Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

NASO GASTRICE TUBE (NGT)


Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Dasar

Dosen Pengampu : M. Sandi Haryanto S.Kep., Ners., M.Kep

Disusun Oleh :
Myta Dwi Andriani (1120086)
Tingkat 1 B

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
INSTITUT KESEHATAN RAJAWALI
2020 – 2021

i
ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT karena
berkat karunia dan hidayah-Nya bisa menyelesaikan makalah ini yang diajukan untuk
memenuhi tugas Keperawatan Dasar. Shalawat beserta salam mudah-mudahan terus tercurah
limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Penulis berharap makalah ini dapat membantu dan menambah wawasan pembaca
yang ingin lebih mengetahui dan memahami sekilas tentang naso gastric tube. Juga penulis
berterimakasih kepada pembimbing yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
laporan ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini yang akan datang.

Bandung, Januari 2021

i
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................1
1.3 Tujuan ...........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Nutrisi Peroral,Enteral Parental..................................................2
2.2 Indikasi Dan Kontra Indikasi Enteral Feeding..............................................3
2.3 Jenis Makanan Yang Di Berikan Enteral Feeding........................................3
2.4 Jenis-Jenis Rute Entral Feeding....................................................................5
2.5 Naso Grastice tube .......................................................................................6

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemberian nutrisi bagi orang sakit sangatlah penting karena menjadi
salah satu faktor terbesar bagi kesembuhan pasien. Nutrisi pada orang sakit
dapat diberikan secara oral, enteral maupun parenteral. Nutrisi peroral
memiliki berbagai kelebihan, diantaranya nutrient yang diberikan akan
melalui proses fisiologis yaitu digesti, absorbsi, dan metabolisme didalam
tubuh. Disamping itu, cara ini juga lebih murah dan mampu menjaga
keseimbangan mikroorganisme dalam saluran cerna.
Pemberian nutrisi enteral lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini
memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan sedikit lebih
murah. Tidak semua klien mampu makan secara enteral tetapi bila sistem GI
mampu mencerna dan mengabsorpsi nutrien, maka pemberian makan dengan
cara ini harus digunakan.
Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini
yaitu:
 Apa yang dimaksud dengan pemberian nutrisi oral, enteral, dan
parenteral ?
 Bagaimana pertimbangan cara pemberian nutrisi pada pasien?
 Apa indikasi dan kontraindikasi enteral feeding?
 Apa saja jenis makanan yang diberikan pada enteral feeding?
 Apa saja jenis-jenis rute enteral feeding ?
 Apa yang dimaksud dengan Naso Gastric Tube (NGT) ?
1.2 Tujuan
 Mengetahui pengertian nutrisi oral, enteral, dan parenteral.
 Mengetahui pertimbangan cara pemberian nutrisi pada pasien
 Mengetahui indikasi dan kontraindikasi enteral feeding.
 Mengetahui jenis makanan yang diberikan pada enteral feeding.
 Mengetahui jenis-jenis rute enteral feeding.
 Mengetahui tentang Naso Gastric Tube (NGT)

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Nutrisi Peroral, Enteral, dan Parenteral


a. Nutrisi Peroral
Nutrisi peroral yaitu asupan nutrisi melalui oral, merupakan cara yang paling
ideal untuk memenuhi kebutuhan energi, protein, vitamin, mineral, dan berbagai
komponen nutrien yang lain. Semua jenis nutrient tersedia di alam dalam bentuk
makanan baik yang berasal dari tanaman maupun hewan, sehingga pemberian
nutrisi dengan cara ini dapat mensuplai lengkap semua nutrien yang dibutuhkan
seorang anak untuk membantu proses penyembuhan, juga pertumbuhan dan
perkembangannya.
Syarat pemberian nutrisi peroral adalah pasien dalam keadaan sadar, tidak
terdapat gangguan fungsi oral, motor dan saluran cernanya bekerja dengan baik.
Pasien juga harus mempunyai nafsu makan yang cukup dikarenakan pada kondisi
sakit akut, nafsu makan pasien bisa menurun akibat dari dilepaskannya mediator-
mediator fase akut dan karenanya asupan nutrien menjadi tidak adekuat. Bentuk
makanan yang diberikan disesuaikan dengan jenis penyakit, usia pasien, maupun
kemampuan fungsi oral motor dan saluran cernanya, dapat berupa makanan padat
yang konsistensinya bisa dibuat lebih lunak hingga cair dengan berbagai
modifikasi komposisi nutrisi.

b. Nutrisi Enteral (Enteral Feeding)

Nutrisi enteral adalah pemberian asupan nutrisi melalui saluran cerna dengan
menggunakan feeding tube, kateter, atau stoma langsung melintas sampai ke
bagian tertentu dari saluran cerna. Pemberian nutrisi dengan cara ini mengabaikan
peran mulut dan esophagus sebagai tempat pertama masuknya makanan. Target
yang dituju adalah bagian usus paling proksimal yang masih dapat menjalankan
fungsinya, dimulai dari lambung hingga usus halus.
Manfaat nutrisi enteral tidak jauh berbeda dengan cara pemberian per oral
yaitu proses pencernaan dan absorbsi nutrisi dapat berlangsung secara aman,
mendekati fungsi fisiologis, mampu menjaga imunitas saluran cerna, mengurangi
pertumbuhan bakteri yang berlebihan, menjaga keseimbangan mikrorganisme
saluran cerna, mudah, dan lebih murah dari segi finansial.

