Anda di halaman 1dari 11

HAKIKAT PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-ambing oleh
kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah barang tentu perlu memiliki dasar
negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan negara
akan rapuh.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia yang
memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat  menjelaskan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara,
menguraikan nilai-nilai  Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, menunjukkan
sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, serta
menampilkan sikap positif terhadap Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan
yang diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal keterampilan menganalisis dan
bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang menyimpang dari cita-cita dan
tujuan negara.
 .
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah sebagai berikut :
a. Apa pengertian ideologi ?
b.  Bagaimana hakikat dan fungsi ideologi?
c.  Bagaimana ideologi sebagai suatu sistem?
d.  Bagaimana . pancasila sebagai ideologi nasional?
e. Bagaimana pancasila sebagai ideologi terbuka ?

C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
a. Untuk mengetahui pengertian ideologi
b. Untuk mengetahui hakikat dan fungsi ideologi?
c.  Untuk mengetahui ideologi sebagai suatu sistem?
d.  Untuk mengetahui pancasila sebagai ideologi nasional?
e. Untuk mengetahui pancasila sebagai ideologi terbuka ?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Ideologi
Ideologi berasal dari kata idea (Inggris), yang artinya gagasan, pengertian. Kata kerja Yunani
oida = mengetahui, melihat dengan budi. Kata “logi” yang berasal dari bahasa Yunani logos
yang artinya pengetahuan. Jadi   Ideologi mempunyai arti pengetahuan tentang gagasan-
gagasan, pengetahuan tentang ide-ide, science of ideas atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar. Dalam pengertian sehari-hari menurut Kaelan ‘idea’ disamakan artinya
dengan cita-cita.
Dalam perkembangannya terdapat pengertian Ideologi yang dikemukakan oleh beberapa ahli.
Istilah Ideologi pertama kali dikemukakan oleh Destutt de Tracy seorang Perancis pada tahun
1796. Menurut Tracy ideologi yaitu ‘science of ideas’, suatu program yang diharapkan dapat
membawa perubahan institusional dalam masyarakat Perancis.  Karl Marx mengartikan
Ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan
atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik atau sosial ekonomi. Gunawan Setiardjo
mengemukakan bahwa ideologi adalah seperangkat ide asasi tentang manusia dan seluruh
realitas yang dijadikan pedoman dan cita-cita hidup. Ramlan Surbakti mengemukakan ada
dua pengertian Ideologi yaitu Ideologi secara fungsional dan Ideologi secara struktural.
Ideologi secara fungsional diartikan seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama atau
tentang masyarakat dan negara yang dianggap paling baik. Ideologi secara fungsional ini
digolongkan menjadi dua tipe, yaitu Ideologi yang doktriner dan Ideologi yang pragmatis.
Ideologi yang doktriner bilamana ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi itu
dirumuskan secara sistematis, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh aparat partai atau
aparat pemerintah. Sebagai contohnya adalah komunisme.
Sedangkan Ideologi yang pragmatis, apabila ajaran-ajaran yang terkandung di dalam Ideologi
tersebut tidak dirumuskan secara sistematis dan terinci, namun dirumuskan secara umum
hanya prinsip-prinsipnya, dan Ideologi itu disosialisasikan secara fungsional melalui
kehidupan keluarga, sistem pendidikan, system ekonomi, kehidupan agama dan  sistem
politik. Pelaksanaan Ideologi yang pragmatis  tidak diawasi oleh aparat partai atau aparat
pemerintah melainkan dengan pengaturan pelembagaan (internalization), contohnya
individualisme atau liberalisme. Ideologi secara struktural diartikan sebagai sistem
pembenaran, seperti gagasan dan formula politik atas setiap kebijakan dan tindakan yang
diambil oleh penguasa.
Dengan demikian secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa Ideologi adalah kumpulan
gagasan-gagasan, ide-ide, keyakinan-keyakinan yang menyeluruh dan sistematis, yang
menyangkut berbagai bidang kehidupan manusia. Notonegoro sebagaimana dikutip oleh
Kaelan mengemukakan, bahwa Ideologi negara dalam arti cita-cita negara atau cita-cita yang
menjadi dasar bagi suatu sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa yang
bersangkutan pada hakikatnya merupakan asas kerokhanian yang antara lain memiliki ciri:
1)  Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan;
2)  Mewujudkan suatu asas kerokhanian, pandangan dunia, pedoman hidup, pegangan hidup
yang dipelihara, dikembangkan, diamalkan, dilestarikan kepada generasi berikutnya,
diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.
Ideologi merupakan cerminan cara ber?kir orang atau masyarakat  yang sekaligus
membentuk orang atau masyarakat itu menuju cita-citanya. Ideologi merupakan sesuatu yang
dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi merupakan suatu pilihan yang jelas membawa
komitmen (keterikatan) untuk  mewujudkannya.
Semakin mendalam kesadaran ideologis seseorang, maka akan semakin tinggi pula
komitmennya untuk melaksanakannya. Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang yang
meyakini ideologinya sebagai  ketentuan yang mengikat, yang harus ditaati dalam
kehidupannya, baik dalam kehidupan pribadi ataupun masyarakat. Ideologi berintikan
seperangkat nilai yang bersifat menyeluruh dan mendalam yang dimiliki dan dipegang oleh
seseorang atau suatu masyarakat sebagai wawasan atau pandangan hidup mereka.
Melalui rangkaian nilai itu mereka mengetahui bagaimana cara yang paling baik, yaitu secara
moral atau normatif dianggap benar dan adil, dalam bersikap dan bertingkah laku untuk
memelihara, mempertahankan, membangun kehidupan duniawi bersama dengan berbagai
dimensinya. Pengertian yang demikian itu juga dapat dikembangkan untuk masyarakat yang
lebih luas, yaitu masyarakat bangsa.

