Christian Darmawan
0710650057-65
Kelas B
Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya
Email: christianwilliamdarmawan@ovi.com
ABSTRAK
Utilitas adalah hal penting dalam merancang sebuah karya arsitektur. Tidak tertinggal
dari poin – poin yang lainnya, karena semuanya merupakan kesatuan dan saling
berintegrasi membentuk arsitektur yang tepat guna. Aspek – aspek dalam utilitas
perkembangannya luas dan mengikuti perkembangan teknologi juga dalam aplikasinya.
Namun, semua hal itu harus disesuaikan dengan kondisi bangunan, tapak, lingkungan
sekitar, sampai peraturan – peraturan yang terkait dalam proses perancangannya.
Utilitas itu sendiri selain menyediakan energi atau sumber daya, juga menghasilkan
limbah. Dari sinilah perhatian juga patut ditujukan, karena diperlukan pengelolaan dan
penanganan yang tepat sehingga terjadi keseimbangan ekosistem lingkungan dan
manusia. Pada aplikasinya, metode yang digunakan dengan observasi dan deskriptif
sehingga tercapainya sebuah aplikasi yang baik dapat berhasil. Secara tidak langsung
metode yang digunakan ini juga akan menunjang bidang desain lainnya dalam Pusat
Kebudayaan Sasak ini. Sehingga apa yang telah dianalisa secara makro dapat
dilanjutkan menuju sintesa secara mikro. Suatu pusat kebudayaan atau tempat wisata
di daerah Lombok ini juga memiliki peraturan standar teknis dan hampir semuanya
ditentukan oleh utilitas yang menjadi energi utama. Disinilah pentingnya utiltas yang
benar sehingga tercipta karya arsitektur sebuah pusat kebudayaan yang mengikuti
perkembangan teknologi, berkonsep ramah lingkungan, dan saling mendukung dalam
aspek arsitekturnya. Dalam kaitannya bangunan itu memiliki fungsi sebagai pusat
kebudayaan, diperlukan juga sistem utilitas yang tidak mengganggu pengguna
bangunan namun justru harus menambah kenyamanan, keamanan, dan efektifitas bagi
para pengunjung pusat kebudayaan ini.
I. PENDAHULUAN
Berbagai karya arsitektur yang dirancang oleh seorang arsitek tidak akan bisa berfungsi
dengan baik dan secara tepat tanpa memperhatikan kelengkapan fasilitas - fasilitas bangunan
yang menunjang kenyamanan, keamanan, dan efektifitas yang terdapat pada rancangannya.
Kelengkapan rancangan tersebut adalah utilitas. Utilitas sendiri meliputi banyak hal, yaitu seperti
perancangan sistem distribusi air bersih, sistem distribusi air kotor, sistem jaringan kelistrikan,
sistem telekomunikasi, sistem pencegahan kebakaran, sistem distribusi dan penanganan sampah,
dan hal lainnya.
Adapun Pusat Kebudayaan Sasak, di Lombok, merupakan suatu pusat kebudayaan yang
berada di daerah pesisir pantai kuta di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Pusat kebudayaan ini
merepresentasikan ulang konsep tatanan massa, ruang, bentuk, dan filosofi yang ada dan dipakai
pada budaya Suku Sasak. Sebagai sebuah karya arsitektur, Pusat Kebudayaan Sasak juga
memerlukan suatu pengelolaan utilitas yang saling terintegrasi dan holistik dengan aspek – aspek
yang terkait di atas. Dalam kaitannya dengan rancangan Pusat Kebudayaan Sasak ini maka perlu
diketahui lebih lanjut utilitas apa sajakah yang sesuai dan dapat menyediakan serta mengolah
sumber daya untuk pusat kebudayaan yang ada di Lombok ini.
Tentunya penelitian mengenai kebutuhan utilitas pada tapak ini mengalami proses
analisa dan masukkan dari beberapa sumber yang mendukung. Tida hanya itu, ditambahkan data
– data yang sesuai dan peraturan maupun syarat sesuai perancangan yang terkait dengan Pusat
Kebudayaan Sasak di Lombok ini. Setelah didapat dan dipelajari, tahap selanjutnya dilakukan
rancangan utilitas sesuai konsep yang telah didapat. Untuk kasus rancangan ini, konsep yang
didapat yaitu dengan mengintegrasikan desain utama dari masing – masing bidang, dengan
dukungan teknologi yang semakin berkembang sesuai jaman, namun tidak melupakan
keramahan lingkungan dan kearifan lokalnya.
