Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH SERTIFIKASI MUI KEHALALAN PANGAN

Disusun untuk memenuhi tugas Etika Bisnis

Disusun oleh:

Andrean Pratama

021118109

5-C

Dosen Pembimbing:

Dr. Nancy Yusnita, S.E., M.M

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PAKUAN

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan kesempatan
pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sertifikasi MUI Kehalalan
Pangan.

Makalah Sertifikasi MUI Kehalalan MUI Kehalalan Pangan disusun guna memenuhi
tugas Etika Bisnis. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang Sertifikasi MUI Kehalalan Pangan.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada [Bapak/Ibu] selaku


dosen mata kuliah Etika Bisnis. Dengan tugas yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni oleh penulis.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

i
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................4
2.1 Tujuan Sertifikasi Kehalalan Pangan.........................................................4
2.2 Objek Sertifikasi Kehalalan Pangan...........................................................4
2.3 Persyaratan Administrasi Sertifikasi Kehalalan Pangan.........................5
2.4 Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Kehalalan Pangan..............................6
2.5 Prosedur Sertifikasi Kehalalan Pangan......................................................8
BAB III KESIMPULAN.............................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Latar belakang masalah dengan adanya globalisasi, perdagangan bebas dan


Masyarakat Ekonomi Asia (MEA) menyebabkan meningkatnya peredaran
produk makanan dan minuman di masyarakat Indonesia. Indonesia adalah
negara dengan penduduk agama Islam terbesar di dunia. Dalam Pasal 29 ayat
(2) UUD RI Tahun 1945 disebutkan bahwa “Negara menjamin tiap tiap
penduduk untuk memeluk agamanya sesuai dengan kepercayaannya”.
Rumusan masalah tulisan ini adalah apa manfaat sertifikat halal produk
makanan dan minuman yang diperdagangkan di masyarakat. Tujuan penulisan
untuk mengetahui manfaat sertifikat halal pada produk makanan dan minuman
yang diperdagangkan di msyarakat. Metode Penelitian yang digunakan dalam
penulisan adalah penelitian Kepustakaan berupa data sekunder mengunakan
bahan hukum primer, bahan sekunder dan bahan tersier. Kesimpulan dari
tulisan ini untuk mendapat sertifikat halal pelaku usaha mengajukan
permohonan sertifikat halal ke LPPOM MUI disertai data pendukungnya.
LPPOM MUI membentuk Tim auditor untuk melakukan audit pada saat
proses produksi dan hasil audit disampaikan ke komisi Fatwa MUI untuk
mendapat penetapan halal dan MUI mengeluarkan sertifikat halal, manfaat
sertifikat halal pada produk yang diperdagangkan adalah untuk memberi
perlindungan dan kepastian hukum hak-hak konsumen muslim terhadap
produk yang tidak halal.

Jaminan mengenai produk halal dilakukan sesuai dengan asas perlindungan,


keadilan, kepastian hukum, akuntabilitas dan trasparansi, efektifitas dan
efisiensi, serta profesionalitas. Jaminan penyelenggaraan produk halal

1
bertujuan memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian
ketersediaan produk halal bagi masyarakat dalam mengkonsumsi dan
menggunakan produk halal, serta meningkatkan nilai tambah bagi pelaku
usaha untuk memproduksi dan menjual produk halal. Jaminan Produk Halal
menjadi penting mengingat kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pangan, obat-obatan, dan kosmetik berkembang pesat. Hal ini
berpengaruh secara nyata pada pergeseran pengolahan dan pemanfaataan
bahan baku untuk makanan, minuman, kosmetik, obat-obatan, serta Produk
lainnya dari yang semula bersifat sederhana dan alamiah menjadi pengolahan
dan pemanfaatan bahan baku hasil rekayasa ilmu pengetahuan. Pengolahan
produk dengan pemanfaatan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
memungkinkan percampuran antara yang halal dan yang haram baik yang
disengaja maupun tidak disengaja. Oleh karena itu, untuk mengetahui
kehalalan dan kesucian suatu Produk, diperlukan suatu kajian khusus yang
membutuhkan pengetahuan multidisiplin, seperti pengetahuan dibidang
pangan, kimia, biokimia, teknik industri, biologi, farmasi dan pemahaman
tentang syariat.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa tujuan dari sertifikasi kehalalan pangan?