B. Hakikat dan Fungsi Ideology


Suatu ideologi, pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia karena berkat kemampuanya
mengadakan distansi (menjaga jarak) terhadap dunia kehidupannya. Antara keduanya,
yaituideologi dan kenyataan hidup masyarakat terjadi hubungan dialektis, sehingga
berlangsung pengaruh timbal balik yang terwujud dalam interaksi yang disatu pihak memacu
ideologi makin realistis dan dilain pihak mendorong masyarakat makin mendekati bentuk
yang ideal. Ideologi mencerminkan cara berfikir masyarakat, namun juga membentuk
masyarakat menuju cita-cita.
Dengan demikian, terlihat bahwa ideologi bukanlah sekedar pengetahuan teoritis belaka,
tetapi merupakan sesuatu yang dihayati menjadi suatu keyakinan. Ideologi adalah satu pilihan
yang jelas membawa komitmen untuk mewujudkannya. Semakin mendalam kesadaran
ideologis seseorang akan berarti semakin tinggi pula rasa komitmentnya untuk melaksanakan.
Komitmen itu tercermin dalam sikap seseorang yang meyakini ideologinya sebagai
ketentuan-ketentuannormatif yang harus ditaati dalam hidup bermasyarakat. 
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah dikemukakan bahwa ideologi mempunyai
fungsi sebagai berikut :
1. Struktur kognitif, ialah keseluruhan pengetahuan yang dapat merupakan landasan untuk
memahami dan menafsirkan dunia dan kejadian-kejadian dalam alam sekitarnya.
2. Orientasi dasar dengan membuka wawasan yang memberikan makna serta menunjukkan
tujuan dalam kehidupan manusia.
3.  Norma-norma yang menjadi pedoman dan pegangan bagi seseorang untuk melangkah dan
bertindak.
4.  Bekal dan jalan bagi seseorang untuk menemukan identitasnya.
5. Kekuatan yang mampu menyemangati dan mendorong seseorang untuk menjalankan
kegiatan dan mencapai tujuan.
6. Pendidikan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami, menghayati serta melakukan
tingkah lakunya sesuai dengan orientasi dan norma-norma yang terkandung di dalamnya.