Goal yang diraih dari aplikasi utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak ini yaitu dengan
sukses membuat sistem dan jaringan utilitas yang berkonsep tadi dan tidak lepas dari konsep
utama dalam operasionalnya. Aim yang terdapat disini adalah dukungan dari masing – masing
bidang sebagai bahan pengamatan akan rancangan utilitas yang sesuai. Sehingga paling tidak
tercapai satu konsep yang mengintegrasikan fungsi antar bagian. Objective kajian dilakukan
dengan pengamatan dan data – data yang ada di lapangan dan sesuai dengan sumber terkait.
Sehingga dari kesemuanya itu tercapai dasar kajian yang berfungsi sebagai „pondasi‟ awal
perancangan sistem utilitas dan jaringannya.
Pada prosesnya, kajian akan utilitas ini pun tidak lepas dari referensi sebagai acuan dalam
perancangannya. Bahkan sampai pengaplikasiannya pada Pusat Kebudayaan Sasak ini. Beberapa
yang diambil diantaranya yaitu mengenai turbin angin. Karena turbin angin menjadi sumber daya
utama karya arsitektur ini. Sebuah konsep dan aplikasi baru penggunaan turbin angin adalah
dengan mengintegrasikannya pada suatu daerah yang memiliki potensi baik. Turbin angin maglev
jenis VAWT (Vertical Axis Wind Turbine) cocok diaplikasikan pada daerah pesisir pantai sebab
mampu bekerja pada kecepatan angin yang rendah dan dapat membangkitkan listrik untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan energi listrik di daerah tersebut.Diperlukan sebuah desain
aerodinamik suatu bangunan yang memungkinkan untuk mengarahkan angin yang datang
supaya menuju ke bagian yang paling atas sehingga dapat menggerakkan turbin tersebut.
Usahakan dalam mendesain tata letak bangunan sudah diperhitungkan arah datang angin (wind
rose) rata-rata tahunan dan keadaan gedung/pohon disekitar tempat yang akan dibangun gedung
tersebut. Jangan sampai gedung/pohon tersebut menyebabkan efek turbulensi angin, usahakan
angin yang datang memiliki pola laminer sehingga ekstraksi energi angin dengan turbin angin
bisa maksimal. Sumber ini diambil dari situs www.kamase.org yang membahas tentang
penggunaan turbin angin secara maksimal.
Sehingga apa yang telah didapat dari dasar dan proses tersebut akan didapat sebuah hasil
kajian yang akan dibahas lebih lanjut. Namun secara garis besarnya semua aplikasi pada
bangunan ini harus tercapai sesuai konsep dan fungsinya. Termasuk saat operasional
berlangsung. Penelitian ini dilakukan dengan waktu yang cukup panjang dan pelumatan dari
berbagai bidang yang ada terutama dari arsitek utamanya. Tercapailah sebuah keputusan yang
dapat mendukung keberhasilan Pusat Kebudayaan Sasak ini, terlebih dalam bidang utilitasnya.
Sumber Ruang Servis Check Point Check Point Per Unit Titik Akhir
dari Luar Pusat Kontrol A B Bangunan Instalasi
Penampungan Pembuangan
Septictank Akhir
yang dapat menampung beberapa orang untuk naik ke atas dan ada tangga darurat sebagai jalur
evakuasi. Di bangunan gedung budaya sebagai bangunan utama yang terintegrasi dengan
perpustakaan, audio visual, dan auditorium jenis transportasi lebih lengkap dengan adanya ramp
yang memungkinkan lansia atau penyandang cacat bersirkulasi di dalam bangunan. Pada
bangunan lain juga ada ramp dan tangga yang memiliki kemiringan kurang dari 12°.
Sedangkan pada tapak terdapat jalur pejalan kaki pada area sirkulasi pedestrian, dan jalur
shuttle, yang juga memungkinkan untuk kendaraan darurat, pada ring luar tapak di sisi sungai
tapak. Pada jalur utama yang merupakan jalur untuk mobil dan bus dibuat dengan lebar hingga
lebih dari 8 meter sebagai keleluasaan pengemudi untuk mengendarai kendaraannya. Bahkan
terdapat bundaran sebagai „ foyer‟ atau penghalus patahan arah sirkulasi sehingga tidak terjadi
crash. Untuk menyeberangi sungai ada jembatan yang mengakomodasi transportasi manusia
sampai kendaraan yang melewatinya. Kemudian jalur sirkulasi di area parkir baik di atas tanah,
maupun di basement dibuat searah agar lebih aman dan nyaman bagi para pengendara. Jalur
untuk mobil dan kendaraan lain ini hanya sampai pada area depan dan tidak masuk ke dalam
area bangunan. Semuanya dengan pertimbangan keselamatan dan kenyamanan. Sedangkan jalur
pedestrian sendiri dibuat sedikit lebih tinggi dari tanah untuk memberi batas sehingga pejalan
kaki pun merasa nyaman. Untuk pedestrian yang melewati area berkontur ditambahkan tangga
dan ramp untuk akses yang lebih baik.
