Anda di halaman 1dari 12

PROPOSAL

“FORMULASI SEDIAAN MATA”

Diajukan sebagai syarat mengikuti Ujian Akhir Semester I

Disusun Oleh : Bela Nimas Cahaya


Tingkat : 1B

ARO LEPRINDO
JAKARTA
GUTTAE OPTHALICAE
(OBAT TETES MATA)

Obat tetes mata adalah sediaan steril berupa larutan atau suspense, digunakan untuk mata
dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata.
Sediaan ini diteteskan kedalam mata sebagai antibacterial, anastetik, midriatik, miotik, dan
antiinflamasi.
Untuk membuat sediaan yang tersatukan, maka kita perlu memperhatikan beberapa faktor
persyaratan berikut :
1. Harus steril atau bebas dari mikroorganisme
Pemakaian tetes mata yang terkontaminasi mikroorganisme dapat terjadi rangsangan berat
yang dapat menyebabkan hilangnya daya penglihatan atau terlukanya mata sehingga
sebaiknya dilakukan sterilisasi atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri.

2. Sedapat mungkin harus jernih


Persyaratan ini dimaksudkan untuk menghindari rangsangan akibat bahan padat. Filtrasi
dengan kertas saring atau kain wol tidak dapat menghasilkan larutan bebas partikel
melayang. Oleh karena itu, sebagai material penyaring kita menggunakan leburan gelas,
misalnya Jenaer Fritten dengan ukuran pori G 3 – G 5.

3. Harus mempunyai aktivitas terapi yang optimal


Harga pH mata sama dengan darah, yaitu 7,4. Pada pemakaian tetesan biasa, larutan yang
nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3-9,7. Namun, daerah pH 5.5-11.,4,
masih dapat diterima. Pengaturan pH sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri,
meskipun kita sangat sulit merealisasikannya.
Pendaparan merupakan salah satu cara untuk mempertahankan pH larutan tetes mata.
Penambahan dapar dalam pembuatan obat mata harus didasarkan pada beberapa
pertimbangan tertentu. Air mata normal memiliki pH lebih kurang 7,4 dan mempunyai
kapasitas dapar tertentu. Secara ideal obat tetes mata harus mempunyai pH yang sama
dengan larutan mata, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak
obat yang tidak cukup larut ataupun tidak stabil pada pH 7,4. Oleh
karena itu system dapar harus dipilih sedekat mungkin dengan pH fisiologis yaitu 7,4 dan
tidak menyebabkan pengendapan atau mempercepat kerusakan obat. Jika harga pH yang di
tetapkan atas dasar stabilitas berada diluar daerah yang dapat di terima secara fisiologis,
maka kita wajib menambahkan larutan dapar dan melakukan pengaturan pH melalui
penambahan asam atau basa.
Tujuan pendaparan obat tetes mata adalah :
 Mengurangi rasa sakit
 Menjaga stabilitas obat dala larutan
 Control aktivitas terapetik

4. Harus tidak mengiritasi dan tidak menimbulkan rasa sakit pada mata, maka dikehendaki
sedapat mungkin harus isotonis.
Karena kandungan elektrolit dan koloid di dalamnya, cairan air mata memiliki tekanan
osmotik, yang nilainya sama dengan darah dan cairan jaringan. Besarnya adalah 0,65-0,8 M
Pa (6,5-8 atmosfir), penurunan titik bekunya terhadap air 0,520K atau konsentrasinya sesuai
dengan larutan natrium klorida 0,9% dalam air.
Cairan mata isotonis dengan darah dan mempunyai nilai isotonis sesuai dengan larutan NaCl
P 0,9%. Sediaan tetes mata sebaiknya dibuat mendekati isotonis agar dapat diterima tanpa
rasa nyeri dan tidak dapat menyebabkan keluarnya air mata, yang dapat mencuci keluar
bahan obatnya. Larutan hipertonis relatif lebih dapat diterima dari pada hipotonis.
Beberapa larutan obat mata perlu hipertonik untuk meningkatkan daya serap dan enyediakan
kadar vahan aktif yang cukup tinggi untuk menghasilkan efek obat yang cepat dan efektif.
Apabila larutan obat seperti ini digunakan dalam jumlah kecil, pengenceran dengan air mata
cepat terjadi sehingga rasa perih akibat hipertonisnya hanya sementara. Tetapi penyesuaian
isotonisitas oleh pengenceran dengan air mata tidak berarti, jika digunakan larutan
hipertonik dalam jumlah besar untuk membasahi mata. Jadi yang penting adalah larutan obat
mata sebisa mungkin harus endekati isotonik. Untuk membuat larutan mendekati isotonis,
dapat digunakan medium isotonis atau sedikit hipotonis, umumnya digunakan natrium-
klorida (0,7-0,9%) atau asam borat (1,5-1,9%) steril.
5. Zat pengawet dala larutan tetes mata
Syarat zat pengawet bagi larutan obat tetes mata:
 Harus bersifat bakteriostatik dan fungistatik. Terutaa sifat bakteriostatik terhadap
pseudomonas aeruginosa, karena sangat berbahaya pada mata yang terinfeksi.
 Harus tidak mengiritasi jaringan mata, kornea, dan konjungtiva
 Harus kompatibel dengan bahan obat
 Tidak menimbulkan alergi
 Dapat mempertahankan aktivitasnya dalam kondisi normal

