DENGAN STROKE
Disusun Oleh :
Nim : 2014901046
( Ns. Revi Neini Ikbal, M.Kep ) (Ns. Sandika Musdevi, S.Kep) ( Ns. Asmawati, S.Kep, M.Kep )
2021
BAB I
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Stroke
1. Pengertian
Stroke adalah gangguan fungsional yang terjadi secara mendadak berupa tanda-
tanda klinis baik lokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam atau dapat
menimbulkan kematian yang disebabkan gangguan peredaran darah ke otak, antara lain
peredaran darah sub arakhnoid, peredaran intra serebral dan infark serebral (Nur’aeni Y
R, 2017). Stroke adalah gangguan yang menyerang otak secara mendadak dan
berkembang cepat yang berlangsung lebih dari 24 jam ini disebabkan oleh iskemik
maupun hemoragik di otak sehingga pada keadaan tersebut suplai oksigen keotak
terganggu dan dapat mempengaruhi kinerja saraf di otak, yang dapat menyebabkan
penurunan kesadaran. Penyakit stroke biasanya disertai dengan adanya peningkatan
Tekanan Intra Kranial (TIK) yang ditandai dengan nyeri kepala dan mengalami
penurunan kesadaran (Ayu, 2018).
Stroke iskemik yaitu tersembatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran
darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti (Nurarif & Kusuma, 2016). Stroke
iskemik merupakan gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, yang dapat
menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan fungsi neurologi lainnya, yang
terjadi lebih dari 24 jam dimana penyebabnya adalah gangguan sirkulasi aliran darah ke
otak (Anurogo, 2014). Stroke iskemik adalah stroke yang disebabkan oleh karena
adanya oklusi yang terjadi akibat pembentukan trombus. Resiko diatas 55 tahun Wanita
lebih tinggi dibanding laki-laki (Munir, 2015).
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Otak manusia kira-kira 2% dari berat badan orang dewasa (3Ibs). Otak
menerima 20% dari curah jantung dan memerlukan sekitar 20% pemakaian oksigen
tubuh, dan sekitar 400 kilo kalori energi setiap harinya. Secara anatomis sistem
saraf tepi dibagi menjadi 31 pasang saraf spinal dan 12 pasang saraf cranial. Saraf
perifer terdiri dari neuron- neuron yang menerima pesan-pesan neural sensorik
(aferen) yang menuju ke system saraf pusat, dan atau menerima pesan-pesan neural
motorik ( eferen) dari system saraf pusat. Saraf spinal menghantarkan pesan-pesan
tersebut maka saraf spinal dinamakan saraf campuran.
Sistem saraf somatic terdiri dari saraf campuran. Bagian aferen membawa
baik informasi sensorik yang disadari maupun informasi sensorik yang tidak
disadari. Sistem saraf otonom merupakan sistem saraf campuran. Serabut-serabut
aferen membawa masukan dari organ- organ visceral. Saraf parasimpatis adalah
menurunkan kecepatan denyut jantung dan pernafasan, dan meningkatkan
pergerakan saluran cerna sesuai dengan kebutuhan pencernaan dan pembuangan.
b. Fisiologis
Otak adalah alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat
computer dari semua alat tubuh. Bagia dari saraf sentral yang yang terletak didalam
rongga tengkorak (cranium) dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Otak terletak
dalam rongga cranium berkembang dari sebuah tabung yang mulanya
memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal.
1. Otak depan menjadi hemifer serebri, korpus striatum, thalamus, serta
hipotalamus.
2. Otak tengah, trigeminus, korpus callosum, korpuskuad rigeminus.
3. Otak belakang, menjadi pons varoli, medullaoblongata, dan serebellum.
Fisura dan sulkus membagi hemifer otak menjadi beberapa daerah. Korteks
serebri terlibat secara tidur teratur. Lekukan diantara gulungan serebri disebut
sulkus. Sulkus yang paling dalam membentuk fisura longitudinal dan lateralis.
Daerah atau lobus letaknya sesuai dengan tulang yang berada di atasnya
(lobusfrontalis, temporalis,oarientali sdan oksipitalis).
Fisura longitudinalis merupakan celah dalam pada bidang media laterali
memisahkan lobus temparalis dari lobus frontalis sebelah anterior dan lobus
parientalis sebelah posterior. Sulkus sentralis juga memisahkan lobus frontalis juga
memisahkan lobus frontalis dan lobus parientalis. Adapun bagian-bagian otak
meluputi :
a. Cerebrum
Cerebrum (otak besar) merupakan bagian terbesar dan terluas dari otak,
berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-
masing disebut fosakranialis anterior atas dan media. Kedua permukaan ini
dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan
zat putig terdapat pada bagian dalam yang mengndung serabut syaraf. Pada
otak besar ditemukan beberapa lobus yaitu :
1. Lobus frontalis adalah bagian dari serebrum yang terletak dibagian
sulkussentralis.
2. Lobus parientalis terdapat didepan sulkus sentralis dan dibelakang oleh
korakooksipitalis.