C.  Ideologi Sebagai Suatu Sistem


Ideologi dapat dirumuskan sebagai suatu sistem berfikir yang  digunakan oleh suatu
masyarakat untuk menginterprestasikan (mengartikan) hidup dan kehidupannya. Dapat juga
dikatakan sebagai identitas suatu masyarakat atau bangsa (identity), yang sering disebut
dengan istilah “kepribadian bangsa”. Mengingat ideologi merupakan suatu sistem berfikir
dalam semua aspek kehidupan, maka dapat diterapkan ke dalam sistem politik, ekonomi, dan
sosial budaya. Mula-mula digali dari kenyataan-kenyataan yang  ada (induktif), kemudian
dirumuskan dalam suatu sistem, setelah itu diterapkan kembali dalam segala aspek kehidupan
(deduktif).
Ideologi, biasanya merupakan sistem yang  tertutup (deduktif-induktif). Apabila suatu
masyarakat menganut sistem dengan ideologi  tertentu, hal ini sebagai suatu sistem deduktif ;
yaitu seluruh kehidupan masyarakat baik politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial-budaya
sehari-sehari  akan bersumber dari nilai-nilai tertentu yang  dianut oleh ideologinya. Sebagai
contoh : sosialisme-marxisme, liberalisme, dan agama tertentu.
Ideologi  dapat juga mengandung pengertian bahwa dia harus menegara, yaitu bahwa nilai-
nilai yang  dikandungnya diatur melalui negara.
Jadi negara sesungguhnyalah yang  mempunyai peran penting di dalam sistem ideologi guna
mengatur warga negaranya dan untuk mencapai cita-cita dan tujuannya

 D. Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Suatu system filsafat pada tingkat perkembangan tertentu melahirkan ideology. Biasanya,
biasnya ideology mengutamakan asas – asas politik dan kenegaraan sebagai kehidupan
nasional  yang esensinya adalah kepemimpinan, kekuasaanan, kelembagaan, dengan tujuan
kesehatraan. Sebagai ajaran filsafat, pancasila mencerminkan nilai dan pandangan mendasar
dan hakikat rakyat Indonesia dalam hubungan dengan; ketuhanan, kemanusiaan, kenegaraan,
kekeluargan dan musyawarah, serta keadilan social.
Nilai pilsapat pancasia telah ada jauh sebelum Indonesia merdeka ini berarti dengan
kemerdekaan yang diraih bangsa indonesia, secara melambangkan dan formal, kedudukan
pancasila telah ditinggkatkan, dari kedudukannya sebagai filsapat hidup dianggkat menadi
filsafat Negara.

