Anda di halaman 1dari 274
TEKNOLOGI! CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADAS! MENERUS eT er Tahun 2016 KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN Reet eC ocr ote) 7 ) « TEKNOLOGI CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADAS! MENERUS Edisi Ke 2 Tahun 2016 Disusun oleh: 1, Ir, Nono, M.Eng.Sc 2. Ir. Salim Mahmud, MPhil Tim Editor: 4, Rahman Taufik, ST. M.Sc 2. Bemardus Respati Wibowo, SE iy 3 KATA PENGANTAR Campuran beraspal panas bergradasi menerus merupakan bahan perkerasan mutu tinggi yang terdiri atas gabungan antara agregat dan aspal, yang dapat diproses secara panas. Berdasarkan gradasi agregat, campuran beraspal panas dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis, salah satunya adalah campuran beraspal panas bergradasi menerus atau gradasi rapat. Pengunaan campuran beraspal panas bergradasi menerus di Indonesia diperkirakan sudah dimulai sejak 1970-an, namun sampai saat ini nampaknya penggunaan bahan tersebut masih belum dapat menjawab semua tantangan dalam penyediaan perkerasan jalan di Indonesia, Salah satu tantangan di Indonesia dalam penyediaan perkerasan adalah lalu-lintas yang bebannya berat dan volumenya tinggi serta temperatur perkerasan yang relatif tinggi Beberapa penelitian di negara lain menunjukkan bahwa tantangan tersebut temyata dapat dijawab melalui penggunaan campuran beraspal panas yang dirancang secara khusus. Sebagai bahan mutu tinggi dengan beberapa keunggulan, campuran beraspal panas bergradasi menerus menuntut penyediaan bahan, perancangan dan pengerjaan yang seksama Apabila campuran beraspal panas bergradasi menerus tidak dirancang dan tidak dikerjakan dengan seksama, maka potensi mutu dan keunggulan yang terkandung dalam campuran beraspal panas bergradasi menerus tentunya tidak akan terwujudkan secara penuh, sekalipun bahan yang digunakan telah memenuhi syarat. Sebagai ‘vaya urun rembug dalam menunjang penggunaan teknologi campuran beraspal panas bergradasi menerus di Indonesia, tulisan ini mencoba menguraikan hal yang dinilai penting pada pekerjaan campuran beraspal panas bergradasi menerus. Disadari bahwa tulisan ini masih mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat berterima kasih apabila diantara pembaca ada yang bersedia menyampaikan koreksi dan tanggapan untuk penyempurnaan tulisan ini, Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi para praktisi, akademisi maupun mahasiswa yang tertarik untuk mempelajari campuran beraspal panas. Bandung, Desember 2016 Ir. Herry Vaza, M.Eng Sc. Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan -M) Ealsi 2 Tahun 2016 ran Beraspal Panas Beraradas! Mere DAFTAR ISI i) KATA PENGANTAR . : . i DAFTAR ISI . . ii DAFTAR TABEL vii qv DAFTAR GAMBAR cannes fee a 1 PENDAHULUAN, 1 1.1 Sejarah penggunaan aspal dan campuran beraspal panas.......- 1 (2 4.4.1 Sejarah penggunaan aspal di dunia. 4 4.1.2. Sejarah penggunaan aspal di Indonesia 4 4.4.3. Penggunaan campuran beraspal panas di Indonesia . 10 ra 4.2. Klasifikasi campuran beraspal panas 1 4.2.1 Jenis campuran beraspal panas menurut Klasifikasi di Amenka Serikat.......11 1.2.2 Jenis campuran beraspal panas menurut Klasifikasi di Afrika Selatan 14 8 4.3. Sifat campuran beraspal panas yang harus dipenuhi 0... 16 1.3.1. Keawetan . on 7 1.3.2. Ketahanan retak . 7 1.33 Ketahanan deformasi plastis a 18 1.3.4 Ketahanan penyusutan. 18 al 1.3.5 Kelenturan - a 19 - 1.3.6 Kekesatan 19 1.3.7 Pesmeabiltas om ei) La 1.3.8 kekakuan (modulus elatis) .. oe 19 - 1.3.9 Kemudahan dikerjakan 20 1.4 Perbandingan sifat-sifat campuran beraspal panas menurut Kiasifikasi di Afrika -* Selatan... 20 2 1.5 Beberapa keunggulan campuran beraspal panas fone 21 15.1, Biaya 241 1.8.2. Kemudah didaur ulang " . vn A 1.8.3 Kemudahan dikerjakan...... . . 22 1.5.4 Kenyamanan 22 1.5.5 Keselamatan : : sone 22 1.56 Keawetan 22 1.57 Kebisingan oe mans 1.5.8 Kegunaan. 23 1.5.9 Pelaksanaan bertahap...... 23 4.8 Pemilihan jenis campuran beraspal panas untuk memenuhi fungsi tertentu dalam perkerasan - 23 4.6.1 Lapis permukaan : 24 aa 1.6.2 Lapis fondasi 25 = 1.7 Tantangan pada pekerjaan campuran beraspal panas oe 26 1.8 _Lingkup tulisan....... ~ 268 me 2 AGREGAT a 28 2.1 Umum fess fesse 28 22° Jenis batuan 28 af 2.2.1. Batuan sedimen = 28 _ 2.2.2. Batuan beku . 29 . 2.2.3. Batuan metamort - 29 of 2.2.4. Sifat-sifat teknis batuan so 29 7 2.3 Sumber agregat socceesene 30 a 24 Fungsi agregat. : on 32 7 2.4.1. Fungsi agregat secara umum. cesses BQ 2.4.2. Fungsi agregat kasar seo eves 82 7 —————$__—$—$ $< fog) Campuran Beraspal Panas Bergradasi Menerus (Nano dan Sali Mf) Edtsi 2 Tarun 2016 ii ia ro 4 Teknoiog) Campuran 2.4.3. Fungsi agregat halus.... 2.4.4. Fungsi bahan pengisi 2.5. Produksi agregat 2.5.1 Umum: 2.5.2 Pemisahan dan pemecahan batu serta penyaringan agregat. 2.5.3 Penimbunan agregat 2.54 Penanganan agregat 2.5.5 Pengambilan contoh agregat dari timbunan 2.56 Reduksi kuantitas contoh agregat 2.5.7 Kasus di tempat produksi agregat 2.6 Sifat-sifat agregat yang harus dipenuhi 2.6.1. Ukuran maksimum butir dan gradasi agregat 262 Kebersihan agregat : 2.6.3. Ketahanan abrasi dan degradasi agregat 2.6.4 Bentuk butir agregat 2.6.5 Tekstur permukaan butir agregat 266 Daya serap agregat........ 2.6.7 Daya lekat agregat dengan aspal.. 26.8. Berat jenis agregat. 2.7 Persyaratan agregat dan bahan pengisi untuk campuran beraspal panas. 2.7.1. Persyaratan berat jenis dan penyerapan 2.7.2. Persyaratan agregat kasar 27.3. Persyaratan agregat halus 27.4, Persyarat bahan pengisi (filer) 27.5. ~ersyaratan gradasi agregat.... 2.8 Penentuan proporsi agregat 2.8.1, Tujuan penentuan proporsi agregat 2.8.2. Penentuan proporsi agregat secara analitis 2.8.3. Penentuan proporsi agregat secara gratis. ASPAL. seo ae 3.4. Umum 3.2. Sumber aspal 3.2.1. Aspal minyak 3.2.2 Aspal danau 3.2.3 Aspal batu 3.2.4 Ter (tar) 3.3. Fungsi aspal 3.4. Sifat-sifat kimia aspal 3.5. Sifat-sifat fisik aspal 3.5.1 Keawetan 3.5.2. Adhesi dan kohesi 3.5.3 Kepekaan terhadap temperatur. 3.5.4 Pengerasan dan penuaan 3.6. Perilaku aspal (asphalt behavior) 3.6.1 Perilaku aspal pada temperatur tinggi 3.6.2 Perilaku aspal pada temperatur rendah 3.6.3 Perilaku aspal pada temperatur menengah (intermediate) 3.6.4 Kekakuan aspal 3.7. Klasifikasi aspal 3.7.1 Aspal keras 3.7.2 Aspal cair 3.7.3 Aspal emulsi 3.7.4 Aspal modifikasi 3.7.5 Aspal superpave 3.8. Penyediaan dan penyimpanan aspal faspal Panas Bergradasi Menenus (Ner 32 33 33 233. 33 36 37 37 39 40 4 at 46 46 46 47 47 48 48 49 49 50 50 51 51 51 51 52 56 62 62 62 62 63 64 64 64 64 66 66 66 66 68 68 69 70 m1 ” 72 73 74 75 77 7 82 3.9. Pengambilan contoh aspal 3.10. Jenis pengujia sifat-sifat fisik aspal 3.10.1 Jenis pengujian aspal keras 3.10.2 Jenis pengujian aspal cair 3.10.3 Jenis pengujian aspal emulsi. 3.10.4 Jenis pengujian aspal modifikasi 3.11. Persyaratan aspal PENGATURAN SISTEM PEMASOK AGREGAT DINGIN AA UMUM nn 4.2 Unit Produksi Campuran Aspal 4.2.1 Jenis Unit Produksi Campuran Aspal 4.2.2 Bagian-bagian Unit Produksi Campuran Aspal 4.2.3 Cara kerja Unit Produksi Campuran Aspal 4.3. Penampung agregat dingin 4.4 Kalibrasi sistem pemasok agregat dingin BAT UMUM oo 4.42 Kalibrasi bukaan pintu penampung agregat dingin 4.4.3 Kalibrasi kecepatan ban berjalan. 4.5 Penetapan bukaan pintu penampung agreget dingin serta kecepatan ban berjalan - 4.6 Pengambilan contoh agregat dan ban berjalan PENYIAPAN RUMUSAN CAMPURAN RANCANGAN .. 5.1 Umum 5.1.1 Pengertian 5.1.2 \umusan Campuran Rancangan menurut Spesifikasi Bina Marga. 5.1.3 Tujuan umum perancangan 5.1.4. Prinsip perancangan. 5.1.5 Penggunaan Rumusan Campuran Rancangan 5.2 Persyaratan gradasi agregat dan sifat-sifat campuran 5.2.1 Persyaratan gradasi agregat dan sifat campuran menurut Spesifikasi Bina Marga 5.3. Karakteristik campuran yang dianalisis pada perancangan campuran. 5.4 Faktor-faktor yang perlu diperhatikan pada perancangan campuran 5.4.1. Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas 5.4.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi keawetan 5.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekedapan 5.4.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan dikerjakan .. 5.4.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kelenturan 5.4.6 Faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan lelah 5.4.7 Faktor-faktor yang mempengaruhi kekesatan 5.4.8 Pengaruh kelas aspal dan komposisi campuran terhadap sifat campuran. 5.5 Evaluasi dan pengaturan rancangan untuk memenuhi sifat-sifat campuran 5.5.1 Umum. 5.5.2 Pengaturan rancangan campuran pada kasus rongga rendah, stabilitas rendah 5.53 Pengaturan rancangan campuran pada kasus congga rendah, stabiltas memadai 5.5.4 Pengaturan rancangan campuran pada kasus rongga memadai, stabilitas rendah 5.5.5 Pengaturan rancangan campuran pada kasus rongga tinggi, stabilitas memadai 5.5.6 Pengaturan rancangan campuran pada kasus rongga tinggi, stabiltas rendah . 5.6 Sifat-sifat volumetrik campuran beraspal panas padat 5.6.1 Umum. . : raspal Panas Bergradasi Menerus M) Ecos 2 82 83 84 84 84 84 84 86 86 86 86 86 87 88 88 38 89 90 91 92 94 94 94 95 95 96 97 97 98 101 102 103 103 104 105 105 106 106 107 407 108 108 109 109 109 109 109 + 5.6.2 Hubungan antara berat dengan volume. 110 7 5.6.3. Definisi 110 : 5.6.4 Prosedur analisis sifat-sifat campuran padat ~ 11 5.7 Penyiapan contoh agregat untuk perancangan campuran mr . 5.7.1 Pengeringan dan pemanasan agregat. 117 i. 5.7.2. Pengendalian dan pengumpulan debu 121 5.7.3 Penyaringan agregat panas feontstnnene 123 % 5.7.4 Penyimpanan agregat dalam penampung panas 124 5.7.5 Pengambilan contoh agregat dari penampung/pemasok panas.... 125 . 5.8 Reduksi kuantitas contoh agregat dan penentuan proporsi campuran 126 4 5.8.1 Penyesuaian gradasi agregat untuk mendapatkan rongga yang memadai.. 127 5.8.2 Pemeriksaan gradasi untuk kepentingan ketahanan deformaii...... 128 - 5.8.3 Penyesuian persentase berat agregat berbeda berat jenis 129 a 5.9 Perancangan campuran dengan Metoda Marshall. . os 130 5.9.1 Umum - 130 5.9.2 Garis besar perancangan on . 130 5.9.3. Penyiapan benda uj... 7 131 5.9.4 Prosedur pengujian dan analisis 137 9.1 Proporsi agregat dan aspal untuk penyampuran di UPCA. 149 6. PENYIAPAN RUMUSAN CAMPURAN KERJA 150 61 Umum - : = 150 ae 6.1.1. Dasar penyiapan Rumusan Campuran Kerja 150 ae 6.1.2 Tujuan penyiapan Rumusan Campuran Kerja 151 6.1.3 Lingkup penyiapan Rumusan Campuran Kerja 151 6.2 Tahap penyiapan RCK - 152 6.2.1. Penyiapan RCK di UPCA soo 152 z 6.2.2 Penyiapan RCK melalui pembuatan seksi percobaan. 