Anda di halaman 1dari 15

.

Pengertia Mobilisasi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur
yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Mobilisasi diperlukan untuk
meninngkatkan kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit
degeneratif dan untuk aktualisasi (Mubarak, 2008).

Mobilisasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas dalam dan menstimulasi


kembali fungsi gastrointestinal normal, dorong untuk menggerakkan kaki dan tungkai
bawah sesegera mungkin, biasanya dalam waktu 12 jam.

a. Tujuan dari Mobilisasi :

1. Memenuhi kebutuhan dasar manusia

2. Mencegah terjadinya trauma

3. Mempertahankan tingkat kesehatan

4. Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari

5. Mencgah hilangnya kemampuan fungsi tubuh.

b. Rentang Gerak dalam mobilisasi

Dalam mobilisasi terdapat tiga rentang gerak yaitu :

1. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif ini berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian
dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat mengangkat dan
menggerakkan kaki pasien.

2. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara
menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya berbaring pasien menggerakkan
kakinya.

3. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktifitas yang
diperlukan (Carpenito, 2000)

B. Struktur System Musculoskeletal yang Mempengaruhi Mobilisasi

Gerakan tulang dan tulang sendi merupakan proses aktif yang harus terintegrasi secara
hati-hati untuk mencapai koordinasi. Ada 2 tipe kontraksi otot isotonik dan isometrik.

Pada kontraksi isotonik : peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek.


Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak
ada pemendekan.

-Otot yang Penting dalam Pergerakan

Otot yang penting dalam pergerakan melekat di region skelet tempat pergerakan itu
ditimbulkan oleh pengungkitan. Pengungkitan terjadi ketika tulang tertentu seperti
humelus, ulna dan radius serta sendi yang berhunbungan seperti sendi siku bekerja sama
sebagai pengungkit. Selanjutnya kekuatan yang bekerja pada ujung tulang mengangkat
berat pada itik yang lain untuk memutar tulang pada arah yang berlawanan dengan gaya
yang diberikan. Oto yang melekat dengan tulang pengungkit memberikan kekuatan yang
penting untuk menggerakan objek.

Gerakan mengungkit adalah karakteristik dari pergerakan ekstimitas atas. Otot


lengan sejajar satudengan yang lainnya dan memanjang kan tulang secara maksimal.
Otot sejajar ini memberikan kekuatan dan bekerja dengan tulang dan sendi untuk
memampukan lengan mengangkat objek.

a. Otot Yang Penting Dalam Membentuk Poatur/ Kesejajaran Tubuh


Otot terutama berfungsi memepertahankan postur, bebentuk pendek dan menyerupai kulit
karena membungkus tendon dengan arah miring berkumpul secara tidak langsung pada
tendon. Otot ekstremitas bawah, tubuh, leher dan punggug yang terutama berfungsi
membentuk postur tubuh (posisi tubuh dalam kaitanya dengan ruang sekitar) kelompok
otot itu bekerja sama untuk menstabilkan dan menopang berat badan saat berdiri atau
duduk dan memungkinkan individu tersebut umtuk mempertahankan postur duduk atau
berdiri.

b. Pengaturan postur dan gerakan otot

Postur dan penggerakan dapan mencerminkan kepribadian dan suasana hati seseorang.
Postur dan pergerakan juga tergantung pada ukuran skelet dan perkembangan otot skelet.
Koordinasi dan pengaturan kelompok otot yang ber5beda tergantung pada tonus otot dan
aktifitas dari otot antagonistik, sinergistik dan antigravitas.

- Tonus Otot : tonus otot atau tonus adalah suatu keadaan normal dari tegangan otot yang
seimbang. Ketegangan dicapai dengan kontrkasi dan relaksasi secra bergantian tanpa
gerakan aktif, serat dan kelompok otot tertentu. Tonus otot memungkinkan bagian tubuh
mempertahankan posisi fungsional tanpa kelemahan otot. Tonus otot juga mendukung
kembalinya aliran darah vena ke jantung seperti yang terjadi pada otot kaki. Tonus otot
dipertahankan melalui penggunaan otot yang terus menerus. Aktifitas sehari-hari
membutuhkan kerja otot dan membantu mempertahankan tonus otot akibatnya dari
imobilisasi atau tirah baring menyebabkan aktivitas dan tonus otot berkurang.

- Kelompok otot. Kelompok otot antogonistik, sinergistik, dan antigravitas dikoordinasi


oleh sistem saraf, dan bekerja sama untuk mempertahankan postur dan memulai
pergerakan.

