
- Perkusi :
Batas atas jantung : tidak di kaji
Batas kanan jantung : tidak di kaji
- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : tidak di kaji
HR : x/menit
Bruit : Aorta :
- Rentang gerak :
Kanan : 1 2 3 4 5
- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif
N. III-IV-VI : normal
N. XI : normal
5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
Hasil pemeriksaan:
b) Lain-lain :-
6. Terapi medik : -
3. Observasi :
3. Obervasi :
2. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :
- Cornea : normal
- Visus : normal
- Pupil : normal
b) Pendengaran :
c) N. I : normal
d) N.II : normal
e) N.V : normal
f) N.VII :normal
g) N.VIII : normal
h) Test Romberg : positif
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : tidak ada
3. Observasi :
a) Kontak mata : normal
4. Pemeriksaan fisik :
b) Abdomen :
Bentuk : normal
3. Observasi :
Pasien mengatakan sudah punya pasangan yaitu suami saya yang selalu
mencintai dan mendampingi saat sekarang, dan pasien mengatakan di
cintai oleh keluarganya
2. Keadaan sejak sakit :
Pada saat sakit pasien mengatakan tetap di cintai dan di damping oleh
pasangannya yaitu suaminya dan pasien mengatakan bersyukur karena
telah di berikan pasangan yang penuh perhatian serta di cintai oleh
keluarganya.
3. Observasi :
4. Pemeriksaan fisik :
5. Pemeriksaandiagnostik :
a). Laboratorium :
b) lain-lain :
4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :
b) HR : x/menit
c) Kulit :
Basah : Tidak
Pasien mengatakan berserah diri kepada allah swt Karena penyakit yang
di deritanya adalah cobaan dan sebagai penggugur dari segala dosa-
dosanya serta tetap melakukan sholat 5 waktu dan mengaji. Tetapi
sudah tidak dapat mendengarkan lagi kajian ceramah di depan rumah
3. Observasi :
D. Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Nama Klien : Ny. "R" Dx.Medik : GEA
F.Implementasi
10:00 Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromatherapy,
tehnik imajinasi terbimbig, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
H : Pasien dapat mengurangi rasa nyeri
dengan tehnik nonfarmakologi seperti
pemakaian aromaterapi yaitu fresh
care atau minyak kayu putih
2. Fasilitas istirahat dan tidur
H : Pasien menggunakan bantal tidur dan
guling
3. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
H : Pasien mampu mempertimbangkan
jenis dan sumber pemilihan strategi
meredakan nyeri
3 Sabtu/ 13 Maret 2021 08:00 Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromatherapy,
tehnik imajinasi terbimbig, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
H : Pasien dapat mengurangi rasa nyeri
dengan tehnik nofarmakologi
2. Fasilitas istirahat dan tidur
H : Pasien tampak istirahat dan tidur
3. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
H : Pasien mampu mempertimbangkan
jenis dan sumber pemilihan strategi
meredakan nyeri
G.Evaluasi
O:
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak memegang
area perutnya
3. Pasien tampak lemah
4. Pasien tampak pucat
5. Pasien tampak gelisah
6. Hasil obsevasi :
7. Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
P : 18 x/menit
S : 36,8 C
SN: 7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Observasi
2. Terapeutik
5. Hasil obsevasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
P : 18 x/menit
S : 36,8 C
SN: 2
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Terapeutik
3 Sabtu/ 6 Maret 2021 08:00 Nyeri akut berhubungan S :
dengan agen pencedera 1. Pasien mengatakan setelah
fisiologis (mis.inflamasi, menggunakan aromaterapi
iskemia dan neoplasma) sudah tidak pusing.
2. Pasien mengatakan nyeri ulu
nya telah berkurang
3. Pasien mengatakan mualnya
sudah tidak lagi