Anda di halaman 1dari 6

124 14.

IBR²H´M JUZ 13

SURAH IBRĀH´M

“ Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.”

AL-QUR'AN PENUNTUN KE JALAN YANG BENAR

Terjemah
(1) Alif L±m R±. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu
(Muhammad) agar engkau mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan, (yaitu) menuju jalan Tuhan
Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji. (2) Allah yang memiliki apa yang ada di
langit dan apa yang ada di bumi. Celakalah bagi orang yang ingkar kepada
Tuhan karena siksaan yang sangat berat, (3) (yaitu) orang yang lebih
menyukai kehidupan dunia daripada (kehidupan) akhirat, dan menghalang-
halangi (manusia) dari jalan Allah dan menginginkan (jalan yang) bengkok.
Mereka itu berada dalam kesesatan yang jauh. (4) Dan Kami tidak mengutus
seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, agar dia dapat
memberi penjelasan kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang
Dia kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dia
Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.

Kosakata: ‘Iwaj± ‫ﺎ‬‫ﺟ‬‫( ﻋِﻮ‬Ibr±h³m/14: 3)


Secara kebahasaan, ‘iwajā berarti bengkok. Melalui ayat di atas, Allah
swt menjelaskan bahwa ternyata orang-orang kafir senantiasa berupaya keras
JUZ 13 14. IBR²H´M 125

menjadikan ajaran Allah swt itu ‘iwajā (bengkok). Maksudnya, mereka


selalu menghalang-halangi orang lain untuk menjalankan ajaran Allah swt
itu. Hal itu mereka lakukan, karena mereka lebih menyukai kehidupan dunia
ketimbang kehidupan akhirat.

Munasabah
Setelah menyebutkan beberapa sisi kekuasaan-Nya serta sikap kaum kafir
terhadap agama-Nya, dan cara yang harus ditempuh Nabi Muhammad saw
dalam menghadapi pengingkaran mereka terhadap kerasulannya, maka
dalam permulaan Surah Ibr±h³m ini Allah swt menjelaskan tujuan penurunan
Al-Qur'an kepada rasul-Nya. Di samping itu, Allah juga menjelaskan
kekuasaan-Nya di langit dan di bumi, dan nasib yang akan menimpa mereka
yang lebih mementingkan kehidupan duniawi daripada kehidupan ukhrawi.

Tafsir
(1) Surah ini dimulai dengan “Alif L±m R±”. (Lihat tafsirnya pada jilid
pertama pada judul “maf±tihus suwar”.) Firman Allah swt sesudah Alif L±m
R± menjelaskan maksud dan tujuan diturunkannya Al-Qur'an kepada Nabi
Muhammad. Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah agar petunjuk
dan peraturan-peraturan yang dibawa Al-Qur'an itu dapat menjadi tuntunan
dan bimbingan kepada umatnya. Dengan petunjuk itu mereka dapat
dikeluarkan dari kegelapan ke cahaya yang terang-benderang, atau dari
kesesatan dan kejahilan ke jalan yang benar dan mempunyai ilmu
pengetahuan serta peradaban yang tinggi, sehingga mereka memperoleh rida
dan kasih sayang Allah swt di dunia dan di akhirat.
Penegasan tentang fungsi Al-Qur'an ini sangat penting sekali, apalagi jika
dihubungkan dengan ayat-ayat yang lalu, di mana Allah swt telah menyebut-
kan adanya orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an, baik sebagian,
maupun keseluruhannya.
Selanjutnya dalam ayat ini diterangkan bahwa Rasulullah hanya dapat
menjalankan tugas tersebut di atas dengan izin dan bantuan dari Allah swt,
dengan cara memberi kemudahan dan menguatkan tekad beliau dalam
menghadapi segala rintangan. Al-Qur'an merupakan jalan yang dibentangkan
Allah Yang Mahakuasa dan Maha Terpuji bagi Nabi Muhammad dan
umatnya.
(2) Allah swt kembali mengingatkan kekuasaan-Nya dalam ayat ini
dengan menegaskan bahwa Dialah yang memiliki dan menguasai semua
yang ada di langit dan di bumi.
Oleh karena Allah swt adalah Pemilik dan Penguasa atas segala makhluk-
Nya di alam ini, maka Al-Qur’an yang diturunkan-Nya adalah petunjuk ke
jalan yang terbaik yang menjamin kebahagiaan hakiki.
(3) Dalam ayat ini, Allah swt menjelaskan bahwa orang-orang yang lebih
menyukai kehidupan duniawi daripada kehidupan ukhrawi, menghalangi
orang lain dari jalan Allah, dan menginginkan agar orang-orang menjauhi
126 14. IBR²H´M JUZ 13

jalan lurus yang diberikan Allah kepada manusia, mereka itu sesat sejauh-
jauhnya.
Berbagai urusan duniawi tidak boleh melalaikan kita dari mempersiapkan
diri bagi kehidupan ukhrawi. Akan tetapi, kehidupan duniawi itu juga tidak
boleh diabaikan sama sekali, sebagaimana firman Allah:

Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan
Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia (al-
Qa¡a¡/28: 77)
Orang-orang kafir tidak hanya mengingkari Al-Qur'an, tetapi juga
menghalang-halangi orang lain untuk mengikuti jalan yang benar itu, yaitu
menghalangi manusia mengenal ajaran Islam dan menjadikannya pedoman
hidup. Dengan demikian, mereka adalah orang-orang yang sesat dan
berusaha menyesatkan orang lain, sehingga kejahatan mereka berlipat ganda.
Mereka juga berusaha dengan berbagai tipu daya agar jalan lurus yang
ditunjukkan Allah itu menjadi bengkok. Mereka menukar ayat-ayat Allah
dengan apa yang sesuai dengan kehendak hawa nafsu dan maksud jahat
mereka. Dengan demikian, maka kesalahan yang mereka lakukan menjadi
berlipat ganda lagi. Sewajarnyalah mereka itu ditimpa kemurkaan Allah
karena mereka itu telah sesat dan kafir.
(4) Pada ayat yang terdahulu telah disebutkan bahwa diturunkannya Al-
Qur'an kepada Nabi Muhammad saw merupakan rahmat bagi manusia.
Kemudian dalam ayat ini, Allah menjelaskan pula rahmat-Nya yang lain,
yaitu diutus-Nya para rasul kepada suatu kaum menggunakan bahasa yang
dipakai oleh kaum tersebut. Ini memudahkan komunikasi antara para rasul
tersebut dengan umat mereka untuk memberikan penjelasan dan bimbingan
kepada umat-umat tersebut.
Akan tetapi, walaupun kitab suci telah diturunkan dalam bahasa mereka
masing-masing, dan para rasul telah berbicara dengan mereka dalam bahasa
yang sama, namun masih saja ada di antara mereka yang enggan mendengar,
memahami, dan mengikutinya. Oleh karena itu, Allah membiarkan mereka
ini sesat dan Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang yang
dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa dan Mahabijaksana.

Kesimpulan
1. Tugas pokok para rasul Allah ialah menyampaikan ayat-ayat Allah
untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya iman dan
petunjuk yang terang benderang.
2. Orang-orang yang lebih mementingkan kehidupan duniawi, meng-
halangi orang lain dari jalan Allah, dan berusaha membengkokkan jalan
lurus yang telah dibentangkan Allah adalah orang-orang yang telah
terperangkap dalam kesesatan.
JUZ 13 14. IBR²H´M 127

3. Setiap rasul yang diutus Allah selalu menggunakan bahasa umatnya


sendiri untuk memudahkan dalam menjelaskan ayat-ayat Allah kepada
mereka.

MUSA DAN DAKWAHNYA

Terjemah
(5) Dan sungguh, Kami telah mengutus Musa dengan membawa tanda-
tanda (kekuasaan) Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya), ”Keluarkanlah
kaummu dari kegelapan kepada cahaya terang-benderang dan ingatkanlah
mereka kepada hari-hari Allah.” Sungguh, pada yang demikian itu terdapat
tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak
bersyukur. (6) Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya,
”Ingatlah nikmat Allah atasmu ketika Dia menyelamatkan kamu dari
pengikut-pengikut Fir’aun; mereka menyiksa kamu dengan siksa yang pedih,
dan menyembelih anak-anakmu yang laki-laki, dan membiarkan hidup anak-
anak perempuanmu; pada yang demikian itu suatu cobaan yang besar dari
Tuhanmu.” (7) Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan,
”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat)
kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku
sangat berat.”

Kosakata: Ayy±mill±h ِ‫ﺎﻡِ ﺍﷲ‬‫ﺃﹶﻳ‬ (Ibr±h³m/14: 5)


Ungkapan ayyā mill±h terdiri dari dua kata, yaitu kata “ayyā m” yang di-
i«afat-kan (disandarkan) pada kata “Allā h.” Dalam Al-Qur'an, ungkapan ini
disebutkan dua kali, yaitu dalam ayat ini dan dalam Surah al-J±£iyah /45: 14.
Secara bahasa, ungkapan tersebut berarti “hari-hari Allah.” Menurut
128 14. IBR²H´M JUZ 13

Mujāhid, Qatādah, dan Ibn Qutaibah, berdasarkan riwayat Ubay bin Ka‘ab
dari Nabi saw, kata ayyā mull±h artinya kenikmatan Allah. Pemakaian
ungkapan yang artinya serupa dengan itu sudah dikenal dalam kesusastraan
Arab, misalnya kata ayyā m al-‘arab atau hari-hari Arab, digunakan dalam
arti pertempuran bangsa Arab, karena pertempuran merupakan sumber
kenikmatan bagi yang menang, dan sumber kesusahan bagi yang kalah.
Maka kata ayyā mull±h atau hari-hari Allah artinya perlakuan kasih sayang
Allah terhadap orang yang tulus dalam beramal dan siksaan Allah terhadap
orang yang durhaka kepada-Nya.