3. Lobus temporalis terdapat dibawah lateral dan fisura serebralis dan
didepan lobusoksipitalis.
4. Oksipitalis yang mengisi bagian belakang dari serebrum.
Korteks serebri terdiri dari atas banyak lapisan sel saraf yang
merupakan.ubstansi kelabu serebrum. Korteks serebri ini tersusun dalam
banyak gulungan-gulungan dan lipatan yang tidak teratur, dan dengan
demikian menambah daerah permukaan korteks serebri, persis sama seperti
melipat sebuah benda yang justru memperpanjang jarak sampai titik ujung
yang sebenarnya. Korteks serebri selain dibagi dalam lobus juga dibagi
menurut fungsi dan banyaknya area. Cambel membagi bentuk korteks serebri
menjadi 20 area. Secara umum korteks dibagi menjadi empat bagian :
1. Korteks sensori, pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang
mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat
atau bagian tubuh tergantung ada fungsi alat yang bersangkutan. Korteks
sensori bagian fisura lateralis menangani bagian tubuh bilateral lebih
dominan.
2. Korteks asosiasi. Tiap indra manusia, korteks asosiasi sendiri merupakan
kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir,
rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan
data yang lain. Bagian anterior lobus temporalis mmpunyai hubungan
dengan fungsi luhur dan disebutpsikokortek.
3. Kortek motorik menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya
adalah kontribusi pada taktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh
kontralateral.
4. Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis berhubungan dengan sikap
mental dan kepribadian.
b. Batang otak
Batang otak terdiri :
1. Diensephalon, diensephalon merupakan bagian atas batang otak yang
terdapat diantara serebelum dengan mesensefalon. Kumpulan dari sel saraf
yang terdapat di bagian depan lobus temporalis terdapat kapsul interna
dengan sudut menghadap kesamping. Fungsinya dari diensephalon yaitu:
a) Vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah.
b) Respirator, membantu prosespernafasan.
c) Mengontrol kegiatan refleks.
d) Membantu kerja jantung, Mesensefalon, atap dari mesensefalon terdiri
dari empat bagian yang menonjol keatas. Dua disebelah atas disebut
korpus kuadrigeminus superior dan dua sebelah bawah selaput korpus
kuadrigeminus inferior. Serat nervus toklearis berjalan ke arah dorsal
menyilang garis tengah ke sisi lain. Fungsinya :
1) Membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata.
2) Memutar mata dan pusat pergerakan mata.
2. Ponsvaroli barikum pantis yang menghubungkan mesensefalon dengan
pons varoli dan dengan serebelum, terletak didepan serebelum diantara
otak tengah dan medulla oblongata. Disini terdapat premoktosid yang
mengatur gerakan pernafasan dan refleks. Fungsinya adalah:
a) Penghubung antara kedua bagian serebelum dan juga antara medulla
oblongata dengan serebellum.
b) Pusat saraf nervustrigeminus.
c) Medulla oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling
bawah yang menghubungkan pons varoli dengan medula spinalis.
Bagian bawah medulla oblongata merupakan persambungan medulla
spinalis ke atas, bagian atas medulla oblongata yang melebar disebut
kanalis sentralis di daerag tengah bagian ventral medulla oblongata.
Medulla oblongata mengandung nukleus atau badan sel dari berbagai
saraftak yang penting. Selain itu medulla mengandung “pusat-pusat
vital” yang berfungsi mengendalikan pernafasan dan sistem
kardiovaskuler. Karena itu, suatu cedera yang terjadi pada bagian ini
dalam batang otak dapat membawa akibat yang sangat serius.
c. Cerebellum
Otak kecil di bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan
cerebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan diatas
medulla oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris,
merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang kecil
pada sentral disebut vermis dan bagian yang melebar pada lateral disebut
hemisfer. Serebelum berhubungan dengan batang otak melalui pundunkulus
serebri inferior. Permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai
serebellum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan
serebellum ini mengandung zat kelabu. Korteks serebellum dibentuk oleh
substansia grisia, terdiri dari tiga lapisan yaitu granular luar, lapisan purkinye
dan lapisan granular dalam.Serabut saraf yang masuk dan yang keluar dari
serebrum harus melewati serebellum.
