Anda di halaman 1dari 12

MATERI/BAHAN MATA KULIAH

Program Studi Diploma III Kebidanan Pertemuan ke 9


Kode Mata BDM.04.003/4 SKS (2T – 2P) Modul ke 5
Kuliah/SKS
Nama Mata Kuliah Kesehatan Perempuan Dan Jumlah halaman 12
Perencanaan Keluarga
Dosen R.A.Aminah MAya, SST., M.Keb Mulai Berlaku 2020

I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep pelayanan keluarga berencana

2. Materi
Konsep pelayanan KB, pengertian, tujuan, sasaran, ruang lingkup, strategi KB, dan
dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran Kajian islam tentang keluarga
berencana.
2. Indikator Pencapaian
Pemahaman mengenai konsep pelayanan KB dengan tepat dan benar

3. Referensi
a. Tim Penyusun, 25 Gerakan Keluarga Berencana, BKKBN. Jakarta 1995
b. BKKBN, 1996, Informasi Dasar Gerakan KB Pembangunan KEluarga Sejahtera; Jakarta:
BKKBN
c. BKKBN, 2011, Tonggak Baru KB Nasional, Jakarta: BKKBN
d. BKKBN, 2006, Profil Perkembangan Pelaksanaan Program KB di Indonesia,
Jakarta:BKKBN
e. Website :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/program-kb-di
indonesia.html#ixzz3EmeraIFm
f. http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana
g. http://bkkbn.go.id
h. Asy sya’rawi, M.M., 1995. Anda Bertanya Islam Menjawab Jilid 1-5. Gema Insani
Press.Jakarta
http://www.stikesyarsi.ac.id/index.php/artikel-islam/102-pandangan-hukum-islam-
tentang-keluarga-berencana-.html
4. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan
waktu 100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok
lain memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.

2. Kegiatan Belajar
a Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam aktivitas
pembelajaran di kelas.

3. Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.
II. Materi

KONSEP PELAYANAN KB, PENGERTIAN, TUJUAN, SASARAN,


RUANG LINGKUP, STRATEGI KB,
DAN DAMPAK PROGRAM KB TERHADAP PENCEGAHAN KELAHIRAN
KAJIAN ISLAM TENTANG KELUARGABERENCANA

A. KAJIAN TENTANG KELUARGA BERENCANA


1. Pengertian Keluarga Berencana
Pengertian Program Keluarga Berencana menurut UU No 10 tahun 1992 (tentang
perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera) adalah upaya
peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.
Program KB adalah bagian yang terpadu (integral) dalam program pembangunan
nasional dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan sosial budaya
penduduk Indonesia agar dapat dicapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan
produksi nasional (Depkes,1999).

2. Tujuan Keluarga Berencana


2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS
(Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang
sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk
2.2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi.
b. Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi.
c. Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran
3. Sasaran Keluarga Berencana
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak
langsung, tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan
Usia Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara
penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah
pelaksana dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui
pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang
berkualitas, keluarga sejahtera.

4. Ruang Lingkup Keluarga Berencana


Ruang lingkup program KB meliputi :
1.      Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE)
2.      Konseling
3.      Pelayanan Kontrasepsi
4.      Pelayanan Infertilitas
5.      Pendidikan sex (sex education)
6.      Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
7.      Konsultasi genetik

5. Peran Laki-laki terhadap KB


Secara umum terdapat praduga bahwa laki-laki tidak begitu besar peranannya dalam
keluarga berencana. Laki-Laki dianggap kurang acuh dan keperduliannya perlu ditingkatkan.
Di Amerika Latin sikap tersebut dikaitkan dengan machismo, yakni nilai kejantanan yang
amat tinggi dan mempunyai anak banyak merupakan manifestasi dari machismo tersebut.
Agaknya tuduhan bahwa suami pada umumnya kurang bertanggung jawab dalam keluarga
berencana juga kurang adil, karena sebetulnya berbagai survei menunjukkan, bahwa
keinginan akan jumlah anak berimbang antara suami dan istri.

6. Strategi Pendekatan dan Cara Operasional KB


Strategi pendekatan dalam program keluarga berencana antara lain :

1. Pendekatan kemasyarakatan (community approach)


Diarahkan untuk meningkatkan dan menggalakkan peran serta masyarakat (kepedulian)
yang dibina dan dikembangkan secara berkelanjutan.

