Anda di halaman 1dari 5

Sistem Imun

Sistem imun atau sistem kekebalan adalah sel-sel dan banyak struktur biologis lainnya yang
bertanggung jawab atas imunitas, yaitu pertahanan pada organisme untuk melindungi tubuh
dari pengaruh biologis luar dengan mengenali dan membunuh patogen.

 Imunologi: ilmu yang mempelajari proses-proses yang dipergunakan oleh hospes


untuk mempertahankan kestabilan dalam lingkungan internalnya bila dihadapkan
pada benda asing
 Sistim imun: mekanisme yang dipergunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan
tubuh sebagai perlindungan terhadap bahaya yang dapat ditimbulkan oleh berbagai
bahan dalam lingkungan hidup
 Imunitas: semua mekanisme fisiologis yang membantu untuk - mengenal benda asing
(self/non-self) - menetralkan dan mengeliminasi benda asing - memetabolisme benda
asing tanpa menimbulkan kerusakan jaringan sendiri

Faktor-faktor yang mempengaruhi sistim imun

1. Genetik: kerentanan seseorang thd penyakit ditentukan oleh gen

Hla/mhc

2. Umur : hipofungsi sistim imun pd bayi mudah infeksi, pd ortu

 autoimun & kanker

3. Metabolik: penderita peny. Metabolik / pengobatan kort.st

 rentan thd infeksi

4. Lingkungan dan nutrisi  mudah peny. Infeksi krn:

A. Eksposur

B. Berkurang daya tahan krn malnutrisi

5. Anatomis: pertahanan thd invasi m.o : kulit, mukosa

6. Fisiologis : - cairan lambung

 silia trakt.
 respaliran urin
 sekresi
 kulit bersifat bakterisid
 enzimantibodi

7. Mikrobial
Keanekaragaman genetik (genetic diversity) adalah suatu tingkatan biodiversitas yang
merujuk pada jumlah total variasi genetik dalam keseluruhan spesies yang mendiami
sebagian atau seluruh permukaan bumi yang dapat didiami. Ia berbeda dari variabilitas
genetik, yang menjelaskan kecenderungan kemampuan suatu karakter/sifat untuk bervariasi
yang dikendalikan secara genetik.
Pada bidang akademik genetika populasi, terdapat beberapa hipotesis dan teori mengenai
keanekaragaman genetik. Teori netral evolusi mengajukan bahwa keanekaragaman adalah
akibat dari akumulasi substitusi netral. Seleksi pemutus adalah hipotesis bahwa dua
subpopulasi suatu spesies yang tinggal di lingkungan yang berbeda akan menyeleksi alel-
alel pada lokus tertentu yang berbeda pula. Hal ini dapat terjadi, jika suatu spesies memiliki
jangkauan yang luas relatif terhadap mobilitas individu dalam populasi tersebut. Hipotesis
seleksi gayut frekuensi menyatakan bahwa semakin umum suatu alel, semakin tidak bugar
alel tersebut. Hal ini dapada terlihat pada interaksi inang dengan patogen, di mana frekuensi
alel pertahanan yang tinggi pada inang dapat mengakibatkan penyebaran patogen yang luas
jika patogen dapat mengatasi alel pertahanan tersebut.
TRANSPLANTASI DAN KEUNIKAN INDIVIDU

Transplantasi organ tubuh (juga dikenal dengan istilah cangkok) ditujukan untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien, yakni si penerima donor organ. Organ-organ yang dapat
ditransplantasikan adalah jantung, transplantasi ginjal, hati, paru-paru, pankreas, organ
pencernaan, dan kelenjar timus, juga jaringan, termasuk cangkok tulang, tendon (2 hal ini
biasa disebut cangkok mukuloskeletal), cangkok kornea, cangkok kulit, penanaman Katup
jantung buatan, saraf dan pembuluh darah.

Rupanya dalam beberapa kasus langka, pasien yang menerima organ dari pendonor
menunjukkan perubahan sifat. Sifat barunya ini diduga sangat mirip dengan sifat
pemberi donor organ. Misalnya pasien jadi ngidam makanan kesukaan pemberi donor.

Tidak hanya itu, transplantasi organ kemungkinan juga bisa mengubah golongan darah
seseorang. Hal ini terjadi pada seorang wanita Australia yang bernama Demi-Lee Brennan
yang berubah setelah menerima transplantasi hati, lapor AFP. Sembilan bulan setelah
transplantasi awal, dokter menemukan bahwa golongan darahnya berubah dan Brennan
memperoleh sistem kekebalan tubuh donor karena sel induk dari jantung barunya yang
berpindah ke sumsum tulangnya.

KANKER DAN PENGAWASAN IMUN

Sistem imun manusia adalah mesin penghancur yang akurat untuk mengenali dan membasmi
apapun yang dianggap ‘asing” di dalam tubuh, seperti virus, bakteri, bahkan sel tubuh yang
sudah bermutasi. Sistem ini rumit, hasil trial-and-error sepanjang sejarah genetika, dengan
tingkat keberhasilan 99,9999%. Namun, masih terdapat risiko kegagalan sebanyak 0,0001%.

