PENDIDIKAN PANCASILA
Dosen Pengampu :
NIP : 199002182018032001
Disusun Oleh :
NIM : 4193550010
2
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya yang memberikan kesehatan dan hikmat kepada penulis sehingga
makalah ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Penulis berharap
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi para
pembaca yang ingin mendalami materi yang terdapat dalam makalah ini. Penulis
telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam menyelesaikan tugas ini. Namun,
penulis menyadari masih banyak kelemahan yang terdapat dalam makalah ini. Untuk
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca
untuk makalah ini.
Penulis
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ i
DAFTAR ISI................................................................................................….... .ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................….......... 1
A. Rasionalisasi Pentingnya CJR............................................................................. .1
B. Tujuan Penulisan CJR.......................................................................................... 1
C. Manfaat CJR........................................................................................................ 2
D. Identitas Jurnal yang Direview............................................................................ 2
BAB IV PENUTUP........................................................................................... 12
A. Kesimpulan......................................................................................................... 12
B. Saran...................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
4
BAB I
PENDAHULUAN
Critical Journal Review (CJR) merupakan suatu hal yang penting bagi
mahasiswa karena mempermudah dalam membahas inti hasil penelitian yang telah
ada. Terdapat beberapa hal penting sebelum kita mereview jurnal, seperti
menemukan jurnal yang sesuai dengan topik yang diangkat, membaca keseluruhan
dari isi jurnal dan mencoba untuk menuliskan kembali dengan bahasa sendiri
pengertian dari jurnal tersebut. Jurnal memiliki beberapa ciri-ciri, seperti dibatasi
sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh organisasi penerorganisasi yang memuat
jurnal ilmiah; memiliki judul dan nama penulis serta alamat email dan asal organisasi
penulis; terdapat abstract yang berisi ringkasan dari isi jurnal, introduction,
metodologi yang dipakai sebelumnya dan metodologi yang diusulkan, implementasi,
kesimpulan dan daftar pustaka.
Langkah penting dalam mereview sebuah jurnal, yaitu mengemukakan bagian
pendahuluan, mengemukakan bagian diskusi, mengemukakan bagian kesimpulan.
Hal-hal yang perlu ditampilkan dalam critical journal review, yaitu mengungkapkan
beberapa landasan teori yang digunakan oleh peneliti sebagai acuan dalam
penelitiannya dan tujuan apa yang ingin dicapai; mengungkapkan metode yang
digunakan, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, alat pengumpul data, dan
analisis data yang digunakan; mengambil hasil dari penelitian yang telah dilakukan
dengan memberikan deskripsi secara singkat, jelas, dan padat; serta menyimpulkan
isi dari jurnal.
C. Manfaat CJR
5
1. Judul Jurnal : Batik Sebagai Identitas Kultural Bangsa Indonesia di
Era Globalisasi
6
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Pendahuluan
B. Deskripsi Isi
7
Dalam khasanah kebudayaan, Batik merupakan salah satu bentuk seni kuno
yang adiluhung. Batik berasal dari bahasa Jawa yaitu “amba” berarti tulis dan “nitik”
yang berarti titik. Yang dimaksud adalah menulis dengan lilin. Membatik diatas kain
menggunakan canting yang ujungnya kecil memberi kesan “orang sedang menulis
titik-titik”. Meskipun kata batik dirujuk dari bahasa Jawa, namun asal muasal batik
sesungguhnya masih menjadi misteri dan masih diperdebatkan sampai saat ini. Pada
tahun 1677, terdapat bukti sejarah mengenai perdagangan sutera dari Cina ke Jawa,
Sumatera, Persia dan Hindustan. Selain itu juga terdapat catatan-catatan tertulis
mengenai ekspor batik dari Jawa ke Malabar pada catatan tahun 1516 disusul tahun
1518. Di dalam catatan itu dikatakan mengenai kain-kain di warna indah yang
disebut tulis (bahasa Jawa) yang dalam bahasa Indonesia juga berarti tulis. Batik tulis
biasa disebut “batik klasik” atau “batik murni”.
