Anda di halaman 1dari 46

TUGAS KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEM PENCERNAAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GEA

DISUSUN OLEH :

NAMA : ANDI
TENRI ULANDARI
CITRA
NIM : 2117025

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
GEMA INSAN AKADEMIK
MAKASSAR 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Definisi
Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Mansjoer Arif,
1999, hal: 492). Gastritis adalah inflamasi pada dinding gaster
terutama pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal: 181).
Gastritis adalah peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa
lambung dan berkembang dipenuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal:
138). Gastritis dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Gastritis akut
Salah satu bentuk gastritis akut yang sering dijumpai di klinik
ialah gastritis akut erosif. Gastritis akut erosif adalah suatu
peradangan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-
kerusakan erosif. Disebut erosif apabila kerusakan yang terjadi
tidak lebih dalam daripada mukosa muskularis.
2. Gastritis kronis
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun (Soeparman, 1999, hal: 101).
Gastritis kronis adalah suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang berkepanjangan yang disebabkan baik oleh
ulkus lambung jinak maupun ganas atau oleh bakteri helicobacter
pylori (Brunner dan Suddart, 2000, hal: 188).

B. Etiologi
Lambung adalah sebuah kantung otot yang kosong, terletak pada
bagian kiri atas perut tepat dibawah tulang iga. Lambung orang
dewasa mempunyai panjang berkisar antara 10 inchi dan dapat
mengembang untuk menampung makanan atau minuman sebanyak 1
gallon. Bila lambung dalam keadaan kosong, maka ia akan melipat,
mirip seperti sebuah akordion. Ketika lambung mulai terisi dan
mengembang, lipatan - lipatan tersebut secara bertahap membuka.

Lambung memproses dan menyimpan makanan dan secara


bertahap melepaskannya ke dalam usus kecil. Ketika makanan masuk
ke dalam esophagus, sebuah cincin otot yang berada pada
sambungan antara esophagus dan lambung (esophageal sphincter)
akan membuka dan membiarkan makanan masuk ke lambung.
Setelah masuk ke lambung cincin in menutup. Dinding lambung terdiri
dari lapisan lapisan otot yang kuat. Ketika makanan berada di
lambung, dinding lambung akan mulai menghancurkan makanan
tersebut. Pada saat yang sama, kelenjar - kelenjar yang berada di
mukosa pada dinding lambung mulai mengeluarkan cairan lambung
(termasuk enzim - enzim dan asam lambung) untuk lebih
menghancurkan makanan tersebut.
Salah satu komponen cairan lambung adalah asam hidroklorida.
Asam ini sangat korosif sehingga paku besi pun dapat larut dalam
cairan ini. Dinding lambung dilindungi oleh mukosa - mukosa
bicarbonate (sebuah lapisan penyangga yang mengeluarkan ion
bicarbonate secara regular sehingga menyeimbangkan keasaman
dalam lambung) sehingga terhindar dari sifat korosif asam hidroklorida.
Gastritis biasanya terjadi ketika mekanisme pelindung ini kewalahan
dan mengakibatkan rusak dan meradangnya dinding lambung.
Beberapa penyebab yang dapat mengakibatkan terjadinya gastritis
antara lain :
1. Infeksi bakteri.
Sebagian besar populasi di dunia terinfeksi oleh bakteri H.
Pylori yang hidup di bagian dalam lapisan mukosa yang melapisi
dinding lambung. Walaupun tidak sepenuhnya dimengerti
bagaimana bakteri tersebut dapat ditularkan, namun diperkirakan
penularan tersebut terjadi melalui jalur oral atau akibat memakan
makanan atau minuman yang terkontaminasi oleh bakteri ini.
Infeksi H. pylori sering terjadi pada masa kanak – kanak dan dapat
bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan perawatan. Infeksi H.
pylori ini sekarang diketahui sebagai penyebab utama terjadinya
peptic ulcer dan penyebab tersering terjadinya gastritis. Infeksi
dalam jangka waktu yang lama akan menyebabkan peradangan
menyebar yang kemudian mengakibatkan perubahan pada lapisan
pelindung dinding lambung. Salah satu perubahan itu adalah
atrophic gastritis, sebuah keadaan dimana kelenjar-kelenjar
penghasil asam lambung secara perlahan rusak. Peneliti
menyimpulkan bahwa tingkat asam lambung yang rendah dapat
mengakibatkan racun-racun yang dihasilkan oleh kanker tidak
dapat dihancurkan atau dikeluarkan secara sempurna dari lambung
sehingga meningkatkan resiko (tingkat bahaya) dari kanker
lambung. Tapi sebagian besar orang yang terkena infeksi H. pylori
kronis tidak mempunyai kanker dan tidak mempunyai gejala
gastritis, hal ini mengindikasikan bahwa ada penyebab lain yang
membuat sebagian orang rentan terhadap bakteri ini sedangkan
yang lain tidak.
2. Pemakaian obat penghilang nyeri secara terus menerus.
Obat analgesik anti inflamasi nonsteroid (AINS) seperti aspirin,
ibuprofen dan naproxen dapat menyebabkan peradangan pada
lambung dengan cara mengurangi prostaglandin yang bertugas
melindungi dinding lambung. Jika pemakaian obat – obat tersebut
hanya sesekali maka kemungkinan terjadinya masalah lambung
akan kecil. Tapi jika pemakaiannya dilakukan secara terus menerus
atau pemakaian yang berlebihan dapat mengakibatkan gastritis dan
peptic ulcer.
3. Penggunaan alkohol secara berlebihan.
Alkohol dapat mengiritasi dan mengikis mukosa pada dinding
lambung dan membuat dinding lambung lebih rentan terhadap
asam lambung walaupun pada kondisi normal.