2.2 Metoda
Metoda yang digunakan disini metoda didasarkan atas observasi. Sistematik desainnya
yaitu:
1) Pengumpulan informasi yang relevan terhadap masalah desain.
2) Perumusan solusi permasalahan yang potensial.
3) Penyelesaikan masalah dengan menilai kriteria yang paling memungkinkan
Sebagai perancangan dan pengaplikasian sistem utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak di
Lombok ini, langkah yang harus dilakukan yaitu pertama mengumpulkan informasi dan sumber –
sumber yang ada, dengan relevansi terhadap masalah yang terkait. Kemudian mencari data – data
yang berkaitan dengan tapak dan lingkungan sekitarnya. Ditambah informasi tentang bangunan
bermassa banyak dan berarea luas. Selanjutnya merumuskan permasalahan yang potensial.
Bagaimana penerapan utilitas yang baik dan benar pada Pusat Kebudayaan Sasak ini. Lalu akan
terdapat berbagai macam kebutuhan utilitas yang sesuai berada di Pusat Kebudayaan Sasak ini,
baik di tapak maupun pada bangunan – bangunannya. Misalnya sistem pendistribusian air bersih
sebaik mungkin, sistem pembuangan air bekas yang dapat diolah kembali, dan lainnya. Semua itu
terintegrasi dan memiliki konsep yang terkait terhadap konsep utama dan konsep utilitas itu
sendiri. Dan semuanya memenuhi peraturan, standar, dan syarat sebagaimana harusnya. Dan
perlu disebutkan kembali konsep utilitas secara mikro terhadap Pusat Kebudayaan Sasak ini yaitu
ramah lingkungan, terintegrasi dan berteknologi.
III. HASIL
3.1. Macam Utilitas dalam Bangunan
3.1.1. Air Bersih
Beberapa macam kebutuhan air bersih menurut keperluannya antara lain:
Kebutuhan pengguna bangunan : Masak, Mandi, Cuci.
Fire Safety : Hydran.
Setelah dilihat sesuai potensi tapak, dan analisa lingkungan sekitar, ternyata daerah
pantai di tapak ini memang kurang memungkinkan untuk menggunakkan air tanah sebagai
penyediaan air bersih. Karena letak sumur utamanya yang terletak sangat jauh dan kemungkinan
tercemar air laut juga tinggi. Sehingga di putuskan untuk mendistribusi air dari PDAM secara
optimal. Adapun untuk memenuhi kebutuhan air maka tapak membutuhkan distribusi air dari
PDAM yang memiliki jalur distribusi dari pusat kota. Memungkinkan juga dibuat kolam
penampungan air hujan yang airnya dapat digunakan untuk landscaping. Namun air ini akan
masuk dalam kategori air bekas dan diolah terlebih dahulu.
Shaft Titik
Vertikal Akhir
Instalasi
PDAM/ Meteran Tandon Ruang Tandon
Sumber Utama Kontrol Banguna
n
Titik
Akhir
Instalasi
Diagram 3.2. Skema Distribusi pada Ruang Servis (Pusat Kontrol) Air Bersih
Sewage & Wastewater Mandi, Cuci, Buang air kecil, Limbah Industri cair.
Penamp Tandon
ung Air Air
Setelah (Pisah
Diolah PDAM)
Titik Bak Bak Bak Kolam
Pembu- Kontrol Kontrol Penampung Pengolah
angan Area Ring Sementara Limbah
Bangun Luar (Tapak) (Tapak)
an Kontur Tanki Buang
Greywater Sungai
Netral
Rainwater
Diresapkan Ke
Tanah
3.1.3. Listrik
Sumber listrik yang terdapat pada tapak dan untuk memenuhi kebutuhan tapak antara
lain :
Turbin Angin Sumber listrik utama.
PLN Cadangan.
GenSet Cadangan.