153, 3 63 Sajian Rumusan Campuran Kerja. erred : 7. PRODUKSI CAMPURAN - 155 7.4 Umum on 15S 3 7.2 Keselamatan dan kesehatan lingkungan - 156 7.3. Pengisian penampung dingin 157 - 7.4 Pemasokan agregat dingin ke dalam drum pengering..... so 158 A 7.4.1 Jenis-jenis sistem pemasok agregat dingin 158 7.4.2 Pemasokan bahan pengisi 159 + 743. Cara memastikan bahwa pemasok agregat dingin berfungsi dengan baik.. 160 * 7.5 Pengeringanipemanasan agregat dan penyaringan/penyimpanan agregat panas........ soon 160 a 7.6 Pengendalian debu 160 - 7.6.1 Pengumpul debu sentrifugal 7 ose 161 7.6.2. Pengumpul debu jenis sekraber basah. 161 . 7.6.3 Rumah pengumpul debu : 161 = 7.7 Pengambilan contoh dan pengujian agregat panas 162 7.8 Penyampuran agregat dan aspal 162 * 7.8.1 Penimbangan agregat . . 162 7 7.8.2. Penakaran bahan pengisi 162 . 7.8.3. Penimbangan aspal : 163 ’ 7.8.4 Timbangan agregat dan timbangan aspal 164 ~ 7.8.5 Pengadukan campuran 165 7186 Pengambilan dan pengujian contoh campuran 168 7.9 Inspeksi campuran dan penyimpangan (deficiencies) mutu campuran see 168 7.10 Rangkuman produksi campuran = oe 172 8 PENGANGKUTAN CAMPURAN. soe ATA 81 Umum = 174 82. Cara menghitung jumiah truk pengangkut campuran: 174 Teknolog’ Camouten Beraspal Panas Bargradasi Menarus (Neno dan Salm M) Edis 2 Tahun 2046 v 4 8.3 Cara mengisikan campuran ke dalam truk o 1 175 7 8.4 Pengukuran temperatur campuran di dalam truk 175 - 8.5 Penimbangan truk bermuatan campuran. - - 176 86 Kartu muatan......... . 176 ac) 87 Kasus campuran a : 7 : 8.8 _Rangkuman pengangkutan campuran ~ . 178 9 PENGHAMPARAN CAMPURAN 180 -y 9.2. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan selama operasi penghamparan 2. 180 re 9.1.1. Kesinambungan operasi.... 180 . 9.1.2 Jumlah dan kecepatan mesin penghampar .. 180 - 3 9.1.3. Jumiah truk pengangkut campuran 180 : 9.1.4 Jumlah dan jenis mesin pemadat. 181 9.1.5 Metoda penghamparan 7 181 9.1.6 Lebar penghamparan : 181 9.1.7 Penimbangan campuran 181 ~ 9.1.8 Pengaturan lalu-lintas dan keselamatan 182 any) 9.1.9 Pembukaan lapisan baru untuk ialu-lintas ; ee 182 9.3 Penyiapan permukaan yang akan dilapis....... 182 ay 9.2.1 Penyiapan tanah dasar dan lapis pondasi 182 aa 9.2.2. Penyiapan permukaan beton aspal lama... 182 9.23 Penyiapan permukaan perkerasan beton semen lama 183 a 9.4 Penanganan drainase . 1 184 ~~ 9.5 Lapis resap ikat (prime coat) dan ‘lapis perekat (tack coat 184 9.4.1. Lapis resap ikat 7 184, -a 9.4.2 | apis perekat (tack coat) 185 ro 9.4.3 Distributor aspal (asphalt distributor). t 185 9.6 Mesin penghampar campuran : 188 r * 9.5.1 Unit traktor ...... - 189 7 9.5.2. Unit perata (screed unit) 190 . 9.5.3 Kecepatan mesin penghampar........ 197 7% 9.5.4 Produksi mesin penghampar.... 7 7 198 mo 9.7 Prosedur penghamparan. 199 ~ 9.7.1 Koordinasi operasi mesin penghampar dengan produksi UPCA 199 r 9 9.7.2 Mengawali penghamparan 199 " 9.7.3 Penuangan campuran pada saat mesin penghamparan sedang ~ beroperasi 200 a4) 9.7.4 Pengaturan unit perata selama operasi penghamparan 200 9.7.8 Pengaturan lebar penghamparan 201 ow 9.7.6 Penghamparan secara manual (hand spreding) 201 - 9.7.7 Pembentukan sambungan. 202 9.8 Kasus yang sering diumpai pada lapis beton aspal yang sudah selesai aay dipadatkan 205 - = 9.8.1 Temperatur campuran . . 205 9.8.2 Tampilan permukaan lapisan 205 =) 9.8.3 Kemiringan melintang (pavement crown). 206 — 9.9 Rangkuman penghamparan campuran 7 ™ 209 10 PEMADATAN BETON ASPAL . 211 y * 10.1 Umum... . a 214 ; 10.1.1 Istilah dan definisi . wee 211 5 10.1.2 Alasan perlunya beton aspal dipadatkan...... 212 r 3% 10.1.3 Ringkasan prosedur pemadatan oe 213 ; 10.2 Mekanika pemadatan 215 ~ 10.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemudahan pemadatan 216 nS 10.3.1 Sifat-sifat beton aspal = 216 ; 10.3.2 Kondisi lapangan : 220 ,% = ii Menon (Ne ‘a 7 10.3.3 Prosedur pemadatan 221 * 10.4 Penurunan temperatur lapis beton aspal selama pemadatan. 222 a 10.4.1 Hubungan antara penurunan temperatur dengan durasi pemadatan 222 10.4.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi durasi penurunan temperatur lapis 4 beton aspal........ 7 222 - = 10.4.3 Penentuan durasi pemadatan 225 10.4.4. Pemadatan lapis beton pada saat cuaca dingin. 226 10.5 Jenis dan karakteristik mesin pemadat....... 0 227 ; 10.5.1 Mesin pemadat roda besi tandem (steelired tandem rollers) 227 10.5.2 Mesin pemadat roda karet (pneumatic-tired rollers). 229 as 10.5.3 Mesin pemadat getar (vibratory rollers) 231 : 10.5.4 Teknologi baru mesin pemadat. 235 10.5.5 Pedoman umum pemilihan jenis mesin pemadat 235 3 10.6 Prosedur pemadatan. 236 10.6.1 Ketentuan umum pemadatan menurut Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 236 10.6.2 Pembuatan seksi percobaan. 237 10.6.3 Prosedur pemadatan regular. . 249 10.7 Persyaratan dan cara memastikan mutu beton aspal untuk penerimaan 255 10.7.1 Persyaratan beton aspal untuk penerimaan 255 : 10.7.2 Cara verifikasi beton aspal untuk penerimaan berdasarkan kepadatan. 258 10.8 Beberapa persoalan pemadatan snsen 260 10.9 Rangkuman pemadatan beton aspal 262 DAFTAR REFERENS| 263 ana Becgradas: Menarus dan Say Ni) Eos) 2 Taher 2076 vii Pa) . Dal DAFTAR TABEL Tabel 1 - Produksi aspal di 4 unit kilang Pertamina 210 Tabel 2 - Jenis campuran beraspal paras menurut Klasfikasi di Amerika Serikat..... 4 Tabel 3 - Perbandingan sifat-sifat teknis campuran beraspal panas menurut Klasifikasi di Afrika Selatan on sone Tabel 4 - Sifat-sift teknis batuan untuk kepentingan pekerjaan campuran beraspal panas...... 30 Tabel 5 - Berat minimum contoh agregat 38 Tabel 6 - Beberapa kasus yang kemungkinan dijumpai di tempat produksi agregat 40 Tabel 7 - Contoh data hasil analisis saringan yang dikonversi menjadi gradasi 44 Tabel 8 - Persyaratan agregat kasar...... - 50 Tabel 9 - Persyaratan agregat halus 50 Tabel 10 - Persyaratan gradasi agregat gabungan untuk beton aspa....... ; 51 Tabel 11 - Gradasi spesifikasi dan Fraksi A dan B yang akan digabungkan secara anaiitis.....53 Tabel 12 - Gradasi target dan hasil penggabungan dua fraksi dengan cara analitis 54 Tabel 13 - Gradasi spesifikasi dan Fraksi A, B dan C untuk digabungan secara analitis 55 Tabel 14 - Gradasi target dan hasil penggabungan tiga fraksi dengan cara analitis, 56 Tabel 15 - Gradasi spesifikasi (target) dan lima fraksi yang digabungkan secara grafis 60 Tabel 16 - Gradasi agregat hasil penggabungan lima fraksi dengan cara orais 60 Tabel 17 - Komposisi tipikal Trinida Epuré.. on : na 63) Tabel 18 - Komposisi kimia aspal 65 Tabel 19 - Klasifikasi aspal keras menurut viskositas aspal asi pada 60 °C dan persyeratannya. 73 Tabel 20 - Klasifikasi aspal keras menurut viskositas residu pada 60 °C dan persyaratannya...74 Tabel 21 - Klasifikasi aspal keras menurut penetrasi pada 60 °C dan persyaratannya 74 Tabel 22 - Klasifikasi aspal emulsi. 76 Tabel 23 - Peralatan pengujian dan tujuan pengujian aspal superpave. 78 Tabel 24 - Spesifikasi aspal superpave. 79 Tabel 25 - Spesifikasi aspal superpave (Ianjutan) - ene BO Tabel 26 - Persyaratan aspal keras. 85 Tabel 27 - Contoh hasil kalibrasi bukaan pintu........ 89 ‘Tabel 28 - Persyaratan gradasi agregat menurut Spesifikasi Bina Marga 7 Tabel 29 - Persyaratan sifat campuran beraspal panas (Laston) menurut Spesifikasi Bina Marga 97 Tabel 30 - Persyaratan sifat campuran beraspal panas modifikasi (Laston Modifikasi) menurut Spesifikasi Bina Marga 98 Tabel 31 - Penyebab dan pengaruh stabilitas yang rendah . - 102 Tabel 32 - Penyebab dan pengaruh keawetan yang rendah 103 Tabel 33 - Penyebab dan pengaruh kekedapan yang jelek 104 Tabel 34 - Penyebab dan pengaruh kemudahan dikerjakan yang rendah, 105 Tabel 35 - Penyebab dan pengaruh ketahanan lelah yang rendah 105 Tabel 36 - Penyebab dan pengaruh kekesatan yang rendah. - 106 Tabel 37 - Contoh data dasar sifat-sifat campuran padat untuk ilustrasi penghitungan 112 Tabel 38 - Lembar analisis volumetrik berdasarkan persentase terhadap berat total 116 Tabel 39 - Lembar analisis volumetrik berdasarkan persentase terhadap berat agregat........117 Tabel 40 - Penyesuaian perentase volume menjadi persentase berat 130 Tabel 41 - Contoh gradasi contoh agregat dan bahan pengisi yang diambil dari UPCA 133 Tabel 42 - Persentase berat fraksi-fraksi tiap contoh agregat 134 Tabel 43 - Berat tiap fraksi masing-masing contoh agregat 134 ‘Tabel 44 - Berat aspal dan berat benda uji 134 Tabel 45 - Faktor koreksi stabiltas 140 Tabel 48 - Contoh data hasil analisis kepadatan dan rongga serta data stabilitas dan pelelehan benda uji 141 Tekaolog) Campuran Beraspal Panas Bergradas! Menorus (Nono dan Salim Mi) Eis 2 Tahun 2016 w a a8 aw uN w ‘s a) Tabel 46 - Contoh data hasil analisis kepadatan dan rongga serta data stabilitas dan pelelehan benda ji 141 Tabel 47 - Berat bahan untuk satu kali penyampuran di UPCA 149 Tabel 48 - Toleransi komposisi dan temperatur campuran 184 Tabel 49 - Beberapa kasus dan penyebabnya yang mungkin dijumpai pada campuran. 170 Tabel 50 - Beberapa kasus dan penyebabnya yang mungkin dijumpai pada campuran (lanjutan).. 171 Tabel 51 - Jadwal pengambilan contoh dan pengujian yang disarankan selama produksi campuran. . 172 Tabel 52 - Berat minimum contoh agregat sanmenramente 72 Tabel 53 - Angka Kecepatan sen 198 Tabel 54 - Jenis dan kemungkinan penyebab kasus-kasus yang sering dijumpai pada lapisan beton aspal....... 207 Tabel 55 - Jenis dan kemungkinan penyebab kasus-kasus yang dijumpai djumpai pada lapisan beton aspal 208 Tabel 56 - Faktor di luar mesin pemadat yang mempengaruhi kemudahan pemadatan.......224 ‘Tabel 57 - Kecepatan mesin pemadat, 240 Tabel 58 - Data seksi percobaan1) 250 Tabel 59 - Beberapa persoalan pada pemadatan beton aspal. 260 Teknologi Campuran w a we ” DAFTAR GAMBAR Gambar + - Suasana pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas pada abad 18 dan 19. so Gambar 2 - Jalan Cadas Pangeran .......stnvesnnitntninnse Snnnenen on Gambar 3 - Gradasi yang mewakill jenis-jen's campuran beraspal panas 18 Gambar 4 - Contoh beberapa tantangan yang dijumpai pada pekerjaan campuran beraspal panas. sen B6 Gambar 5 - Lingkup pekerjaan campuran beraspal panas fern sone BT Gambar 6 - Contoh proses produksi agregat yang disederhanakan serene Gambar 7 - Contoh cara membentuk timbunan agregat 37 Gambar 8 - Contoh letak papan/pelat baja pada timbunan... a 38 Gambar 9 - Alat untuk mengambil contoh agregat halus dari timbunan 38 Gambar 10 - Sketsa alat pembagi contoh agregat (sample splitter)... 39 Gambar 11 - Tahapan pembagian contoh dengan cara perempatan (quartering). .39 Gambar 12 - Contoh kasus di tempat penimbunan agregat. At Gambar 13 - Susunan saringan.... eres fevnnneee 42 Gambar 14 - Contoh tipikal gradasi agregat campuran beraspal panas. sesseesnseessneeeS ‘Gambar 15 - Sketsa tiga jenis gradasi agregat 45 Sambar 16 - lustras bent kurva tiga Jens grades! agregat fee Gambar 17 - Bentuk butir agregat . es eevee AT, Gambar 18 -llustrasi volume dan berat jenis agregat.. 