4. Penggunaan kokain.
Kokain dapat merusak lambung dan menyebabkan pendarahan
dan gastritis.
5. Stress fisik.
Stress fisik akibat pembedahan besar, luka trauma, luka bakar
atau infeksi berat dapat menyebabkan gastritis dan juga borok
serta pendarahan pada lambung.

C. Manifestasi
Gastritis akut sangat bervariasi , mulai dari yang sangat ringan
asimtomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian.
Pada kasus yang sangat berat, gejala yang sangat mencolok adalah :
1. Hematemetis dan melena yang dapat berlangsung sangat hebat
sampai terjadi renjatan karena kehilangan darah.
2. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan
asimtomatis. Keluhan – keluhan itu misalnya nyeri timbul pada
uluhati, biasanya ringan dan tidak dapat ditunjuk dengan tepat
lokasinya.
3. Kadang – kadang disertai dengan mual- mual dan muntah.
4. Perdarahan saluran cerna sering merupakan satu- satunya gejala.
5. Pada kasus yang amat ringan perdarahan bermanifestasi sebagai
darah samar pada tinja dan secara fisis akan dijumpai tanda –
tanda anemia defisiensi dengan etiologi yang tidak jelas.
6. Pada pemeriksaan fisis biasanya tidak ditemukan kelainan kecuali
mereka yang mengalami perdarahan yang hebat sehingga
menimbulkan tanda dan gejala gangguan hemodinamik yang nyata
seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardia sampai
gangguan kesadaran.

Gastritis kronis
1. Bervariasi dan tidak jelas
2. Perasaan penuh, anoreksia
3. Distress epigastrik yang tidak nyata
4. Cepat kenyang

D. Patofisiologi
1. Gastritis akut
Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia
misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas
maupun asam. Pada para yang mengalami stres akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan
meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.
Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan
rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan
menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi untuk
menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan mukus
itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut
tercerna. Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi
mukus bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster.
Lapisan mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl
(terutama daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi
mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat.
Anoreksia juga dapat menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini
ditimbulkan oleh karena kontak HCl dengan mukosa gaster.
Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat
berupa eksfeliasi (pengelupasan). Eksfeliasi sel mukosa gaster
akan mengakibatkan erosi pada sel mukosa. Hilangnya sel mukosa
akibat erosi memicu timbulnya perdarahan. Perdarahan yang
terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga
berhenti sendiri karena proses regenerasi, sehingga erosi
menghilang dalam waktu 24-48 jam setelah perdarahan.
b. Gastritis Kronis
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif. Organisme
ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat timbulnya
desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada gaster
yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah salah
satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu dengan
mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel desquamosa
yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat maka
elastisitasnya juga berkurang.
Pada saat mencerna makanan, lambung melakukan gerakan
peristaltik tetapi karena sel penggantinya tidak elastis maka akan
timbul kekakuan yang pada akhirnya menimbulkan rasa nyeri.
Metaplasia ini juga menyebabkan hilangnya sel mukosa pada
lapisan lambung, sehingga akan menyebabkan kerusakan
pembuluh darah lapisan mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini
akan menimbulkan perdarahan (Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine,
1999: 162).

E. Pemeriksaan Diagnostik
1. EGD (Esofagogastriduodenoskopi) = tes diagnostik kunci
untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi
perdarahan / derajat ulkus jaringan / cedera.
2. Minum barium dengan foto rontgen = dilakukan untuk
membedakan diganosa penyebab / sisi lesi.

3. Analisa gaster = dapat dilakukan untuk menentukan adanya


darah, mengkaji aktivitas sekretori mukosa gaster, contoh
peningkatan asam hidroklorik dan pembentukan asam nokturnal
penyebab ulkus duodenal. Penurunan atau jumlah normal
diduga ulkus gaster, dipersekresi berat dan asiditas
menunjukkan sindrom Zollinger-Ellison.
4. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak
dapat disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan
sirkulasi kolatera dan kemungkinan isi perdarahan.
5. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar
rendah diduga gastritis (Doengoes, 1999, hal: 456).

F. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan gastritis secara umum adalah menghilangkan
faktor utama yaitu etiologinya, diet lambung dengan porsi kecil dan
sering, serta Obat-obatan. Namun secara spesifik dapat dibedakan
sebagai berikut :
1. Gastritis Akut
a. Kurangi minum alkohol dan makan sampai gejala-gejala
menghilang; ubah menjadi diet yang tidak mengiritasi.
b. Jika gejala-gejala menetap, mungkin diperlukan cairan IV.
c. Jika gastritis terjadi akibat menelan asam kuat atau alkali,
encerkan dan netralkan asam dengan antasida umum, misalnya
aluminium hidroksida, antagonis reseptor H2, inhibitor pompa
proton, antikolinergik dan sukralfat (untuk sitoprotektor).
d. Jika gastritis terjadi akibat menelan basa kuat, gunakan sari
buah jeruk yang encer atau cuka yang di encerkan.
e. Jika korosi parah, hindari emetik dan bilas lambung karena
bahaya perforasi.
f. Antasida : Antasida merupakan obat bebas yang dapat
berbentuk cairan atau tablet dan merupakan obat yang umum
dipakai untuk mengatasi gastritis ringan. Antasida menetralisir
asam lambung dan dapat menghilangkan rasa sakit akibat
asam lambung dengan cepat.
g. Penghambat asam : Ketika antasida sudah tidak dapat lagi
mengatasi rasa sakit tersebut, dokter kemungkinan akan
merekomendasikan obat seperti cimetidin, ranitidin, nizatidin
atau famotidin untuk mengurangi jumlah asam lambung yang
diproduksi.
2. Gastritis Kronis
a. Modifikasi diet, reduksi stress, dan farmakoterapi.
b. Cytoprotective agents : Obat-obat golongan ini membantu untuk
melindungi jaringan-jaringan yang melapisi lambung dan usus
kecil. Yang termasuk ke dalamnya adalah sucraflate dan
misoprostol. Jika meminum obat-obat AINS secara teratur
(karena suatu sebab), dokter biasanya menganjurkan untuk
meminum obat-obat golongan ini. Cytoprotective agents yang
lainnya adalah bismuth subsalicylate yang juga menghambat
aktivitas H. Pylori.
c. Penghambat pompa proton : Cara yang lebih efektif untuk
mengurangi asam lambung adalah dengan cara menutup
“pompa” asam dalam sel-sel lambung penghasil asam.
Penghambat pompa proton mengurangi asam dengan cara
menutup kerja dari “pompa-pompa” ini. Yang termasuk obat
golongan ini adalah omeprazole, lansoprazole, rabeprazole dan
esomeprazole. Obat-obat golongan ini juga menghambat kerja
H. pylori.
d. H. phylory mungkin diatasi dengan antibiotik (mis; tetrasiklin
atau amoxicillin) dan garam bismuth (pepto bismol) atau terapi
H.Phylory. .Terapi terhadap H. Pylori. Terdapat beberapa
regimen dalam mengatasi infeksi H. pylori. Yang paling sering
digunakan adalah kombinasi dari antibiotik dan penghambat
pompa proton. Terkadang ditambahkan pula bismuth
subsalycilate.
Antibiotik berfungsi untuk membunuh bakteri, penghambat
pompa proton berfungsi untuk meringankan rasa sakit, mual,
menyembuhkan inflamasi dan meningkatkan efektifitas
antibiotik. Terapi terhadap infeksi H. pylori tidak selalu berhasil,
kecepatan untuk membunuh H. pylori sangat beragam,
bergantung pada regimen yang digunakan. Akan tetapi
kombinasi dari tiga obat tampaknya lebih efektif daripada
kombinasi dua obat. Terapi dalam jangka waktu yang lama
(terapi selama 2 minggu dibandingkan dengan 10 hari) juga
tampaknya meningkatkan efektifitas. Untuk memastikan H.
pylori sudah hilang, dapat dilakukan pemeriksaan kembali
setelah terapi dilaksanakan. Pemeriksaan pernapasan dan
pemeriksaan feces adalah dua jenis pemeriksaan yang sering
dipakai untuk memastikan sudah tidak adanya H. pylori.
Pemeriksaan darah akan menunjukkan hasil yang positif selama
beberapa bulan atau bahkan lebih walaupun pada kenyataanya
bakteri tersebut sudah hilang.
LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY."R"

KASUS : GEA

FORMAT PENGKAJIAN

A. PENGKAJIAN

Nama Mahasiswa Yang Mengkaji: Andi Tenri Ulandari Citra NIM: 2117025

Unit : Autoanamnese :Tn .”M”

Kamar : Alloananmnese : Ny.”J”

Tgl masuk RS :

Tgl pengkajian : 8 Maret 2021

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama initial : Ny. “R”

Umur : 39 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Status perkawinan : Sudah Nikah

Jumlah anak : 3 orang

Agama/suku : Islam/Bugis

Warga Negara : Indonesia

Bahasa yang digunakan : Indonesia


Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat rumah : Jalan Kandea Lr.3

II. DATA MEDIK


Diagnosa medic : GEA

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT :
Pasien mengatakan sakit di bagian perut, nyeri di bagian ulu hati, nyerinya
terasa tertusuk tusuk dan hilang timbul , ada rasa ingin mual, muntah sudah 1
kali. Pasien tampak meringis, wajah pasien tampak pucat dan lemas.