d. Saraf otak
Tabel 1. Saraf otak
Urutan Nama Saraf Sifat Saraf Memberikan saraf untuk dan fungsi
saraf
I Nervus Sensorik Hidung, sebagai alat penciuman
olfaktoriu
s
II Nervus optikus Sensorik Bola mata, untuk penglihatan
III Nervus Motorik Penggerak bola mata dan mengangkat
Okulomotoris kelopak
mata
IV Nervus troklearis Motorik Mata, memutar mata dan penggerak bola
mata
V Nervus Motorik dan Kulit kepala dan kelopak mata
trigeminu sensorik Motorik atas Rahang atas, palatum dan
s dan sensorik hidung Rahang bawah dan lidah
N. Oftalmikus Sensorik
N. Maksilaris Motorik dan sensorik
N. Mandibularis
VI Nervus abdusen Motorik Mata, penggoyang sisi mata
VII Nervus fasialis Motorik dan Otot lidah, menggerakkan lidah dan selaput
Sensorik lendir rongga mulut
VIII Nervus auditorius Sensorik Telinga, rangsangan pendengaran
IX Nervus vagus Sensorik dan Faring, tonsil, dan lidah, rangsangan citarasa
motorik
X Nervus vagus Sensorik dan Faring, laring, paru-paru dan esophagus
motorik
XI Nervus asesorius Motorik Leher, otot leher
XII Nervus Motorik Lidah, citarasa, dan otot lidah
Hipoglosus
e. Saraf otonom
1) Saraf Simpatis
f. Sistem Parasimpatis
Saraf cranial otonom adalah saraf cranial 3, 7, 9, dan 10. Saraf ini
merupakan penghubung, melalui serabut – serabut parasimpatis dalam
perjalanan keluar dari otak menuju organ – organ sebagian dikendalikan oleh
serabut – serabut menuju iris. Dan dengan demikian merangsang gerakan –
gerakan saraf ke -3 yaitu saraf okulomotorik. Saraf simpatis sacral keluar dari
sumsum tulang belakang melalui daerah sacral. Saraf – saraf ini membentuk
urat saraf pada alat – alat dalam pelvis dan bersama saraf – saraf simpatis
membentuk pleksus yang mempersarafi kolon rectum dan kandung kemih.
Refleks miksi juga menghilang bila saraf sensorik kandung kemih
mengalami gangguan. System pengendalian ganda (simpatis dan parasimpatis).
Sebagian kecil organ dan kelenjar memiliki satu sumber persarafan yaitu
simpatis atau parasimpatis. Sebagian besar organ memiliki persarafan ganda
yaitu : menerima beberapa serabut dari saraf otonom sacral atau cranial.
Kelenjar organ dirangsang oleh sekelompok urat saraf (masing – masing
bekerja berlawanan).
Dengan demikian penyesuaian antara aktivitas dan tempat istirahat tetap
dipertahankan. Demikian pula jantung menerima serabut – serabut ekselevator
dari saraf simpatis dan serabut inhibitor dari nervus vagus. Saluran pencernaan
memiliki urat saraf ekselevator dan inhibitor yang mempercepaT dan
memperlambat peristaltic berturut – turut.
Fungsi serabut parasimpatis :
1) Merangsang sekresi kelenjar air mata, kelenjar sublingualis,
submandibularis, dan kelenjar – kelenjar dalam mukosa rongga hidung.
2) Mempersarafi kelenjar air mata dan mukosa rongga hidung, berpusat di
nuclei lakrimalis, saraf – sarafnya keluar bersama nervus fasialis.
3) Mempersarafi kelenjar ludah (sublingualis dan submandibularis ), berpusat
di nucleus salivatorius superior, saraf – saraf ini mengikuti nervus VII
4) Mempersarafi parotis yang berpusat di nucleus salivatoris inferior di dalam
medulla oblongata, saraf ini mengikuti nervus IX
5) Mempersarafi sebagian besar alat tubuh yaitu jantung, paru – paru,
gastrointestinum, ginjal, pancreas, limfa, hepar, dan kelenjar suprarenalis
yang berpusat pada nucleus dorsalis nervus X
6) Mempersarafi kolon desendens, sigmoid, rectum, vesika urinaria dan alat
kelamin, berpusat di sacral II, III, IV.
7) Miksi dan defekasi pada dasarnya adalah suatu reflex yang berpusat di
kornu lateralis medulla spinalis bagian sacral. Bila kandung kemih dan
rectum tegang miksi dan defekasi secara reflex. Pada orang dewasa reflex
ini dapat dikendalikan oleh kehendak. Saraf yang berpengaruh
menghambat ini berasal dari korteks di daerah lotus parasentralis yang
berjalan dalam traktus piramidalis.
3. Klasifikasi Stroke
Berdasarkan pendapat menurut Ayu R D, (2018) stroke non hemoragik atau
CVA (Cerebro Vaskuler Accident) dapat dibagi menjadi :
1. TIA (Trans iskemik attack): Gangguan neurologis yang terjadi selama beberapa
menit sampai beberapa jam.
2. Stroke infolusi : Stroke atau Cerebro Vaskuler Accident (CVA) yang terjadi masih
terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan
bertambah buruk.
3. Stroke komplit : Gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen.
4. Etiologi Stroke
Berdasarkan penyebab stroke dalam Kozier (2010) yaitu:
a. Thrombosis (bekuan darah dalam pembuluh darah otak atau leher)
b. Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari
bagian tubuh lain )
c. Iskemia (penurunan aliran darah ke area otak )
d. Hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahn ke
jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya adalah penghentian/penyumbatan
suplai aliran darah ke otak yang menyebabkan kehilangan sementara atau permanen
gerakan, berfikir, memori, bicara atau sensasi.