49 Gambar 19 - Gradasi spesifikasi dan Fraksi A dan B yang akan diagbungkan secara analitis .. 53 Gambar 20 - Gradasi spesifikasi dan gradasi agregat hasil penggabungan cara anailis....55 Gambar 21 - Kurva untuk menentukan proporsi dua fraksi agregat. . Gambar 22 - Kurva untuk menentukan proporsi tiga fraksi agregat......... .. Gambar 23 - Kurva untuk menentukan proporsi tiga fraksi dengan cara Rochtfuchs. 59 Gambar 24 - Gradasi agregat hasil penggabungan lima fraksi dan gradasi target. 61 Gambar 25 - Kurva untuk menentukan proporsi lima fraksi . 61 Gambar 26 - llustrasi pengaruh temperatur dan durasi pembebanan 69 Gambar 27 - Gambaran mikroskopik karakteristik aliran cairan Gambar 28 - Karakteristik viskositas beberapa jenis bahan. Gambar 29 - Model “spring dashpot” untuk perilaku viskoelastis . - Gambar 30 - Variasi kekakuan aspal menurut durasi pembebanan, pada temperatur tertemtu cee _ Gambar 31 - Hubungan antara pengujian dan kinerja aspal superpave Gambar 32 - Sketsa kran untuk mengambil contoh aspal tangki aspal Gambar 33 - Bagian-bagian Unit Produksi Campuran Aspal jenis takaran ‘Gambar 34 - Tata letak Unit Produksi Campuran Aspal jenis takaran Gambar 35 - Cara kerja Unit Produksi Campuran Aspal jenis takaran ‘Gambar 36 - Tipikal penampung agregat dingin dengan ban berjalan kecepatan tetap. Gambar 37 - Contoh hasil kalibrasi bukaan pintu penampung agregat dingin....... Gambar 38 - Sistem pemasok agregat sistem aliran menerus dan sistem aliran apron Gambar 39 - Contoh hasil kalibrasi kecepatan ban berjalan ene Gambar 40 - Lokasi pengambilan contoh dari ban berjalan Gambar 41 - Diagram komponen-komponen campuran beraspal panas.... : Gambar 42 - Pengaruh kelas aspal dan komposisi campuran terhadap sifat campuran... Gambar 43 - Kurva gradasi kepadatan maksimum menurut Persamaan Fuller... Gambar 44 - Struktur campuran beraspal panas ........ Gambar 45 - Drum pengering tipikal pada UPCA jenis takaran . Gambar 46 - Lokasi dan jenis pyrometer. Telnologi Campuran Beraspal Panas Beroradasi Menerus (Nano dan Salm M) Eck! 2 Tahun 2016 eS yt av Ve YG UN , _—_— luce UmhLTTULULRR a sew a a Gambar 47 - Jenis-jenis pengumpul debu ‘Gambar 48 - Unit pengaturan gradasi dan proporsi seregat Gambar 49 - Dek saringan .......ccecssssesssssssessssseeee Gambar 50 - Diagram diafragma jenis putus-mati (cut-off)... . Gambar 51 - Penampung agregat panas dan alat pengambil contoh agregat ... Gambar 52 - Contoh gradasi dengan “punuk” Gambar 53 - Pedestal pemadatan Gambar 54 - Contoh kurva untuk menentukan temperatur penyampuran dan pemadatan . Gambar 55 - Mesin uji Marshall manual dan kepala penekan. Gambar 56 - Contoh kurva data perancangan campuran menurut metoda Marshall Gambar 57 - Contoh rentang kadar aspal yang sempit. Gambar 58 - Posisi kurva VMA terhadap batas minimum VMA Gambar 59 - Pengaruh daya pemadatan terhadap VMA dan VIM Gambar 60 - Diagram produksi campuran pada UPCA takaran ... Gambar 61 - Bagan alir produksi campuran pada UPCA takaran Gambar 62 - Segregasi pada timbunan = Gambar 63 - Sistem pemasok agregat dingin... Gambar 64 - Piranti untuk mengelurakan dan mengalirkan agregat dingin... Gambar 65 - Jenis-jenis pengumpul debu..... - Gambar 66 - Urutan penimbangan agregat dari tiap penampung panas. Gambar 67 - Penimbangan aspal . Gambar 68 - Lokasi timangan agregat dan aspal Gambar 69 - Kondisi unit pengaduk Gambar 70 - Tahapan pengadukan pada satu siklus pengadukan Gambar 71 - Jenis termometer untuk mengukur temperatur campuran dalam truk Gambar 72 - Posisi campuran bak truk. Gambar 73 - Jenis termometer untuk mengukur temperatur campuran dalam truk.... Gambar 74 - Timbangan truk tipikal... Gambar 75 - Bentuk lapisan pasak perata untuk mengatasi cekungan longitudinal... Gambar 76 - Bentuk lapisan pasak perata untuk mengatasi kemiringan melintang Gambar 77 - Bagian-bagian distributor aspal......... Gambar 78 - Sudut nozel terhadap sumbu batang penyemprot. Gambar 79 - Posisi batang penyemprot dan pola kipas semprotan... Gambar 80 - Mesin penghampar.......c.ccmesenreneentnne Gambar 81 - Mesin penghampar dan bagian-bagiannya Gambar 82 - Gaya-gaya yang bekerja pada unit perata Gambar 83 - Jenis sistem pemadat pada unit perata............ Gambar 84 - Letak pengendali kemiringan melintang dan pengendali tebal.... Gambar 85 - Sistem acuan pengendali otomatis unit perata. seseeninaee Gambar 86 - Sambungan perata Gambar 87 - Posisi roler pendorong dan ban truk... Gambar 88 - Langkah-langkah penuangan campuran ke dalam hoper Gambar 89 - Bentuk akhir lapisan di sekitar sambungan melintang..... ‘Gambar 90 - Posisi sambungan memanjang dua lapisan Gambar 91 - Penghamparan secara eS€l0M cr utrneseninnn Gambar 92 -llustrasi pola pemadatan dengan dua dan tiga cakupan pemadatan Gambar 93 - Hubungan rongga udara dengan kinerja beton aspal. Gambar 94 - Gaya-gaya pada lapis beton aspal yang sedang dipadatkan . Gambar 95 - Hubungan antara temperatur beton aspal dengan daya pemadatan Gambar 96 - Pola penyebaran temperatur pada saat pemadatan dan pola retak akibat perbedaan temperatur 220 Gambar 97 - Gradien berat isi di sekitar sambungan memanjang 221 Gambar 98 - Kurva untuk menentukan durasi penurunan temperatur 226 Gambar 99 - Contoh mesin pemadat kecil (227 Teknologi Campuran Beraspal Panas Bergradasi Menerus (Nono dan Salen M) Edis) 2 Tahun 2016, xi Gambar 100 - Mesin pemadat roda besi tandem dan gaya roda . Gambar 101 - Arah gerakan mesin pemadat pada saat pemadatan awal... Gambar 102 - Mesin pemadat roda karet tipikal dan gaya roda pada saat pemadatan......230 * Gambar 103 - Beban dan sumbu eksentrik serta ilustrasi vibrasi pada lapis beton aspal ..233 , Gambar 104 - llustrasi amplitudo... Gambar 105- Hubungan antara kecepatan mesin pemadat dan frekwensi Gambar 106 - Modus pengaktifan vibrasi . Gambar 107 - Alat nuklir dan geometri penyebaran foton. Gambar 108 - Hubungan kepadatan dengan jumlah lintasan pemadatan a Gambar 109 - Pola pemadatan untuk satu mesin pemadat Gamar 110 ustrasi pengambilan contch inti pengyjan bert ii lapis ‘beton aspal Gambar 111 - Pemadatan sambungan melintang sesitnnnr Gambar 112 - Cara pemadatan sambungan memanjang panas Gambar 113 - Cara pemadatan sambungan memanjang dingin. Gambar 114 - Mistar dorong untuk mengukur kerataan....... Gambar 115 - Hubungan antara kepadatan dangan rongga udara... Gambar 116 - Contoh persoalan pada pemadatan beton aspal.... > * a > a 5 091 Gampuran Beraspal Panas Bor as (Non dan Sali 2 xi r a | wv ow te we ww wow wa ‘ae ow ly www Ww a ™ 4 PENDAHULUAN 1.1. Sejarah penggunaan aspal dan campuran beraspal panas Pada dasarya campuran beraspal panas terdiri atas aspal dan agregat, maka sejarah penggunaan campuran beraspal panas tidak dapat dilepaskan dari sejarah aspal. Di bawah diuraikan sejarah aspal di dunia dan di Indonesia yang disalin dari tulisan Yusuf Muchammad dalam: asbuton.blogspot.com, dengan perubahan minor dan dilengkapi dengan ilustrasi (gambar) dari sumber lain 1.4.1. Sejarah penggunaan aspal di dunia Sejarah penggunaan aspal telah dimulai sejak ribuan tahun sebelum masehi oleh bangsa Sumeria dan Mesopotamia. Mereka menggunakan aspal (sering disebut bitumen) sebagai lapis pengedap untuk bak mandi maupun kolam-kolam air di istana dan kuil, Tentu saja aspal yang digunakan adalah aspal yang didapat secara alami. Aspal terdapat di alam dalam bentuk fake asphalt (seperti dodo!) dan rock asphalt (biasanya keras, campuran dari aspal, tanah, kapur, dan lempung). Aspal tercatat pertama kali digunakan sebagai bahan konstruksi jalan, terjadi di Babilonia sekitar tahun 625 SM pada masa kekuasaan Raja Naboppolassar seperti yang tercatat dalam prasasti peninggalannya (Gambar 1). Istilan aspal berasal dari bahasa Yunani kuno asphaltos, kemudian bangsa Romawi mengubahnya menjadi asphaltus, lalu diadaptasi ke dalam bahasa Inggris menjadi asphalt, dan kita menerjemahkan ke dalam bahasa Indonesia menjadi aspal Berabad kemudian selelah jaman Babilonia, Sir Walter Raleigh menuliskan dalam catatannya (tahun 1595) tentang penemuan deposit fake asphalt di Trinidad, dekat pantai Venezuela. Dia menggunakan aspal tersebut sebagai pelapis dinding kapainya. Sejarah penggunaan aspal untuk pembuatan jalan di abad modem dapat ditelusur kembali pada masa abad ke 18. Seorang insinyur Inggris yang bemama John Metcalf (lahir 1717) harus membangun jaringan jalan di Yorkshire dengan total panjang hampir 300 km. Jalan dibuat dengan batuan berukuran besar diletakkan di bawah sebagai fondasi yang kuat, kemudian di atasnya diberi batu galian, lalu kerikil sebagai lapis penutup. Thomas Telford membangun jaringan jalan di Skotiandia pada tahun 1803-1821 sepanjang hampir 1.500 km. Telford menyempumakan metode pembuatan jalan Metcalf, dengan mengganti batu galian dengan John Metcalf batu pecah. Ketebalan lapisan batu pecah juga sudah dinitung berdasar karakter lalu lintas yang akan melintasi a Pada saat yang hampir bersamaan, John Loudon McAdam secara terpisah membangun jalan-jalan masuk menuju Skotlandia mirip dengan cara Telford. McAdam juga menemukan tanah yang terikat dalam keadaan kering tidak akan turun ke dasar jalan. McAdam mengatur batuan sedemikian rupa sehingga bertemu antar sudutnya dan membentuk permukaan yang kuat / keras. Pada masa-masa berikutnya, metode konstruksi ini diperbaiki untuk mengurangi debu jalanan di musim kemarau dengan cara disiram ter panas. Metode ini disebut dengan lapis tarmacadam. John Louden McAdam: Baru pada tahun 1870 campuran aspal digunakan untuk pembangunan jalan, yang dilakukan oleh seorang ahli kimia Belgia, yang bernama Edmund J. DeSmedt, ketika membangun jalan di depan balai kota Newark, New Jersey, USA. Campuran yang digunakan adalah pasir dan aspal alam dari Trinidad. Hasil yang memuaskan membuat para kontraktor pembangun jalan segera memanfaatkan aspal sebagai bahan konstruksi pada proyek-proyek pembangunan jalan yang dikerjakan Pada masa lalu, aspal yang digunakan pada campuran hotmix yang diproduksi belumlah memakai spesifikasi seperti yang kita kenal sekarang. Oleh karena proyek pembangunan jalan yang menggunakan aspal mulai meningkat banyak, untuk mempertahankan kualitas hasil yang baik, Pemerintah Kota New York hanya mensyaratkan penggunaan batu bata atau batu granit, namun dengan jaminan selama 15 tahun, baik untuk material maupun pelaksanaan. Karena pengetahuan k. itraktor masih terbatas, banyak jalan yang tidak dapat bertahan selama 15 tahun, dan sebagai akibatnya banyak kontraktor yang bangkrut. Akibat lanjutannya adalah proyek-proyek jalan berikutnya menjadi meningkat harganya untuk mengkompensasi garansi selama 15 tahun tersebut