Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Pengertia Mobilisasi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).
Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.
Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.
Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan (Carpenito, 2000)
Gerakan tulang dan tulang sendi merupakan proses aktif yang harus terintegrasi secara
hati-hati untuk mencapai koordinasi. Ada 2 tipe kontraksi otot isotonik dan isometrik.
Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet tempat pergerakan itu
ditimbulkan oleh pengungkitan. Pengungkitan terjadi ketika tulang tertentu seperti
humelus, ulna dan radius serta sendi yang berhunbungan seperti sendi siku bekerja sama
sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada ujung tulang mengangkat
berat pada itik yang lain untuk memutar tulang pada arah yang berlawanan dengan gaya
yang diberikan. Oto yang melekat dengan tulang pengungkit memberikan kekuatan yang
penting untuk menggerakan objek.
Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan suasana hati seseorang.
Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan perkembangan otot skelet.
Koordinasi dan pengaturan kelompok otot yang ber5beda tergantung pada tonus otot dan
aktifitas dari otot antagonistik, sinergistik dan antigravitas.
- Tonus Otot : tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot yang
seimbang. Ketegangan dicapai dengan kontrkasi dan relaksasi secra bergantian tanpa
gerakan aktif, serat dan kelompok otot tertentu. Tonus otot memungkinkan bagian tubuh
mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan otot. Tonus otot juga mendukung
kembalinya aliran darah vena ke jantung seperti yang terjadi pada otot kaki. Tonus otot
dipertahankan melalui penggunaan otot yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari
membutuhkan kerja otot dan membantu mempertahankan tonus otot akibatnya dari
imobilisasi atau tirah baring menyebabkan aktivitas dan tonus otot berkurang.
Ø Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot secara terus
menerus melawan efek gravitasi tubuh dan mempertahankan postur tegak
atau duduk. Pada orang dewasaotot anti grafitasi adalah otot ekstensor
kaki, gluetus maksimus, quadrisep femoris, otot soleus dan otot punggung
.
a. Gaya Hidup
Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau
seorang pemambuk.
b. Proses penyakit dan injuri
c. Kebudayaan
d. Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit
akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang
pelari.
Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai
berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang
menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan
organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian dari
mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya
menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas
menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan
sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan
sengaja menyentuh permukaan panas. (Evelyn Pearce, 2009 : 292)
Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar
kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan
yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps)
rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada anggota badan dan juga
berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks merupakan bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya
menutup mata pada saat terkena debu
Untuk terjadinya gerakan refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut, organ
sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang
menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya
serabut sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-impils menuju
substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf motorik menerka impuls dan
menghantarkan impuls-impuls melalui serabut motorik.
Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks.Dengan kegiatan
refleks dimungkinkan terjadi hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ
yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan sekelilingnya.Refleks adalah
respon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi diluar
kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan
baik didalam maupun diluar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam
maupun memberikan jembatan (respons) terdapat rangsangan. Refleks dapat berupa
peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau relaksasi otot,
kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu
mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan diluar maupun didalam
tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut.Dengan demikian seberapa besar
peran sistem saraf pusat dapat mengukur kehidupan organisme.
Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks.
Komponen-komponen yang dilalui refleks :
1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf
pusat (medula spinalis-batang otak)
3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis kembali
ke neuron eferen
5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot
atau kelenjar.
Oke berjumpa lagi bersama saya admin trendilmu.com§ pada kali ini
kita akan membahas macam-macam posisi pasien§.Simak penjelasannya
dibawah ini.
Posisi
Fowler§
Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.
Tujuan
Indikasi
Posisi Sim’s
Pengertian
§
posisi sims
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan terletak
pada tulang illium, humerus dan klavikula.
Tujuan
7 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
8 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
9 Memasukkan obat supositoria
10 Mencegah dekubitus
Indikasi
11 Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
12 Pasien yang tidak sadarkan diri
13 Pasien paralisis
14 Pasien yang akan dienema
15 Untuk tidur pada wanita hamil.
Posisi Trendelenberg
Pengertian
§
posisi trendeleberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.
Tujuan
Indikasi
Pengertian
§
dorsal recumben
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
serta pada proses persalinan.
Tujuan
Indikasi
Posisi Lithotomi
Pengertian
§
lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia
pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.
Tujuan
Pengertian
§
genu pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum
dan sigmoid.
Tujuan
Indikasi
28 Pasien hemorrhoid
29 Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.
Posisi orthopeneic
Pengertian
Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada,
seperti pada meja.
Tujuan
Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan
tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.
Indikasi
Supinasi
Pengertian
§
suspinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik.
Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien
pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.
Indikasi
Posisi pronasi
Pengertian
§
pronasi
Tujuan
Indikasi
Posisi lateral
§
lateral
Pengertian
Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh
berada pada pinggul dan bahu.
Tujuan
Indikasi