Faktor resiko dari stroke yaitu :
1) Hipertensi
Meningkatnya risisko stroke dan penyakit kardiovaskuler lain berawal pada
tekanan 115/75 mmHg dan meningkat dua kali lipat setiap peningkatan 20/10
mmHg. Orang yang jelas menderita hipertensi (tekanan darah sistolik sama atau
lebih besar dari 140mmHg atau tekanan darah diastolik sama atau lebih besar dari
90 mmHg) memiliki resiko stroke tujuh kali lebih besar dibandingkan dengan
mereka yang tekanan darahnya normal atau rendah.
Untuk orang yang berusia di atas 50 tahun, tekanan darah sistolik yang tinggi (140
mmHg atau lebih) dianggap sebagai faktor risiko untuk stroke atau penyakit
kardiovaskuler lain yang lebih besar dibandingkan dengan tekanan darah diastolik
yang tinggi. Namun, tekanan darah meningkat seiring usia dan orang yang
memiliki tekanan darah normal pada usia 55 tahun mempunyai risiko stroke
hampir dua kali lipat dibandingkan orang berusia muda.
2) Penyakit jantung
Orang yang mengidap masalah jantung, misalnya angina, fibrilasi atrium, gagal
jantung, kelainan katup, katup buatan, dan cacat jantung bawaan berisiko besar
mengalami stroke. Bekuan darah yang dikenal sebagai embolus, kadang-kadang
terbentuk di jantung akibat adanya kelainan di katup jantung, irama jantung yang
tidak teratur, atau setelah serangan jantung. Embolus ini terlepas dan mengalir ke
otak atau bagian tubuh lain. Setelah berada di otak, bekuan darah tersebut dapat
menyumbat arteri dan menimbulkan stroke iskemik.
3) Kolesterol Tinggi
Meskipun zat lemak (lipid) merupakan komponen integral dari tubuh kita, kadar
lemak darah (terutama kolesterol dan trigleserida) yang tinggi meningkatkan risiko
aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Keadaan ini juga dikaitkan dengan
peningkatan 20% risiko stroke iskemik atau TIA.
4) Obesitas
Untuk mempertahankan berat badan, seorang dewasa yang sehat rata-rata
memerlukan asupan makanan harian sekitar 30-35 kkal untuk setiap kilogram
beratnya. Bagi orang yang lebih tua kebutuhan ini mungkin lebih sedikit, terutama
jika mereka tidak banyak beraktivitas fisik. Makanan yang tidak sehat dan tidak
seimbang (misalnya, makanan yang kaya lemak jenuh, kolesterol, atau garam dan
kurang buah serta sayuran) adalah salah satu faktor risiko stroke yang paling
signifikan.
5) Diabetes Melitus
Mengidap penyakit ini akan menggandakan kemungkinan terkena stroke, karena
diabetes menimbulkan perubahan pada sistem vaskular (pembuluh darah dan
jantung) serta mendorong terjadinya aterosklerosis.
6) Stress Emosional
Kadang-kadang pekerjaan, hubungan pribadi, keuangan, dan faktor-faktor lain
menimbulkan stres psikologis, dan penyebebnya tidak selalu dapat dihilangkan.
Meskipun sebagian besar pakar stroke menganggap bahwa serangan stres yang
timbul sekali-sekali bukan merupakan faktor risiko stroke, namun stres jangka
panjang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kadar kolesterol.
7) Kebiasaan Hidup
a) Merokok
Merokok dapat meningkatkan risiko terkena stroke empat kali lipat. Hal ini
berlaku bagi semua jenis roko (sigaret, pipa, atau cerutu) dan untuk semua tipe
stroke, terutama perdarahan subaraknoid dan stroke iskemik. Merokok
menyebabkan penyempitan dan pengerasan arteri diseluruh tubuh (termasuk
yang ada di otak, jantung, dan tungkai), sehingga merokok mendorong
terjadinya arterosklerosis, mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah
mudah munggumpal. Merokok juga meningkatkan pembentukan dan
pertumbuhan aneurisma intrakranium.
b) Peminum Alkohol
Meskipun mengonsumsi alkohol dalam jumlah ringan (kurang dari 30 gram
per hari untuk pria kurang dari 15 gram untuk wanita) sedikitpun dapat
meningkatkan tekanan darah.
c) Obat-obatan terlarang
Heroin, amfetamin, kokain, fensiklidin, mariyuana, dan obat-obat untuk
kesenangan lainya dapat menyebabkan stroke akibat peradangan arteri dan
vena, spsme (kejang) arteri di otak, disfungsi jantung, peningkatan pembekuan
darah, atau peningkatan mendadak tekanan darah.
d) Aktivitas yang tidak sehat
Orang yang kurang aktivitas aktif secara fisik (mereka yang berolahraga
kurang dari tiga kali atau kurang per minggu, masing-masing selama 30 menit)
memiliki hampir 50% peningkatan resiko terkena stroke dibandingkan dengan
mereka yang aktif.