ATS
Turbin Angin Trafo Penurun (Automatic Transfer Main
Tegangan Switch) Panel
PLN Meteran
Generator Set
Pada ruang server dan security tidak hanya terjadi pembagian saklar dan stop kontak
pada ruangan, tetapi juga terdapat penyimpanan listrik pada UPS yang berfungsi sebagai tenaga
cadangan untuk sistem keamanan misalnya CCTV, Fire Protection, dan lain-lain. Kedua ruangan
ini sama pentingnya dan merupakan area yang sensitif terhadap daya listrik. Sehingga ruang ini
terpusat di area utilitas dan letaknya berdekatan dengan ruang kontrol listrik yang utama.
3.1.5. Komunikasi
Jenis komunikasi yang ada pada Pusat Kebudayaan Sasak :
Telephone
Internet LAN
WiFi
Jaringan Ruang PABX Pusat Ruang Juntion Box Junction Box Titik
dari Luar Kontrol Kontrol A B Instalasi
Utama Bangunan
3.1.6. Sampah
Sampah dibedakan menjadi 4 macam untuk kemudahan pengumpulan dan pengolahan,
yaitu sampah kertas, organic, plastik, dan sampah lain. Pengumpulan sampah disini dilakukan
secara manual dengan sistem “Carry Out”. Dikarenakan bentuknya adalah bangunan bermassa
banyak maka tidak semua bangunan terdapat shaft. Pengumpulan sampah dilakukan oleh
cleaning service resort dari tiap bangunan ke penampungan sementara di pinggir area tapak,
tepatnya di seberang area utilitas dipisah sungai. Dari tiap bak penampungan di ring luar dibawa
dengan kendaraan khusus atau shuttle menuju penampungan pusat dan diolah.
Pencacaha
n
Sisa BOX Komposti DIJUAL
Makanan, SAMPAH ng
Daun (O) Sampah
Organik
3.1.7. Transportasi
Sistem transportasi manusia pada bangunan adalah tangga manual, ramp, dan elevator.
Pada bangunan perpustakaan, dan menara misalnya, digunakan elevator karena ketinggian yang
lebih dari dua lantai. Sedangkan pada tapak terdapat jalur pejalan kaki pada pedestrian tapak,
dan jalur shuttle, yang juga memungkinkan untuk kendaraan darurat, pada ring luar tapak di sisi
barat dan timur tapak. Satu lagi yaitu ramp sebagai aksesibilitas bagi penyandang cacat dan
lansia. Semua jalur transportasi ini, baik manusia maupun kendaraan sistemnya terintegrasi,
sehingga memberikan keamanan, kenyamanan, dan efektifitas bagi para pengunjung.
Jalur mobil hanya dari luar bangunan menuju drop off area di depan area parkir untuk
kemudian bisa dilanjutkan sebagai alternatif oleh vallet parking dibawa ke tempat parkir. Jalur
mobil dan bus ini berada di depan agar tidak mengganggu sirkulasi pengunjung yang berjalan
kaki.
Elevator yang berada pada bangunan menara ini diperuntukkan kepada para pengunjung
yang menuju ke atas. Kapasitas, luas, sampai kecepatan dan hal lainnya telah diperhitungkan dan
dianalisa kebutuhannya. Maka akan ada dua elevator pada menara sebagai penunjang fasilitas
transportasi pada bangunan ini. Begitu juga dengan yang ada pada perpustakaan. Elevator ini pun
memiliki standar dan sistem keamanan yang telah dipertimbangkan.
Sprinkler yang berada pada tapak menggunakkan air dan air tersebut diambil dari air
bekas yang telah diolah, sungai, dan prioritas terakhir dengan PDAM. Disediakan jalur untuk
mobil dan petugas kebakaran di pinggir area tapak. Juga ada area evakuasi bagi para pengunjung
sebagai antisipasi terjadinya bencana. Dengan semua itu, aspek keselamatan pun akan lebih
optimal tercapai.