Sampai tahun 1900an, hampir seluruh aspal yang digunakan berasal dari aspal alam Trinidad. Di sisi fain, mulai banyaknya penemuan sumur-sumur minyak bumi membuat perkembangan kilang (refinery) semakin banyak dan meluas. Dari pengoperasian kilang temyata juga dinasilkan aspal. Akhimya, pada tahun 1907 aspal yang dihasilkan dari kilang telah menggeser penggunaan aspal alam Trinidad, karena aspal kilang lebin murah harganya, Produksi HMA (Hot-Mix Asphalt, selanjutnya disebut hotmix saja) pertama kali dilakukan secara manual, dengan cara memanaskan batuan atau pasir di atas plat besi dengan menggunakan batubara sebagai bahan bakar. Lalu aspal dituang, dan pekerja kemudian mengaduk-aduk (membolak-balik) secara manual. Penggunaan alat pengaduk, mixer, secara mekanis pertama kali dilakukan di Paris pada tahun 1854, namun masih sangat sederhana dan terbatas, sehingga untuk memproduksi satu batch saja perlu waktu empat jam. Fasilitas produksi hotmix pertama yang memiliki komponen-komponen dasar seperti yang kita pahami sekarang dibangun oleh Perusahaan Warren Brothers di East Cambridge tahun 1901. Rotary drum dan rotary drier pertama kali digunakan untuk produksi hotmix pada tahun 1910. Mekanisasi sistem pengumpan dingin mulai diterapkan tahun 1920, sementara vibrating screen dan sistem injeksi tekanan (untuk pembakaran) mulai ditambahkan sejak tahun 1930. Metode pelaksanaan (konstruksi) juga mengalami perkembangan yang cukup pesat. Pada masa awal, setelah hotmix dituang di lokasi proyek, lalu disebar dan diratakan dengan tangan lalu dipadatkan dengan roller yang masih ditarik dengan kuda. Tahun 1920 tercatat penggunaan pertama spreader secara mekanis untuk menghampar hotmix (mengadop dari pelaksanaan pekerjaan beton). Tahun 1930, Sheldon G. Hayes adalah orang yang pertama menggunakan finisher (tipe Barber-Greene) untuk menyebar atau menghampar hotmix. Finisher ini terdiri atas unit traktor dan screed yang dilengkapi dengan vertical tamping bar. w a J.S, Heim, President of the Asphalt institute, pada tahun 1939 menyatakan bahwa aspal sudah menjadi material yang sangat penting untuk pembangunan maupun pemeliharaan jalan. Dalam waktu empat tahun, 1934-1937, jalan yang dibangun dengan HMA (hotmix asphalt) sudah lebih dari 80%. Selama perang dunia kedua teknologi peningkatan kualitas aspal maupun metode konstruksi jalan berkembang pesat seiring dengan kebutuhan dunia militer untuk mengakomodasi pergerakan dan mobilisasi alat-alat perang yang relatif berat. Ketika perang selesai dan orang banyak berpindah ke perkotaan, proyek-proyek jalan di Amerika mengalami masa booming. Pada tahun 1956, Konggres Amerika menyetujui undang-undang pembangunan jalan yang menelan dana hingga USD 51 milyar untuk pembangunan jalan nasional saja (bandingkan dengan anggaran Bina Marga untuk pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional tahun 2008 ini yang hanya berkisar USD 2 milyar; inipun setelah ada kesadaran dari Pemerintah Indonesia untuk memperbaiki infrastruktur jalan, masa-masa sebelumnya hanya maksimal separuhnya) Lonjakan proyek-proyek jalan ini membuat kontraktor membutuhkan peralatan yang lebih besar kapasitasnya dan juga lebih bagus kinerjanya. Paver dengan sistem kontrol elektronik untuk mengatur level penghamparan hotmix mulai diperkenalkan tahun 1950, sedang screed yang dilengkapi dengan kontrol mulai digunakan tahun 1960an. Finisher yang dapat digunakan untuk menghampar dua lajur sekaligus mulai digunakan tahun 1968. Salah satu inovasi peralatan yang cukup penting untuk dunia konstruksi jalan adalah dengan diperkenalkannya alat angkut hotmix yang dapat membuang dari bawah (saat ini kita mengenalnya dengan sebutan dumptruck), sehingga hotmix dapat dimasukkan ke bagian depan paver (finisher), dan paver dapat beroperasi secara terus-menerus. Sampai tahun 1950an, pemadatan hotmix di lapangan hanya menggunakan tandem roller yang ringan ditambah dengan three-wheel roller yang berat. Saat ini, pemadatan sudah dilakukan dengan 5-wheel roller dan tandem roller yang dilengkapi dengan sistem penggetar (vibratory), Pada Gambar 1 ditunjukkan suasana pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas pada abad 18 dan 19, '2, Penggelaran hotmx aspal pada abad 18 ». Rombongan peralatan kontraklor akan menggelar hotmix, awal abd 19 (saat ini dikenal sebagai mob- demob peralatan) . Asphalt Sprayer (awal abad 1) Gambar 1 - Suasana pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas pada abad 18 dan 19 Teknologi Campuran Beraspat Panas Beroradtast Menerus (Nono dan Safin M) Edt 2 Tahun 2016 aw Ve we ‘ - f. Peralatan untuk pelaksanaan pekerjaan campuran os a a beraspal panas 9. Tandem Rolie (stoom) awal abad 19 Gambar 1 - Suasana pelaksanaan pekerjaan campuran beraspal panas pada abad 18 dan 19, lanjutan 1.1.2. Sejarah penggunaan aspal di Indonesia Perkembangan jalan di Indonesia sebelum masa kolonialisasi Belanda tidak banyak ditemukan catatannya. Barangkali, Jalan Daendels, merupakan proyek jalan pertama di Indonesia yang cukup banyak informasinya. Namun demikian, juga banyak informasi dan hal yang peru ditelaah lebih lanjut karena hanya berdasar dari dokumen-dokumen yang tersimpan di Belanda Herman Willem Daendels lahir di Hattem, Belanda pada tanggal 21 Oktober 1762. Pada tahun 1780 dan 1787 ikut kumpulan para pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Perancis, lalu bergabung dengan pasukan Batavia yang republikan. Pada tahun 1795 mendapatkan pangkat Jenderal. Seiring dengan ditaklukannya Belanda oleh Perancis pada akhir 1795, ia kembali ke Belanda. Sebagai kepala kaum unitaris ia bertugas untuk mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Invasi Persekutuan Eropa yang dipimpin Inggris dan Rusia di provinsi Noord-Holland berakibat buruk baginya. la dianggap kurang tanggap dan diserang oleh berbagai pihak. Akhimya ia kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun 1800. la memutuskan untuk menjadi petani dan peternak Herman Willem Daendels lahir di Hatem, Belanda pada tanggal 21 Oktober 1762. Pada tahun 1780 dan 1787 ia ikut kumpulan para pemberontak di Belanda dan kemudian melarikan diri ke Perancis, lalu bergabung dengan pasukan Batavia yang republikan. Pada tahun 1795 ia mencapai pangkat Jenderal Seiring dengan ditaklukannya Belanda oleh Perancis pada akhir 1795, ia kembali ke Belanda. Sebagai kepala kaum unitaris ia bertugas untuk mengurusi disusunnya Undang-Undang Dasar Belanda yang pertama. Invasi Persekutuan Eropa yang dipimpin Inggris dan Rusia di provinsi Noord-Holland berakibat buruk baginya. la dianggap kurang tanggap dan diserang oleh berbagai pihak. Akhimya ia kecewa dan mengundurkan diri dari tentara pada tahun 1800. la memutuskan untuk menjadi petani dan peternak Campuran Beraspai Panas Betgradas’ Menerus (Non dan Salm M) Edit 2 Tahun 2016 4 oD wt aw ‘s Voie ey Pada tahun 1806 ia dipangail oleh Raja Belanda, Raja Louis (Koning Lodewijk; Louis Bonaparte; sepupu Napoleon Bonaparte) untuk berbakti kembali di tentara Belanda. la ditugasi untuk mempertahankan provinsi Friesland dan Groningen dari serangan Rusia. Selelah sukses, pada tanggal 28 Januari 1807 atas saran Kaisar Napoleon Bonaparte, ia dikirim ke Hindia-Belanda sebagai Gubemur-Jendral, menggantikan Gubernur-Jendral Albertus Wiese, Daendels ditugasi untuk melindungi pulau Jawa dari serangan tentara Inggris. Jawa adalah satu-satunya daeran koloni Belanda-Perancis yang belum jatuh ke tangan Inggrs setelah Isle de France dan Mauritius pada tahun 1807. Beberapa kali armada Inggris telah muncul di perairan utara laut Jawa bahkan di dekat Batavia (Jakarta). Pada tahun 1800 armada Inggiis telah memblokade Batavia. Pada tahun 1806 armada kecil Inggris di bawah Laksamana Pellew muncul di Gresik. Setelah blokade singkat, pimpinan militer Belanda Von Franquemont memutuskan untuk tidak mau menyerah kepada Pellew. Ultimatum Pellew untuk mendarat di Surabaya tidak terwujud, tetapi sebelum meninggalkan Jawa Pellew menuntut Belanda agar membongkar semua pertahanan meriam di Gresik dan dikabulkan. Ketika mendengar hal ini Daendels menyadari bahwa kekuatan Perancis-Belanda yang ada di Jawa tidak akan mampu menghadapi kekuatan armada Inggris, maka iapun melaksanakan tugasnya dengan segera Tentara Belanda diisinya dengan orang-orang pribumi, ia membangun rumah sakit-rumah sakit dan tangsi-tangsi militer baru. Di Surabaya ia membangun sebuah pabrik senjata, di Semarang ia membangun pabrik meriam dan di Batavia ia membangun sekolah milter. Kastil di Batavia dinancurkannya dan diganti dengan benteng di Meester Comelis (Jatinegara). Di Surabaya dibangunnya Benteng Lodewijk. Proyek utamanya, yaitu. pembangunan jalan, sebenamya dibangun juga karena manfaat miltemya, yaitu untuk mengusahakan tentara-tentaranya bergerak dengan cepat dari Batavia menuju Surabaya Berbeda dengan apa yang diyakini orang selama ini, Daendels selama masa pemerintahannya memang memerintahkan pembangunan jalan di Jawa tetapi tidak dilakukan dari Anyer hingga Panarukan. Jalan antara Anyer dan Batavia sudah ada ketika Daendels tiba. Pada ruas ini ia hanya memerintahkan untuk memperbaiki perkerasannya dan melebarkannya sehingga waktu tempuh berkurang dari 4 hari menjadi 1 hari, Daendels mulai membangun jalan dari Buitenzorg (Bogor) menuju Cisarua dan seterusnya sampai ke Sumedang. Pembangunan dimulai bulan Mei 1808. Di Sumedang (lihat Gambar 2), proyek pembangunan jalan ini terbentur pada kondisi alam yang sulit karena terdiri atas batuan padas. Akibatnya pembangunan jalan macet. Kelika mengetahui hal ini, Daendels memerintahkan komandan pasukan zeni Brigadir Jenderal von Lutzow untuk mengatasinya. Berkat tembakan artileri, bukit padas berhasil diralakan dan pembangunan diteruskan hingga Karangsambung. Sampai Karangsambung, —proyek pembangunan itu dilakukan dengan kerja upah. Para bupati pribumi diperintahkan menyiapkan tenaga kerja dalam jumiah tertentu dan masing-masing setiap hari dibayar 10 sen per orang dan ditambah dengan beras serta jatah garam setiap minggu, Setibanya di Karangsambung pada bulan Juni 1808, dana tiga puluh ribu gulden yang disediakan Daendels untuk membayar tenaga kerja ini habis dan di luar dugaannya, tidak ada lagi dana untuk membiayai proyek pembangunan jalan tersebut. Ketika Daendels berkunjung ke ‘Semarang pada pertengahan Juli 1808, ia mengundang semua bupati di pantai utara Jawa. Dalam pertemuan itu Daendels menyampaikan bahwa proyek pembangunan jalan harus diteruskan dengan alasan untuk kepentingan mensejahterakan rakyat. Para bupati diperintahkan untuk menyediakan tenaga kerja dengan konsekuensi para pekerja ini dibebaskan dari kewajiban kerja bagi para bupati tetapi mencurahkan tenaganya untuk membangun