2
3

c. Nutrisi Parenteral (Parenteral Feeding)


Dukungan nutrisi secara parenteral dapat didefinisikan sebagai pemberian
asupan nutrisi yang diberikan melalui pembuluh darah dan masuk dalam sirkulasi
darah. Dukungan nutrisi secara parenteral diberikan apabila keadaan penderita
tidak memungkinkan untuk mendapatkan dukungan nutrisi enteral dan atas
pertimbangan indikasi tertentu. Pemberian nutrisi secara parenteral harus
dilakukan secara hati-hati, sesuai dengan penyakit yang mendasari. Pemberian
nutrisi secara parenteral tidak diindikasikan pada pasien dengan fungsi traktus
gastrointestinal normal, yang dapat menerima dukungan nutrisi peroral maupun
enteral.
2.2 Indikasi dan Kontraindikasi Enteral Feeding
1. Indikasi Enteral Feeding
Pemberian nutrisi enteral diberikan pada pasien yang sama sekali tidak
bisa makan, makanan yang masuk tidak adekuat, pasien dengan sulit menelan,
pasien dengan luka bakar yang luas. Pada pasien dengan keadaan trauma
berat, luka bakar danstatus katabolisme, maka pemberian nutrisi enteral
sebaiknya sesegera mungkin dalam 24 jam.
2. Kontraindikasi Enteral Feeding
Keadaan dimana saluran cerna tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, kelainan anatomi saluran cerna, iskemia saluran cerna, dan
peritonitis berat. Pada pasien dengan pembedahan, pemberian nutrisi enteral
harus dikonfirmasikan dengan tanda munculnya flatus. Pada prinsipnya,
pemberian formula enteral dimulai dengan dosis rendah dan ditingkatkan
secara bertahap sampai mencapai dosis maksimum dalam waktu seminggu.
Makanan enteral yang telah disediakan sebaiknya dihabiskan dalam waktu
maksimal 4 jam, waktu selebihnya akan membahayakan karena
kemungkinan makanan tersebut telah terkontaminasi bakteri.
2.3 Jenis Makanan yang Diberikan pada Enteral Feeding
 Berasarkan Kandungan Gizinya.
a. Polymerik :
Osmolalitasnya < 300 mOsm/L, Murah (formula diet biasa), Berat
molekul besar, mengandung protein utuh untuk pasien dengan sistem
gastrointestinal (GIT) yang normal atau hampir normal.
b. Oligorik:
4

Berisi simple karbohidrat, Trigliserida, dan Asam Amino.


c. Modular :
Single/Multiple nutrient, Kombinasi Poli/Oligomerik.
 Berdasarkan Pembuatnya
 Makanan Cair Formula Rumah Sakit ( Blenderized)
Makanan buatan rumah sakit yang mempunyai osmolalitas 600
mOsm/kg, sedangkan normalnya adalah 300 mOsm/kg. Osmolalitas
adalah ukuran yang dipakai untuk mengukur kemampuan larutan dalam
menahan air atau menarik air lewat membran semipermeabel. Akibat
jika makanan yang mempunyai osmolalitas tinggi diberikan cepat akan
dapat menarik cairan kedalam usus sehingga menyebabkan kram,
nausea, vomitus, dan diare. Kelebihan formula rumah sakit adalah murah
dan enak tetapi osmolalitasnya berubah-ubah dan mudah terkontaminasi.
1. Makanan Cair Rumah Sakit Formula Standar.
Dibuat dari campuran tepung, susu,telur, gula, dan minyak (TSTG).
Formula rumah sakit ini biasa dipergunakan untuk makanan per sonde.
Makanan cair ini mudah dibuat, mudah pemberiannya dan sedikit
mengandung serat. Biasanya mempunyai kepekatan 1 Kkal/cc.
2. Makanan Cair Rumah Sakit Formula Blender.
Dibuat dari campuran berbagai makanan seperti jus buah, lauk pauk,
kacang hijau, dan lain-lain yang kemudian diblender.
 Makanan Cair Formula Komersial ( Buatan Pabrik)
1. Polimerik
Untuk Pasien dengan fungsi GIT normal atau hampir normal. Contoh :
Panentral dan Fresubin.
2. Pradigesti
Diet dibuat dengan formula khusus dalam bentuk susu elemental. Diet
mengandung asam amino/peptida dan lemak medium chain trygliserida
(MCT) yang langsung diserap oleh usus. Contoh : Pepti 2000 dan lain-
lain. Digunakan untuk pasien dengan gangguan fungsi saluran
pencernaan.
3. Diet Enteral Khusus
5

