Kelompok 9 :
BAB IX
HUKUM ACARA PERDATA
A. Pendahuluan.
Jenis – jenis badan peradilan
Didalam pasal 10 ayat (1) UU No. 14 Tahun 1970 tentang ketentuan-
ketentuan pokok kekeuasaan kehakiman dikenal 4 lingkungan badan
peradilan:
1. Peradilan Umum
2. Peradilan Agama
3. Peradilan Militer
4. Peradilan Tata Usaha Negara
B. Pengertian Hukum Acara perdata
Hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur
bagaimana caranya ditaati hukum perdata materil dengan perantaraan
hakim. Dengan perkataan lain, hukum acara perdata adalah pelaksanaan
hukum perdata materil, dan mengatur tentang bagaimana caranya
mengajukan tuntutan hak, memeriksa serta memutuskan dan pelaksanaan
dari pada putusannya. Tuntutan hak yang memperoleh perlindungan
hukum yang diberikan oleh peradilan untuk mencegah “ eigenriching”
atau tindakan menghakimi sendiri.
Objek dari hukum acara perdata ialah keseluruhan yang bertujuan
melaksanakan dan mempertahankan atau menegakkan hukum perdata
materil dengan perantaran kekuasaan negara. Yang dimaksud dengan
peradilan disini ialah pelaksaan hukum dalam hal konkrit adanya tuntutan
hak.
Hukum acara perdata meliputi tiga tahap tindakan, yaitu : tahap
pendahulaun, tahap penentuan, dan tahap pelaksaan.
E. PEMBUKTIAN
Membuktikan dalam arti yuridis tidak lain berarti memberi dasar-dasar yang
cukup kepada hakim yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi
kepastian tentang kebenaran peristiwa yang diajukan.
F. ALAT-ALAT BUKTI
Alat bukti bersifat oral merupakan kata-kata yang diucapkan oleh seseorang
di persidangan. Alat bukti yang bersifat documentary adalah surat. Sedangkan
alat bukti bersifat material adalah barang phisik lainnya selain dokumen, atau
biasa disebut juga demonstrative evidence.
Alat-alat dalam acara perdata yang disebutkan oleh UU (Pasal 164 HIR, 284
Rbg, 1866 BW) ialah : alat bukti tertulis, pembuktian dengan saksi,
persangkaan-persangkaan, pengakuan dan sumpah.
G. DEFINISI PUTUSAN
H. JENIS-JENIS PUTUSAN
Pasal 185 ayat 1 HIR (Pasal 196 ayat 1 Rbg) membedakan antara putusan
akhir dan yang bukan putusan akhir. Putusan akhir ini ada yang bersifat :
Upaya hukum biasa pada asasnya terbuka untuk setiap putusan selama
tenggang waktu yang di tentukan oleh undang-undang. Upaya hukum biasa
bersifat menghentikan pelaksanaan putusan untuk sementara.upaya hukum biasa
ialah:perlawanan(verzet), banding dan kesasi.
Upaya hukum istimewa ini hanya dibolehkan dalam hal-hal tertentu disebut
dalam undang-undang saja. Trmasuk upaya hukum istimewa ialah request
civil(peninjauan kembali) dan derdenvezet(perlawanan) dari pihak ketiga.
Apabila pihak ketiga hak-haknya dirugikan oleh suatu putusan, maka dapat
mengajukan perlawanan terhadap putusan tersebut(pasal 378Rv).
Disamping tiga jenis eksekusi tersebut di atas masih dikenal apa yang
dinamakan “parate executie” atau eksekusi langsung.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan dari hasil rangkuman kami mengenai judul hukum
perdata ini ialah
Hukum acara perdata yang berlaku saat ini sifatnya luwes, terbuka dan
sederhana (tidak formalistis). Para hakim mendapat kesempatan yang seluas-
luasnya untuk mempergunakan hukum yang tidak tertulis sepanjang tidak
bertentangan dengan UUD 1945.