IV. DISKUSI/PEMBAHASAN
4.1. Aplikasi Utilitas pada Tapak Pusat Kebudayaan Sasak, Lombok.
Pada awalnya, untuk menganalisa aplikasi utilitas pada Pusat Kebudayaan Sasak ini, yang
dilakukan pertama kali yaitu melihat kebutuhannya pada tapak di tiap bangunan dengan masing
– masing bagian utilitas. Apakah diperlukan atau tidak, apakah dapat diefektifkan dengan
menjadi satu area atau tidak. Maka hasil ini merupakan pembahasannya yang dideskripsikan oleh
tabel dibawah :
Garbage V V V V V V
Communication
Telephone V V V V V
Internet LAN V
Internet WiFi V V V V V
Sistem Informasi V V V V V V
Accoustics V V
Transportation
Stairs V
Ramp V V
Lift V V
Building Safety
Penangkal Petir V V V V V V V
Smoke Detector V V V V V V
All Variant Hydrant V V V V V V
Gas Sprinkler & Halon V V V V V V
Fire Damper V V V V
Fire Alarm V V V V V
Exit Emerg. & Corridor V V V V V
Kompartemen V V
Tangga Darurat V V
Parkir V
Tabel 1.1 Tabel Kebutuhan Utilitas Secara Makro Pusat Kebudayaan Sasak
Kemudian dari tabel diatas akan ada pembahasan berikutnya mengenai aplikasi secara
umum pada tapak dan semuanya itu akan dijelaskan melalui gambar – gambar berikut.
Gambar 4.1 Utilitas Tapak Air Bersih, Air Kotor, Air Bekas, dan Air Hujan
Jaringan air bersih seperti yang telah dijelaskan sebelumnya mengambil sumber dari
PDAM. Dan kemudian ditampung pada tandon di kontur teratas tapak. Dari tandon tersebut,
secara gravitasi mengalirkan air menuju tandon utama pada ruang kontrol air bersih yang ada di
area utilitas. Dari area tersebut distribusi air bersih dilanjutkan menuju masing – masing area
yang membutuhkan. Khusus untuk gedung budaya, tandon terpisah dari zonanya, karena
memerlukan kebutuhan air yang besar. Pada gedung budaya ini, terdapat ruang kontrol tersendiri
yang mengakomodasi seluruh utilitas air bersih, kotor, dan bekas.
Untuk air bekas buangan di urinoir, bidet, wastafel, dan bak cuci air yang telah dibuang
tersebut akan diolah kembali. Begitu juga dengan air hujan yang dibuang baik pada tapak
maupun pada bangunan. Semua air bekas dan air hujan tersebut didistribusi menuju pengolahan
pada area utilitas basah. Pengolahan ini menggunakkan tanaman air sebagai penyaring sampai
beberapa kali olahan. Setelah penyaringan alami ini selesai, akan ada penampungan atau tandon
khusus untuk air olahan ini. Dan kemudian didistribusikan kembali menuju bangunan dan taman
sebagai kebutuhan flush, siram tanaman, dll.
Untuk jaringan kelistrikannya, sumber awal terdapat dari turbin angin yang berjumlah 5
buah ada di area menara, beberapa meter sebelum batas tapak dan pantai. Di masing – masing
turbin angin terdapat generator pengubah daya yang terdapat di bawahnya. Kemudian di area
yang sama ada penyatu daya dan kemudian jaringan kabel yang lewat bawah tanah dengan
menyusuri pedestrian menuju area utilitas kering diamana ada ruang kontrol listrik utama.
Disana terdapat genset sebagai cadangan daya, dan juga jaringan distribusi dari PLN. Dari pusat
ini dilanjutkan kembali ke masing – masing bangunan dengan kebutuhan yang berbeda.
Untuk pencahayaannya, ada beberapa jenis. Khusus untuk jenis lampu jalanan dan
sirkulasi kendaraan, lampu yang digunakan merupakan lampu mercury dengan solar panel.
Lampu ini masing – masing berdiri sendiri dengan dayanya sehingga tidak menyambung dengan
satu sama lainnya. Solar panel tersebut yang memberi daya dan menyimpan daya untuk menyala
pada saat mulai gelap. Untuk lampu pedestrian dan taman, jaringannya juga ditanam dibawah
tanah bersama dengan kabel listrik dan mengambil daya dari area terdekat.
Untuk uitlitas fire protection pada tapak, ada beberapa bagian. Ada sprinkler pada taman,
yang salurannya merupakan pipa khusus yang didistribusi dari sungai, air olahan, dan PDAM
(sesuai prioritas). Pipa ini juga ditanam dibawah tanah. Ada hydrant box dan tank sebagai
antisipasi manual saat terjadi kebakaran di luar. Ada juga jalur evakuasi di sebelah pinggir sungai
untuk menuju keluar area pusat kebudayaan ini. Sedangkan untuk sistem kemanannya ada CCTV
yang berada di tiap spot yang membutuhkan dan alarm sebagai pengaman terhadap area – area
vital. Jaringan keduanya ditanam di tanah sejalur dengan kabel listrik yang underground.