2. Apa Objek dari sertifikasi kehalalan pangan?
3. Apa saja persyaratan administrasi yang diperlukan untuk sertifikasi
kehalalan pangan?
4. Bagaimana tata cara pendaftaran sertifikasi kehalalan pangan?
5. Bagaimana prosedur sertifikasi kehalalan pangan?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan penulisan adalah:

1. Untuk mengetahui tujuan dari serifikat kehalalan pangan.

2
2. Untuk mengetahuai objek dari sertifikat kehalalan pangan.
3. Untuk pengetahui tentang persyaratan administrasi untuk sertifikasi
kehalalan pangan.
4. Untuk mengetahui bagaimana saja tata cara dalam melakukan pendaftaran
sertifikasi kehalalan pangan.
5. Untuk mengetahui bagaimana prosedur sertifikasi kehalalan pangan.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Sertifikasi Kehalalan Pangan

Memberikan rasa aman, ketentraman batin, dan menjamin kelayakan suatu


produk untuk umat ataupun masyararakat, baik layak dari sisi kesehatan
maupun layak dalam segi agama, yakni kehalalannya. Semua itu merupakan
tujuan mendasar mengapa harus adanya Sertifikasi Halal MUI.

2.2 Objek Sertifikasi Kehalalan Pangan

Seiring waktu berjalan, apa yang di periksa badan MUI itu tidak hanya sekadar
makanan dan minuman, tapi produk-produk lain seperti pakaian, detergen, alat
masak, bahkan barang elektronik.

Jika sebelumnya perusahaan dapat secara sukarela menggajukan sertifikasi halal


untuk menambah nilai tambah produk, mulai 17 Oktober 2019, proses sertifikasi
menjadi wajib.

Peraturan Presiden mengenai Jaminan Produk Halal (PP JPH), yang ditandatangani
presiden pada april tahun ini, mengatur setiap produk yang masuk, beredar,
diperdagangkan di wilayah Indonesia wajib bersertifikat hala, kecuali produk yang
memang berasal dari bahan yang haram.

PP itu merupakan turunan Undang-Undang No.33 tahun 2014 tentang Jaminan


Produk Halal, yang mengatur bahwa produk yang dimaksud adalah barang dan /
atau jasa yang terkait dengan :

 Makanan, minuman, dan obat


 Kosmetik,
 Produk kimiawi, produk biologi, produk rekayasa genetik,

4
 Dan barang gunaan yang dipakai, digunakan, atau dimanfaatkan oleh
masyarakat.

2.3 Persyaratan Administrasi Sertifikasi Kehalalan Pangan

1. Administrasi Fomulir Rp.150.000 (Dalam Negeri) Rp.200.000 (Luar


Negeri)
2. Pas Photo Ukr 3x4 2 Lembar, Pemilik
3. Photo Copy KTP 1 Lembar, Pemilik
4. Photo Copy KTP 1 Lembar, Karyawan (Internal Auditor)
5. Lampiran Daftar Menu
6. Lampiran Bahan Baku (dalam kemasan)
7. Photo Copyan Pembelian Sertifikat Halal bahan pangan yang masih
berlaku
8. Daftar Bahan Baku Untuk Seluruh Produk Yang Disertifikasi Halal
9. Matriks Bahan Baku untuk Setiap Produk yang Disertifikasi Halal
10. Dokumen pendukung bahan baku
11. Copy Sertifikat Halal Produk yang lama (untuk sertifikasi
pengembangan/perpanjangan)
12. Manual SJH untuk perusahaan baru atau Revisi Manual SJH untuk
perusahaan yang telah memiliki Sertifikat Halal (Jika ada)
13. Copy status SJH atau Sertifikat SJH (untuk perusahaan yang telah
memiliki Sertifikat Halal)
14. Diagram alir proses produksi produk yang disertifikasi
15. Peta lokasi pabrik (untuk perusahaan/pabrik baru)
16. Tata letak/lay out pabrik (untuk perusahaan /pabrik baru). Jika pabrik
merupakan bagian dari sebuah site/komplek pabrik, maka lampirkan juga
lay out site pabrik keseluruhan.
17. Pernyataan fasilitas produksi bebas dari unsur babi

5
18. Daftar alamat pabrik, maklon, gudang (termasuk gudang produk
intermediet), dan fasilitas persiapan pra produksi (contoh fasilitas
pencampuran, penimbangan, pengeringan)
19. Profil perusahaan (untuk perusahaan baru)
20. Rancangan perjalanan audit dari keberangkatan sampai pulang (khusus
audit luar negeri)
21. Surat Depkes
22. NPWP
23. Domisili

2.4 Tata Cara Pendaftaran Sertifikasi Kehalalan Pangan

1. Memahami persyaratan sertifikasi halal dan mengikuti pelatihan SJH

Perusahaan harus memahami persyaratan sertifikasi halal yang tercantum


dalam HAS 23000. Ringkasan HAS 23000 dapat dilihat di sini.