2. Pendekatan koordinasiaktif (active coordinative approach)


Mengkoordinasikan berbagai pelaksanaan program KB dan pembangunan keluarga
sejahtera sehingga dapat saling menunjang dan mempunyai kekuatan yang sinergik
dalam mencapai tujuan dengan menerapkan kemitraan sejajar.
3. Pendekatan integrative (integrative approach)
Memadukan pelaksanaan kegiatan pembangunan agar dapat
mendorong dan menggerakkan potensi yang dimiliki oleh semua masyarakat sehingga
dapat menguntungkan dan member manfaat pada semua pihak.
4. Pendekatan kualitas (quality approach)
Meningkatkan kualitas pelayanan baik dari segi pemberi pelayanan (provider) dan
penerima pelayanan (klien) sesuai dengan situasi dan kondisi.
5. Pendekatan kemandirian (self rellant approach)
Memberikan peluang kepada sector pembangunan lainnya dan masyarakat yang telah
mampu untuk segera mengambil alih peran dan tanggung jawab dalam pelaksanaan
program KB nasional.
6. Pendekatan tiga dimensi ( three dimension approach)
Strategi tiga dimensi program KB sebagai pendekatan program KB nasional, dimana
program tersebut atas dasar survey pasangan usia subur di Indonesia terhadap ajakan
KIE yang terbagi menjadi tiga kelompok, yaitu :
a. 15% PUS langsung merespon “ya” untuk ber-KB
b. 15-55% PUS merespon ragu-ragu“ untuk ber-KB
c. 30 % PUS merespon "tidak“ untuk ber-KB

Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :

a. Tahap perluasan jangkauan


Pola tahap ini penggarapan program lebih difokuskan lebih kepada sasaran:
1) Coverage wilayah
Penggarapan wilayah adalah penggarapan program KB lebih diutamakan pada
penggarapan wilayah potensial, seperti wilayah Jawa, Bali dengan kondisi jumlah
penduduk dan laju pertumbuhan yang besar.
2) Coverage khalayak
Mengarah kepada upaya menjadi akseptor KB sebanyak-banyaknya. Pada tahap ini
pendekatan pelayanan KB didasarkan pada pendekatan klinik.

b. Tahap Pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap
ini inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-
momentum besar.
c. Tahap Pembudayan

Pada tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi seluruh Indonesia. Sedangkan


tahap coverage khalayak diperluas jangkauan sisa PUS yang menolak, oleh sebab itu
pendekatan program KB dilengkapi dengan pendekatan Takesra dan Kukesra.

Adapun kegiatan / cara operasional pelayanan KB adalah sebagai berikut :

1. Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)

Pelayanan komunikasi, informasi dan edukasi dilakukan dengan memberikan


penerangan konseling, advokasi, penerangan kelompok (penyuluhan) dan penerangan massa
melalui media cetak, elektronik.

Dengan penerangan, motivasi diharapkan meningkat sehingga terjadi peningkatan


pengetahuan, perubahan sikap dan perilaku masyarakat dalam berKB, melalui pendewasaan
usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan
kesejahteraan keluarga sehingga tercapai Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera
(NKKBS)

2. Pelayanan kontrasepsi dan pengayoman peserta KB

Dikembangkan program reproduksi keluarga sejahtera.Para wanita baik sebagai calon


ibu atau ibu, merupakan anggota keluarga yang paling rentan mempunyai potensi yang besar
untuk mendapatkan KIE dan pelayanan KB yang tepat dan benar dalam mempertahankan
fungsi reproduksi.

Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan
fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan
serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras
dan seimbang antar anggota dan antara keluarga  dengan lingkungan.

Dalam mencapai sasaran reproduksi sehat, dikembangkan 2 gerakan


yaitu: pengembangan gerakan KB yang makin mandiri dan gerakan keluarga sehat sejahtera
dan gerakan keluarga sadar HIV/AIDS.

Pengayoman, melalui program ASKABI (Asuransi Keluarga Berencana Indonesia),


tujuan agar merasa aman dan terlindung apabila terjadi komplikasi dan kegagalan.

3. Peran serta masyarakat dan institusi pemerintah

PSM ditonjolkan (pendekatan masyarakat) serta kerjasama institusi pemerintah (Dinas


Kesehatan, BKKBN, Depag, RS, Puskesmas).

4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter 
berupa pelatihan konseling dan keterampilan.

7. Dampak Program KB terhadap Pencegahan Kelahiran


1. Untuk Ibu, dengan jalan mengatur jumlah dan jarak kelahiran maka manfaatnya :

a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam
jangka waktu yang terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang
cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya

2. Untuk anak-anak yang dilahirkan, manfaatnya :


a. Anak dapat tumbuh secara wajar karena ibu yang mengandungnya dalam keadaan sehat
b. Sesudah lahir, anak mendapat perhatian, pemeliharaan dan makanan yang cukup karena
kehadiran anak tersebut memang diinginkan dan direncanakan
3. Untuk anak-anak yang lain, manfaatnya :
a. Memberi kesempatan kepada anak agar perkembangan fisiknya lebih baik karena setiap
anak
memperoleh makanan yang cukup dari sumber yang tersedia dalam keluarga
b. Perkembangan mental dan sosialnya lebih sempurna karena pemeliharaan yang lebih
baik dan lebih banyak waktu yang dapat diberikan oleh ibu untuk setiap anak
c. Perencanaan kesempatan pendidikan yang lebih baik karena sumber-sumber pendapatan
keluarga tidak habis untuk mempertahankan hidup semata-mata
4. Untuk ayah, memberikan kesempatan kepadanya agar dapat :
a. Memperbaiki kesehatan fisiknya
b. Memperbaiki kesehatan mental dan sosial karena kecemasan berkurang serta lebih
banyak waktu terluang untuk keluarganya