Ø Otot sinergistik berkontraksi bersama untuk menyempurnakan gerakan


yang sama. Ketika lengan fleksi, kekuatan otot kontraksi dari otot bisep
brakhialis ditingkatkan oleh otot sinergik, yaitu brakhialis. Selanjutnya
aktifitas otot sinergistik terdapat dua penggerakan aktif yaitu bisep
brakhialis dan brakhialis berkontraksi sementara otot antogonistik yaitu
otot trisep brakialis berelaksasi.

Ø Otot antagonistik bekerja sama untuk menggerakan sendi. Selama


pergerakan, otot penggerak aktif berkontraksi dan otot antagonisnya
relaksasi. Misalnya ketika lengan fleksi maka otot bisep brakhialis aktif
berkontraksi dan otot antagonisnya, trisep brakhialis relaksasi. Selama
lengan diekstensikan maka otot trisep brakhialis aktif berkontraksi
sehingga lawannya yaitu otot bisep brakhialis relaksasi.

Ø Otot antigravitas sangat berpengaruh pada stabilisasi sendi. Otot secara terus
menerus melawan efek gravitasi tubuh dan mempertahankan postur tegak
atau duduk. Pada orang dewasaotot anti grafitasi adalah otot ekstensor
kaki, gluetus maksimus, quadrisep femoris, otot soleus dan otot punggung
.

C. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi

Faktor yang mempengaruhi mobilisasi antara lain:

a. Gaya Hidup

Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi
tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas
seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya;
seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau
seorang pemambuk.
b. Proses penyakit dan injuri

Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya


misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat
tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan,
typoid dan penyakit kardiovaskuler.

c. Kebudayaan

Kebudayaan dapat mempengarumi poa dan sikap dalam melakukan aktifitas


misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda
mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya.
Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita
madura dan sebagainya.

d. Tingkat energy

Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit
akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang
pelari.

e. Usia dan status perkembangan

Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan


seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda
pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.

D. Mekanisme Tubuh Dalam Fisiologi Pergerakan

Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun, ada pula gerak yang terjadi tanpa
disadari yaitu gerak refleks.Untuk terjadi gerak refleks, maka dibutuhkan struktur sebagai
berikut : organ sensorik (yang menerima impuls), serabut saraf sensorik (yang
menghantarkan impuls), sumsum tulang belakang (serabut-serabut saraf penghubung
menghantarkan impuls), sel saraf motorik (menerima dan mengalihkan impuls), dan
organ motorik (yang melaksanakan gerakan). Gerak refleks merupakan bagian dari
mekanika pertahanan tubuh yang terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar, misalnya
menutup mata pada saat terkena debu, menarik kembali tangan dari benda panas
menyakitkan yang tersentuh tanpa sengaja. Gerak refleks dapat dihambat oleh kemauan
sadar ; misalnya, bukan saja tidak menarik tangan dari benda panas, bahkan dengan
sengaja menyentuh permukaan panas. (Evelyn Pearce, 2009 : 292)

Mekanisme gerak refleks merupakan suatu gerakan yang terjadi secara tiba-tiba diluar
kesadaran kita. Refleks fleksor, penarikan kembali tangan secara refleks dari rangsangan
yang berbahaya merupakan suatu reaksi perlindungan. Refleks ekstensor (polisinaps)
rangsangan dari reseptor perifer yang mulai dari refleksi pada anggota badan dan juga
berkaitan dengan ekstensi anggota badan. Gerakan refleks merupakan bagian dari
mekanisme pertahanan tubuh dan terjadi jauh lebih cepat dari gerak sadar misalnya
menutup mata pada saat terkena debu

Untuk terjadinya gerakan refleks maka dibutuhkan struktur sebagai berikut, organ
sensorik yang menerima impuls misalnya kulit. Serabut saraf sensorik yang
menghantarkan impuls tersebut menuju sel-sel ganglion radiks posterior dan selanjutnya
serabut sel-sel akan melanjutkan impuls danmenghantarkan impuls-impils menuju
substansi pada kornu posterior medula spinalis. Sel saraf motorik menerka impuls dan
menghantarkan impuls-impuls melalui serabut motorik.