5. Patofisiologi Stroke
Ketika suatu trombosis terbentuk maka pembuluh arteri otak menjadi tersumbat
oleh bekuan darah. Trombosis ini kemudian menyebabkan aliran darah menuju otak
menjadi terhambat. Begitu pula dengan emboli, ketika bekuan darah yang terbuka di
tempat yang berjauhan dari otak terlepas, dan terbawa dalam aliran darah sampai
tersumbat pada suatu daerah tertentu. Maka aliran darah menuju otak juga menjadi
terhambat. Hal inilah yang kemudian mengakibatkan jaringan dan sel otak menjadi
iskemik dan akhirnya mengalami kematian. Berdasarkan lokasi, penyumbatan dapat
dibedakan menjadi dua yaitu penyumbatan pembuluh darah besar kecil. Penyumbatan
pembuluh darah besar adalah penyumbatan yang mengenai arteri besar seperti arteri
carotis dan arteri cerebri media. Sementara penyumbatan pembuluh darah kecil adalah
penyumbatan pada arteri kecil yang masuk lebih dalam ke otakimplus yang bergerak
kebawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis (Yasmara, 2017 ).
Jika terjadi hipoksia pada psien stroke, di otak akan mengalami
perubahan,metabolik, kematian sel dan kerusakan permanen yang terjadi dalam 3-10
menit (AHA, 2018). Pembuluh darah yang paling sering terkena adalah arteri serebral
dan arteri karotis interna yang ada di leher. Adanya gangguan pada peredaran darah ke
otak dapat mengakibatkan cedera otak melalui beberapa mekanisme yaitu :
1. Penebalan pada dinding pembuluh darah (arteri serebral) yang menimbulkan
penyempitan sehingga aliran darah tidak adekuat yang selanjutnya akan terjadi
iskemik
2. Pecahnya dinding pembuluh darah yang menyebabkan hemoragi
3. Pembesaran satu atau sekelompok pembuluh darah yang menekan jaringan otak
4. Edema serebral yang merupakan pengumpulan cairan pada ruang interstitial
jaringan otak (Smelthzer dan Bare, 2016).
Penyempitan pembuluh darah otak mula-mula menyebabkan perubahan pada
aliran darah dan setelah terjadi stenosis cukup hebat dan melampaui batas krisis terjadi
pengurangan darah secara drastis dan cepat. Obstrukai suatu pembuluh darah arteri ke
otak akan menimbulkan reduksi suatu area dimana jaringan otak normal sekitarnya
masih mempunyai peredaran darah yang baik berusaha membantu suplai darah melalui
jalur-jalur anastomosis yang ada. Perubahan yang terjadi pada kortek akibat oklusi
pembuluh darah awalnya adalah gelapnya warna pembuluh darah vena,penurunan
kecepatan pada aliran darah dan dilatasi arteri dan arteriola (AHA, 2018).
Suplai darah ke otak dapat berubah pada gangguan fokal (thrombus, emboli,
perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh karena gangguan umum hypoksia
karenagangguan paru dan jantung arterosklerosis sering cenderung sebagai faktor
penting terhadap otak. Thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik atau darah dapat
beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi
oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan oedema dan nekrosis
diikuti thrombosis dan hypertensi pembuluh darah.
Jika aliran darah kesetiap bagian otak terhambat karena trombus dan
embolusmaka mulai terjadi kekurangan O2 kejaringan otak. Kekurangan selama 6 menit
dapat menyebabkan nekrosis mikroskopis neuron. Lima neuron area kemudian di sebut
infark kekurangan O2 pada asalnya mungkin akibat iskemik umumnya (karena henti
jantung-hipotensi) - hipoksia karena proses anemia - kesulitan bernafas. Jika neuronnya
mengalami iskemik, maka masih ada peluang untuk menyelamatkannya. Suatu
sumbatan pada arteri koroner dapat mengakibatkan suatu infark disekitar zona yang
mengalami kekurangan O2. Stroke karena embolus merupakan akibat dari bekuan
darah, lemak dan udara. Emboli pada otak kebanyakan berasal dari jantung. Sindrom
neuron vaskuler yang lebih penting terjadi pada stroke trombotik dan embolik karena
keterlibatan arteri serebral mediana (Yasmara, 2017 ).
Faktor yang dapat dimodifikasi:
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi:
Hipertensi
Umur
Hiperkolesterolemia
Ras
Diabetes Millitus
Jenis kelamin
Riwayat penyakit jantung
Genetik
Life style (obesitas, diet, stres)
Suplay O2 ke otak
Iskemik pada arteri serebral anterior Iskemik pada arteri serebral Iskemik pada arteri serebral posterior
medial
Gangguan visual area
Gangguan premotor area Gangguan
Gangguan Brocha’s Refleks batuk
motorspeech area gustatory area
Kerusakan neuromuskular Diplopia Gangguan
Terjadi pengelihatan atau
Disatria, Disfagia penumpukan pergerakan bola mata
Hemiplegia Hemiparesis Afasia, sputum
Amourasis
fulgaks ketidakseimbangan
Resiko Hambatan nutrisi kurang dari
Ketidakefektifa Gangguan persepsi
kerusakan mobilitas kebutuhan tubuh
n pola nafas sensori pengelihatan
integritas fisik Gangguan
kulit
komunikasi
verbal
(Yasmara, 2017 ).
