I. Petunjuk Umum
Petunjuk umum ini, memuat penjelasan tentang langkah-langkah yang akan ditempuh
dalam perkuliahan, sebagai berikut :
1. Capaian Pembelajaran
Mahasiswa mampu memahami konsep pelayanan keluarga berencana
2. Materi
Konsep pelayanan KB, pengertian, tujuan, sasaran, ruang lingkup, strategi KB, dan
dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran Kajian islam tentang keluarga
berencana.
2. Indikator Pencapaian
Pemahaman mengenai konsep pelayanan KB dengan tepat dan benar
3. Referensi
a. Tim Penyusun, 25 Gerakan Keluarga Berencana, BKKBN. Jakarta 1995
b. BKKBN, 1996, Informasi Dasar Gerakan KB Pembangunan KEluarga Sejahtera; Jakarta:
BKKBN
c. BKKBN, 2011, Tonggak Baru KB Nasional, Jakarta: BKKBN
d. BKKBN, 2006, Profil Perkembangan Pelaksanaan Program KB di Indonesia,
Jakarta:BKKBN
e. Website :http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/07/program-kb-di
indonesia.html#ixzz3EmeraIFm
f. http://id.wikipedia.org/wiki/Keluarga_Berencana
g. http://bkkbn.go.id
h. Asy sya’rawi, M.M., 1995. Anda Bertanya Islam Menjawab Jilid 1-5. Gema Insani
Press.Jakarta
http://www.stikesyarsi.ac.id/index.php/artikel-islam/102-pandangan-hukum-islam-
tentang-keluarga-berencana-.html
4. Strategi Pembelajaran
Strategi pembalajaran yang digunakan adalah contextual instruction, scenario kelas dengan
waktu 100 menit, langkah-langkah yang dilakukan, sebagai berikut :
a. Materi kuliah telah diberikan kepada mahasiswa 1 (satu) minggu sebelum perkuliahan,
mahasiswa diharuskan untuk membaca dan memahami materi tersebut agar dapat lebih
mudah mengungkap kasus-kasus terbaru yang terjadi.
b. Dosen memberikan penjelasan materi yang didasari pada kondisi kekinian
c. Setelah penjelasan secara konsep oleh dosen, mahasiswa dibagi dalam group diskusi untuk
membahas lebih dalam konsep yang dijelaskan.
d. Setelah selesai diskusi, mahasiswa diminta untuk menjelaskan hasil diskusi dan kelompok
lain memberikan sanggahan atau bantahan.
e. Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk menjelaskan hasil diskusi dan
mempertahankan pendapat mereka dengan argumentasi sesuai dengan konsep materi.
f. Pendekatan pembelajaran dapat berubah sesuai dengan perkembangan, materi dan
kesepakatan dengan mahasiswa.
2. Kegiatan Belajar
a Pahami dan kuasai materi ini dengan baik, agar pada waktu berdiskusi dan mengerjekan
soal saudara tidak banyak mengalami kesulitan.
b Mulailah motivasi diri untuk membaca, dari yang mudah, dan mulai membaca sekarang.
c Bacalah scenario pada petunjunk umum, sehingga memudahkan mahasiswa dalam aktivitas
pembelajaran di kelas.
3. Evaluasi
a. Setelah kegiatan belajar berakhir, mahasiswa diminta mengerjakan test (post test),
sehingga dapat diketahui seberapa jauh Tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi
tersebut dapat dicapai.
b. Apabila mahasiswa dapat menjawab 70% dari soal-soal test dengan betul berarti
mahasiswa telah mencapai tujuan pembelajaran dalam pembahasan materi yang
disampaikan dosen.
II. Materi
Strategi tiga dimensi dibagi dalam tiga tahap pengelolaan program KB sebagai berikut :
b. Tahap Pelembagaan
Tahap ini untuk mengantisipasi keberhasilan pada tahap potensi yaitu tahap perluasan
jangkauan. Tahap coverage wilayah diperluas jangkauan propinsi luar Jawa Bali. Tahap
ini inkator kuantitatif kesertaan ber-KB pada kisaran 45-65 % dengan prioritas pelayanan
kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dengan memanfaatkan momentum-
momentum besar.
c. Tahap Pembudayan
Reproduksi sehat sejahtera adalah suatu keadaan sehat baik fisik, mental
dan kesejahteraan sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan system dan
fungsi serta proses reproduksi. Bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan kecacatan
serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan material, bertaqwa kepada Tuhan YME, memiliki hubungan yang serasi, selaras
dan seimbang antar anggota dan antara keluarga dengan lingkungan.