TANDA-TANDA VITAL

1) Kesadaran:
Skala koma glaslow

a). Respon motorik :6

b) Respon bicara :5
c) Respon membuka mata :4
Jumlah : 15

Kesimpulan : Compesmentis

2) Tekanan darah : 120/80 mmHg


MAP: mmHg

Kesimpulan :


3) Suhu : 36,8 °C di Oral axilla Rectal
4) Pernapasan : 18 x/menit
Irama:  teratur Kusmaul Cheynes-stokesa Takipnea
Jenis : dada √ Perut

5) Nadi : 90 x/menit
Irama : teratur √ tachikardi Bradichardi

Kuat Lemah

B. PENGUKURAN
1. Lingkar lengan atas : cm

2. Tinggi badan : 145 cm

3. Berat badan : 52 kg

4. IMT : 24,73 kg/m²

Kesimpulan : Berat Badan Ideal

C. GENOGRAM

Keterangan :

Laki-laki

Perempuan

Meninggal
Pasien

------- Tinggal serumah

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


A. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
1) Keadaan sebelum sakit :
Pasien mengatakan jika penyakit maag nya kambuh pasien hanya membeli
obat di warung saja atau meminum ramuan. Pasien mengatakan ramuan
yang di minumnya itu adalah ramuan air jahe. Pasien mengatakan jarang ke
rumah sakit atau ke puskesmas jika nyerinya masih bisa di tahan pasien
hanya istirahat dan minum obat saja. Pasien mengatakan jika nyerinya tak
bisa tertahan maka pasien akan ke puskesma.

2) Riwayat penyakit saat ini:


a). Keluhan utama : Nyeri pada bagian belakang leher, sakit kepala hebat,
dan mual muntah

b). Riwayat keluhan utama: Nyeri

3) Riwayat penyakit yang pernah dialami: tidak ada


4) Riwayat kesehatan keluarga: tidak ada
5) Pemeriksaan fisik:
a). Kebersihan rambut : Bersih, tidak ada lesi atau benjolan,
rambut tidak rontok

b) Kulit kepala : Bersih, Tidak ada ketombe dan lesi


atau benjolan

c) Kebersihan kulit : Bersih, kulit tidak kering

d). Higiene rongga mulut : Bersih, tidak ada perdarahan gusi

e) Kebersihan genitalia : Bersih


f) Kebersihan anus : Bersih

B. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


1) Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan sebelum sakit makan 3 kali
sehari yaitu pagi, siang dan malam. Pasien mengatakan bahwa makannya itu
1 sendok nasi, lauknya biasa ikan bakar dan di buatkan manga serta
campuran cabe. Pasien mengatakan sering ngemil seperti makan gorengan
yang ada sambelnya dan minumannya itu es teh.
2) Keadaan sejak sakit: pasien mengatakan sejak sakit makannya tetap 3
kali sehari tetapi untuk saat ini saya hanya bisa makan bubur dulu untuk
sementara. Pasien mengatakan tidak ingin makan yang keras dulu seperti
makan nasi dan gorengan yang saya sukai.
3) Observasi: pasien tampak sedih dalam menceritakan kondisinya
4) Pemeriksaan fisik:
a) Keadaan rambut : Bersih dan tidak ada lesi atau benjolan
b) Hidrasi kulit : Normal
c) Palpebra/conjungtiva : Normal
d) Sclera : Normal
e) Hidung : Simetris
f) Rongga mulut : Bersih
g) Gusi : Tidak ada perdarahanGigi:
h) Kemampuan mengunyah keras: Mampu
i) Lidah : Bersih
j) Pharing : Tidak ada radang
k) Kelenjar getah bening : Tidak ada
l) Kelenjar parotis : Tidak ada
m) Abdomen:
- Inspeksi : tidak ada benjolan atau lesi
- Auskultasi : -

- Palpasi : -

-Perkusi: asites positif  negative


n) Kulit

- Edema


- Ikterik negatif

o) Lesi: Tidak ada

5. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain : -
5) Terapi :

C. POLA ELIMINASI

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bahwa BAB nya itu pada waktu pagi hari setelah
bangun tidur. Pasien mengatakan bahwa tidak sulit dalam BAB karena
sering makan sayuran