6. Manifestasi Klinis Stroke
Manifestasi klinis stroke tergantung dan sisi atau bagian mana yang terkena, rata- rata
serangan ukuran lesi dan adanya sirkulasi kolateral. Pada stroke akut dalam Ayu S D,
(2018) memiliki gejala klinis meliputi :
a. Kelumpuhan wajah atau anggota badan sebelah (hemiparesis) atau hemiplegia
(paralisis) yang timbul secara mendadak.
Kelumpuhan terjadi akibat adanya kerusakan pada area motorikdi korteks bagian
frontal, kerusakan ini bersifat kontralateral artinva jika terjadi kerusakan pada
hemisfer kanan makan kelumpuhan ototpada sebelah kiri. Pasien juga akan
kehilangan kontrol otot vulenter dan sesorik sehingga pasien tidak dapat
melakukan ekstensi maupun fleksi.
b. Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan
Gangguan sensibilitas terjadi karena kerusakan system saraf otonom dan
gangguan saraf sensorik.
c. Penurunan kesadaran (konfusi, delirium, letargi, stupor atau koma), terjadi
akibat perdarahan kerusakan otakkemudian menekan batang otak atau terjadinya
gangguan metabolik otak akibat hipoksia.
d. Afasia (kesulitan dalam bicara)
Afasia adalah defisit kemampuan komunikasi bicara termasuk dalam membaca,
menulis memahami bahasa. Afasia terjadi jika terdapat kerusakan pada area pusat
bicara primer yang berada pada hemisfer kiri dan biasanya terjadi pada stroke
dengan gangguan pada arteri middle serebral kiri. Afasia dibagi menjadi 3 yaitu
afasia motorik, sensorik dan afasia global. Afasia motorik atau ekspresif terjadi
jika area pada area Broca, yang terletak pada lobus frontal otak. Pada afasia jenis
ini pasien dapat memahami lawan bicara tetapi pasien tidak dapat
mengungkapkan dan kesulitan dalam rnengungkapkan bicara. Afasia sensorik
terjadi karena kerusakan pada area Wernicke. yang terletak pada lobus temporal.
Pada afasia sensorik pasien tidak mampu menerima stimulasi pcndengaran tetapi
pasien mampu mcngungkapkan pcmbicaraan. Sehingga rcspon pembicaraan
pasien tidak nyambung atau koheren. Pada afasia global pasien dapat dapat
merespon pembicaraan baik menerima maupun mengungkapkan pembicaraan.
e. Disartria ( bicara cadel atau pelo)
Disartria merupakan kesulitan bicara terutama dalam artikulasi sehingga
ucapannya menjadi tidak jelas. Namun demikian pasien dapat memahami
pembicaraan menulis mendengarkan maupun membaca. Disatria terjadi karena
kerusakan nervus kranial sehingga terjadi kelemahan dan otot bibir lidah dan
laring. Pasien juga terdapat kesulitan dalam mengunyah dan menelan.
f. Gangguan penglihatan diplopia
Pasien dapat kehilangan penglihatan atau juga pandangan menjadi ganda,
gangguan lapang pandang pada salah satu sisi. Hal ini terjadi karena kerusakan
pada lobus temporal atau parietal yang dapat menghambat serat saraf optic pada
korteks oksipital. Gangguan pelinglihatan juga dapat disebabkan karena
kerusakan pada saraf kranial III, IV dan VI.
g. Disfagia
Disfagia atau kesulitan menelan terjadi karena kerusakan nervus kranial IX.
Selama menelan bolus didorong oleh lidah dan glotis menutup kemudian
makanan masuk ke esofagus.
h. Inkontinensia
Inkontinensia baik bowel maupun badder sering terjadi hal ini terjadi karena
terganggunya saraf yang mensarafi bladder dan bowel.
i. Vertigo, mual, muntah dan nyeri kepala terjadi karena peningkatan tekanan
intracranial, edema serebri.
Tabel 1 Manifestasi Klinis
Lokasi Sindrome
Arteri karotis interna (ICA) Kelumpuhan pada tangan, kaki
dan wajah yang berlawanan dengan
kerusakan otak
Afasia
Gangguan berjalan
Kehilangan sensoris
Nistagmus
Dispagia
Disatria
Gangguan pergerakan
7. Penatalaksanaan Stroke
c. Penyekat beta adrenergik atau pasta nitrogliserin, sesuai indikasi, untuk menangani
hipertensi
d. Agen-agen antitrombosit (seperti aspirin) saat keluar rumah sakit untuk mencegah
terjadinya stroke berikutnya
e. Endarterektomi karotis untuk membuka sebagian (lebih dari 70%) arteria carotis
yang tersumbat, atau angioplasti transluminal perkutan atau insersi bidai (stent)
untuk membuka pembulu darah yang tersumbat.
8. Pemeriksaan Penunjang Stroke
a. Angiografi serebral : memperjelas gangguan atau kerusakan pada diskulasi serebral
dan merupakan pemeriksaan pilihan utama untuk mengetahui aliran darah serebral
secara keseluruhan (Yasmara, 2017).
b. CT scan : mendeteksi abnormalitas struktur (Yasmara, 2017). Pada stroke non-
hemoragi akan terlihat adanya infark (Ariani, 2013).