E. Pancasial Sebagai Ideologi Terbuka


Abdulkadir Besar dalam tulisanya tentang “pacasial ideology terbuka”, antara lain menyebut
bahwa pada umumnya khalayak memahami arti “terbuka” dari pernyataan “ideology terbuka”
sebagai sifat keterbukaan ideology itu sendiri. Pancasila sebagai ideology terbuka sering
dipahami sebagai harifah, yaitu berbagai konsop dari ideology lain, terutama ideology
leberalisme, seperti hak asasi manusia, pasar bebas, mayoritas tunggal, dualisme
pemerintahan, serta konsekunsi logis system operasi liberal, tanpa pelarangan yang system
matis,nilai itu dianggap dan diberlakukan sebagai konsep yang inheren dalam ideology
pancasiala.
            Adanya anggapan umum yang demikian dapat dipahami karena adanya sebab – sebab
sebagai berikuk;
a.  Orang yang bersangkutan tidak atau belum memehami ideologi pancasila secara
mendalam.
b. “Kebebasan individu” yang menjadi nilai interinsik ideology liberalisme bukannya
dipersepsikan sebagai konsep ideology,tetapi justru dipersiapkan sebagai konsep nilai yang
identik dengan konsep yang bersifat objektif universal.
Semua konsep dari suatu ideologi niscaya terlahir secara deduktif logis dari nilai intrinsi
idologi yang bersangkutan, sebagai contoh ideologi libralisme yaitu kebebasan individu.
1. Dimensi Ideologi Terbuka
            a. Dimensi Realistis
Bahwa nilai – nilai dasar ideologi bersumber dari nilai – nilai rill yang hidup  dalam
masyarakat yang tertanam dan berakar di dalam masyarakat, terutama pada waktu ideologi
itu lahir. Dengan demikian, mereka betul – betul merasakan dan menghayati bahwa dasar
nilai – niali dasar itu adalah milik mereka bersama.
             b. Dimensi Idealisme
Bahwa nilai – nilai dasar ideologi tersebut mengandung idealisme, bukan anggapan –
anggapan (utopia), yang harapan tentang masa depan yang lebih baik dengan perujudan atau
pengalamannya dalam praktik kehidupan bersama sehari – hari dengan berbagai dimensinya.
Ideologi yang tangguh biasanya muncul dari pertautan erat, yang saling mengisi yang saling
memperkuat antara dimensi realitas dan dimensi idealisme yang terkandung di dalamnya.
c. Dimensi felsibilitas (pengembangan)
Bahwa ideologi tersebut memiliki tersebut memiliki keluesan yang memungkinkan dan
bahkan merangsang pengembangan pemikiran – pemikiran baru relevan tentang dirinaya
tanpan menghilangkan atau tanpa mengngkari harkat (jati diri) yang terkandung dalam nilai –
nilai dasarnya. 
Dimensi fleksibilitas atau dimensi pengembsngan sangan diperlukan oleh suatu ideology
guna memilihara dan memperkuat relevansinya dari waktu ke waktu.
2. Gagasan Pancasila Sebagai ideology terbuka
   Pemikiran pancasila sebagai ideology terbuka tersirat dalam penjelasan UUD1945 dimana
disebutkan “ maka telah cukup jika UUD hanya membuat garis – garis besar sebagai intruksi
kepada pemerintah pusat dan lain – lain penyelengaraan kehidupan Negara dan kesejahtraan
social terutama bagi Negara baru atau Negara muda, lebih baik hokum dasar yang tertulis itu
hamya memuat aturan – aturan pokok, sedang aturan – aturan yang menyelengarakan pokok
diserahkan kepada undang – uandang yang lebih mudah caranya membuat, mengubah, dan
mencabut”. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan pancasila
sebagai ideology terbuka, yaitu:
·        Ideologi pancasila harus harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dankondisi
zaman yang harus mengalami perubahan. Akan tetapi bukan berati bahwa nilai dasar
pancasila dapat digantikan dengan nilai dasar yang lain atau meniadakan jati diri bangsa
Indonesia.
·        Pancasila sebagai ideology terbuka mengandung makna bahwa nilai – nilai dasar
pancasila dapat dikemdangkan sesuai dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan
perkembangan jama secara kretif, dengan mempertimbangkan tingkat kebutuhan dan
perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
·       Sebagai ideology terbuka, pancasila harus mampu memberikan orintasi kedepan,
mengharuskan bangsa Indonesia untuj selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan
yang akan dihadapinya, terutama globalisasi dan keterbukaan.
·       Ideologi pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahandalam jiwa dan
budaya bangsa Indonesia dalam wadah dan ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
·       Dalam pandangan Moerdino, beberapa paktor yang mendorong pemikiran pacasila
sebagai ideology terbuka adalah sebagai berikut;
·        Dalam peruses pembangauna nasional berencana, dinamika masyarakat Indonesia
berkembang cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan hidup dapat ditempuh
jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideology – ideology sebelumnya.
·       Kenyataan bangkrutnya ideology tertutup seperti Maxsime-Leninisme/ komunisme.
Dewasa ini kabu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, nenjadi suatu
ideology terbuka atau tetap mempertahankan ideology yang lama.
·       Pengalaman politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sangat penting. Karena
pengaruh idologi komunisme yang pada dasarnya bersipat tertutup pancasila pernah merosot
menjadi ancama dogama yang kaku. Pancasila tadak lagi sebagai acuan bersama, melainkan
enjadi senjata konseptual, untuk menyerang lawan – lawn politik. Kebijakan pemaeintah pada
saat itu menjadi absolute. Konsekuensinya perbedaan –perbedan tersebut dapat secar
langsung dicap sebagai anti-pancasila.
·       Tekat kita yang menjadikan pancasila sebagai satu – satunya asas – asas kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai catatan istilah pancasila sebagai satu –
satunya asas telah dicabut berdasarkan keputusa MPR tahu 1999.
Namun pencabutan ini kita artiakn sebagai pengembalian fungsi pancasila uatama pancasiala
menjadi dasar Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara pancasilaa harus menjadi
jiwa bangsa Indonesia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama dalam
perkembangan pancasila sebagai ideology terbuka. Disamping itu adaa factor lain yaitu tekat
bangsa Indonesia untuk menjadikan sebagai alternative ideology dunia.