2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan bahwa BAB nya encer tetapi
masih ada ampas. Pasien mengatakan tidak makan
nasi untuk sementara sehingga BAB saya encer

2. Observasi:
Pasien tampak tidak pucat.

3. Pemeriksaan fisik :
a) peristaltik usus : 20 x/menit.
b) palpasi kandung kemih penuh  kosong.
c) nyeri ketuk ginjal positif.  negatif
d) mulut uretra : tidak di kaji
e) anus : bersih dan tidak ada benjolan
- peradangan : Tidak ada
- Hemoroid : tidak ada
- Fistula : tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
a) Laboratorium :
b) USG :
c) Lain-lain :
5. Therapi :
Tidak ada

D. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN

1.Keadaan sebelum sakit: pasien mengatakan setiap hari melakukan


aktivitas dan setiap hari minggu mengikuti senam tapi karena lagi
pandemi sudah tidak senam lagi.

2.Keadaan sejak sakit : pasien mengatakan sejak sakit tidak melakukan


rutinitas seperti biasanya yaitu membersihkan rumah. 3.Observasi :

a) Akitivitas harian :

- Makan :0

- Mandi :0

- Pakaian :0 1. mandiri
2. bantuan dengan alat
- Kerapihan :0 3. bantuan orang
4. bantuan alat dan orang
- Buang air besar : 0 5. bantuan penuh

- Buang air kecil : 0

- Mobilisasi ditempat tidur: 0

b) Postur tubuh : normal

c) Gaya jalan : normal

d) Anggota gerak yang cacat : tidak ada

e) Fiksasi : tidak ada


f) Tracheostomi : tidak ada

4. Pemeriksaan fisik

a) JVP :

Kesimpulan :

b) Perfusi perifer pembuluh kuku : Normal


c) Thorax dan pernapasan :
- Inspeksi :
Bentuk thorax : Simetris

Sianosis : tidak ada

Stridor : tidak ada

- Palpasi :
Vocal fremitus : tidak ada

- Perkusi : sonor redup pekak.


Batas paru hepar :

Kesimpulan :

- Auskultasi :
Suara napas : normal

Suara ucapan : normal

Suara tambahan : tidak ada

d) Jantung
- Inspeksi :
Ictus cordis : tidak di kaji

- Palpasi :
Ictus cordis : tidak di kaji

- Perkusi :
Batas atas jantung : tidak di kaji
Batas kanan jantung : tidak di kaji

Batas kiri jantung : tidak di kaji

- Auskultasi :
Bunyi jantung II A : tidak di kaji

Bunyi jantung II P : tidak di kaji

Bunyi jantung I T : tidak di kaji

Bunyi jantung I M : tidak di kaji

Bunyi jantung II irama gallop: tidak di kaji

Murmur : tidak di kaji

HR : x/menit

Bruit : Aorta :

A. Renalis : tidak di kaji

A. Femoralis : tidak di kaji

e) Lengan dan tungkai



- Atrofi otot : positif negatif

- Rentang gerak :

- Uji kekuatan otot :


Kiri : 1 2 3 4 5

Kanan : 1 2 3 4 5

- Refleks fisiologi :
- Refleks patologi :
Babinski, kiri : positif negatif

Kanan : positif negatif



- Clubbing jari-jari : tidak ada
- Varises tungkai : Tidak ada
f) Columna vertebralis :

- Inspeksi : tidak di kaji

- Palpasi : tidak di kaji

N. III-IV-VI : normal

N. VIII Romberg Test : positif  negatif.

N. XI : normal

5. Pemeriksaan diagnostik :

a) Laboratorium :

Hasil pemeriksaan:

b) Lain-lain :-

6. Terapi medik : -

E. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan jam tidurnya itu sekitar jam 10 malam. Pasien


mengatakan sebelum tidur menonton tv.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan bahwa selama sakit istirahat dan tidurnya lebih


awal. Pasien mengatakan tidur sekitar jam 8 malam setelah sholat isya.

3. Observasi :

Ekspresi wajah mengantuk : positif negatif

Banyak menguap : positif negatif

Palpebra inferior berwarna gelap : positif negatif


2. Therapi : tidak ada

F. POLA PERSEPSI KOGNITIF

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sering membaca novel melalui handphone

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan yang biasanya membaca novel sebelum tidur tetapi


selama sakit tidak membaca novel lagi.

3. Obervasi :

Pasien tampak tak memegang handphone

2. Pemeriksaan fisik :
a) penglihatan :

- Cornea : normal

- Visus : normal

- Pupil : normal

- Lensa mata : normal

- Tekanan Intra Okuler (TIO) : normal

b) Pendengaran :

- Pina : tidak ada lesi, benjola atau cairan

- Kanalis : tidak ada lesi, benjola atau cairan

- Membran timpani : tidak ada lesi, benjola atau cairan

- Tes pendengaran : normal

c) N. I : normal
d) N.II : normal
e) N.V : normal
f) N.VII :normal
g) N.VIII : normal
h) Test Romberg : positif
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) laboratorium : tidak ada

b) Lain-lain : tidal ada

c) Therapi : tidak ada

G. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bahwa pernah mengalami stress tetapi stress pada


saat ada kabar buruk atau masalah perekonomian menurun.