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging): menggunakan gelombang magnetik untuk
menentukan posisi dan besar/luas terjadinya perdarahan otak. Hasil pemeriksaan
biasanya didapatkan area yang mengalami lesi infark akibat dari hemoragik
(Muttaqin, 2012). Menunjukan darah yang mengalami infark, hemoragi, malformasi
arterior vena (MAV), pemeriksaan ini lebih canggih dibandingkan Ct scan (Ariani,
2013).
d. USG (Ultrasonography) Doppler: untuk mengidentifikasi adanya penyakit
arteriovena (masalah sistem karotis) (Muttaqin, 2012)
e. EEG (Elektroensefalografi) : pemeriksaan ini bertujuan untuk menurunnya impuls
listrik dalam jaringan otak (Muttaqin, 2012)
f. Tomografi emisi-positron: memberi data tentang metabolisme serebral dan
perubahan pada aliran darah serebral (Yasmara, 2017)
g. Sinar tengkorak.
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pienal daerah yang berlawanan dari
massa yang meluas, kalsifikasi karotis interna terdapat pada thrombosis serebral;
klasifikasi parsial dinding aneurisma pada perdarahan sub arakhnoid (Batticaca,
2012).
h. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Laboratorium menurut Muttaqin (2012) yaitu:
1) Lumbal pungsi: pemeriksaan likuor merah biasanya dijumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih
normal (xantokhrom) sewaktu hari-hari pertama.
2) Analisa gas darah: pH darah di ukur secara langsung memakasi pH meter. Suatu
keadaan disebut asidosis bila pH di cairan ekstraseluler kurang dari 7,35 dan
disebut alkalosis bila pH lebih dari 7,45
3) Pemeriksaan kimia darah: pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg di dalam serum dan kemudian berangsur-angsur
turun kembali.
4) Pemeriksaan darah lengkap: untuk mencari kelainan pada darah itu sendiri.
5) Kreatini kinase (CK): enzim yang dianalisis untuk mendiagnosa infark jantung
akut dan merupakan enzim pertama yang meningkatkat. Gangguan serebri juga
dihubungkan dengan nilai kadar CK dan CK-MB total abnormal.
6) C-Reactive protein (CRP): kadarnya akan meningkat 100x dalam 24-48 jam
setelah terjadi luka jaringan.
7) Profil lemak darah: kolesterol serum total yang meningkat di atas 200 mg/ml
merupakan prediktor peningkatan risiko stroke atau emboli serebri.
9. Komplikasi Stroke
Komplikasi stroke menurut Ariani (2013) meliputi hipoksia serebral, penurunan aliran
darah serebral, dan luasnya area cedera.
b. Aliran darah serebral bergantung pada tekanan darah. Curah jantung, dan
integritas pembuluh darah serebral. Hidrasi adekuat (cairan intravena) harus
menjamin penurunan viskositas darah dan memperbaiki aliran darah serebral.
Hiprtensi atau hipotensi eksterm perlu dihindari dari untuk mencegah perubahan
pada aliran darah serebral dan potensi meluasnya area cedera.
c. Embolisme serebral dapat terjadi setelah infark miokard atau fibrilasi atrium atau
dapat berasal dari katup jantung prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran
darah ke otak dan selanjutnya menurunkan aliran darah serebral. Disritmia
dapat mengakibatkan curah jantung tidak konsisten dan pengehentika trombus lokal.
Selain itu, disritmia dapat menyebebkan embolus serebral dan harus diperbaiki.
BAB II
A. Pengkajian
I. Identitas Diri Klien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, tanggal
masuk, tanggal pengkajian, nomor register, diagnosa medik, alamat, semua data mengenai
identitaas klien tersebut untuk menentukan tindakan selanjutnya.
3. Pemeriksaan Mata
Inspeksi : Sklera ikterik atau tidak
Conjungtiva anemis atau tidak
Inspeksi : lihat simentris kiri dan kanan atau tidak, lihat penumpukan sekret
atau tidak
Tes pendengaran : Garpu tala : Rinne, Swabach, Weher pendengaran baik atau tidak
5. Hidung
Inspeksi : perhatiak ada pendaharan atau tidak, bersih atau tidak, ada kelainan atau
tidak, apakah mulut simetris atau tidak
Tes Rasa (Ketajaman mengecap rasa) : berfugsi dengan baik atau tidak
Kesulitan menelan : tanyakan apakah ada kesulitan menelan atau tidak
7. Leher
8. Thorak
Inspeksi : Bentuk thorak simetris atau tidak, ada luka atau tidak
Warna kulit bersih atau ada memerah
Pola nafas normal atau tidak
Palpasi : Vocal fremitus normal atau tidak
Perkusi : Batas Paru norml atau tidak
Auskultasi : Suara Nafas ada bunyi tambhana atau tidak
Paru
(1) Inspeksi : bentuk dada apakah barrel chest jika penggunaan otot bantu pernafasan
(2) Palpasi : apakah premitus kanan dan kiri melemah
(4) Auskultasi : biasanya terdapat ronkhi dan wheezing sesuai tingkat keparahan
obstruktif
9. Payudara
10. Kardiovaskuler
11. Abdomen
12. Neurologi
13. Ekstremitas
Ki Ka
Ki Ka
14. Genetalia
Warna kulit : lihat apa warna kulitnya khas kita di indonesi khususnya minang.