Selain itu, perusahaan juga harus mengikuti pelatihan SJH yang diadakan LPPOM
MUI, baik berupa pelatihan reguler maupun pelatihan online (e-training).

2. Menerapkan Sistem Jaminan Halal (SJH)

Perusahaan harus menerapkan SJH sebelum melakukan pendaftaran sertifikasi


halal, antara lain penetapan kebijakan halal, penetapan Tim Manajemen Halal,
pembuatan Manual SJH, pelaksanaan pelatihan, penyiapan prosedur terkait SJH,
pelaksanaan internal audit dan kaji ulang manajemen.

3. Menyiapkan dokumen sertifikasi halal

Perusahaan harus menyiapkan dokumen yang diperlukan untuk sertifikasi halal,


antara lain daftar produk, daftar bahan dan dokumen bahan, daftar
penyembelih (khusus RPH), matriks produk, manual SJH, diagram alur proses,
daftar alamat fasilitas produksi, bukti sosialisasi kebijakan halal, bukti pelatihan
internal, dan bukti audit internal.

6
4. Melakukan pendaftaran sertifikasi halal (upload data)

Pendaftaran sertifikasi halal dilakukan secara online di sistem Cerol melalui


website www.e-lppommui.org. Perusahaan harus membaca user manual Cerol
terlebih dahulu untuk memahami prosedur sertifikasi halal. Perusahaan harus
melakukan upload data sertifikasi sampai selesai, baru dapat diproses oleh
LPPOM MUI.

5. Melakukan monitoring pre audit dan pembayaran akad sertifikasi

Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus melakukan


monitoring pre audit dan pembayaran akad sertifikasi.

6. Pelaksanaan audit

Audit dapat dilaksanakan apabila perusahaan sudah lolos pre audit dan akad
sudah disetujui. Audit dilaksanakan di semua fasilitas yang berkaitan dengan
produk yang disertifikasi.

7. Melakukan monitoring pasca-audit

Setelah melakukan upload data sertifikasi, perusahaan harus melakukan


monitoring pasca-audit. Monitoring pasca-audit disarankan dilakukan setiap
hari untuk mengetahui adanya ketidaksesuaian pada hasil audit, dan jika
terdapat ketidaksesuaian agar dilakukan perbaikan.

8. Memperoleh Sertifikat halal

Perusahaan dapat mengunduh Sertifikat halal dalam bentuk softcopy di Cerol.


Sertifikat halal yang asli dapat diambil di kantor LPPOM MUI Jakarta dan dapat
juga dikirim ke alamat perusahaan. Sertifikat halal berlaku selama 2 (dua) tahun.

7
2.5 Prosedur Sertifikasi Kehalalan Pangan

1. Kebijakan Halal

Manajemen Puncak harus menetapkan Kebijakan Halal dan


mensosialisasikan kebijakan halal kepada seluruh pemangku kepentingan
(stake holder) perusahaan.

2. Tim Manajemen Halal

Manajemen Puncak harus menetapkan Tim Manajemen Halal yang


mencakup semua bagian yang terlibat dalam aktivitas kritis serta memiliki
tugas, tanggungjawab dan wewenang yang jelas.

3. Pelatihan dan Edukasi

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis pelaksanaan pelatihan.


Pelatihan internal harus dilaksanakan minimal setahun sekali dan
pelatihan eksternal harus dilaksanakan minimal dua tahun sekali.

4. Bahan

Bahan yang digunakan dalam pembuatan produk yang disertifikasi tidak


boleh berasal dari bahan haram atau najis. Perusahaan harus mempunyai
dokumen pendukung untuk semua bahan yang digunakan, kecuali bahan
tidak kritis atau bahan yang dibeli secara retail.

5. Produk

Karakteristik/profil sensori produk tidak boleh memiliki kecenderungan


bau atau rasa yang mengarah kepada produk haram atau yang telah
dinyatakan haram berdasarkan fatwa MUI. Merk/nama produk yang
didaftarkan untuk disertifikasi tidak boleh menggunakan nama yang
mengarah pada sesuatu yang diharamkan atau ibadah yang tidak sesuai
dengan syariah Islam. Produk pangan eceran (retail) dengan merk sama

8
yang beredar di Indonesia harus didaftarkan seluruhnya untuk sertifikasi,
tidak boleh jika hanya didaftarkan sebagian.

