Anda di halaman 1dari 5

NAMA : ALFIAH NUR RAHMI

NIM : P10119003

KELAS :C

FAKTOR RESIKO KANKER PAYUDARA, CARA PENCEGAHAN, DAN


SCEREENING

Survei yang di-lakukan WHO dinyatakan 8-9 persen wanita mengalami kanker payudara. Hal itu
membuat kanker payudara sebagai jenis kanker yang paling banyak ditemui pada wanita setelah
kanker leher rahim (American Cancer Society, 2008)

A. Faktor resiko kanker payudara

Faktor risiko kanker payudara adalah jenis kelamin, dengan perbandingan laki-laki perempuan
kira-kira 1:100. Berdasarkan data penelitian Harrianto dkk di Rumah Sakit Dr. Cipto
Mangunkusumo tahun 2005, faktor risiko kanker payudara di antaranya adalah riwayat keluarga
dengan penderita kanker payudara (15,79%), menarche dini (8,77%), nullipara (7,02%) dan
pemakaian pil yang mengandung estrogen jangka panjang (42,11%). Selain itu, juga terdapat
faktor risiko lain yang diduga berpengaruh terhadap kejadian kanker payudara yaitu menopause
terlambat, riwayat pemberian ASI, dan obesitas.

Dr Martha Rodia Manurung selaku dokter dari Poliklinik Deteksi Dini Kanker di Rumah Sakit
Kanker Dharmais menyebut sedikitnya ada 9 faktor risiko seseorang terkena kanker payudara
yaitu:

1. Usia 
Mayoritas kasus kanker payudara terjadi pada perempuan berusia di atas 50 tahun, tetapi juga
dapat terjadi pada anak laki-laki atau perempuan mulai dari usia 15 tahun.

2. Faktor Genetik
Gen yang dibawa oleh anggota keluarga kita dapat diturunkan dan mengakibatkan penyakit
tertentu. Penyebab kanker payudara pun bisa disebabkan oleh mutasi gen yang tidak diwariskan
biasanya terjadi pada mutasi gen yang disebut Human Epidermal Growth factor receptor 2 atau
yang disingkat dengan HER2.

Sedangkan gen paling umum diwariskan adalah gen kanker payudara 1 (BRCA1) dan gen kanker
payudara 2 (BRCA2), keduanya meningkatkan risiko kanker payudara dan kanker ovarium.

3. Kontrasepsi Oral
Penggunaan kontrasepsi oral atau hormonal juga berisiko menyebabkan kanker payudara. dr
Martha menyarankan untuk menghindari penggunaan alat kontrasepsi hormonal yang secara
kumulatif melebihi delapan tahun dan gunakan kontrasepsi mekanik seperti spiral dan kondom
untuk mengurangi risiko kanker payudara.

4. Menstruasi Dini
Bagi perempuan yang mengalami menstruasi pertamanya di bawah usia 12 tahun sangat berisiko
terkena kanker payudara. Hal ini dikarenakan peningkatan jumlah estrogen dalam tubuhnya,
selama jangka waktu yang lama. Estrogen juga dikaitkan dengan kanker payudara karena dapat
menyebabkan sel kanker untuk tumbuh.

5. Riwayat Penyakit
Jika Anda sudah pernah menderita kanker payudara pada satu payudara, Anda memiliki
peningkatan risiko mengembangkan kanker pada payudara satunya.

6. Kehamilan Pertama di Usia Tua


Hamil di atas usia 35 tahun dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Wanita yang hamil di
usia tua berisiko tinggi melahirkan bayi prematur, dan hal ini akan berefek pada proses
penyusuan dan penyapihan yang tidak normal.

7. Menopause Usia Lanjut


Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan resiko untuk mengalami kanker payudara.
Dijelaskan oleh dr Martha, dalam perbandingan wanita yang telah menjalani ooforektomi
bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya dibanding yang mengalami
menopause pada usia normal, yaitu 50 tahun ke atas.

8. Pola Hidup Tidak Sehat


“Kasus kanker payudara meningkat karena dewasa ini kebanyakan orang-orang menjalani pola
hidup tidak sehat. Banyak makan fast food, mudah stress, jarang berolahraga, bekerja shift
malam. Semua itu bisa memicu terjadinya kanker payudara,” papar dr Martha. Pola hidup tak
sehat juga dapat menyebabkan obesitas yang menjadi salah satu penyebab terkena kanker
payudara.

9. Tidak menyusui, tidak menikah, tidak punya anak


dr Martha mengungkapkan bahwa wanita yang tidak pernah mengalami kehamilan yang lengkap
atau tidak pernah melahirkan, dan tidak pernah menyusui, lebih berpotensi terkena kanker
payudara.

B. Cara pencegahan kanker payudara

1. Deteksi dini
Deteksi dini, langkah penting untuk cegah kanker payudara
Cara mencegah kanker payudara yang pertama dan sangat utama, ialah melakukan Pemeriksaan
payudara sendiri (SADARI). Sebab, sebagian wanita yang mengidap kanker payudara, tidak
merasakan adanya gejala.Mulai dari melakukan pemeriksaan sendiri, terkait apakah ada
perubahan, pada payudara Anda, kemudian menjalani medical check-up, hingga melaksanakan
mamogram (tes menggunakan sinar x-ray, untuk melihat bagian payudara), sehingga kanker
payudara, dapat dideteksi, sedini mungkin.