6. Viskositas dalam larutan mata


Tetes mata dalam air mempunyai kekurangan karena dapat ditekan keluar dari saluran
konjungtiva oleh gerakan pelupuk mata. Namun, melalui peningkatan viskositas tetes mata
dapat mencapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam cairan dan waktu kontak yag
lebih panjang. Viskositas diperlukan agar larutan obat tidak cepat dihilangkan oleh air mata
serta dapat memperpanjang lama kontak dengan kornea, dengan demikian dapat mencapai
hasil terapi yang besar. Biasanya yang digunakan untuk enaikkan viskositas ialah CMC
dengan kadar 0,25-1%.
Viskositas sebaiknya tidak melampaui 49-50 mPa detik (40-50 cP) sebab jika tidak, maka
akan terjadi penyumbatan saluran air mata. Kita memakai larutan dengan harga viskositas 5-
15 mPa detik (5-15 cP).
7. Surfaktan dalam pengobatan mata
Surfaktan sering digunakan dala larutan mata karena mempunyai fungsi sebagai zat
pembasah atau zat penambah penetrasi.
Efek surfaktan adalah :
a. Menaikkan kelarutan, hingga menaikkan kadar dari obat kontak dengan mata.
b. Menaikkan penetrasi ke dalam kornea dan jaringan lain
c. Memperlama tetapnya obat dalam konjungtiva, pada pengenceran obat oleh air mata.
Surfaktan yang sering digunakan adalah benzalkonium-klorid 1 : 50.000 jangan lebih dari 1 :
3000. Surfaktan lain juga yang dipakai adalah benzalkonium klorid, duponal M.E dan
aerosol OT atau OS. Pemakaian surfaktan jangan lebih dari 0,1%. Lebih encer lebih baik.
8. Pewadahan
Wadah untuk larutan mata, larutan mata sebaiknya dibuat dalam unit kecil, tidak pernah
lebih besar dari 15 ml dan lebih disukai yang lebih kecil. A botol 7,5 ml adalah ukuran yang
menyenangkan untuk penggunaan larutan mata. Penggunaan wadah kecil memperpendek
waktu pengobatan akan dijaga oleh pasien dan meminimalkan jumlah pemaparan
kontaminan.

Formulasi tetes mata Nafazholin :


Rancangan formula
Tiap 5 ml tetes mata mengandung :
 Naphazoline HCL 0,25%
 Asam askorbat 0,1%
 Na borax 1,59%
 Fenil merkuri nitrat 0,002%
 Gliserin 1%
 Aqua pro injeksi ad 5ml
NO. NAMA BAHAN FUNGSI BAHAN JUMLAH BAHAN
1 Naphazoline Hcl Zat aktif 0,005 g
2 Asam Borat Pendapar 6,071 g
3 Natrium Borax Pendapar 1,59 g
4 Fenil Merkuri Nitrat Pengawet 0,0001 g
5 Gliserin Pemviskos 0,05 ml