Kegiatan sistem saraf pusat ditampilkan dalam bentuk kegiatan refleks.Dengan kegiatan
refleks dimungkinkan terjadi hubungan kerja yang baik dan tepat antara berbagai organ
yang terdapat dalam tubuh manusia dan hubungan dengan sekelilingnya.Refleks adalah
respon yang tidak berubah terhadap perangsangan yang terjadi diluar
kehendak.Rangsangan ini merupakan reaksi organisme terhadap perubahan lingkungan
baik didalam maupun diluar organisme yang melibatkan sistem saraf pusat dalam
maupun memberikan jembatan (respons) terdapat rangsangan. Refleks dapat berupa
peningkatan maupun penurunan kegiatan, misalnya kontraksi atau relaksasi otot,
kontraksi atau dilatasi pembuluh darah. Dengan adanya kegiatan refleks, tubuh mampu
mengadakan reaksi yang cepat terhadap berbagai perubahan diluar maupun didalam
tubuh disertai adaptasi terhadap perubahan tersebut.Dengan demikian seberapa besar
peran sistem saraf pusat dapat mengukur kehidupan organisme.

Proses yang terjadi pada refleks melalui jalan tertentu disebut lengkung refleks.
Komponen-komponen yang dilalui refleks :

1. Reseptor rangsangan sensorik yang peka terhadap suatu rangsangan misalnya kulit
2. Neuron aferen (sensoris) yang dapat menghantarkan impuls menuju kesusunan saraf
pusat (medula spinalis-batang otak)

3. Pusat saraf (pusat sinaps) tempat integrasi masuknya sensorik dan dianalisis kembali
ke neuron eferen

4. Neuron eferen (motorik) menghantarkan impuls ke perifer

5. Alat efektor merupakan tempat terjadinya reaksi yang diwakili oleh suatu serat otot
atau kelenjar.

Diagnosa Yang Mungkin Muncul


o Intoleransi aktifitas b.d kesejajaran tubuh yang buruk, penurunan imobilisasi
o Resiko cidera b.d ketidaktepatan mekanika tubuh, ketidaktepatan posisi
o Hambatan mobilitas fisik b.d pergerakan rentang gerak, tirah baring

o Gangguan integritas kulit berhubungan dengan keterbatasan mobilisasi, tekanan


permukaan kulit

 Perencanaan dan Intervensi Untuk Mobilitas


o Membantu pasien berjalan
o Berikan latihan fleksi dan ekstensi tulang panggul, ekstensi lutut fleksi dan
ekstensi pergelangan kaki, pengencangan otot perut, pantat dan paha
o Identifikasi latihan dan aktifitas yang tepat untuk klien
o Lakukan program latihan yang terencana bersama klien
o Kaji sistem muskuloskeletal
Inspeksi : eritema, atrofi otot, kontarktur sendi ; palpasi peningkatan diameter
betis/paha, kontraktur sendi
o Kaji sistem integumen
Inspeksi adanya kerusakan integritas kulit dan higienisnya
o Kaji sistem eliminasi
Inspeksi saluran urin : warna, jumlah dan penurunan frekuensi BAK ; inspeksi
frekuensi dan kontraksi feses, palpasi : distensi kandung kemih

 Evaluasi klien dengan gangguan mobilitas


 Posisi tubuh tegap waktu sewaktu berjalan
 Dapat berjalan tanpa bantuan dari tempat ke ruang perawat 3 kali sehari
 Tidaka mengalami kontraktur
 Tidak terjadi atrofi otot
 Tidak ada rasa nyeri ataupun kaku pada persediaan
 Melakukan latihan rentang gerkan tanpa bantuan 2 kali sehari

Macam-Macam Posisi Pasien

Oke berjumpa lagi bersama saya admin trendilmu.com§ pada kali ini
kita akan membahas macam-macam posisi pasien§.Simak penjelasannya
dibawah ini.

Posisi
Fowler§
Fowler
Pengertian
Posisi fowler adalah posisi setengah duduk atau duduk, dimana bagian kepala
tempat tidur lebih tinggi atau dinaikkan. Posisi ini dilakukan untuk
mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi pernapasan pasien.

Tujuan

1 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.


2 Meningkatkan rasa nyaman
3 Meningkatkan dorongan pada diafragma sehingga meningkatnya ekspansi dada
dan ventilasi paru
4 Mengurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang menetap

Indikasi

5 Pada pasien yang mengalami gangguan pernapasan


6 Pada pasien yang mengalami imobilisasi

Posisi Sim’s
Pengertian

§
posisi sims
Posisi sim adalah posisi miring kekanan atau miring kekiri. Posisi ini dilakukan untuk
memberi kenyamanan dan memberikan obat per anus (supositoria). Berat badan terletak
pada tulang illium, humerus dan klavikula.
Tujuan
7 Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi
8 Mengurangi penekanan pada tulang secrum dan trochanter mayor otot pinggang
9 Memasukkan obat supositoria
10 Mencegah dekubitus

Indikasi
11 Pasien dengan pemeriksaan dan pengobatan daerah perineal
12 Pasien yang tidak sadarkan diri
13 Pasien paralisis
14 Pasien yang akan dienema
15 Untuk tidur pada wanita hamil.