jalan. Sementara itu para bupati harus menyediakan kebutuhan pangan bagi mereka. Dari hasil kesepakatan itu, proyek pembangunan jalan diteruskan dari Karangsambung ke Cirebon. Pada bulan Agustus 1808 jalan telah sampai di Pekalongan. Sebenarnya jalan yang menghubungkan Pekalongan hingga Surabaya telah ada, karena pada tahun 1806 Gubemur Pantai Timur Laut Teknolog! Campuran Beraspa! Panas Bergradasi Monerus (Nano dan Sai My Edis 2 Tahun 2016 5 aw : ' Jawa Nicolaas Engelhard telah menggunakannya untuk membawa pasukan Madura dalam rangka menumpas pemberontakan Bagus Rangin di Cirebon. Daendels hanya melebarkannya. Tetapi ia memang memerintahkan pembukaan jalan dari Surabaya sampai Panarukan sebagai pelabuhan ekspor paling ujung di Jawa Timur saat itu Proyek pembangunan jalan Daendels ini dilakukan dengan kecepatan yang luar biasa kala itu, bahkan juga untuk ukuran sekarang, yakni 18 - 20 km/jam di tempat-tempat yang datar. Sepanjang jalan, setiap jarak 150,960 meter harus didirikian sebuah tonggak/paal untuk jadi tanda jarak dan juga tanda kewajiban bagi setiap distrik (kewedanaan) untuk memeliharanya. Kontroversi terjadi tentang pembangunan jalan ini, Pada masa Daendels banyak pejabat Belanda yang dalam hatinya tidak menyukai Perancis tetapi tetap setia kepada dinasti Oranje yang melarikan diri ke Inggris. Namun mereka tidak bisa berbuat banyak karena penentangan terhadap Daendels berarti pemecatan dan penahanan dirinya. Hal itu membuat beberapa orang pejabat seperti Prediger (Residen Manado), Nicolaas Engelhard (Gubemur Pantai Timur Laut Jawa) dan Nederburgh (bekas pimpinan Hooge Regeering) dipecat. Mereka yang dipecat ini kemudian kembali ke Eropa dan melalui informasi yang dikirim dani para pejabat lain yang diam- diam menentang Daendels (seperti Peter Engelhard Minister Yogya, F. Waterloo Prefect Cirebon, F. Rothenbuhler, Guberur Ujung Timur Jawa), mereka menulis keburukan Daendels. Di antara tulisan mereka disebutkan terdapat proyek pembangunan jalan raya yang dilakukan dengan kerja rodi dan meminta banyak korban jiwa. Sebenarnya mereka sendit tidak berada di Jawa ketika proyek pembangunan jalan ini dibuat. Ini terbukti dari penyebutan pembangunan jalan antara Anyer dan Panarukan, padahal Daendels membuatnya dimulai dari Buitenzorg Sayang sekali orsip-arsip mereka lebih banyak ditemukan dan disimpan di arsip Belanda, sementara data-data yang dilaporkan oleh Daendels atau para pejabat yang setia kepadanya (seperti J.A. van Bram, Minister Surakarta) tidak ditemukan kecuali tersimpan di Perancis karena Daendels melaporkan semua pelaksanaan tugasnya kepada Napoleon setelah penghapusan Kerajaan Belanda pada tahun 1810. Sejarawan Indonesia yang banyak mengandalkan informasi dari arsip Belanda ikut berbuat kekeliruan dengan menerima kenyataan pembangunan jalan antara Anyer-Panarukan melalui kerja rodi. Kontroversi lain yang menyangkut laporan pembangunan jalan ini adalah tidak perah disebutkannya manfaat yang diperoleh dari jalan tersebut oleh para sejarawan dan lawan-lawan Daendels. Setelah proyek pembuatan jalan itu selesai, hasil produk Kopi dari pedalaman Priangan semakin banyak yang diangkut ke pelabuhan Cirebon dan Indramayu padahal sebelumnya tidak terjadi dan produk itu membusuk di gudang-gudang kopi Sumedang, Limbangan, Cisarua dan Sukabumi. Begitu juga dengan adanya jalan ini, jarak antara Surabaya-Batavia yang sebelumnya ditempuh 40 hari bisa disingkat menjadi 7 hari. Ini sangat bermanfaat bagi pengiriman surat yang oleh Daendels kemudian dikelola dalam dinas pos. Karena itu jalan ini oleh Daendels disebut dan diperkenalkan sebagai De Groote Postweg, Jalan Raya Pos, lebih untuk menutupi fungsi strategis militernya. Sayangnya tidak ditemukan catatan tentang konstruksi apa yang digunakan pada De Groote Postwage ini. Sebagian besar sejarawan hanya menyatakan berdasar laporan-laporan yang ada, bahwa ribuan orang dikerahkan untuk memecah batuan guna pembuatan jalan tersebut. Jika menilik dari kurun waktu pembuatannya, bisa jadi jalan ini dibangun bersamaan dengan yang dikerjakan oleh John Metcalf, Thomas Telford, dan John Loudon McAdam, atau paling tidak terlalu jauh beda waktunya. Juga belum ditemukan catatan, apakah jalan tersebut sudah menggunakan ter sebagai bahan perekat Kesalahan jamak yang banyak terjadi saat ini adalah menganggap bahwa jalur pantura Jawa merupakan jalur jalan Daendels. Pada kenyataan sejarahnya jalur De Groote Postwage adalah Anyer (Banten) ~ Jakarta - Bogor, Puncak — Cianjur - Cimahi — Bandung — Sumedang — Tekrolog’ Campuran Beraspal Panas Bergradasi Menerus (Nona dan Salim M) Edis 2 Tahun 201 6 3 “UU eae wa ™ ws a oa = Kandanghaur ~ Cirebon, dan seterusnya sampai Panarukan di Banyuwangi, ujung timur Jawa Timur. Sementara itu jalur pantura Jawa mengikuti ruas Anyer (Banten) — Jakarta - Bekasi - Karawang — Cikampek — Pamanukan — Cirebon, dan seterusnya sampai Banyuwangi. Jalur Jakarta sampai Cirebon sesuai jalur pantura Jawa ini bisa jadi lebih berkaitan dengan jalur penyerangan Sultan Agung (Kerajaan Mataram) ke VOC di Batavia Saat ini, baik jalur pantura maupun de groote postwage memiliki peran yang teramat penting bagi perekonomian indonesia. Setiap hari puluhan ribu kendaraan (baik sebagai angkutan barang maupun penumpang) melewati jalur ini. Perhatian khusus pertu diberikan pada angkutan barang di jalur ini karena ditengarai membawa beban yang jauh melebihi daya dukung yang direncanakan. Jalan-jalan nasional di Indonesia hanya direncanakan untuk dilewati oleh kendaraan dengan MST (muatan sumbu terberat) sebesar 107, sedang jalan propinsi hanya MST 8T. Kondisi ini menyebabkan jalan menjadi lebih cepat rusak dan waktu yang direncanakan sehingga perlu diupayakan metode penanggulangannya. Dari sisi aspal kemudian lahirlah kebutuhan untuk meningkatkan properties material melalui penggunaan aspal modifikasi sejak tahun 2002-2003. a. Jalan Cadas Pangeran saat “’, Jalan Gadas Pangeran tempo c. Jalan Cadas Pangeran sekarang dibangun duly Gambar 2 - Jalan Cadas Pangeran Jalan Aspal Buton (La Ode Rabani. 2004) Pada sekitar tahun 1920an, Hetzel (seorang geolog Belanda) menemukan singkapan-singkapan deposit aspal alam di Pulau Buton. Pada tahun 1936 Hetzel telah berhasil memetakan lebih dari 20 lokasi singkapan deposit (data ini masih terus dipakai sampai sekarang, karena belum ada lagi data yang lebih baru) Pengusahaan pertambangan aspal Buton dilakukan oleh perusahaan Belanda yang bernama N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton. Produksi dan pengapalan aspal dari Buton dalam catatan HW Vonk dapat dilhat pada tabel berikut Data Produksi dan Pengapalan Aspal dari Buton. )°*"?) Tahun ‘Jumlah Diangkut (ton) 1934 3.749 _ 1935 7.905 | _ 19367 | 4,900 1938 [20.000 1939 12.000 1940 57.000 Kelsargan 7 1a ode Ratan (S00, ANIC y » "Depariamen of Economic Mais (1847) alin M4 Edis 2 Tahun 2016 iw ia! ww is ts A Deposit aspal alam di Pulau Buton termasuk tipe rock asphalt : yang berasosiasi dengan material setempat seperti kapur, tanah, humus, lempung, dan sebagainya. Kadar aspal yang terkandung dalam asbuton ini sangat bervariasi, dengan yang tertingginya terdapat di Kaboengka sumur A dan E serta di Lawele. Ole karena infrastruktur jalan dan pelabuhan ekspor di Lawele belum berkembang, maka penambangan hanya dilakukan di daerah Kaboengka dan Winto yang dekat dengan pelabuhan ekspor di Pasarwajo i Penambangan dilakukan dengan cara manual dan hanya memilih deposit dengan kadar tinggi, karena yang memang langsung dipakai, Salah satu metode pemanfaatannya dikenal dengan nama Boetonald, yakni aspal alam Buton kadar tinggi yang diencerkan dengan aspal dari kilang. Penggunaan aspal Buton ini banyak dilakukan di Batavia, Jawa bagian Timur, dan Netherland. Namun sampai sekarang Penulis belum menemukan catatan tepatnya di ruas jalan mana aspal Buton ini digunakan. Tentu saja dapat disimpulkan pembuatan jalan dengan hotmix di Indonesia (Batavia atau Jawa Timur) sudah dilakukan jauh sebelum negeri ini diproklamasikan tahun 1945. Selama masa pendudukan Jepang terhadap Indonesia tidak tercatat adanya kegiatan penambangan batuan aspal Buton. Setelah Indonesia merdeka, pengelolaan asbuton dimasukkan daiam Bagian BUTAS (BUTon ASphalt) dari Jawatan Jalan-jalan dan Jembatan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga yang dibentuk dengan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga tertanggal 31 Desember 1954 Nomor P 25/ 56/13 dan 19 Desember 1955 Nomor P 25/51/17]. Bagian BUTAS ini merupakan hasil nasionalisasi terhadap perusahaan Belanda N.V. Mijnbouw en Cultuur Maschappij Buton yang mengelola asbuton selama masa penjajahan Belanda. Penambangan dilakukan dengan cara manual dan hanya memilin deposit dengan kadar tinggi, karena yang memang langsung dipakai. Salah satu metode pemanfaatannya dikenal dengan nama Boetonald, yakni aspal alam Buton kadar tinggi yang diencerkan dengan aspal dari kilang Penggunaan aspal Buton ini banyak dilakukan di Batavia, eat Jawa bagian Timur, dan Nethertand. Namun sampai Wt sekarang Penulis belum menemukan catatan tepatnya di eegts ruas jalan mana aspal Buton ini digunakan. Tentu saja dapat e - disimpulkan pembuatan jalan dengan hotmix di Indonesia (Batavia atau Jawa Timur) sudah dilakukan jauh sebelum negeti ini diprokiamasikan tahun 1945. Selanjutnya Bagian BUTAS ini dipisahkan dan berdiri menjadi PAN (Perusahaan Aspal Negara) berdasarkan Peraturan Pemerintah No 195 yang disyahkan pada tanggal 12 Mei 1961. Tanggal ini kemudian diusulkan sebagai hari aspal nasional, namun tidak mendapat banyak respon seiring dengan memudamya pamor aspal Buton Hasil produksi penambangan yang tercatat selama masa PAN ini sebesar 31.215 ton pada tahun 1969 dan meningkat hingga 115.000 ton pada tahun 1973, Pemerintah Orde Baru (Presiden Soeharto) saat itu berencana untuk terus meningkatkan produksi tambang asbuton seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan aspal bagi pengembangan infrastruktur jalan — Teknolog Campauran Beraspal Panas Bergradas! Menenus (Nono dan Salm M) Edis 2 Tahun 2016 8 Bagian BUTAS dan PAN banyak meneruskan studi eksplorasi tambang asbuton dan menuangkannya dalam peta-peta lokasi deposit serta rencana kegiatan penambangannya Seiring dengan berbagai penataan perisahaan-perusahaan milik negara, pada tanggal 30 Januari 1984 telah dikeluarkan Peraturan Pemerintah nomor 3 Tahun 1984 tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Perusahaan Perseroan tersebut kini dikenal sebagai PT Sarana Karya (Persero). Pada masa ini didapati Perubahan orientasi cara pemanfaatan | penambangan asbuton dari generasi sebelumnya Perubahan ini, bisa jadi, dilatarbelakangi oleh menipisnya jumiah deposit dengan