4. Pendidikan KB
Melalui jalur pendidikan (sekolah) dan pelatihan, baik petugas KB, bidan, dokter
berupa pelatihan konseling dan keterampilan.
a. Perbaikan kesehatan badan karena tercegahnya kehamilan yang berulang kali dalam
jangka waktu yang terlalu pendek
b. Peningkatan kesehatan mental dan sosial yang dimungkinkan oleh adanya waktu yang
cuku untuk mengasuh anak, beristirahat dan menikmati waktu luang serta melakukan
kegiatan lainnya
Dewasa ini banyak sekali masyarakat yang ingin memiliki keluarga yang sejahtera. Salah
satu cara yang mereka tempuh itu dengan memperkecil jumlah anak sehingga mereka merasa
cukup dan sejahtera dengan keluarga kecil mereka. Adapun faktor ekonomi yakni banyak
masyarakat yang merasa jika banyak anak maka kebutuhan ekonomi mereka meningkat
sehingga mereka harus bekerja keras lagi. Maka dari itu mulai muncul anggapan orang untuk
melakukan program keluarga berecana yang memang merupakan salah satu program
pemerintah.
Namun dalam islam , keluarga berencana menjadi persoalan yang polemik karena
ada beberapa ulama yang menyatakan bahwa keluarga berencana dilarang tetapi ada juga ayat
al-qur’an yang mendukung program keluarga berencana . Dalam al-qur’an dicantumkan
beberapa ayat yang berkaitan dengan keluarga berencana , diantaranya :
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang
mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh
sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar”.(Qs.An-Nisa : 9 )
ِ ي ْال َم
صي ُر َّ َك إِل َ ِص ْينَا اإْل ِ ْن َسانَ بِ َوالِ َد ْي ِه َح َملَ ْتهُ أُ ُّمهُ َو ْهنًا َعلَ ٰى َو ْه ٍن َوف
َ صالُهُ فِي عَا َم ْي ِن أَ ِن ا ْش ُكرْ لِي َولِ َوالِ َد ْي َّ َو َو
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Qs.Lukman : 14)
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat
baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah
kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan”.(Qs.Al-Qashash: 77)
Ayat-ayat al-quran diatas menunjukan bahwa islam mendukung adanya keluarga
berencana karena dalam QS. An-Nissa ayat 9 dinyatakan bahwa “hendaklah takut kepada
Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah”. Anak lemah yang dimaksud adalah generasi penerus yang lemah agama , ilmu ,
pengetahuan sehingga KB menjadi upaya agar mewujudkan keluarga yang sakinah.
Pandangan Hukum Islam tentang Keluarga Berencana, secara prinsipil dapat diterima
oleh Islam, bahkan KB dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan
melahirkan keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu
mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Selain itu, KB juga memiliki sejumlah manfaat
yang dapat mencegah timbulnya kemudlaratan. Bila dilihat dari fungsi dan manfaat KB yang
dapat melahirkan kemaslahatan dan mencegah kemudlaratan maka tidak diragukan lagi
kebolehan KB dalam Islam.
Para ulama yang membolehkan KB sepakat bahwa Keluarga Berencan (KB) yang
dibolehkan syari`at adalah suatu usaha pengaturan/penjarangan kelahiran atau usaha
pencegahan kehamilan sementara atas kesepakatan suami-isteri karena situasi dan kondisi
tertentu untuk kepentingan (maslahat) keluarga. Dengan demikian KB disini mempunyai arti
sama dengan tanzim al nasl (pengaturan keturunan). Sejauh pengertiannya adalah tanzim al
nasl (pengaturan keturunan), bukan tahdid al nasl (pembatasan keturunan) dalam arti
pemandulan (taqim) dan aborsi (isqot al-haml), maka KB tidak dilarang.Kebolehan KB
dalam batas pengertian diatas sudah banyak difatwakan , baik oleh individu ulama maupun
lembaga-lembaga ke Islaman tingkat nasional dan internasional, sehingga dapat disimpulkan
bahwa kebolehan KB dengan pengertian batasan ini sudah hampir menjadi Ijma`Ulama. MUI
(Majelis Ulama Indonesia) juga telah mengeluarkan fatwa serupa dalam Musyawarah
Nasional Ulama tentang Kependudukan, Kesehatan dan Pembangunan tahun 1983.