Spesifikasi bahan :
1. Nafazholin Hcl
Pemerian : serbuk hablur putih, hampir putih tidak berbau dan rasa pahit.
Kelarutan : mudah larut dalam etanol dan air dan sangat sukar larut dalam kloroform, praktis
tidak larut dalam kloroform.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat.
Khasiat : simpatomimetikum (alpha reseptor agonis)
Kegunaan : zat aktif
Sterilisasi : autoklaf 121 derajat selcius
2. Fenil Merkuri Nitrat
Pemerian : berwarna putih, Kristal, dengan bau aromatic lemah
Kelarutan : Larut dalam 1000 bagian etanol (95%) P, larut dalam campran minyak, sedikit
larut dalam gliserin, larut dalam 600-1500 bagian air
Penyimpanan : alam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya
Stabilitas : membentuk residu hitam dari logam merkuri ketika terkena cahaya atau setelah
penyimpanan lama
Khasiat : Anti mikroba, anti septic
Konsentrasi : sebagai pengawet tetes mata 0,002%
pH : 6 (asam)
3. Asam Borat
Khasiat : antimikroba ekstern
Keguanaan : pendapar
Konsentrasi : 2%
pH : 3,33% larutan dalam air mendidih pH 3,8-4,8
Srerilisasi : dengan autoklaf
4. Natrium Borax (Na2B4O4)
Pemerian : tidak berwarna, Kristal transparan, atau Kristal serbuk, berwarna putih,
larutannya bersifat alkali
Kelarutan : 1 gr dalam 20ml air, tidak dapat larut dalam alcohol
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Khasiat : antiseptikum ekstern
Kegunaan : Pengawet
Ph : 9,0-9,6
5. Gliserin (C3H8O3)
Permerian : cairan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, manis diikuti rasa
hangat, higroskopik.
Kelarutan : Dapat bercampur dengan air, dan dengan etanol 95% P, praktis tidak larut dalam
kloroform, eter P, dan dalam minyak lemak
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Stabilitas : gliserin mudah terurau dengan pemanasan
Khasiat : zat tambahan
6. Aqua Pro Injeksi (H2O)
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa
Kegunaan : Pembawa
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Zat tambahan
Sterilisasi Alat
No Alat dan Bahan Metode Sterilisasi
1 Kertas Timbang Oven 160 C,1 jam
2 Kertas saring Oven 160 C, 1 jam
3 Aluminum foil Oven 160 C,1 jam
4 Erlenmeyer Oven 160 C,1 jam
5 Corong Oven 160 C,1 jam
6 Gelas Ukur Autoklaf 121 C. 30
menit
7 Sendok takar Autoklaf 121 C. 30
menit
8 Batang Pengaduk Oven 170 C, 2 jam
9 Pipet skala Autoklaf 121 C, 30
menit
10 Botol drops Oven 170 C, 2 jam
11 Pinset Autoklaf 121 C, 30
menit
12 Naphazoline hcl Autoklaf 121 C, 30
menit
13 Asam borat Autoklaf 121 C, 30
menit
14 Natrium borat Autoklaf 121 C, 30
menit
15 Fenil merkuri nitrat Autoklaf 121 C, 30
menit
16 Aqua pro injeksi Autoklaf
17 Glisesrin Panas kering pada
suhu 160 C selama
1 jam
Perhitungan Bahan :
Perhitungan
 Kapasitas dasar

Dapar asam borat → pH = 6,77


BM = 61,83
L = 12,4021 g/L
M = 0, 2 M
Na-tetraborat → BM = 381, 37
L = 19, 108 g/L
M = 0,05 M
 Untuk Ph = 6, 77

[Hᶧ] = -Antilog 6, 77
= 1, 698 X 10−7
C = [asam] + [garam]
= 0,2 M + 0,05 M
= 0, 25 M
pH = pKa + log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚][𝑎𝑠𝑎𝑚]
pKa = pH – log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚][𝑎𝑠𝑎𝑚]
pKa = 6, 77 – log 0,050,2
pKa = 7, 372
Ka = - antilog pKa
= - antilog 7, 372
= 4, 246 x 10−8
B = 2,3 . 𝐶.[𝐻ᶧ].𝐾𝑎([𝐻ᶧ]+𝐾𝑎)2
= 2, 3 . (0,25)(1,698 𝑥10−7)(4,246 𝑥 10−8) (1,698 𝑥 10−7+4,246 𝑥10−8)2
= 4,146 𝑥 10−15 4,505 𝑥10−14
 Untuk pH = 6

[Hᶧ] = -Antilog 6
= 10−6
B = 2, 3 . 𝐶.(10−6)(4,246 𝑥 10−8) (10−6+4,246 𝑥10−8)2
0,092 = (0,23) (9,7650𝑥 10−8).𝐶1,0867𝑥10−12
C = 9,99785 𝑥 10−14 9,765 𝑥10−14
= 102, 38 X 10−2
= 1, 0238
Ph = pKa + log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚][𝑎𝑠𝑎𝑚]
6 = 7, 372 + log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚][𝑎𝑠𝑎𝑚]
log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚][𝑎𝑠𝑎𝑚] = -1, 372
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚][𝑎𝑠𝑎𝑚] = 0, 0425
[garam] = 0, 0425 [asam]
C = [garam] + [asam]
1, 0238 = 0, 0425 [asam] + [garam]
1, 0238 = 1, 0425 [asam]
[asam] = 1,02381,0425 = 0, 982
[garam] = 0,0425 [asam]
= 0, 0425 x 0, 982
= 0, 0417
 Untuk H₃BO₃= 0, 982 M

g = M X BM X volume
= 0, 982 x 61, 83 x 1
= 60, 71
% b/v = 60, 71 g/1000 mL
= 6, 071 G/100 mL
= 6, 071 % b/v
 Untuk Na₂B₄O₂. 10H₂O = 0,0417 M

g = M X BM X volume
= 0, 0417 X 381, 37 X 1
= 15, 9 g
% b/v = 15,9/1000 mL
= 1, 59 g/100 mL
= 1, 59 % b/v
 Tonisitas