kandungan aspal yang tinggi. Model penambangan baru yang diaplikasikan oleh PT Sarana Karya (Persero) dengan cara blasting diduga makin memperkuat dugaan bahwa deposit dengan kadar aspal tinggi sudah menipis / habis. [deposit dengan kadar tinggi tidak dapat diledakkan} Kadar aspal yang rendah menjadikan upaya pemanfaatan deposit aspal Buton tidak dapat dilakukan dengan cara-cara yang standar. Berbagai metode pemanfaatan, seperi Latasbusir, Latasbum, asbuton curah, asbuton micro, BMA (Buton mastic asphalt), banyak menemui kendala di lapangan dan akhimya mengalami kegagalan konstruksi. Hal ini menjadikan penggunaan aspal Buton mulai ditinggalkan. Kontraktor lebih menyukai menggunakan aspal kilang, karena metode produksi hotmix-nya lebih mudah dan standar. Mulai tahun 2004, seiring dengan kenaikan harga minyak bumi yang luar biasa (bahkan saat tulisan ini disusin, 19 April 2008, telah mencapai kisaran USD 110 per barrel, rekor sebelumnya hanya USD 40 pada tahun 1980) menjadikan harga aspal kilang juga naik sangat tajam. Tahun 2005, bahkan harga aspal kilang naik 100% dalam waktu kurang dari setahun. Hal ini ‘menjadikan upaya untuk memanfaatkan aspal alam Buton dilirk kembali. Namun karena belum tersedianya teknologi pengolahan dan pemanfaatan yang handal, program penggunaan aspal Buton tahun 2007 (yang didukung oleh Peraturan Menteri PU) untuk proyek-proyek jalan nasional di 14 propinsi mengalami kegagalan. Aspal Kilang Dengan banyaknya penemuan dan pengembangan sumber- a sumber minyak bumi, sejak akhir tahun 1960an Indonesia masuk bergabung dalam OPEC (Organization of Petroleum 4a PERTAMINA Exporting Country). Sebagian besar minyak mentah Indonesia Always There merupakan jenis light crude yang memiliki kandungan fraksi bahan bakar tinggi, sehingga berharga sangat mahal. Minyak mentah ini olen Pemerintah Indonesia diekspor keluar negeri. Untuk mencukupi kebutuhan bahan bakar di dalam negeri, Pemerintah Indonesia melalui Pertamina mengimpor minyak mentah dari kawasan Timur Tengah yang harganya lebih murah. Crude oil dari timur tengah ini lebih banyak mengandung aspal dibandingkan crude oil Indonesia. Seluruh kilang yang ada di Indonesia saat ini dioperasikan oleh Pertamina, oleh karena itu Pertamina merupakan satu-satunya produsen aspal kilang di dalam negeri Sampai tahun 1990an, produksi aspal kilang dilakukan di 4 unit kilang Pertamina, seperti tercantum dalam Tabel 1 Tekno rmouran Beraspal Paras Bergradas! a a 7) yo yy . 4 Zn 2 Tabel 1 - Produksi aspal di 4 unit kilang Pertamina Kapasias Unit Kilang en ana Catatan Pangkalan Brandan 10,000 Piaju 8.500 Wonokromo = Hanya unit Blowing Cilacap 513,000 Berkaitan dengan jenis aspal yang diinginkan oleh PU (Bina Marga), maka penggunaan blown asphait tidak lagi populer, sehingga unit blowing di Wonokromo ditutup. Begitu pula, seiring dengan efisiensi operasi kilang, produksi aspal di kilang Pangkalan Brandan dan Plaju dihentikan. Saat ini produksi aspal hanya dilakukan di unit kilang Cilacap dengan kapasitas terpasang (setetan penambahan Unit Crude 2, dan beberapa kali upgrading) sebesar 720.000 ton per tahun. Realisasi lifting aspal terbesar tercatat hanya berkisar pada 560.000 ton per tahun. Distribusi aspal dilakukan melalui distributor / agen dalam bentuk curah dan kemasan drum yag dilakukan dari 2 supply point, yakni kilang Cilacap dan PAG (Pabrik Aspal Gresik). Meski bemama pabrik, PAG sebenamya hanyalah merupakan supply point dengan aspal curahnya diangkut dari kilang Cilacap dengan kapal tanker. Penyaluran aspal curah ke terminal storage distributor ditak ‘kan dari 2 supply point tersebut dengan menggunakan tanker. Penyaluran aspal curah melalui pipa khusus bawah tanah dilakukan oleh Pertamina kepada Grup PT AMU (Asphalt Mitra Utama; salah satunya adalah PT Bintang Jaya) karena lokasi terminalnya berada di sebelah kilang Cilacap. Filling Plant, unit pengisian aspal ke dalam drum (termasuk pembuatan drumnya), dilakukan juga di kilang Cilacap dan PAG, ditambah dengan satu distributor yang memiliki licence untuk itu, yakni PT Muara Perdana (tergabung dalam grup AMU). Drum sheet yang digunakan memiliki ketebalan 0,63 mm dengan berat isi bersih aspal sebesar 155 kg per drum. Berkembangnya pembangunan wilayah maupun sentra-sentra ekonomi mendorong konsumsi aspal untuk pembangunan jalan, sehingga supplainya tidak lagi dapat dicukupi oleh kapasitas kilang Cilacap. Untuk mencukupi ini para importir mendatangkan aspal dari berbagai kilang luar negeri (Singapore, Thailand, Iran, Saudi Arabia, Irak, dan Malaysia) dalam bentuk curah maupun drum, 4.4.3. Penggunaan campuran beraspal panas di Indonesia Meskipun dewasa ini campuran beraspal panas merupakan bahan perkerasan yang populer di Indonesia, namun sejauh in belum dijumpai tulisan yang mengemukakan waktu awal campuran beraspal panas mulai digunakan di indonesia. Sebelum campuran beraspal panas digunakan, penetrasi Macadam nampaknya merupakan lapis perkerasan yang sering dijumpai di Indonesia Penggunaan campuran beraspal panas di Indonesia diperkirakan dimulai pada akhir tahun 1950-an, yaitu menjelang Indonesia menyelenggarakan Asian Games XII tahun 1962 dan GONEFO tahun 1963 di Jakarta. Adapun jalan yang diperkirakan pertama kali menggunakan campuran beraspal panas adalah Jalan Thamrin, Jalan Jenderal Sudirman, dan Jalan Gatot Subroto di Jakarta pal Panas Bergradas: Manerus (Nano dan Salim M) East w= oF wee US . vy 0 UY a 1.2 Klasifikasi campuran beraspal panas Pada tulisan ini diuraikan dua kelompok utama jenis campuran beraspal panas, yaitu kelompok yang populer di Amerika Serikat (selanjutnya disebut Klasifikasi di Amerika Serikat) dan kelompok yang populer di Afrika Selatan (selanjutnya disebut Kiasifkasi di Afrika Selatan) Meskipun jenis-jenis campuran beraspal panas pada masing-masing kelompok di atas menggunakan istilah yang tidak benar-benar sama, namun penggunaan istiiah yang agak berbeda tersebut nampaknya hanya untuk lebih menekankan karakteristik masing-masing jenis beraspal panas. Untuk mengetahui persamaan, dan mungkin perbedaannya, karakteristik masing-masing jenis campuran beraspal panas yang dicakup pada kedua kelompok diuraikan di bawah. 1.2.1 Jenis campuran beraspal panas menurut Klasifikasi di Amerika Serikat Istilah “campuran beraspal panas” (“hot-mix asphalt), selanjutnya disebut campuran beraspal panas, digunakan secara generik unuk mencakup beberapa jenis campuran agregat dengan aspal yang diproduksi pada temperatur cukup tinggi di Unit Produksi Campuran Aspal (UPCA) Campuran beraspal panas biasanya dikelompokkan menurut gradasinya dan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu gradasi menerus (dense-graded), gradasi terbuka (open-graded), dan gradasi senjang (gap-graded). Penggunaan jenis-jenis campuran beraspal panas tersebut ditunjukkan pada Tabel 2 Campuran beraspal panas gradasi menerus selanjutnya dibagi menjadi campuran beraspal panas gradasi .nenerus konvensional (yang biasa dikenal sebagai campuran beraspal panas), campuran beraspal panas agregat ukuran besar (large stone mix), dan campuran beraspal panas pasir (sand asphalt mix). Campuran beraspal panas gradasi terbuka dibagi menjadi lapis kesat porus (open-graded friction course) dan lapis fondasi beraspal permeabel (asphait-treated permeabel base), sedangkan campuran beraspal panas gradasi terbuka mencakup campuran beraspal panas gradasi terbuka dengan kadar agregat sedang (gap-graded, intermediate stone content) dan matrik aspal agregat (stone matrix asphalt, SMA). Gradasi yang mewakili ketiga kelompok campuran beraspal panas di atas ditunjukkan pada Gambar 2. Untuk memenuhi tuntutan kinerja perkerasan serta untuk mengakomodasi variabilitas sifat dan harga agregat yang ada dan pasokan aspal, perancang dapat memilih jenis campuran beraspal panas yang paling sesuai dengan keperluannya Tabel 2 - Jenis campuran beraspal panas menurut Klasfikasi di Amerika Serikat Ukuran maksimum nominal agregat kurang dari 9,5 mm C GRADASI MENERUS- _|GRADASI TERBUKA | GRADASI SENJANG | Beton aspal konvensional Lapisan poru | jiang | Ukuran maksimum nominal agregat_ (porous friction konvensional biasanya antara 12,5 mm sampai 19 | course) mm | = Campuran beraspal panas agregat Lapis fondasi | Matrik aspalagregat | | ukuran besar (large stone mix) beraspal permeabel | (Stone-matrix asphalt, | | Ukuran maksimum nominal agregat | (asphalt-treated | Sma) | | biasanya antara 25 mm sampai 37,5 | permeable base) i | mum | { | + Campuran beraspal panas pasir : > Tekolog! Campuran Berasoai Panas Beroradas) Menetus (Nono dan Salim M) Edis! 2 Tahun 2016 4 1.2.1.1 Campuran beraspal panas gradasi menerus Campuran beraspal panas gradasi menerus terdiri alas aspal keras dan agregat gradasi menerus. Seperti telah disebutkan di atas, campuran beraspal panas gradasi_menerus dikelompokkan menjadi campuran beraspal panas konvensional, campuran beraspal panas agregat ukuran besar, dan campuran beraspal panas pasir. Campuran beraspal panas konvensional menggunakan agregat berukuran_maksimum nominal berkisar antara 12,5 mm sampai 19 mm. Campuran beraspal panas jenis ini merupakan bagian terbesar campuran beraspal panas yang digunakan di Amerika Serikat Campuran beraspal panas agregat ukuran besar (large stone mixes) mengandung agregat kasar dengan ukuran maksimum nominal lebih dari 25 mm. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3a, campuran beraspal panas jenis ini mempunyai persentase agregat kasar {lebih besar dari 4,75 mm (No. 4)] yang lebih besar daripada campuran beraspal panas konvensional. Pada saat diproduksi di UPCA, campuran beraspal panas jenis ini menimbulkan keausan yang lebih besar pada drum pengering, bila dibandingkan dengan campuran beraspal panas konvensional, Demikian juga, campuran beraspal panas jenis ini akan menimbulkan keausan yang lebih besar pada rusuk-rusuk konveyor (slat conveyor) dan ulir (augers) mesin penghampar. Akibat pengaruh agregat berukuran besar, daya pemadatan yang diaplikasikan pada campuran beraspal panas harus dipantau, yaitu untuk mencegah penghancuran yang berlebihan pada agregat Campuran be-aspal panas pasir (sand asphalt mix), kadang-kadang disebut campuran beraspal panas tipis (sheet asphalt), terdiri alas campuran aspal dengan pasir yang berukuran lebih kecil dari 9,5 mm (lihat Gambar 3a). Akibat peningkatan rongga dalam agregat, kadar aspal pada campuran beraspal panas jenis ini lebih tinggi daripada kadar aspal pada campuran beraspal panas konvensional. Ketahanan deformasi campuran aspal pasir biasanya sangat rendah, kecuali apabila digunakan pasir hasil pemecahan batu atau pasir alam yang mempunyai tekstur permukaan kasar. Campuran aspal pasir dapat diproduksi dalam UPCA jenis takaran (batch plant) atau UPCA jenis drum (continuous plant), tanpa perubahan yang berarti dalam pengoperasian UPCA. Demikian juga, pengangkutan dan penghamparan adalah standar. Namun demikian, akibat mesin pemadat roda besi, campuran aspal pasir cenderung mengatami sungkur dan retak, terutama apabila lapisan mempunyai tebal lebih dari 50 mm. 1.2.4.2. Campuran beraspal panas gradasi terbuka Campuran beraspal panas gradasi terbuka terdiri atas agregat yang bergradasi relatif seragam dan aspal keras atau aspal modifikasi (lihat Gambar 3b). Penggunaan utama campuran beraspal panas jenis ini adalah sebagai lapisan drainase, baik sebagai lapis permukaan ataupun sebagai bagian lain struktur perkerasan. Sesuai dengan yang telah dikemukakan di atas, campuran beraspal panas gradasi terbuka mencakup dua jenis, yaitu lapis porus kesat dan lapis fondasi beraspal permeabel. Jenis yang pertama biasa digunakan sebagai lapis permukaan, dengan tujuan untuk memudahkan pengaliran air agar tidak terjadi hydroplaning, mencegah pemercikan air oleh ban, dan ‘mengurangi kebisingan. Jenis campuran tersebut biasa dikenal dengan sebutan lapisan kesat gradasi terbuka (open-graded friction course). Jenis yang ke dua, dikenal dengan sebutan lapisan fondasi beraspal permeabel (asphalt-treated permeable base), terdiri alas agregat gradasi seragam dengan ukuran maksimum nominal (19 mm sampai 25 mm) yang lebih besar dari ukuran maksimum nominal pada lapisan kesat bergradasi terbuka dan digunakan untuk mengalirkan air yang masuk ke dalam perkerasan, baik dari permukaan ataupun dari tanah di bawah perkerasan. a Teknolg: Campuran Beraspei Panas Bergradasi Men: 10 don Salim M) Edis? Tahun 12 Proses produksi campuran beraspal panas gradasi terbuka pada dasamya sama dengan proses produksi campuran beraspal panas gradasi menerus; perbedaan utamanya terkait dengan temperatur penyampuran. Campuran beraspal panas gradasi terbuka dicampur pada temperatur yang lebih rendah, yaitu untuk mencegah terjadinya pengaliran aspal (draindown) pada saat ‘campuran disimpan dalam silo dan pada saat campuran diangkut dan dituangkan dari truk ke dalam mesin penghampar. Untuk mengurangi pengaliran aspal dan untuk meningkatkan keawetan, dewasa ini campuran beraspal panas gradasi terbuka kesat ditambahi polimer dan serat (fibers). Penghamparan dan pemadatan campuran beraspal panas gradasi terbuka adalah sama dengan penghamparan dan pemadatan campuran beraspal panas konvensional. Dalam hal tersebut, daya pemadatan untuk campuran beraspal panas gradasi terbuka umumnya lebih tendah daripada daya pemadatan untuk campuran beraspal panas konvensional 1.2.1.3 Campuran beraspal panas gradasi senjang Ditinjau dari kepentingan untuk mendapatkan lapisan yang padat dan kedap. campuran beraspal panas gradasi senjang mempunyai fungsi yang sama dengan campuran beraspal panas gradasi menerus. Campuran beraspal panas gradasi terbuka konvensional (campuran beraspal panas gradasi terbuka jenis pertama) telah digunakan cukup lama. Pada campuran beraspal panas gradasi senjang, agregat mempunyai rentang ukuran mulai dari yang besar sampai yang halus. Namun demikian, agregat ukuran menengah pada campuran beraspal panas tersebut tidak ada atau kuantitasnya sedikit, seperti yang dillustrasikan pada Gambar 3c. Campuran berasoal panas gradasi terbuka jenis yang ke dua adalah matrik aspal agregat (stone matrix asphalt, SMA), dengan gradasi representatif ditunjukkan pada Gambar 3c. Produksi matrik aspal agregat memerlukan penambahan bahan pengisi yang cukup banyak terhadap agregat normal, yaitu dalam rangka mendapatkan 8-10 persen bahan pengisi. Oleh karena itu, untuk memasok bahan pengisi ke dalam unit penyampur biasanya diperlukan sistem pemasok yang terpisah dari sistem pemasok normal. Selain itu, diperlukan upaya untuk mencegah hilangnya bahan halus (airborne) di dalam drum pengering dan pada saat dialirkan ke dalam pengendali emisi. Seperti halnya dengan campuran beraspal panas gradasi terbuka, matrik aspal agregat memerlukan pengendalian temperatur penuangan yang seksama, yaity untuk mencegah pengaliran aspal pada saat campuran beraspal panas disimpan di dalam silo dan pada saat diangkut ke lapangan. Untuk mencegah pengaliran aspal, matrik aspal agregat biasanya ditambah serat atau polimer, atau kedua-duanya, i a. Gradasi menerus (dense grade) . Gradasi terbuka (open-graded) Gambar 3 - Gradasi yang mewakili jenis-jenis campuran beraspal panas 13 Campuran Beraspal Panas Bergradasi Menerus (None dan Sahn Mt) Ei Re lew le Ww | wow woe aa wa ow i a a a a nnn nnn nnn nnn ee NT SP a » cc. Gradasi senjang (gap-graded) Gambar 3 - Gradasi yang mewakili jenis-jenis campuran beraspal panas, lanjutan 1.2.2 Jenis campuran beraspal panas menurut Klasifikasi di Afrika Selatan ‘Campuran beraspal panas dapat dirancang dan diproduksi dari berbagai jenis agregat yang mempunyai kombinasi berbagai ukuran serta berbagai jenis aspal. Tiap jenis campuran beraspal panas mempunyai sifat yang khusus sehingga cocok digunakan untuk keperluan tertentu. Campuran beraspal panas panas biasanya dibedakan menurut gradasi agregat dan pada uraian ini dikelompokkan menjadi lima jenis, yaitu + Campuran beraspal panas gradasi senjang (gap-graded asphalt) Campuran beraspal panas semi gradasi senjang (semi gap-graded asphalt). Campuran beraspal panas gradasi menerus (continuosly graded) Macadam bitumen padat (dense bitumen Macadam, DBM). Campuran beraspal panas gradasi terbuka (open-graded asphalt), Jenis-jenis campuran beraspal panas di atas dapat diproduksi dengan menggunakan bahan baru dan bahan bekas (reclaimed materials). Campuran beraspal panas yang menggunakan bahan bekas biasa diberi nama dengan tambahan kata “daur ulang” (‘recycled’), contoh, campuran beraspal panas gradasi menerus daur ulang (recycled continuosly-graded asphalt) Campuran beraspal panas umumnya menggunakan aspal keras (penetration grade bitumen). Aspal modifikasi yang dapat digunakan mencakup aspal karet dan aspal polmer (polymer- modified binders). Suatu jenis campuran beraspal panas biasanya dimodifikasi untuk meningkatkan satu atau beberapa sifatnya; yaitu, keawetan, ketahanan lelah, dan ketahanan deformasi plastis. Penggunaan aspal modifikasi kadang-kadang disertai dengan modifikasi gradasi agregat. Hal tersebut memungkinkan campuran beraspal panas, misal dapat mengakomodasi aspal yang lebih banyak, sehingga kelenturan dan ketahanan retaknya meningkat Pengalaman jangka panjang di Afrika Selatan tentang campuran beraspal panas modifikasi adalah terbatas sehingga prosedur perancangan dan kriteria rancangan kurang terumuskan secara baik. Oleh karena itu, penggunaan campuran beraspal panas modifikasi sering didahului oleh penelitian dan pengujian di laboratorium yang ekstensif dan umumnya menggunakan kriteria rancangan campuran beraspal panas konvensional sebagai acuan, Campuran beraspal panas modifikasi sebaiknya tidak digunakan apabila campuran beraspal panas konvensional dinilai sudah mempunyai sifat-sifat yang memenuhi tuntutan yang dihadapi. Berdasarkan bukti ketidakpastian jangka panjang tentang kinerja dan kriteria rancangan campuran menunjukkan pula bahwa penggunaan campuran beraspal panas modifikasi perlu didasarkan pada pertimbangan yang matang Teknologi Campuran Beraspal Panas Bargradas! Menerus (Nano dan Sahn Mt) East 2 Tahu | | | | | : | | | | r oo ow oy 2 a a a 1.2.2.1 Campuran beraspal panas gradasi senjang dan semi senjang Sesuai dengan sebutannya, gradasi senjang dan semi senjang menunjukkan bahwa agregat gabungan tidak mengandung agregat berukuran tertentu.Campuran beraspal panas gradasi senjang terdiri atas gabungan agregat kasar berukuran relatif seragam yang dicampur dengan agregat halus dan bahan pengisi; sedangkan campuran beraspal panas gradasi semi senjang lerdiri atas agregat kasar yang lebih bergradasi, dicampur dengan agregat halus dan bahan pengisi. Kedua jenis campuran beraspal panas tersebut telah digunakan dengan memuaskan di Afrika Selatan sebagai lapis permukaan, lapis fondasi atas, dan lapis tambah. Hasil penelitian oleh NITRR (National institute for Transport and Road Research, Afrika Selatan) menunjukkan bahwa ditinjau dari ketahanan lelahnya, campuran beraspal panas gradasi senjang dan semi senjang lebih unggul daripada campuran beraspal panas gradasi menerus Namun demikian, keunggulan tersebut dalam praktek tergantung pada kombinasi tebal lapisan. Untuk lapisan-lapisan yang mempunyai kombinasi tebal tertentu, regangan pada campuran beraspal panas gradasi lebih menerus adalah lebih rendah, yaitu sebagai akibat meningkainya kekakuan campuran beraspal panas. Pada kasus tersebut, campuran beraspal panas gradasi menerus mempunyai ketahanan lelah yang sama atau lebih tinggi daripada campuran beraspal panas gradasi senjang. Pengalaman lapangan akhir-akhir ini dan hasil percobaan melalui percepatan pembebanan dengan Simulator Kendaraan Berat (Heavy Vehicle Simulator, HVS) menunjukkan bahwa dengan bahan tertentu sulit merancang campuran beraspal panas gradasi senjang yang akibat beban kendaraan berat mempunyai ketahanan deformasi plastis yang cukup. Pada kasus tersebut, mutu pasir (atau agregat halus) merupakan faktor yang sangat penting. Fenomena yang sama dijumpai pula pada campuran beraspal panas gradasi semi senjang. Namun demikian, apabila agregat kasar makin bergradasi, maka persoalan menjadi makin kecil. Secara umum dapat dinyatakan bahwa persoalan deformasi plastis hanya terjadi apabila lalu-lintas berat yang volumenya tinggi melewati perkerasan yang temperatumnya di atas 40 °C. Campuran beraspal panas gradasi senjang mempunyai rongga dalam agregat yang agak lebih besar dan kuat tarik yang lebih rendah daripada campuran beraspal panas gradasi lebih menerus. Oleh karena itu, keawetan dan ketahanan susut campuran beraspal panas gradasi senjang menjadi agak lebih rendah, meskipun persoalan tersebut dapat diatasi dengan cara meningkatkan kadar aspal 1.2.2.2 Campuran beraspal panas gradasi menerus Gradasi yang menghasilkan kepadatan maksimum, seperti yang dinyatakan dengan rumus Fuller, umumnya digunakan pada campuran beraspal panas gradasi menerus. Sebagai akibat saling penguncian agregat, campuran beraspal panas gradasi menerus mempunyai ketahanan deformasi plastis yang tinggi (yang diperoleh melalui pengaturan secara hati-hatt proporsi fraksi- fraksi agregat). Tahanan geser antara butir-butir agregat merupakan faktor paling penting dalam menyumbang terhadap ketahanan defromasi plastis. Oleh karena itu, perancangan campuran beraspal panas gradasi menerus dengan risiko ketahanan deformasi yang lebih kecil lebih mudah daripada perancangan campuran beraspal panas gradasi senjang, Kekakuan yang relati tinggi pada campuran beraspal panas gradasi menerus menjadikan campuran beraspal panas gradasi menerus sangat cocok sebagai lapis struktural. Selain itu, rongga dalam agregat yang relatif rendah serta kuat tarik yang tinggi juga ikut menyumbang terhadap keawetan dan ketahanan susut campuran beraspal panas gradasi menerus. Namun demikian, kinerja campuran beraspal panas gradasi menerus sensitif terhadap variasi kadar aspal. Meskipun rongga udara campuran beraspal panas gradasi menerus umumnya rendah, namun rongga tersebut kemungkinan saling berhubungan sehingga memungkinkan air meresap ke dalam ———————— Teknoiog) Campuran Beraspal Panas Bergradasi Mes als 2 Tahun 2016 15 ‘ew PU a 3 ° + vv) i i l I I I [ l | J r campuran beraspal panas. Fenomena tersebut benar terutama untuk campuran beraspal panas dengan agregat kasar. 