Betapapun secara teoritis sudah banyak fatwa ulama yang membolehkan KB dalam arti
tanzim al-nasl, tetapi kita harus tetap memperhatikan jenis dan cara kerja alat/metode
kontrasepsi yang akan digunakan untuk ber-KB.
Selain hukum islam yang mendukung keluarga berencana , ada para ulama yang menafsirkan
larangan keluarga berencana seperti yang tercantum dalam QS. Al-An’am : 151
ِ ك اَ ْغنِيَا ٌء خَ ْي ٌر ِم ْن اَ ْن تَ ْد ِرهُ ْم ع
َال َ َّمتفق عليه )ةً لِتَ ْكفَفُوْ نَ الن
َ َاس اِنَكَ تَ ْد ِر َو َرث
“sesungguhnya lebih baik bagimu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan berkecukupan
dari pada meninggalkan mereka omenjadi beban atau tanggungan orang banyak.”
Dari hadits ini menjelaskan bahwa suami istri mempertimbangkan tentang biaya
rumah tangga selagi keduanya masih hidup, jangan sampai anak-anak mereka menjadi beban
bagi orang lain (masyarakat). Dengan demikian pengaturan kelahiran anak hendaknya
direncanakan dan amalkan sampai berhasil.
Terlepas dari larangan untuk ber-KB , kita harus mengetahui dan memperhatikan jenis
dan kerja alat kontrasepsi yang akan digunakan. Alat kontrasepsi yang diharamkan adalah
yang sifatnya pemandulan.Vasektomi (sterilisasi bagi lelaki) berbeda dengan khitan lelaki
dimana sebagian dari tubuhnya ada yang dipotong dan dihilangkan, yaitu kulup (qulfah bhs.
Arab,praeputium bhs. Latin) karena jika kulup yang menutupi kepala zakar (hasyafah/glans
penis) tidak dipotong dan dihilangkan justru bisa menjadi sarang penyakit kelamin (veneral
disease). Karena itu, khitan untuk laki-laki justru sangat dianjurkan.Tetapi kalau kondisi
kesehatan isteri atau suami yang terpaksa seperti untuk menghindari penurunan penyakit dari
bapak/ibu terhadap anak keturunannya yang bakal lahir atau terancamnya jiwa si ibu bila ia
mengandung atau melahirkan bayi,maka sterilisasi dibolehkan oleh Islam karena dianggap
dharurat. Hal ini diisyaratkan dalam kaidah:
ص••لى- ِ ول هَّللا ِ ُكنَّا نَع: َو ْالقُرْ آنُ يُنَ َّز ُل – َوفِي لَ ْف ٍظ آخ ََر، صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم
ِ •ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َر ُس َ ِ ْز ُل َعلَى َع ْه ِد َرسُو ِل هَّللا
ِ ُكنَّا نَع
. فَلَ ْم يَ ْنهَنَا-صلى هللا عليه وسلم- ِ ى هَّللا
َّ ِ فَبَلَ َغ َذلِكَ نَب-هللا عليه وسلم
“Kami pernah melakukan ‘azal (coitus interruptus) di masa Rasulullah s.a.w., sedangkan
al-Quran (ketika itu) masih (selalu) turun. (H.R. Bukhari-Muslim dari Jabir). Dan pada
hadis lain: Kami pernah melakukan ‘azl (yang ketika itu) nabi mengetahuinya, tetapi ia tidak
pernah melarang kami. (H.R. Muslim, yang bersumber dari ‘Jabir juga).
Lembar Kerja
1. Apa pengertian dari KB?
2. Apa tujuan dari KB?
3. Apa saja dampak program KB terhadap pencegahan kelahiran?
4. Bagaimana kajian islam tentang keluarga berencana?