Posisi Trendelenberg

Pengertian

§
posisi trendeleberg
Pada posisi ini pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah
daripada bagian kaki. Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak.

Tujuan

16 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut.


17 Pasien shock.
18 pasien hipotensi.

Indikasi

19 Pasien dengan pembedahan pada daerah perut


20 Pasien shock
21 Pasien hipotensi

Posisi Dorsal Recumben

Pengertian
§
dorsal recumben
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau
direnggangkan) di atas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk merawat dan memeriksa
serta pada proses persalinan.

Tujuan

Meningkatkan kenyamanan pasien, terutama dengan ketegangan punggung belakang.

Indikasi

22 Pasien dengan pemeriksaan pada bagian pelvic, vagina dan anus


23 Pasien dengan ketegangan punggung belakang.

Posisi Lithotomi

Pengertian

§
lithotomi
Pada posisi ini pasien berbaring telentang dengan mengangkat kedua kaki dan
menariknya ke atas bagian perut. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa genitalia
pada proses persalinan, dan memasang alat kontrasepsi.

Tujuan

24 Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, misal vagina,taucher,


pemeriksaan rektum, dan sistoscopy
25 Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien, pemasangan alat
intra uterine devices (IUD), dan lain-lain.
Indikasi

26 Pada pemeriksaan genekologis


27 Untuk menegakkan diagnosa atau memberikan pengobatan terhadap penyakit
pada uretra, rektum, vagina dan kandung kemih.

Posisi Genu pectrocal

Pengertian

§
genu pectoral
Pada posisi ini pasien menungging dengan kedua kaki di tekuk dan dada menempel
pada bagian alas tempat tidur. Posisi ini dilakukan untuk memeriksa daerah rektum
dan sigmoid.

Tujuan

Memudahkan pemeriksaan daerah rektum, sigmoid, dan vagina.

Indikasi

28 Pasien hemorrhoid
29 Pemeriksaan dan pengobatan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

Posisi orthopeneic

Pengertian

Posisi pasien duduk dengan menyandarkan kepala pada penampang yang sejajar dada,
seperti pada meja.

Tujuan

Memudahkan ekspansi paru untuk pasien dengan kesulitan bernafas yang ekstrim dan
tidak bisa tidur terlentang atau posisi kepala hanya bisa pada elevasi sedang.

Indikasi

Pasien dengan sesak berat dan tidak bisa tidur terlentang.

Supinasi

Pengertian

§
suspinasi
Posisi telentang dengan pasien menyandarkan punggungnya agar dasar tubuh sama
dengan kesejajaran berdiri yang baik.

Tujuan
Meningkatkan kenyamanan pasien dan memfasilitasi penyembuhan terutama pada pasien
pembedahan atau dalam proses anestesi tertentu.

Indikasi

30 Pasien dengan tindakan post anestesi atau penbedahan tertentu


31 Pasien dengan kondisi sangat lemah atau koma.

Posisi pronasi

Pengertian

Pasien tidur dalam posisi telungkup Berbaring dengan wajah menghadap ke


bantal.

§
pronasi
Tujuan

32 Memberikan ekstensi maksimal pada sendi lutut dan pinggang


33 Mencegah fleksi dan kontraktur pada pinggang dan lutut.

Indikasi

34 Pasien yang menjalani bedah mulut dan kerongkongan


35 Pasien dengan pemeriksaan pada daerah bokong atau punggung.

Posisi lateral

§
lateral
Pengertian

Posisi miring dimana pasien bersandar kesamping dengan sebagian besar berat tubuh
berada pada pinggul dan bahu.

Tujuan

36 Mempertahankan body aligement


37 Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi
38 Meningkankan rasa nyaman
39 Mengurangi kemungkinan tekanan yang menetap pada tubuh akibat posisi yang
menetap.

Indikasi

40 Pasien yang ingin beristirahat


41 Pasien yang ingin tidur
42 Pasien yang posisi fowler atau dorsal recumbent dalam posisi lama
43 Penderita yang mengalami kelemahan dan pasca operasi.

Anda mungkin juga menyukai