Ada tidkanya jaringan parut/ lesi :
Tugor kulit : baik atau tidak
VI. Pola Nutrisi : kaji kebutuhan nutrisi ketika sehat dan saat sakit apakah ada perubahan yang
signifikan atau tidak
VII. Pola Eliminasi : kaji bagaimana pola eliminasi klien sebelum dan saat sakit apakah ada
perubahan atau tidak
1. Buang Air Besar (BAB)
VIII. Pola Tidur & Istirahat : kaji bagaimana pola tidur saat sakit atapun sebelum sakit apakah
ada kebiasaan buruk saat tidur maupun kesulitan tidur
IX. Pola Aktivitas & Latihan : kaji bagaimana pola aktivitas saat sehat dan saat sakit ini
apakah mampu menfaatkan waktu luang dengan olah raga atau yang lainnya
X. Pola Bekerja
Hal yang amat dipikirkan saat ini : tanyakan sesuatu yang sangat dipikirkannnya
Harapan setelah menjalani perawatan : tanyakan harapannya setelah menjalani perawatan
Perubahan yang dirasakan setelah sakit : tanyakan perubahan yang dirasakan setelah
sakit
3. Hubungan Komunikasi
Bahasa utama : apakah bahasa indonesi atau bahasa inggris Bahasa Daerah : sesua
dengan tempat tinggal atau tidak
Bicara : Jelas, Relevan atau mampu mengespresikan dengan baik atau tidak
Kehidupan Keluarga :
Adat istiadat yang dianut : apakah sesuai dengan adat istiadat yang ada atau
tidak
Pembuatan keputusan dalam keluarga : tanyakan pembuat keputusan dalam
keluarga apakah kepla keluarga ataupun istri ataupun secara munfakat
Pola Komunikasi : komunikasi dalam keluarga ataupun masyarakat baik atau tidak
Keuangan : tanyakan keuangan apakah mencukupi atau tidak
Kesulitan dalam keluarga : Hubungan dengan orang tua baik atau tidak bahkan
dengan Sanak sekalipun baik atau tidak
4. Kebiasaan Seksual
5. Spiritual
B. Diagnosa Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan klien secara
optimal. Pada tahap ini perawat menerapkan pengetahuan intelektual, kemampuan hubungan
antar manusia (komunikasi) dan kemampuan teknis keperawatan, penemuan perubahan pada
pertahanan daya tahan tubuh, pencegahan komplikasi, penemuan perubahan sistem tubuh,
pemantapan hubungan klien dengan lingkungan, implementasi pesan tim medis serta
mengupayakan rasa aman, nyaman dan keselamatan klien (Muttaqin, 2012).
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistemik dan terencana mengenai kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan bertujuan
untuk mengatasi pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses
keperawatan (Muttaqin, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association (AHA), 2018, Health Care Research: Coronary Heart Disease
Anurogo, D. 2014. 45 Penyakit dan Gangguan Saraf Deteksi Dini& Atasi 45 Penyakit dan
Gangguan Saraf. Yogyakarta: Rapha Publishing.
Ariani, T. A. 2013. Sistem Neurobehaviour. Jakarta: Salemba Medika.
Ayu Septiandini Dyah, 2018, Asuhan Keperawatan Pada Klien Yang Mengalami Stroke Non
Hemoragik Dengan Hambatan Mobilitas Fisik Di Ruang ICU RSUD Salatiga, Program
Studi D3 Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Batticaca, F. B. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan/
Fransisca B. Batticaca. Jakarta: Salemba Medika
Kozier. 2010. Buku Ajr Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Jakarta. EGC
Munir, B. 2015. NEUROLOGI DASAR . Jakarta : Sagung Seto.
Muttaqin, A. 2012. Asuhan keperawatan klien gangguan sistem muskuloskeletal. Jakarta: EGC
NANDA, 2016, Diagnosa Nanda NIC NOC. Jilid 2 Jakarta : Prima Medika
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis Berdasarkan Penerapan
Diagnosa Nanda, NIC, NOC dalam Berbagai Kasusu Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta:
Mediaction Publishing.
Nur’aeni Yuliatun Rini, 2017, Asuhan Keperawatan Pada Klien Stroke Non Hemoragik Dengan
Masalah Ketidakefektifan Perfusi Jaringan Serebral Di Ruang Kenanga RSUD Dr.
Soedirman Kebumen, Program Studi DIII Akademi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Yasmara, D., Nursiswati & Arafat, R., 2017. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Diagnosis Nanda-I 2015-2017 Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Smeltzer S. 2016. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.