3. Perwujudan Pancasila Sebagai Ideologi terbuka


            Sebagai ideology terbuka, pancasila bisa menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh
bangsa Indoneseia. Namun demikian factor manusai baik pengusaha maupun rakyat, sangat
mengutamakan mengukur kemampuan sebuah ideology dalam menyelesaikan berbagai
masalah. Sebaik apa pun ideology tanpa dukungaan dukungan suberdaya manusia yang baik,
anyalah sebagai atopia atau angan – angan belaka.
          Ideologi pancasila harus bersifat feleksibel karena mengandung nilai – nilai sebagai
berikut ;
Ø  Nilai dasar
Ø  Merupakan nilai – nilai dasar yang relative tetap (tidak berubah) yang terdapat pada
pembukaan UUD 1945. Nilai – niali dasar pancasil (ketuhana, kemanusian, persatuan,
kerakyatan dan keadilan sosail) akan dijaabrkan lebih lanjut sebagai nelai instrumental dan
nilai praksis yang bersipat feksibel, dalam bentuk norma – norma yang berlaku dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Ø  Nilai instrumental
Ø  Merupakan nilai – nilai lebih lanjut dari nilai dasar yang dijabaraka lebih kertif dan
dinamis yang dijabarkan dalam bentuk UUD 1945, tap MPR, dan peraturan perundang –
undangan lainnya

Ø  Nilai praksis
Ø  Merupakan nilai yang sesungguhnya yang dipraktikan dalam kehidupan nyata sehari – har
baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai praktis yang abstrak
diwujudkan dalam siakap tingakah laku dan perbuatan sehari – hari. Dengan demikian nilai
tersebut dapat kita rasakan dan kita rasakan bersama.