5.  Untuk seluruh keluarga, manfaatnya :


Kesehatan fisik, mental dan sosial setiap anggota keluarga tergantung dari kesehatan
seluruh keluarga. Setiap anggota keluarga mempunyai kesempatan yang lebih banyak untuk
memperoleh pendidikan.

B. KAJIAN ISLAM TENTANG KELUARGA BERENCANA

Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang ingin memiliki keluarga yang sejahtera. Salah
satu cara yang mereka tempuh itu dengan memperkecil jumlah anak sehingga mereka merasa
cukup dan sejahtera dengan keluarga kecil mereka. Adapun faktor ekonomi yakni banyak
masyarakat yang merasa jika banyak anak maka kebutuhan ekonomi mereka meningkat
sehingga mereka harus bekerja keras lagi. Maka dari itu mulai muncul anggapan orang untuk
melakukan program keluarga berecana yang memang merupakan salah satu program
pemerintah.

Keluarga berencana merupakan suatu proses pengaturan kehamilan agar terciptanya


suatu keluarga yang sejahtera. Adapun menurut Undang Nomor 52 Tahun 2009 pasal 1
tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga menyebutkan bahwa
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan,
mengatur kehamilan melalui promosi, perlindungan dan  bantuan sesuai dengan hak
reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1992 pasal 1 ayat 12


tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera menyebutkan
bahwa Keluarga berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat
melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga,
peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia, dan
sejahtera.

Namun dalam islam , keluarga berencana menjadi persoalan yang polemik  karena
ada beberapa ulama yang menyatakan bahwa keluarga berencana dilarang tetapi ada juga ayat
al-qur’an yang mendukung program keluarga berencana . Dalam al-qur’an dicantumkan
beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga berencana , diantaranya  :

‫ض َعافًا خَ افُوا َعلَ ْي ِه ْم فَ ْليَتَّقُوا هَّللا َ َو ْليَقُولُوا قَوْ اًل َس ِديدًا‬


ِ ً‫ش الَّ ِذينَ لَوْ ت ََر ُكوا ِم ْن َخ ْلفِ ِه ْم ُذ ِّريَّة‬
َ ‫َو ْليَ ْخ‬

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.(Qs.An-Nisa : 9 )
ِ ‫ي ْال َم‬
‫صي ُر‬ َّ َ‫ك إِل‬ َ ِ‫ص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف‬
َ ‫صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي‬ َّ ‫َو َو‬

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Qs.Lukman : 14)

ِ ْ‫•غ ْالفَ َس•ا َد فِي اأْل َر‬


َ ‫ض ۖ إِ َّن هَّللا‬ ِ •‫ك ِمنَ ال ُّد ْنيَا ۖ َوأَحْ ِس ْن َك َما أَحْ َسنَ هَّللا ُ إِلَ ْيكَ ۖ َواَل تَ ْب‬
َ َ‫صيب‬ َ ‫ك هَّللا ُ ال َّدا َر اآْل ِخ َرةَ ۖ َواَل تَ ْن‬
ِ َ‫س ن‬ َ ‫َوا ْبت َِغ فِي َما آتَا‬
َ‫اَل يُ ِحبُّ ْال ُم ْف ِس ِدين‬

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.(Qs.Al-Qashash: 77)
Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya keluarga
berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu ,
pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah.

Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat diterima
oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu
mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat
yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang
dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi
kebolehan KB dalam Islam.

Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti
sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al
nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.Kebolehan KB
dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun
lembaga-lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kebolehan KB dengan pengertian batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI
(Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah
Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983.
Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti
tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode
kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.

Selain hukum islam yang mendukung keluarga berencana , ada para ulama yang menafsirkan
larangan keluarga berencana seperti yang tercantum dalam QS. Al-An’am : 151

Untuk memperjelas lagi , berikut ada hadist nabi

ِ ‫ك اَ ْغنِيَا ٌء خَ ْي ٌر ِم ْن اَ ْن تَ ْد ِرهُ ْم ع‬
‫َال‬ َ َّ‫متفق عليه )ةً لِتَ ْكفَفُوْ نَ الن‬
َ َ‫اس اِنَكَ تَ ْد ِر َو َرث‬
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan
dari pada meninggalkan mereka omenjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban
bagi orang lain  (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya
direncanakan dan amalkan sampai berhasil.