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan menerima kondisinya, awalnya pasien gelisah


tentang penyakitnya tetapi pasien merima nya dengan ikhlas dan sabar.

3. Observasi :
a) Kontak mata : normal

b) Rentang perhatian : normal

c) Suara dan cara bicara : normal

d) Postur tubuh : normal

4. Pemeriksaan fisik :

a) Kelainan bawaan yang nyata : tidak ada

b) Abdomen :
Bentuk : normal

Bayangan vena : tidak ada

Benjolan massa : tidak ada

c) Kulit : lesi kulit

d) Penggunaan protesa : tidak ada

H. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sebagai mahasiswa di salah satu universitas di


Makassar. Pasien mengatakan telah memasuki semester 4, dalam
pergaulan pasien berkata sering berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya.

2. Keaadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan tetap menjalankan tugasnya sebagai mahasiswa


berhubung pembelajarannya secara daring Karen masih pandemi.

3. Observasi :

Pasien tampak melakukan pembelajaran.

I. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan sudah punya pasangan yaitu suami saya yang selalu
mencintai dan mendampingi saat sekarang, dan pasien mengatakan di
cintai oleh keluarganya
2. Keadaan sejak sakit :

Pada saat sakit pasien mengatakan tetap di cintai dan di damping oleh
pasangannya yaitu suaminya dan pasien mengatakan bersyukur karena
telah di berikan pasangan yang penuh perhatian serta di cintai oleh
keluarganya.

3. Observasi :

Pasien tampak senang dengan kehadiran orang-orang terdekatnya

4. Pemeriksaan fisik :

5. Pemeriksaandiagnostik :

a). Laboratorium :

b) lain-lain :

6. Therapi : tidak ada

J. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan jika ada masalah di selesaikan berdiskusi dengan


keluarga, dimana suami adalah pengambil keputusan dalam
memberikan solusi. Pasien mengatakan selalu bahagia dan bersyukur
kepada allah atas rezky yang di berikan walaupun itu sedikit

2. Keadaan sejak sakit :

Awalnya pasienmengatakan tidak menerima kondisinya tetapi seiring


jalannya waktu Pasien mengatakan menerima keadaannya pada saat
sakit. Dan pasien mengatakan bersyukur karena masih di berikan
kesempatan untuk merasakan yang namanya sakit.

3. Observasi : pasien menerima kondisinya

4. Pemeriksaan fisik :
a) Tekanan darah :

Berbaring : 120/80 mmHg

Duduk : 120/80 mmHg

Berdiri : 120/80 mmHg

Kesimpulan : hipotensi ortotastik positif. negatif

b) HR : x/menit

c) Kulit :

Keringat dingin : Tidak

Basah : Tidak

5. Therapi : tidak ada

K. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN

1. Keadaan sebelum sakit :

Pasien mengatakan bahwa agamanya islam yang mewajibkan untuk


melakukan sholat 5 waktu , mengaji dan bertasbih. Pasien mengatakan
sering mengikuti kajian ceramah di depan rumahnya

2. Keadaan sejak sakit :

Pasien mengatakan berserah diri kepada allah swt Karena penyakit yang
di deritanya adalah cobaan dan sebagai penggugur dari segala dosa-
dosanya serta tetap melakukan sholat 5 waktu dan mengaji. Tetapi
sudah tidak dapat mendengarkan lagi kajian ceramah di depan rumah

3. Observasi :

Pasien tampak memegang al-quran dan tasbihnya

Tanda Tangan Mahasiswa Yang Mengkaji


( )
B. Data Fokus

Nama Klien : Ny. “R” Dx.Medik : GEA

Umur : 39 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 8,12-13 Maret 2021

Data Subyektif Data Obyektif

- klien mengatakan sakit di daerah - Klien tampak meringis


perut - Klien tampak gelisah
- klien mengatakan pusing - Klien tampak lemah
- Klien mengatakan nyeri ulu hati - Klien tampak pucat
- Klien mengatakan muntah 1 kali - Hasil Observasi :
- Klien mengatakan merasa mual TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
P : 18 x/menit
S : 36,8 C
C. Analisa Data

Nama Klien : Ny. “R” Dx.Medik : GEA

Umur : 39 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 8,12-13 Maret 2021