4. Batas keterbukaan ideology pancsila


            Suatu ideolgi apapun namanya mempunyai nilai dasar intrinsic dan  instrumental.
Nilai intrinsic merupakan nilai yang dirinya sendiri merupakan tujuan. Seperangkat niali
intrinsic (dasar) yang terkandung dalam setiap ideology terkandung aktif, arinya ia memeberi
energy dan ispirasi kepada setaiap penganutnya untu menciptakan dan berbuat.
Dengan demikian niali intrinsic beersifat khas dan tiada duanya, dalam ideolgi pancasiala
yang diamksud nilai interinsik adalah ketuhana, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan,
keadilan social. Sedangkan nilai instrumental adalah penetu nilai amalan nilai intrinsic pada
masa tertentu.
 Batasan jenis pertama;
Bahwa yang boleh disesuaikan dan diganti hanyalah nilai instrumental, sedangkan nilai dasar
atau nilai intrinsiknya mutlak dilarang.
Batasan kedua, yang terdiri dari dua (2) norma:
1. Penyusian nilai instrumental pada kemajuan zaman harus dijaga agar daya kerja nilai
instrumental yang disesuaikan itu tetap memadai untuk mengujutkan nilai intrinsic yang
bersngkutan.
2.Nilai instrumental pengganti tidak boleh bertentangan dengan dengan nilai recta nilai
instrumental pengganti. Sebab bila bertentangan akan bertentangan dengan nilai intrinsiknya.