Batik yang awalnya hanya dipakai di lingkungan keraton saja mulai
melebarkan sayapnya ke luar keraton seiring dengan kebutuhan dan perkembangan
jaman dari kebutuhan individual menjadi industrial. Industri batik dalam bentuknya
yang paling sederhana, diperkirakan mulai berkembang pada abad ke-10 di saat Jawa
banyak mengimpor kain putih (kain mori) dari India sebagaimana diungkapkan
berbagai sumber kuno. Sejarah batik memang dominan di pulau Jawa mengingat
pulau ini memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi sejak dahulu kala bahkan
sampai sekarang. Menurut Sularso (2009: 25) bahwa “India telah menulis tentang
Dwipantara atau Kerajaan Hindu Djawa Dwipa di pulau Jawa dan Sumatera sekitar
200 SM.” Telah diakui dunia bahwa Batik mencapai puncak keemasannya di Jawa
pada masa kerajaan Mataram I sampai dengan masa Mataram II yang dipecah
menjadi keraton Surakarta dan Yogyakarta. Munculnya batik cap menandai era
industrialisasi. Selain itu, sejak industrialisasi dan globalisasi yang memperkenalkan
teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul yakni batik printing. Batik printing ini
banyak mempengaruhi arah industri perbatikan karena prosesnya yang lebih cepat
dan harganya jauh lebih murah dibandingkan batik tulis. Dengan demikian,
munculnya era industrialisasi juga menandai pasang surutnya batik khususnya geliat
industri kain batik di pulau Jawa.
2. Elemen-elemen Yang Mendukung Batik Sebagai Indonesian Cultural
Heritage
Pada awalnya, seni batik hanya ada di lingkungan keraton. Hal ini sebagai
salah satu cara untuk menunjukkan eksistensi para aristokrat pada karya seni yang
dihasilkan. Namun pada waktu sekarang, seni batik sudah menyebar luas di
masyarakat bahkan profesi sebagai pembatik sudah menjadi mata pencaharian
masyarakat terkhusus kaum perempuan.
Di daerah Jawa Tengah telah berkembang pesat para perajin batik/pembatik
dan industri batik seperti di Yogyakarta dan Surakarta. Di Yogyakarta, industri batik
juga mengalami pasang surut. Hal utama yang mendasari pudarnya sinar industri
batik Lasem yaitu sumber daya manusia. Tidak ada regenerasi pembatik muda
karena batik Lasem sebagian besar merupakan batik tulis. Dari sekian banyak unit
usaha batik yang tersebar, maka mulailah dikenal istilah yang merujuk pada batik
tertentu sesuai dengan motif, ragam hias dan asal batik tersebut dibuat. Oleh karena
8
itu kini kita mengenal yang namanya Batik Solo, Batik Yogyakarta, Batik Betawi, Batik
Cirebon, Batik Rembang, Batik Pekalongan, Batik Madura, Batik Semarang, Batik Bali
dan batik lainnya yang tersebar di Nusantara.
b. Event Bertema Batik
Keberadaan museum batik yang memajang karya seni batik dari batik kuno
sampai batik modern menunjukkan kepedulian akan warisan seni batik para leluhur
bangsa Indonesia. Museum batik melakukan berbagai upaya untuk melestarikan seni
batik diantaranya pengadaan koleksi, tindakan konservasi terhadap koleksi, dan
tindakan preventif dalam pelestarian koleksi. Tidak dipungkiri bahwa saat ini
museum menghadapi beberapa kendala dalam upaya pelestarian batik diantaranya
sarana dan prasarana museum, tenaga kerja, dan pendanaan.
Jika melihat peranmuseum di luar negeri, maka kesan yang berbeda akan kita
temui. Museum di luar negeri memegang peranan penting dalam pelestarian
budaya. Hal ini didukung oleh tingkat kemakmuran negara tersebut, tingkat
pendidikan dan kesadaran kolektif yang semuanya berpartisipasi aktif melestarikan
warisan budayanya. Hal inilah yang patut kita petik karena sarat pelajaran berharga
sehingga nantinya museum batik di Indonesia juga mengalami perkembangan dan
kemajuan dalam peranannya melestarikan seni batik Nusantara.
d. Tujuan Wisata
9
padatnya akomodasi dan perhotelan, larisnya restoran yang otomatis mengangkat
kemakmuran masyarakat yang bersinggungan dengan acara tersebut.