2. Hindari alkohol

Beberapa penelitian membuktikan, minuman beralkohol, seperti bir atau anggur merah, dapat
meningkatkan produksi hormon penyebab kanker payudara, di dalam tubuh wanita. Konsumsi
alkohol berisiko meningkatkan produksi hormon estrogen.Perlu diketahui, kelebihan hormon
estrogen di dalam tubuh, seringkali dikaitkan dengan perkembangan sel kanker payudara.Selain
itu, alkohol dianggap bisa merusak DNA di dalam sel-sel tubuh Anda, sehingga risiko kanker
payudara, meningkat.

3. Tidak merokok

penelitian menemukan hubungan antara merokok, dan peningkatan risiko kanker payudara, pada
wanita muda atau yang belum menopause.Penelitian juga membuktikan, perokok pasif yang
sering terpapar dengan asap rokok, juga memiliki risiko tinggi terserang kanker payudara.Maka
dari itu, berhentilah merokok, sebelum terlambat!

4. Menjaga berat badan ideal

Memiliki berat badan berlebih atau obesitas, meningkatkan risiko kanker payudara. Terutama
jika obesitas, dialami oleh wanita yang sudah menopause.Salah satu alasan obesitas bisa
meningkatkan risiko kanker payudara adalah karena jaringan lemak berlebih, bisa meningkatkan
produksi hormon estrogen di dalam tubuh wanita.Tidak hanya itu, wanita dengan berat badan
berlebih, cenderung memiliki hormon insulin tinggi, di dalam tubuhnya. Sama seperti hormon
estrogen, jika hormon insulin Anda berlebih, maka risiko kanker, bisa meningkat.

5. Berolahraga secara teratur

Aktif secara fisik, dalam artian berolahraga secara teratur, bisa menjadi cara mencegah kanker
payudara, yang penting. Sebab, berolahraga dan berkeringat, bisa membantu Anda menjaga berat
badan tubuh, yang ideal.
Wanita dewasa yang sehat, disarankan untuk menargetkan olahraga aerobik berintensitas sedang,
selama 150 menit, atau aerobik berintensitas tinggi, selama 75 menit, dalam waktu satu minggu.

6. Menyusui

Sebuah penelitian dari American Institute for Cancer Research (AICR) dan World Cancer
Research Fund (WCFR), menyatakan bahwa menyusui, bisa menurunkan risiko terserang kanker
payudara. Sebab, laktasi akan tertunda, ketika wanita mulai mengalami menstruasi lagi, setelah
melahirkan. Hal ini bisa menurunkan paparan hormon estrogen, di dalam tubuh Anda.Selain itu,
menyusui dianggap bisa membuat payudara, melepas banyak jaringan, termasuk sel-sel dengan
DNA yang rusak. Risiko kanker payudara pun bisa menurun.

7. Kurangi dosis dan durasi terapi hormon

Terapi hormon yang berlangsung 3-5 tahun, berpotensi meningkatkan risiko kanker payudara.
Jika Anda sedang menjalani terapi hormon untuk menopause, tanyakan pada dokter, apakah
Anda termasuk wanita yang berisiko atau tidak. Jika ya, cari solusi lain.Jika Anda masih ingin
menjalankan terapi hormon, sebisa mungkin, turunkan dosisnya, dan selalu minta dokter untuk
memonitor durasi terapi hormon.

8. Hindari paparan radiasi dan polusi lingkungan

Metode pencitraan, seperti sinar x-ray hingga magnetic resonance imaging (MRI) scan,
menggunakan radiasi yang cukup tinggi. Studi menyebutkan adanya hubungan antara metode
pencitraan dengan risiko kanker payudara. Namun, studi lebih lanjut, masih diperlukan untuk
membuktikannya.Selain itu, hindarilah polusi lingkungan, dengan menggunakan masker, ketika
sedang berada di tempat yang terpapar polusi. Hal ini bisa menjadi salah satu cara mencegah
kanker payudara, yang vital.

C. Skrining kanker payudara

Skrining kanker payudara adalah mencari potensi kanker sebelum seseorang mengalami gejala
apa pun. Ini dapat membantu menemukan kanker pada tahap awal. Ketika jaringan abnormal
atau kanker ditemukan lebih awal, mungkin lebih mudah diobati. Pada saat gejala muncul,
kanker mungkin sudah mulai menyebar.

Beberapa tes skrining digunakan karena terbukti membantu dalam menemukan kanker secara
dini dan mengurangi kemungkinan kematian akibat kanker ini. Tes lain digunakan karena telah
terbukti menemukan kanker pada beberapa orang; namun, belum terbukti dalam uji klinis bahwa
penggunaan tes ini akan menurunkan risiko kematian akibat kanker.

Para ilmuwan mempelajari tes skrining untuk menemukan tes skrining dengan risiko paling
sedikit dan manfaat paling besar. Uji skrining kanker juga dimaksudkan untuk menunjukkan
apakah deteksi dini (menemukan kanker sebelum menyebabkan gejala) mengurangi
kemungkinan seseorang meninggal akibat penyakit tersebut. Untuk beberapa jenis kanker,
kemungkinan pemulihan lebih baik jika penyakit ini ditemukan dan diobati pada tahap awal.

Anda mungkin juga menyukai