Terlepas dari larangan untuk ber-KB , kita harus mengetahui dan memperhatikan jenis
dan kerja alat kontrasepsi yang akan digunakan. Alat kontrasepsi yang diharamkan adalah
yang sifatnya pemandulan.Vasektomi (sterilisasi bagi lelaki) berbeda dengan khitan lelaki
dimana sebagian dari tubuhnya ada yang dipotong dan dihilangkan, yaitu kulup (qulfah bhs.
Arab,praeputium bhs. Latin) karena jika kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans
penis) tidak dipotong dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral
disease). Karena itu, khitan untuk laki-laki justru sangat dianjurkan.Tetapi kalau kondisi
kesehatan isteri atau suami yang terpaksa seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari
bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir atau terancamnya jiwa si ibu bila ia
mengandung atau melahirkan bayi,maka sterilisasi dibolehkan oleh Islam karena dianggap
dharurat. Hal ini diisyaratkan dalam kaidah:

‫اﻟﻀﺮورة ﺗﺒﯿﺢ اﻟﻤﺤﻈﻮرات‬

“Keadaan darurat membolehkan melakukan hal-hal yang dilarang agama.”

Majlis Ulama Indonesia pun telah memfatwakan keharaman penggunaan KB


sterilisasi ini pada tahun 1983 dengan alasan sterilisasi bisa mengakibatkan kemandulan
tetap.Menurut Masjfuk Zuhdi bahwa hukum sterilisasi ini dibolehkan karena tidak membuat
kemandulan selama-lamanya. Karena teknologi kedokteran semakin canggih dapat
melakukan operasi penyambungan saluran telur wanita atau saluran pria yang telah
disterilkan. Meskipun demikian, hendaknya dihindari bagi umat Islam untuk melakukan
sterilisasi ini, karena ada banyak cara untuk menjaga jarak kehamilan.

Cara pencegahan kehamilan yang  diperbolehkan oleh syara’ antara lain,


menggunakan pil, suntikan, spiral, kondom, diafragma, tablet vaginal , tisue. Cara ini
diperbolehkan asal tidak membahayakan nyawa sang ibu. Dan cara ini dapat dikategorikan
kepada azl yang tidak dipermasalahkan hukumnya. Sebagaimana hadits Nabi :

‫ص••لى‬- ِ ‫ول هَّللا‬ ِ ‫ ُكنَّا نَع‬:‫ َو ْالقُرْ آنُ يُنَ َّز ُل – َوفِي لَ ْف ٍظ آخ ََر‬، ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
ِ •‫ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َر ُس‬ َ ِ ‫ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا‬
ِ ‫ُكنَّا نَع‬
.‫ فَلَ ْم يَ ْنهَنَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫ى هَّللا‬
َّ ِ‫ فَبَلَ َغ َذلِكَ نَب‬-‫هللا عليه وسلم‬

 “Kami pernah melakukan ‘azal (coitus interruptus) di masa Rasulullah s.a.w., sedangkan
al-Quran (ketika itu) masih (selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari Jabir). Dan pada
hadis lain: Kami pernah melakukan ‘azl (yang ketika itu) nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak
pernah melarang kami. (H.R. Muslim, yang bersumber dari ‘Jabir juga).

Hadis ini menerangkan bahwa seseorang diperkenankan untuk melakukan ‘azl’,


sebuah cara penggunaan kontrasepsi yang dalam istilah ilmu kesehatan disebut dengan istilah
coitus interruptus, karena itu meskipun ada ayat yang melarangnya, padahal ketika itu ada
sahabat yang melakukannya, pada saat ayat-ayat al-Quran masih (selalu) turun, perbuatan
tersebut dinilai ‘mubâh’ (boleh). Dengan alasan, menurut para ulama, seandainya perbuatan
tersebut dilarang oleh Allah, maka pasti ada ayat yang turun untuk mencegah perbuatan itu.
Begitu juga halnya sikap Nabi s.a.w. ketika mengetahui, bahwa banyak di antara sahabat
yang melakukan hal tersebut, maka beliaupun tidak melarangnya; inilah pertanda bahwa
melakukan ‘azl (coitus interruptus) dibolehkan dalam Islam dalam rangka untuk ber-KB.

Pada intinya Keluarga berencana dalam pandangan islam diperbolehkan apabila


dilakukan dengan cara yang sesuai syariat islam , dilakukan dalam konteks pengaturan
keturunan bukan pembatasn keturunan dan dilakukan apabila dalam kondisi yang darurat
yang dapat mengancam keselamatan masyarakat itu sendiri.

Lembar Kerja
1. Apa pengertian dari KB?
2. Apa tujuan dari KB?
3. Apa saja dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
4. Bagaimana kajian islam tentang keluarga berencana?

Anda mungkin juga menyukai