1.2.2.3 Macadam bitumen padat Macadam bitumen padat (dense bitumen Macadam) merupakan campuran beraspal panas gradasi menerus yang ditujukan untuk digunakan sebagai lapis fondasi. Macadam bitumen padat umumnya menggunakan agregat yang berukuran sampai dengan 40 mm dan ketahanan deformasi yang tinggi diperoleh melalui gradasi agregat kasar yang menerus. Macadam bitumen padat telah digunakan secara memuaskan di Inggeris sebagai lapis fondasi perkerasan yang melayani lalu-lintas sangat berat (4000 ESAL per iajur per hari). Meskipun Macadam bitumen padat masin jarang digunakan di Afrika Selatan, namun kota besar melaporkan bahwa campuran beraspal panas tersebut telah menunjukkan kinerja yang memuaskan. Oleh karena itu, lapis fondasi Macadam bitumen padat dapat menjadi solusi untuk mengatasi persoalan deformasi plastis, misal pada daerah perkerasan yang temperaturnya tinggi dan melayani lalu- lintas berat yang bergerak lambat. Karena kadar aspalnya yang rendah serta agregatnya yang kasar, Macadam bitumen padat tidak cocok sebagai lapis permukaan. 1.2.2.4 Campuran beraspal panas gradasi terbuka Campuran beraspal panas bergradasi terbuka dirancang untuk mendapatkan lapisan dengan rongga dalam agregat yang besar, yang selanjutnya dapat diperoleh lapis permukaan yang relatif kasar «2ngan tekstur yang terbuka. Campuran beraspal panas bergradasi terbuka biasanya digunakan sebagai lapisan yang tipis (25 mm) dan mempunyai tujuan untuk meningkatkan kekesatan, mengurangi percikan air oleh roda kendaraan pada saat permukaan perkerasan basah, serta mengurangi kebisingan. Apabila dirancang dengan seksama, maka sifat-sifat di atas dapat dengan mudah dipenuhi. Namun demikian, rongga yang besar (sebagai faktor yang harus dipenuhi) kemungkinan akan tersumbat debu sehingga dalam jangka panjang, efektifitas lapisan menjadi berkurang Lapis campuran beraspal panas bergradasi terbuka tidak dapat menyebarkan tegangan seperti yang berlaku pada campuran beraspal panas gradasi menerus. Oleh karena itu, campuran beraspal panas bergradasi terbuka tidak dapat digunakan sebagai lapisan struktural Dewasa ini, campuran beraspal panas gradasi terbuka telah diproduksi dengan mengalokasikan kadar aspal yang lebin tinggi daripada kadar aspal normal (aspal yang digunakan adalah aspal yang telah dimodifikasi). Untuk mengakomodasi tambahan aspal tanpa mengurangi stabilitas, gradasi agregat dapat diatur sehingga menjadi gradasi semi terbuka. 13 ‘Campuran beraspal panas dinilai mempunyai kinerja yang tinggi apabila memenuhi tiga sifat primer sebagai berikut + keawetan (durability); = ketahanan retak (resistance to cracking); dan * _ ketahanan deformasi permanen (resistance to permanent defromation). t campuran beraspal panas yang harus dipenuhi Sehubungan dengan hal di atas, maka perancangan campuran harus ditujukan untuk mendapatkan campuran beraspal panas yang awet, yang selama masa layannya mempunyai ketahanan retak dan ketahanan deformasi. Untuk memenuhi fungsi khusus dalam perkerasan, ‘campuran beraspal panas juga harus mempunyai sifat-sifat sekunder sebagai berikut: + ketahanan penyusutan Teknoloa! Camouran Beraspal Panas Bergradas) Menerus (Nora dan Salim 8) Ears 2 Tahun 2016 16 a Vs ve wwe wwe ie Ww Ww ‘s a) a kelenturan (flexibility): kekesatan (skid resisinace); dan kekedapan terhadap air (impermeability to water); kekakuan Di samping harus memenuhi sifat primer dan sifat sekunder, campuran beraspal panas harus mempunyai sifat mudah dikerjakan (workability) Pada uraian di bawah tentang sifat-sifat campuran beraspal panas akan terlihat bahwa beberapa kondisi yang memerlukan optimasi sifat-sifat tertentu tidak selalu sejalan dengan kondisi yang memertukan sifat-sifat yang lain. Oleh Karena itu, datam praktek, perancangan paling baik untuk keperluan tertentu sering ditentukan oleh keseimbangan antara sifat-sifat yang disebutkan di atas. 0.0.1 Keawetan Keawetan lapis campuran beraspal panas dapat didefiniskan sebagai kemampuan campuran beraspal panas untuk menahan: * penurunan mutu aspal (yaitu pengerasan akibat oksidasi, kehilangan volatif dan polimerisasiy; + disintegrasi agregat; + pengelupasan aspal dari butir-butir agregat; dan + pengausan oleh roda kendaraan. Faktor-faktor utama (biasanya gabungan) yang mempengaruhi penurunan mutu lapis aspal adalah temperatur permukaan perkerasan yang tinggi serta air, sinar matahari, dan lalu-lintas. Keawetan campuran beraspal panas yang rendah biasanya diwujudkan dalam pelepasan butir, fetak dini, dan lubang. Keawetan dapat ditingkatkan melalui penggunaan kadar aspal yang telatif tinggi (yang dirancang secara tepat), agregat gradasi menerus (rongga dalam agregat rendah), serta penggunaan agregat yang balk (sound) dan awet yang dapat menahan pengelupasan film aspal. Keawelan campuran beraspal panas tidak dapat secara langsung diukur, tetapi dinilai pada saat perancangan campuran berdasarkan kadar aspal, tebal film aspal, jenis aspal, rongga dalam campuran, permebilitas terhadap udara, gradasi dan mutu agregat, serta kepadatan campuran beraspal panas, 0.0.2 Ketahanan retak Ketahanan retak campuran beraspal panas tergantung pada kuat tarik campuran beraspal panas; yaitu kemampuan campuran beraspal panas untuk menahan tegangan tarik dan regangan yang mengikutinya, tanpa mengalami retak. Kuat tarik campuran beraspal panas berkurang secara progresif melalui pengulangan tegangan. Pengurangan tegangan tarik tersebut mengakibatkan akumulasi regangan, yaitu suatu proses yang disebut pelelahan (fatiguing). Apabila pada campuran beraspal panas bekerja tegangan tarik yang melampaui kuat tarik campuran beraspal panas (yang akibat pelelahan makin berkurang), maka campuran beraspal panas akan mengalami keruntuhan tari. Gaya yang mengakibatkan retak pada campuran beraspal panas dapat ditimbulkan oleh lalu- fintas atau faktor lain bukan lalu-lintas. Lendutan berulang akibat beban kendaraan akan secara bertahap menimbulkan kelelahan pada campuran beraspal panas; selanjutnya, campuran beraspal panas akan runtuh (failure). Akibat perubahan volume pada lapis campuran beraspal panas atau lapisan lain perkerasan, lapis campuran beraspal panas juga dapat menerima tegangan (gaya termal atau gaya penyusutan). Penurunan permanen atau sungkur yang terjadi dasi Menerss (Non dan Satin hi EO! 2 Tahun 2016 17 “ be uF wow ee wy i gw ‘” i pada lapis di bawah campuran beraspal panas juga dapat menimbulkan tegangan pada ‘campuran beraspal panas. Kemampuan lapis campuran beraspal panas dalam menahan retak perlu dinilal bersama-sama dengan lapisan lain dalam struktur perkerasan. Dalam hal tersebut, tebal dan kekakuan lapis ‘campuran beraspal panas bersama-sama dengan lapis pendukung campuran beraspal panas mempunyai pengaruh langsung terhadap tegangan dan regangan yang bekerja pada lapis campuran beraspal panas, yang selanjutnya mempengaruhi ketahanan retak campuran beraspal panas. Pengaruh kekakuan aspal terhadap ketahanan retak campuran beraspal panas diuraikan di bawah, Ketahanan lelah beberapa jenis campuran beraspal panas telah diuyji di laboratorium, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 3. Namun demikian, pengujian ketahanan lelah tersebut dilakukan pada kondisi tanpa sifat-sifat lapis pendukung benda uj. Olen karena itu hasil pengujian tersebut tidak dapat digunakan langsung untuk memilih jenis campuran beraspal panas yang dinilai cocok untuk suatu keperluan. Sebelum pemilihan akhir dilakukan terhadap suatu jenis campuran beraspal panas disarankan agar seluruh struktur perkerasan dievaluasi secara mekanistik. Secara umum dapat dinyatakan bahwa campuran beraspal panas yang mempunyai kekakuan relatif kecil sebaiknya digunakan sebagai lapis permukaan tipis di atas lapis granular, sedangkan campuran beraspal panas yang kaku umumnya diperlukan untuk lapis fondasi yang tebal, 0.0.3 Ketahar an deformasi plastis. Kemampuan campuran beraspal panas untuk menahan deformasi akibat beban berulang atau beban stalis tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut * tahanan geser butir-butir agregat; «= kohesi (atau kuat tarik); dan = inersia. Diantara ketiga faktor di atas, tahanan geser butir-butir agregat merupakan faktor utama yang menyumbang tethadap ketahanan deformasi. Deformasi plastis pada lapis campuran beraspal panas biasanya merupakan fenomena yang berlangsung secara lambat (creep). Hal tersebut cenderung terjadi pada saat permukaan perkerasan yang temperatumya tinggi (>40 °C) dilewati oleh roda kendaraan yang bebannya berat. Dapat dikemukakan bahwa temperatur perkerasan selama musim panas di Afrika Selatan jarang mencapai 60 °C. Ketahanan deformasi biasanya diwujudkan dalam bentuk alur, keriting (corrugations), atau sungkur (shoving) Ketahanan deformasi plastis campuran beraspal panas dapat ditingkatkan melalui penggunaan agregat gradasi menerus, aspal dengan kadar yang relatif rendah dan viskositas yang tinggi serta dengan cara memastikan bahwa lapis campuran beraspal panas mempunyai lekatan yang kuat dengan lapis di bawahnya dan melalui pemadatan campuran beraspal panas yang memadai. Ketahanan deformasi campuran beraspal panas dapat dinilai melalui pengujian rangkak (creep fest) pada saat perancangan campuran di laboratorium dan melalui aplikasi kriteria yang terkait 0.0.4 Ketahanan penyusutan Penyusutan dapat diakibatkan oleh perubahan volume yang terkait dengan termal, penyerapan aspal oleh agregat, penuaan aspai, atau gabungan faktoraktor tersebut. Retak susut berpotensi terjadi di daerah kering yang mengalami perubahan temperatur. Faktor-faktor yang dapat meningkatkan ketahanan penyusutan adalah sama dengan faktor-faktor yang dapat meningkatkan keawetan; misal penggunaan agregat gradasai menerus. Hasil penelitian di Afrika Teknologs Campuran Beraspat Panas Bergraxtas Menerus (Nano dan Sahm M) Edis 2 Tahun 2016 18

Anda mungkin juga menyukai