Gema wisata juga didengungkan di Kampoeng Batik – kampoeng Batik yang
tidak hanya memproduksi dan menjual batik akan tetapi juga menawarkan wisata
edukasi. Salah satu jenis wisata edukasi di kampoeng batik yaitu melihat proses
pembatikan dan diajari cara membatik menggunakan canting dengan media kain
kecil seukuran sapu tangan atau taplak meja. Para pengunjung akan mempraktekkan
cara membatik dengan canting yang nantinya akan di berikan kepada pengunjung
sebagai kenang kenangan. Pengalaman membatik sendiri inilah yang menjadi
suguhan unik sehingga banyak pengunjung yang penasaran dan ingin mencoba.
Selain kampoeng batik, ada juga trade center atau pusat batik yang menjual
berbagai macam kain batik dan baju batik jadi. Wisatawan bisa membeli batik di
tempat ini secara eceran dan kodian. Tugas bangsa Indonesia dalam melestarikan
batik khususnya di industri pariwisata yakni bagaimana caranya membawa batik
sebagai “souvenir wajib” sehingga tidak afdol kiranya jika berkunjung keIndonesia
tanpa membeli kain batik.
Adapun fitur identitas kultural antara lain: suku, etnik, profesi, sosial,
ekonomi, gender, bahasa, pakaian, makanan, religi dan lain sebagainya. Berkenaan
dengan identitas budaya yang diangkat dalam isu penelitian ini, maka fitur yang
menjadi fokus utama yaitu pakaian khususnya kain batik. Proses pemerolehan
identitas bangsa Indonesia ini sudah dimulai sejak
lama. Usaha
untuk menciptakan awareness akan karya seni batik sebagai identitas nasional
dilanjutkan oleh presiden kedua Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu bapak
Soeharto. Tanggal 2 Oktober 2009 merupakan tonggak diakuinya batik sebagai
warisan budaya dunia tak benda dari negara Indonesia. Sedangkan Presiden ke tujuh
Negara Kesatuan Republik Indonesia, Joko Widodo juga menunjukkan kepedulian
akan warisan seni batik. Beliau menetapkan dress code batik coklat pada saat
upacara pelantikan menteri dalam Kabinet Kerja. Dukungan akan batik sebagai
identitas kultural bangsa Indonesia terus mengalir sampai sekarang. Batikmark
merupakan tanda yang menunjukkan identitas atau ciri batik buatan Indonesia. Ada
tiga jenis penggolongan dalam batik mark: 1. Kategori emas untuk batik tulis, perak
untuk batik campuran tulis dan cap, serta putih untuk batik cap. Batikmark mulai
berlaku di Indonesia sejak tahun 2007 dan bertujuan untuk menghadapi kompetisi
dan pembajakan terlebih di era teknologi canggih dalam globalisasi. Berkaitan
dengan kajian penelitian, maka pengaruh globalisasi terfokus pada aspek
kebudayaan, khususnya batik yang menjadi identitas kultural bangsa Indonesia.
BAB III
PEMBAHASAN/ANALISIS
10
A. Pembahasan Isi Jurnal
1. Batik menurut jurnal yang direview merupakan salah satu bentuk seni
kuno yang adiluhung.
Kendala yang terdapat pada jurnal yang berjudul Re-Invensi Batik dan
Identitas Indonesia dalam Arena Pasar Global adalah kapital ekonomi
yang tidak cukup. Berbagai upaya harus dilakukan untuk meraih kapital
budaya dan secara terus menerus menambah pengetahuan budaya,
kompetensi dan keunggulan.
Kendala yang terdapat pada jurnal yang berjudul Upaya Pemerintah
Kabupaten Lamongan Dalam Melindungi Hak Cipta Batik Tradisional
adalah kultur masyarakat Indonesia khususnya di daerah-daerah yang
kurang mengenal hak atas kekayaan intelektual, adanya kebiasaan
masyarakat meniru atau menjiplak orang lain telah berlangsung lama dan
selama ini tidak ada yang menuntut dan tidak ada sanksi terhadap
perbuatan tersebut dan kondisi ekonomi masyarakat masih lemah
sehingga mengakibatkan daya beli masyarakat terhadap produk
asli/original sangat kurang serta kinerja aparat penegak hukum yang
kurang profesional dalam menangani produk-produk desain industri
tradisional hasil tiruan, jiplakan atau bajakan.