No Data Etiologi Masalah

1 Ds : Stress Nyeri Akut


- klien mengatakan sakit di daerah
perut Hipotalamus
- klien mengatakan pusing
- Klien mengatakan nyeri ulu hati Sekresi asam lambung bikabornat
- Klien mengatakan muntah 1 kali naik turun
- Klien mengatakan merasa mual
Do : Iritasi mukosa
- Klien tampak meringis
- Klien tampak gelisah Nyeri Akut
- Klien tampak lemah
- Klien tampak pucat
- Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
P : 18 x/menit
S : 36,8 C

D. Diagnosa Keperawatan

Nama Klien : Ny. “R” Dx.Medik : GEA

Umur : 39 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 8,12-13 Maret 2021

No Diagnosa Keperawatan (PES) Tgl Ditemukan Tanggal Teratasi

1 Nyeri akut berhubungan dengan


agen pencedera fisiologis
8 Maret 2021 13 Maret 2021
(mis.inflamasi, iskemia dan
neoplasma)

Intervensi
Nama Klien : Ny. "R" Dx.Medik : GEA

Umur : 39 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 8,12-13 Maret 2021

N Diagnosa Keperawatan Perencanaan


O Prioritas
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi Rasional

1 Nyeri akut berhubungan Setelah di lakukan tindakan Manajemen Nyeri


dengan agen pencedera keperawatan selama 3x24 jam 1. Untuk mengetahui
fisiologis (mis.inflamasi, di harapkan pasien mampu lokasi nyeri,
iskemia dan neoplasma) mengontrol tingkat nyeri karakteristik, durasi,
Ditandai dengan : dengan kriteria hasil : frekuensi kualitas,
Ds : 1. keluhan nyeri dari cukup intensitas nyeri
- klien mengatakan sakit di meningkat (2) menjadi 2. Untuk mengetahui
daerah perut cukup menurun (4). respon skala nyeri non
- klien mengatakan pusing verbal
- Klien mengatakan nyeri 3. Untuk mengetahui adat
2. meringis dari cukup
ulu hati Manajemen Nyeri istiadat terhadap respon
meningkat (2) menjadi
1. Identifikasi lokasi nyeri, nyeri klien
- Klien mengatakan muntah cukup menurun (4) karakteristik, durasi, 4. Untuk mengetahui
1 kali 3. muntah dari cukup menurun frekuensi kualitas, tingkat pengetahuan
- Klien mengatakan merasa (2) menjadi meningkat (5) intensitas nyeri dan keyakinan tentang
mual 4. Mual fisik dari cukup nyeri
Do : menurun (2) menjadi 2. Identifikasi skala nyeri 5. Untuk memberikan
- Klien tampak meringis meningkat (5) pengetahuan dan
- Klien tampak gelisah keyakinan tentang nyeri
- Klien tampak lemah 3. Identifikasi skala nyeri
- Klien tampak pucat non verbal
- Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg 4. Identifikasi pengaruh
N : 90 x/menit budaya terhadap respon
P : 18 x/menit nyeri
S : 36,8 C Terapeutik
SN: 7 5. Identifikasi pengetahuan 1. Untuk mengurangi rasa
dan keyakinan tentang nyeri dengan
nyeri menggunakan tehnik
Terapeutik Terapeutik
1. Berikan tehnik 1. Untuk mengurangi rasa
nonfarmakologi untuk nyeri dengan
mengurangi rasa nyeri menggunakan tehnik
(mis. TENS, hypnosis, nonfarmakologi
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
aromatherapy, tehnik
imajinasi terbimbig,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Fasilitas istirahat dan 2. Untuk memberikanrasa
tidur aman dan nyaman pada
saat klien istirahat dan
tidur.

3. Pertimbangan jenis dan 3. Untuk mengertahui jenis


sumber nyeri dalam dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi pemilihan strategi
meredakan nyeri. meredakan nyeri

F.Implementasi

Nama Klien : Ny. “R” Dx.Medik : GEA


Umur : 39 Tahun Ruagan :

Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal : 8,12-13 Maret 2021

No Hari/Tanggal Jam Implementasi Paraf/Ttd

1 Senin/8 Maret 2021 08:00 Manajemen Nyeri


1. Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
H : Pasien mampu memberitahu lokasi
nyeri, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
H : pasien mampu memberitahu skala nyeri
ringan, sedang dan berat

3. Identifikasi skala nyeri non verbal


H : Pasien mampu mengekspresikan skala
nyeri
4. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
H : Pasien tampak menggunakan ramuan
herbal dalam mengurangi rasa nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri
H : Pasien mendapatkan pengetahuan dan
percaya tentang nyeri
10:00 Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromatherapy,
tehnik imajinasi terbimbig, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)

H : Pasien dapat mengurangi rasa nyeri


dengan tehnik nofarmakologi
2. Fasilitas istirahat dan tidur
H : Pasien tampak istirahat dan tidur
3. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
H : Pasien mampu mempertimbangkan
jenis dan sumber pemilihan strategi
meredakan nyeri