PTB = 0,52−𝑎.𝑐𝑏
Zink sulfat a = 0, 08 c = 0, 25
Naphazoline HCl a = 0, 15 c = 0,1
Fenil merkuri nitrat a = - c = 0, 002
Gliserin a = - c = 1, 0
Asam borat a = 0, 28 c = 6, 071
Borax a = 0, 24 c = 1, 59
NaCl a = 0, 576
W = 0,52−𝑎.𝑐𝑏
= 0,52−(0,08 .0,25)+(0,15 .0,1)+(0,28 .6,071)+(0,24 .1,59)0,576
= 0,52−(0,02+0,015+1,69988+0,3816)0,576
= 0,52−2,116480,576
= −1,596480,576
= -2, 772 g/100 ml (hipertonis)
 Rumus Catelyn

BM K %b/v
Zink sulfat 287, 54 2 0, 25
Naphazoline HCl 246, 74 2 0,1
Fenil merkuri nitrat 634, 45 1 0,002
Gliserin 92, 09 1 1,0
Asam borat 61, 83 1 6, 17 x 106
Borax 381, 37 3 5, 02 x 10−8
=[0, 031 – (% 𝑏/𝑣𝐵𝑀 x K)] 𝐵𝑀𝐾′
= [0, 031 – {(0,25287,54x2) + (0,1246,74x2) + (0,002634,45x1) + (1,092,09x1) +
(6,17𝑥1061,83x1) + (5,02𝑥10381,37x3) + 58,442]
= [0, 031 – (0,1739 + 0,0008 + 0,000003 + 0,0109 + 0,000000099 + 3, 94 x 10−10)] 𝑥 29,22
= (0,031 – 0, 1856) x 29, 22
= - 4, 517 g/100 ml (hipertonis)
 Perhitungan bahan

Dilebihkan menjadi 10 ml
Zink sulfat = 0,25100𝑥 10 𝑚𝑙=0,025 𝑔=25 𝑚𝑔
Naphazoline HCl = 0,1100𝑥 10 𝑚𝑙=0,01 𝑔=10 𝑚𝑔
Fenil merkuri nitrat = 0,002100x 10 ml = 0, 0002 g = 0, 2 mg
Gliserin = 1,0100 x 10 ml = 0, 1 ml
Asam borat = 6,17𝑥10−6100x 100 ml = 0, 00617 mg
Borax = 5,02 𝑥 10−8100 𝑥 100 𝑚𝑙=0,0000502 𝑚𝑔
Fenil merkuri nitrat
50 mg → 2, 5 ml (API)

1 ml → 5 ml (API)

0,5 ml →5 ml (API)

0,5 ml (~0, 2 mg)
Naphazoline HCl
50 mg → 2,5 ml (API)

0,5 ML (~10 mg)
ZnSO₄
50 mg →2 ml (API)

1 ml (~25 mg)

Cara Pembuatan :
1. Proses sediaan steril berupa cairan ( tetes mata )
2. Penimbangan bahan baku - uji bioburden, untuk memastikan tidak ada bakteri gram
negative, jika ada pada saat sterilisai bakteri gram negative akan mengeluarkan endotoksin
3. Aseptis - media fill
4. Mixing
5. filtrasi
6. Filling ( primary packing )
7. Uji sterilitas, uji bebas pirogen (endotoksin), uji bebas partikel
8. Secondary packing

Keuntungan obat tetes mata :


1. Larutan mata memiliki kelebihan dalam hal homogeny, bioavailabilitas, dan kemudahan
penanganan.
2. Suspense mata memiliki kelebihan dimana adanya partikel zat aktif dapat memperpanjang
waktu tinggal pada mata sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya oleh air mata,
sehingga terjadi peningkatan bioavailabilitas dan efek terapinya.
3. Tidak menganggu penglihatan ketika digunakan

Kerugian obat tetes mata :


Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat
dan permukaan yang terabsorsi.

Anda mungkin juga menyukai