Berdasarkan ketiga jurnal di atas, kendala yang terjadi adalah panji-panji
kapitalisme dan adanya gempuran dahsyat budaya asing, kapital ekonomi
yang tidak cukup, dan kultur masyarakat Indonesia yang kurang mengenal
hak atas kekayaan intelektual.
3. Upaya agar Batik tetap menjadi salah satu identitas nasional pada jurnal
direview adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya identitas
11
kultural yang menjadi ciri khas suatu bangsa di era globalisasi dengan
menggandeng institusi pendidikan dalam mengenalkan dan
mensosialisasikan seni batik yang diharapkan akan tumbuh rasa ikut
memiliki.
Upaya agar Batik tetap menjadi salah satu identitas nasional pada jurnal
yang berjudul Re-Invensi Batik dan Identitas Indonesia dalam Arena Pasar
Global adalah memberi tekanan pada identitas batik, terjadi perluasan
orientasi yang tak lagi hanya regional atau nasional tapi sudah meluas ke
global dengan meredefinisi dan mereposisi diri.
Upaya agar Batik tetap menjadi salah satu identitas nasional pada jurnal
yang berjudul Upaya Pemerintah Kabupaten Lamongan Dalam
Melindungi Hak Cipta Batik Tradisional adalah sosialisasi dan penyuluhan
mengenai undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta oleh
pihak-pihak terkait dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk
menghargai hak cipta orang lain melalui penegakan hukum pidana di
bidang hak cipta secara optimal oleh pihak-pihak terkait.
Berdasarkan ketiga jurnal di atas, upaya agar Batik tetap menjadi salah
satu identitas nasional adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya
identitas kultural, memberi tekanan pada identitas batik, sosialisasi dan
penyuluhan mengenai undang-undang nomor 19 tahun 2002 tentang Hak
Cipta dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk menghargai hak cipta
orang lain.
Jurnal yang direview maupun kedua jurnal kurang memiliki aspek tata
bahasa yang bagus karena terdapat beberapa kalimat yang tidak
menggunakan EYD. Sebaiknya ketiga jurnal menggunakan EYD secara
keseluruhan untuk seluruh isi jurnal agar hasil penelitian yang terdapat dalam
jurnal mudah untuk dimengerti dan dianalisis. Selain itu, penulis juga
12
seharusnya lebih memperhatikan penggunaan tanda baca untuk jurnal
karena terdapat beberapa penggunaan tanda baca yang berlebihan.
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batik merupakan salah satu bentuk seni kuno yang adiluhung dan berbentuk
kain yang memiliki motif-motif tertentu dengan tenik ragam hias permukaan yang
permukaannya dihias dengan tenik wax-resist yaitu rintang-warna menggunakan lilin
dan paling luas penggunaannya di Asia Tenggara. Kendala yang sering terjadi adalah
panji-panji kapitalisme dan adanya gempuran dahsyat budaya asing, kapital ekonomi
yang tidak cukup, dan kultur masyarakat Indonesia yang kurang mengenal hak atas
kekayaan intelektual. Upaya agar Batik tetap menjadi salah satu identitas nasional
adalah menumbuhkan kesadaran akan pentingnya identitas kultural, memberi
tekanan pada identitas batik, sosialisasi dan penyuluhan mengenai undang-undang
nomor 19 tahun 2002 tentang Hak Cipta dan peningkatan kesadaran masyarakat
untuk menghargai hak cipta orang lain.
Dari ketiga jurnal, jurnal utama atau jurnal yang direview adalah jurnal yang
lebih baik dari kedua jurnal lainnya. Hal tersebut karena jurnal utama mencakup
materi yang lebih luas dibandingkan dengan kedua jurnal lainnya. Tetapi, secara
keseluruhan jurnal kurang memiliki aspek tata bahasa yang bagus karena terdapat
beberapa kalimat yang tidak menggunakan EYD.
B. Saran
14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN JURNAL
15
16