Jaringan komunikasi pada tapak tidak begitu rumit, karena salurannya hanya sedikit dan
ada jaringan internet yang tidak memerlukan kabel. Yaitu WiFi. Untuk jaringan telepon, setelah
distribusi dari TELKOM lewat tiang telepon yang ada di sekitar tapak, kabel lewat bawah tanah
dibuat jalur menuju ruang kontrol utama pada tapak. Kemudian disebar melalui sistem PABX ke
masing – masing bangunan yang memerlukan. Dari bangunan tersebut, jika ada beberapa cabang
telepon lagi, maka akan digunakan junction box sebagai penyabang. Untuk internet LAN,
jaringannya sama, hanya saja dilanjutkan ke komputer pada ruang server. Untuk WiFi, dari
Ruang server ada router khusus yang langsung terhubung pada router lain di tiap area.
Gambar 4.5 Utilitas Air Bersih, Kotor, Bekas, dan Olahan pada Bangunan Gedung Budaya
Gambar 4.6 Utilitas Listrik dan Pencahayaan pada Bangunan Gedung Budaya
Gambar 4.7 Utilitas Pengkondisian Udara dan Ducting pada Bangunan Gedung Budaya
Gambar 4.8 Utilitas CCTV dan Security System pada Bangunan Gedung Budaya
Gambar 4.9 Utilitas Fire Protection System pada Bangunan Gedung Budaya
4.3.2. Listrik
Perhitungan Jumlah Energi Listrik yang Diperlukan
Kebutuhan listrik untuk keseluruhan aktivitas Cultural Center ini baik di dalam maupun
di luar bangunan serta fasilitasnya, dapat dirinci berdasarkan atas :
Beban listrik pompa air adalah P = 0,163 x 1,2 x Q h-maks x Ht
η
= 0,163 x 1,2 x 500 x 1,3 x 5 x 2x7
0,5
= 44.499 W = 44,5 kW x 5 = 222,5 kW
Beban listrik untuk kebutuhan peralatan Computer, Bioskop teater, CCTV, dan Audio
diperkirakan sebesar 10 watt/m² x 83.000 m² = 830.000 watt = 830 kW
Total beban listrik bangunan cultural center adalah
222,5 + 1,12 + 1245 + 415 + 830 = 2713,62 kW
Pemenuhan kebutuhan listrik adalah
1. Tenaga angin 1 turbin = 750 kW
4 turbin = 3000 kW + 1 turbin cadangan
5 turbin = 3750 kW
Rancangan utilitas telah disesuaikan sehingga tidak mengganggu tapak itu sendiri,
bangunan, maupun keadaan diluar tapak. Karena semuanya telah didasarkan pada konsep yang
berisi integrasi terhadap bidang lain dalam rancangannya. Selain itu konsep teknologi tinggi dan
ramah lingkungan juga telah menjadi acuan selama proses rancang sistem dan jaringan utilitas ini
berlangsung. Walaupun terdapat beberapa „tabrakan‟, semuanya masih dapat disatukan dan
disesuaikan, sehingga tercapai konsep yang holistik dalam rancangan utilitas ini.
Sebuah proses mendesain karya arsitektur, metode saat menyelesaikan berbagai masalah
sangat esensial diperlukan. Pemilihan metode yang benar sesuai tuntutan yang terkait akan
menjadikan sebuah hasil desain konsisten dan terarah. Penentuan metode mana yang digunakan
dari berbagai pilihan metode desain tidak lepas dari teori dan sumber yang banyak mendukung
produk ini. Hal ini dicapai guna mewujudkan sebuah perfeksionisme dalam karya arsitektur
tersebut. Setelah hal tersebut tercapai, akan ada apresiasi dan keterkaitan secara ilmiah dan
logika.
DAFTAR PUSTAKA
Negara, Thomas Ari. 1 Mei (2008). Integrasi Turbin Angin pada Gedung Tinggi, (Online),
(http://www.kamase.org/intergrasi-turbin-angin-pada-gedung-tinggi/, diakses 31
Desember 2010).
Pitasmara, Alfa Yunita. (2010). Aplikasi Utilitas Bangunan dan Tapak pada Hotel Resort
Bintang 5 (Desain Bumi Hyang Hotel Resort, Bandung). Jurnal tidak diterbitkan.
Malang: Jurusan Arsitektur Uiversitas Brawijaya.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. (1998). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press).
Tangoro, Dwi. (2004). Utilitas Bangunan. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press).
Keterangan : Semua sumber diagram, tabel, dan gambar merupakan dokumen pribadi. (2010)