Kanker memakai semacam kamuflase untuk mengelabui sistem imun sehingga terlihat seperti
sel normal. Imunoterapi kanker berupaya menguak kamuflase itu. Terjadinya kanker ada di
0,0001% itu, satu sel yang bermutasi menjadi berbahaya namun gagal dikenali dan dibunuh
oleh sistem imun. Imunoterapi kanker berupaya menguak kamuflase itu agar sistem imun
bisa dengan efektif mengenali, menargetkan, dan membasmi sel-sel yang telah bermutasi
sebelum sel-sel itu menghancurkan kita.

Meskipun imunoterapi adalah senjata terbaru dalam perang melawan penyakit kanker, namun
konsepnya telah ada sejak awal 1900an. Penerapan kekuatan sistem imun terhadap kanker
berpotensi menghasilkan terapi yang efektif dan tahan lama dalam jangka panjang, bahkan
diharapkan di masa depan, tumor cukup diberikan vaksinasi lalu dilawan oleh tubuh pasien
sendiri layaknya luka kecil atau flu.

Selama puluhan tahun, para pakar imunologi telah membuktikan kemampuan sistem imun
untuk mengenali dan membunuh sel kanker di laboratorium.. Salah satu hasil penelitian yang
penting adalah ditemukannya protein PD-L1, yang merupakan faktor penghalang sistem imun
untuk mengenali sel kanker.

TUJUH SIKLUS IMUNITAS KANKER

 Pada tahap 1, sel kanker melepaskan antigen yang menunjukkan bahwa sel kanker berbeda
dari sel normal. Hal inilah yang membuat sel kanker bisa dikenali oleh sistem imun.

 Pada tahap 2, sel imun bertugas menemukan antigen kemudian membawa antigen ke sel T
di kelenjar getah bening. Imunoterapi bisa memperkuat imunitas di tahap ini dan tahap
lainnya.

 Pada tahap 3, sel T menjadi aktif akibat pengenalan antigen asing, yang mana hal ini
memulai respons imunitas untuk melawan sel kanker.

 Pada tahap 4, sel T yang aktif menelusuri pembuluh darah menuju lokasi tumor.

 Pada tahap 5, sel T mencapai lokasi sel kanker dan menginfiltrasi tumor untuk
menyerangnya.

 Pada tahap 6, sel T bisa mengenali sel kanker yang bersifat asing itu berdasarkan antigen
yang dihasilkan sebelumnya.

 Pada tahap 7, sel T menghancurkan sel kanker dengan mengaktifkan serangkaian tindakan
yang bisa membunuh sel. Di titik inilah imunoterapi bisa memengaruhi PD-L1 atau PD-1,
sehingga daya imun menjadi lebih kuat.

Sel kanker yang mati akan melepaskan antigen dan siklus imunitas kanker berulang.

Alergi 
adalah reaksi sistem kekebalan tubuh manusia terhadap benda
tertentu, yang seharusnya tidak menimbulkan reaksi di tubuh orang lain. Reaksi tersebut
dapat muncul dalam bentuk pilek, ruam kulit yang gatal, atau bahkan sesak napas.
Benda yang dapat memicu respons alergi dikenal dengan istilah alergen. Pada kebanyakan
orang, alergen tidak menimbulkan reaksi pada tubuh. Namun, pada orang yang memiliki
alergi terhadap alergen tersebut, sistem imun akan mengeluarkan reaksi karena dianggap
berbahaya bagi tubuh. Sel darah putih, termasuk basofil, merupakan salah satu komponen
yang berperan dalam memunculkan reaksi alergi.
Reaksi alergi yang muncul pada tiap orang berbeda-beda, dari reaksi yang ringan seperti
bersin-bersin hingga reaksi yang berat, yaitu anafilaksis. Reaksi alergi yang muncul juga
tergantung dari jenis alergennya
Alergi umumnya terjadi pada anak-anak dan biasanya akan mereda seiring bertambahnya
usia. Namun pada beberapa orang, alergi yang diderita masih muncul meskipun sudah
memasuki usia dewasa.
Penyebab Alergi
Alergi disebabkan oleh reaksi sistem imun terhadap alergen yang berbeda-beda pada tiap
orang. Beberapa contoh alergen adalah debu, kulit mati hewan peliharaan, kacang, gigitan
serangga, paparan ulat bulu, obat-obatan, tanaman (misalnya tanaman beracun) dan bahan
lateks.
Gejala Alergi
Gejala alergi pada tiap orang berbeda, bisa ringan atau berat. Gejala bisa berupa bersin-
bersin, hidung berair, mata memerah dan gatal, ruam kulit yang terasa gatal, hingga sesak
napas.
Diagnosis Alergi
Untuk mendiagnosis alergi dan penyebabnya, dokter akan menanyakan gejala yang muncul
dan aktivitas yang dilakukan sebelum munculnya gejala tersebut, serta melakukan
pemeriksaan fisik. Dokter juga dapat melakukan tes alergi pada kulit serta tes darah pada
penderita untuk membuktikan terjadinya reaksi alergi.
Pengobatan dan Pencegahan Alergi
Jika pemicu alergi sudah diketahui, penderita dapat menghindari kontak dengan alergen
untuk mencegah terjadinya reaksi alergi. Untuk meredakan gejala alergi yang muncul, dokter
dapat memberikan obat antialergi, seperti antihistamin dan kortikosteroid. Penderita yang
mengalami reaksi alergi yang berat perlu segera ke IGD rumah sakit terdekat untuk diberikan
suntik epinephrine oleh dokter.

Anda mungkin juga menyukai