6. Fasilitas Produksi

a. Industri pengolahan: (i) Fasilitas produksi harus menjamin tidak adanya


kontaminasi silang dengan bahan/produk yang haram/najis; (ii) Fasilitas
produksi dapat digunakan secara bergantian untuk menghasilkan produk
yang disertifikasi dan produk yang tidak disertifikasi selama tidak
mengandung bahan yang berasal dari babi/turunannya, namun harus ada
prosedur yang menjamin tidak terjadi kontaminasi silang.

b. Restoran/Katering/Dapur: (i) Dapur hanya dikhususkan untuk produksi


halal; (ii) Fasilitas dan peralatan penyajian hanya dikhususkan untuk
menyajikan produk halal.

c. Rumah Potong Hewan (RPH): (i) Fasilitas RPH hanya dikhususkan


untuk produksi daging hewan halal; (ii) Lokasi RPH harus terpisah secara
nyata dari RPH/peternakan babi; (iii) Jika proses deboning dilakukan di
luar RPH tersebut, maka harus dipastikan karkas hanya berasal dari RPH
halal; (iv) Alat penyembelih harus memenuhi persyaratan.

7. Prosedur Tertulis Aktivitas Kritis

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis mengenai pelaksanaan


aktivitas kritis, yaitu aktivitas pada rantai produksi yang dapat
mempengaruhi status kehalalan produk. Aktivitas kritis dapat mencakup
seleksi bahan baru, pembelian bahan, pemeriksaan bahan datang,
formulasi produk, produksi, pencucian fasilitas produksi dan peralatan
pembantu, penyimpanan dan penanganan bahan dan produk, transportasi,
pemajangan (display), aturan pengunjung, penentuan menu, pemingsanan,
penyembelihan, disesuaikan dengan proses bisnis perusahaan (industri
pengolahan, RPH, restoran/katering/dapur). Prosedur tertulis aktivitas
kritis dapat dibuat terintegrasi dengan prosedur sistem yang lain.

9
8. Kemampuan Telusur (Traceability)

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menjamin


kemampuan telusur produk yang disertifikasi berasal dari bahan yang
memenuhi kriteria (disetujui LPPOM MUI) dan diproduksi di fasilitas
produksi yang memenuhi kriteria (bebas dari bahan babi/ turunannya).

9. Penanganan Produk yang Tidak Memenuhi Kriteria

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis untuk menangani produk


yang tidak memenuhi kriteria, yaitu tidak dijual ke konsumen yang
mempersyaratkan produk halal dan jika terlanjur dijual maka harus ditarik.

10. Audit Internal

Perusahaan harus mempunyai prosedur tertulis audit internal pelaksanaan


SJH. Audit internal dilakukan setidaknya enam bulan sekali dan
dilaksanakan oleh auditor halal internal yang kompeten dan independen.
Hasil audit internal disampaikan ke LPPOM MUI dalam bentuk laporan
berkala setiap 6 (enam) bulan sekali.

11. Kaji Ulang Manajemen

Manajemen Puncak atau wakilnya harus melakukan kaji ulang manajemen


minimal satu kali dalam satu tahun, dengan tujuan untuk menilai
efektifitas penerapan SJH dan merumuskan perbaikan berkelanjutan.

10
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Dengan adanya pemberian sertifikat halal tujuanya untuk melindungi


konsumen muslim terhadap produk makanan dan minuman yang tidak halal,
memberikan rasa aman dan nyaman bagi konsumen untuk mengkonsumsi
produk makanan dan minuman, karena tidak ada keraguan lagi bahwa produk
tersebut terindikasi dari hal-hal yang diharamkan sesuai syariat islam.

Oleh karena itu, untuk mengetahui kehalalan dan kesucian suatu Produk,
diperlukan suatu kajian khusus yang membutuhkan pengetahuan multidisiplin,
seperti pengetahuan di bidang pangan dan pemahaman tentang syariat.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.halalmuikepri.com/syarat-pengurusan-halal/
https://indonesia.go.id/layanan/perdagangan/ekonomi/cara-memperoleh-sertifikasi-
halal-mui
https://media.neliti.com/media/publications/135011-ID-sertifikat-halal-pada-produk-
makanan-dan.pdf
https://www.halalmui.org/mui14/main/page/persyaratan-sertifikasi-halal-mui

12

Anda mungkin juga menyukai