2 Jumat/ 12 Maret 2021 08:00 Manajemen Nyeri


1. Identifikasi lokasi nyeri, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
H : Pasien mampu memberitahu lokasi nyeri
di ulu hati, tertusuk-tusuk, 3-5 menit ,
nyerinya berulang, hilang timbul dan
masih di rasakan saat ini

2. Identifikasi skala nyeri


H : pasien mampu memberitahu skala nyeri
ringan, sedang dan berat yaitu skala nyeri 7
3. Identifikasi skala nyeri non verbal
H : Pasien mampu mengekspresikan skala
nyeri yaitu tampak meringis
4. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
H : Pasien tampak menggunakan ramuan
herbal dalam mengurangi rasa nyeri
seperti remusan air jahe
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri.
H : Pasien mampu mengetahui jenis nyeri
yang di rasakannya

10:00 Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromatherapy,
tehnik imajinasi terbimbig, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
H : Pasien dapat mengurangi rasa nyeri
dengan tehnik nonfarmakologi seperti
pemakaian aromaterapi yaitu fresh
care atau minyak kayu putih
2. Fasilitas istirahat dan tidur
H : Pasien menggunakan bantal tidur dan
guling
3. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
H : Pasien mampu mempertimbangkan
jenis dan sumber pemilihan strategi
meredakan nyeri
3 Sabtu/ 13 Maret 2021 08:00 Terapeutik
1. Berikan tehnik nonfarmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hypnosis, akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat, aromatherapy,
tehnik imajinasi terbimbig, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
H : Pasien dapat mengurangi rasa nyeri
dengan tehnik nofarmakologi
2. Fasilitas istirahat dan tidur
H : Pasien tampak istirahat dan tidur
3. Pertimbangan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihan strategi meredakan nyeri.
H : Pasien mampu mempertimbangkan
jenis dan sumber pemilihan strategi
meredakan nyeri

G.Evaluasi

Nama Klien : An. “I” Dx.Medik : Hipertensi

Umur : 20 Tahun Ruagan :


Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal : 4-6 Februari 2021

No Hari/Tanggal Jam Ndx Evaluasi Paraf/Ttd

1 Senin/8 Maret 2021 08:00 Nyeri akut berhubungan S :


dengan agen pencedera 1. Pasien mengatakan masih
fisiologis (mis.inflamasi, pusing
iskemia dan neoplasma) 2. Pasien mengatakan masih
nyeri di ulu hati
3. Pasien mengatakan masih
mual
4. Pasien mengatakan masih
muntah

O:
1. Pasien tampak meringis
2. Pasien tampak memegang
area perutnya
3. Pasien tampak lemah
4. Pasien tampak pucat
5. Pasien tampak gelisah
6. Hasil obsevasi :
7. Hasil Observasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 90 x/menit
P : 18 x/menit
S : 36,8 C
SN: 7
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
1. Observasi
2. Terapeutik

2 Jumat/12 Maret 2021 08:00 Nyeri akut berhubungan S :


dengan agen pencedera 1. Pasien mengatakan
fisiologis (mis.inflamasi, pusingnya sedikit berkurang
iskemia dan neoplasma) 2. Pasien mengatakan masih
terasa nyeri di ulu hati
3. Pasien mengatakan mual
sudah berkurang
4. Pasien mengatakan sudah
tidak muntah lagi
O:
1. Pasien tampak sedikit
meringis
2. Pasien tampak memegang
area perutnya
3. Pasien tampak sedikit
segar
4. Pasien tampak tidak pucat

5. Hasil obsevasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit
P : 18 x/menit
S : 36,8 C
SN: 2
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan Intervensi
1. Terapeutik
3 Sabtu/ 6 Maret 2021 08:00 Nyeri akut berhubungan S :
dengan agen pencedera 1. Pasien mengatakan setelah
fisiologis (mis.inflamasi, menggunakan aromaterapi
iskemia dan neoplasma) sudah tidak pusing.
2. Pasien mengatakan nyeri ulu
nya telah berkurang
3. Pasien mengatakan mualnya
sudah tidak lagi

4. Pasien merasa sudah segar


kembali karena telah bisa
beraktivitas sedikit demi
sedikit
O:
1. Pasien tampak tidak
meringis
2. Pasien tampak tidak
memegang area perutnya
lagi
3. Pasien tampak segar
4. Pasien tampak lega
menggunakan aromaterapi
5. Hasil obsevasi :
TD : 120/80 mmHg
N : 76 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,8 C
SN: 0
A : Masalah teratasi
P : Tidak ada
Daftar Pustaka
Anonim (2009) Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gastritis (online)
(http://dezlicious.blogspot.com diakses tanggal 4 September 2012)
Doengoes,Marilyn.E.dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Bruner & Sudart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol. 2,
Edisi 8, EGC, Jakarta
http://digestive.niddk.nih.gov, Gastritis, National Digestive Diseases
Information Clearinghouse

Anda mungkin juga menyukai