Misanya : Formula untuk Sirosis (contoh: Aminoleban dan Falkamin),


Diabetes (contoh: diabetasol), Gagal ginjal (contoh: nefrisol), tinggi
protein (contoh: peptisol).
4. Diet Enteral Tinggi Serat
Contoh: Indovita
Formula Komersial tidak mudah terkontaminasi konsistensi dan
osmolalitasnya tetap tetapi rasa tidak enak dan mahal.
2.4 Jenis-Jenis Rute Enteral Feeding
Pemberian nutrisi enteral dapat dilakukan dengan menggunakanfeeding
tube. Dukungan nutrisi dengan menggunakan feeding tube berdasarkan lokasi
insersi feeding tube dibedakan menjadi transnasal  dan enterostomi.
 Nutrisi Enteral Transnasal
Nutrisi enteral transnasal dikenal sebagai cara yang noninvasif , dapat
diberikan melalui orogastrik, nasogastrik, nasoduodenal, dan
nasojejunal. Nutrisi enteral dengan menggunakan cara tersebut dilakukan
dengan menginsersikan feeding tube melalui mulut atau hidung sampai ke
lokasi saluran cerna tertentu. Penggunaan feeding tube secara transnasal pada
umumnya digunakan sebagai pilihan terapi nutrisi secara intermitten dan
jangka pendek (kurang dari tiga bulan).
 Nutrisi Enteral Enterostomi
Dukungan nutrisi enteral secara enterostomi dikenal sebagai cara
pemberian nutrisi enteral yang invasif. Pemberian nutrisi secara enterostomi
dapat dilakukan dengan cara gastrostomi dan jejunostomi. Formula nutrisi
diberikan melalui feeding tube yang terpasang pada area gastrostomi dan
jejunostomi. Pemberian nutrisi enteral secara gastrotomi atau jejunostomi
dianggap mampu mempertahankan posisi feeding tube dalam jangka waktu
lama (lebih dari 3 bulan) karena terfiksasi pada dinding abdomen anterior,
tidak terpengaruh gerakan pernapasan, dapat menghindari
komplikasi chronic nasal discharge, sinusitis, perkembangan yang abnormal
dari hidung, trauma psikologi, serta problem feeding di kemudian hari.
Akses gastrotomi menggunakan feeding tube yang berukuran besar
(14- 24 Fr), makanan melalui gastrostomi dapat diberikan dalam volume
yang besar, dengan resiko oklusi yang minimal. Pada jejunostomi, feeding
tube yang digunakan berukuran lebih kecil, yaitu 9-12 Fr. Gastrostomi dan
6

jejunostomi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pemasangan secara


radiologi, endoskopi, serta bedah. Kebersihan daerah stoma harus selalu
dijaga, untuk menghindari iritasi yang berasal dari sekresi gaster, dan
kemungkinan potensi infeksi.
2.5 Naso gastric tube (NGT)
 Pengertian
NGT adalah cara memasukkan nutrisi cair dengan selang plastic yang
dipasang melalui hidung sampai lambung.
 Tujuan
1. Memberikan nutrisi pada pasien yang tidak sadar dan pasien yang
mengalami kesulitan menelan.
2. Mencegah terjadinya atropi esophagus/lambung pada pasien tidak
sadar.
3. Untuk melakukan kumbang lambung pada pasien keracunan.
4. Untuk mengeluarkan darah pada pasien yang mengalami muntah darah
atau pendarahan pada lambung.
 Indikasi pemasangan NGT
1. Pasien tidak sadar
2. Pasien Karena kesulitan menelan
3. Pasien yang keracunan
4. Pasien yang muntah darah
5. Pasien Pra atau Post operasi esophagus atau mulut
6. Perdarahan GI (Gastrointestinal)
7. Trauma multiple, pada dada dan abdomen
8. Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
9. Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi
abdomen
10. Obstruksi saluran cerna
 Kontraindikasi
1. Pada pasien yang memliki tumor di rongga hidung atau esophagus.
2. Pasien yang mengalami cidera serebrospinal.
7
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Malnutrisi adalah masalah umum yang dijumpai pada kebanyakan pasien yang
masuk ke rumah sakit. Pemberian nutrisi bagi orang sakit sangatlah penting karena
menjadi salah satu faktor terbesar bagi kesembuhan pasien. Pemenuhan kebutuhan
nutrisi pada orang sakit yang tidak mampu secara mandiri dapat dilakukan dengan
cara membantu memenuhinya melalui oral (mulut), enteral ( pipa lambung ), dan
Parenteral. Pemberian nutrisi enteral ( enteral feeding) lebih dipilih daripada nutrisi
parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan
sedikit lebih murah. Jenis rute enteral feeding antara lain melalui nasogastric tube
(NGT), gastrotomi, dan jejunostomi.

7
8

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan:Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Dewanto, George, dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata Laksana Penyakit Saraf.
Jakarta: EGC
Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Saku Keterampilan dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
Potter dan Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktis,
E/4, Vol.2. Jakarta: EGC
Smith, Sandra dan Duell, Donna. 1982. Nursing Skills and Evaluation, A Nursing Process
Approach. California: National Nursing Review

Anda mungkin juga menyukai