BAB III

PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Kata ideology berasal dari bahasa latin yaitu idea yang berati daya cipta sebagagai hasil
keseadaran manusia dan logos yang berarti ilmu. Bahwa suatu ideology pada umumnya
menunjukan pandangan khas tentang pentingnya kerja sama antar manusia dalam kerja,
hubungan manusian dengan kekuasaan dan tingkat kesederajatan antar manusia.
Suatu ideology pada dasarnya merupakan hasil refleksi manusia atas kemampuanya
mengadakan distansi ( menjaga jarak ) dengan dunia kehidupannya. Dan pancasila
merupakan dasar negara Indonesia dan juga merupakan ideologi bangsa indonesia.
Sebagai ideologi nasional, pancasila telah tumbuh dan berkembang dari sosial – budaya
masyarakat Indonesia.
Hakikat Pancasila sebagai ideologi terbuka, pancasila senantiasa mampu berinteraksi secara
dinamis. Nilai – nilai pancasila tidak boleh diubah , namun pelaksanaannya kita sesuaikan
dengan tantngan nyata yang kita hadapi.
Pancasila dalam dimensi ideologinya telah memenuhi syarat sebagai ideologi terbukayang
didalamnya mengandung dimensi realita, dimensi idealisme, dimensi fleksibelitas.
Sedangkan dalam perujudannya sebagai ideologi terbuka, pancasila mengandung nilai dasar,
nilai instrumental, nilai praksis.
Hakikat Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
1. Pengertian Ideologi Terbuka
Ideologi terbuka adalah ideologi yang memiliki tata nilai yang mendalam dan menyeluruh.
Selain itu, memiliki relevansi/kesesuaian yang tinggi dengan perkembangan masyarakat,
serta mampu menjawab berbagai permasalahan dan tantangan kehidupan zaman. Dengan
demikian, maka ideologi terbuka bersifat dinamis atau bisa menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan yang terjadi di suatu masyarakat. Ciri utama ideologi terbuka adalah
nilai-nilainya yang tetap sebagai pedoman pokok dalam mencapai tujuan bersama. Nilai-nilai
di dalam ideologi tidak ikut berubah dengan perubahan aspirasi dan akselerasi yang tumbuh
di dalam masyarakat dari masa ke masa. Nilai-nilai itu justru dipertahankan sebagai harkat,
martabat, dan identitas bersama suatu bangsa.
2. Syarat Ideologi Terbuka
Suatu ideologi dikatakan terbuka apabila memenuhi dimensi-dimensi berikut:
a.       Dimensi realitas, bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalam ideologi tersebut
bersumber dari nilai-nilai yang secara riil hidup dalam masyarakat.
b.      Dimensi idealisme, bahwa ideologi perlu mengandung cita-cita yang ingin dicapai
dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Melalui idealisme atau
cita-cia yang terkandung dalam ideologi yang dihayati, masyarakat atau bangsa mengetahui
ke arah mana mereka harus membangun kehidupannya menuju cita-citanya.
c.       Dimensi fleksibilitas, bahwa ideologi terbuka memiliki kesesuaian yang tinggi
terhadap dinamika perkembangan masyarakat. Selain itu, ideologi juga harus merangsang
masyarakat mengembangkan nilai-nilai dasar yang terkandung dalam ideologi untuk
menjawab tantangan zaman.
Pancasila sebagai ideologi trebuka secara struktural memiliki 3 dimensi, yaitu :
a.       Dimensi Idealistis, yang menekankan bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam
pancasila yang  bersifat sistematis, rasional dan menyeluruh, pada hakikatnya bersumber
pada filsafat Pancasila. 
b.      Dimensi Fleksibilitas, bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu
dijabarkan dalam suatu sistem norma-norma kenegaraan yang lebih operasional dan memiliki
fleksibilitas menurut perkembangan zaman.
c.       Dimensi Realistis, bahwa suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas
kehidupan yang  berkembang dalam masyarakat.
Berdasarkan dimensi yang dimiliki oleh Pancasila sebagai ideologi terbuka, maka ideologi
Pancasila :
§  Tidak bersifat Utopis, yaitu hanya merupakan sistem ide-ide belaka yang jauh dari
kehidupan sehari-hari yang nyata.
§  Bukan merupakan suatu doktrin belaka yang bersifat tertutup.
§  Bukan merupakan suatu ideologi yang bersifat pragmatis, yang hanya menekankan pada
segi praktis belaka.
3. Perbedaan Ideologi Terbuka dengan Tertutup
a. Ciri-Ciri Ideologi Terbuka
·         Merupakan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat.
·         Berupa nilai-nilai dan cita-cita yang berasal dari dalam masyarakat.
·         Isinya tidak operasional, menjadi menjadi operasional bila diwujudkan dalam
konstitusi.
·         Hasil musyawarah dan konsensus masyarakat.
·         Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima masyarakat yang berlatar belakang,
budaya dan agama yang berbeda.
·         Bersifat dinamis dan reformis
b. Ciri-Ciri Ideologi Tertutup
·         Bukan cita-cita yang hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita dari kelompok yang
digunakan sebagai dasar negara untuk mengubah masyarakat
·         Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, ideologinya itu dipaksakan
kepada masyarakat. Nilai-nilai, norma-norma dan berbgai segi masyarakat akan diubah sesuai
dengan ideologi tersebut
·         Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi seluruh bidang kehidupan. Sehingga
ideologi tertutup melakukan gerakan intensif menguasai bidang informasi dan pendidikan
sebab bidang tersebut sebagai sarana efektif untuk memengaruhi perilaku masyarakat.
·         Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati
·         Menuntut masyarakat untuk memiliki kesetiaan total dan kesediaan untuk berkorban
bagi ideologi tersebut
·         Isi ideologi tidak hanya sebagai nilai-nilai dan cita-cita, melainkan tuntutan konkret
dan operasional yang keras, mutlak dan total.
4. Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi Terbuka
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai ideologi terbuka adalah sebagai berikut :
a.       Nilai dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila. Nilai dasar ini merupakan esensi dari
sila-sila Pancasila yang bersifat universal sehingga didalamnya terkandung cita-cita, tujuan
serta nilai-nilai yang baik dan benar.
b.      Nilai instrumental, yaitu merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaannya. Nilai instrumental ini merupakan  penjabaran lebih lanjut dari nilai dasar
ideologi Pancasila.
c.       Nilai praktis, yaitu merupakan realisasi nilai instrumental kedalam suatu pengalaman
nyata.
Nilai adalah sesuatu yang dianggap berharga dan berguna bagi kehidupan manusia serta
dianggap baik. Terdapat dua pandangan tentang keberadaan nilai :
a.       Pandangan objektif, yaitu sesuatu yang ada pada objek itu sendiri.
b.      Pandangan subjektif, yaitu nilai sebagai sesuatu bergantung pada perasaan dan
penangkapan seseorang

Anda mungkin juga menyukai