Munasabah
Pada ayat-ayat yang lalu telah dijelaskan fungsi wahyu untuk menjadi
petunjuk yang membawa manusia ke jalan yang benar, berbagai usaha orang
yang lebih mencintai dunia untuk membelokkan maknanya, dan perlunya
seorang nabi diangkat dari anggota masyarakatnya dengan bahasa mereka
supaya dapat menjelaskan wahyu dengan baik. Dalam ayat-ayat berikut ini,
Allah menjelaskan perjuangan Nabi Musa menyebarkan ajaran tauhid
kepada kaumnya.

Tafsir
(5) Pada ayat ini, Allah swt menunjukkan bahwa rasul-rasul yang telah
diutus kepada manusia mempunyai tugas yang sama, yaitu menyampaikan
ayat-ayat Allah untuk membimbing manusia ke jalan yang benar,
mengeluarkan mereka dari kegelapan yang disebabkan kejahilan, kekafiran,
dan kemaksiatan, kepada cahaya yang terang benderang karena iman,
hidayah dan ilmu pengetahuan serta akhlak yang mulia. Allah menceritakan
dalam ayat ini bahwa Nabi Musa a.s. pun telah diutus untuk menyampaikan
tugas tersebut, dan diperintahkan untuk menyeru kaumnya. Allah berfirman,
“Keluarkanlah umatmu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang
benderang, serulah mereka agar beriman, dan mengingat hari-hari Allah”.
Yang dimaksud dengan “hari-hari Allah” ialah peristiwa penting yang
telah dialami oleh umat manusia terdahulu, seperti nikmat Allah yang telah
mereka peroleh ketika lepas dari perbudakan Fir‘aun, atau kemurkaan dan
siksa Allah yang telah menimpa diri mereka karena keingkaran.
Pada akhir ayat ini Allah menegaskan bahwa “hari-hari Allah” tersebut
mengandung tanda-tanda keesaan dan kekuasaan-Nya. Tanda-tanda tersebut
hanya dapat dipahami oleh setiap orang yang sabar dan banyak bersyukur.
(6) Dalam ayat ini, Allah swt mengisahkan tentang Nabi Musa yang
mengajak umatnya untuk mengenang nikmat Allah yang telah dilimpahkan
kepada mereka, yakni ketika Allah menyelamatkan mereka dari kekejaman
Fir‘aun beserta para pengikutnya, yang telah menyiksa mereka dengan
siksaan yang berat, menyembelih anak laki-laki mereka, dan membiarkan
anak-anak perempuan mereka hidup. Kemudian Nabi Musa mengingatkan
kepada umatnya bahwa semua pengalaman yang telah mereka lalui itu
JUZ 13 14. IBR²H´M 129

sebenarnya merupakan cobaan yang amat berat dari Allah terhadap mereka,
untuk menguji keimanan dan ketaatan mereka kepada-Nya.
(7) Dalam ayat ini Allah swt kembali mengingatkan hamba-Nya untuk
senantiasa bersyukur atas segala nikmat yang telah dilimpahkan-Nya. Bila
mereka melaksanakannya, maka nikmat itu akan ditambah lagi oleh-Nya.
Sebaliknya, Allah juga mengingatkan kepada mereka yang mengingkari
nikmat-Nya, dan tidak mau bersyukur bahwa Dia akan menimpakan azab-
Nya yang sangat pedih kepada mereka.
Mensyukuri rahmat Allah bisa dilakukan dengan berbagai cara. Pertama,
dengan ucapan yang setulus hati; kedua, diiringi dengan perbuatan, yaitu
menggunakan rahmat tersebut untuk tujuan yang diridai-Nya.
Dalam kehidupan sehari-hari, dapat kita lihat bahwa orang-orang yang
dermawan dan suka menginfakkan hartanya untuk kepentingan umum dan
menolong orang, pada umumnya tak pernah jatuh miskin ataupun sengsara.
Bahkan, rezekinya senantiasa bertambah, kekayaannya makin meningkat,
dan hidupnya bahagia, dicintai serta dihormati dalam pergaulan. Sebaliknya,
orang-orang kaya yang kikir, atau suka menggunakan kekayaannya untuk
hal-hal yang tidak diridai Allah, seperti judi atau memungut riba, maka
kekayaannya tidak bertambah, bahkan lekas menyusut. Di samping itu, ia
senantiasa dibenci dan dikutuk orang banyak, dan di akhirat memperoleh
hukuman yang berat.

Kesimpulan
1. Allah telah mengutus Nabi Musa untuk mengajak kaumnya untuk
mengesakan Allah dan meninggalkan kekufuran.
2. Di antara rahmat Allah kepada umat Nabi Musa ialah bahwa Allah telah
menyelamatkan mereka dari kekejaman Fir’aun dan para pengikutnya
yang zalim.
3. Di antara kezaliman Fir‘aun terhadap kaum Nabi Musa ialah membunuh
anak laki-laki mereka karena takut akan lahir seorang anak laki-laki
yang akan menghancurkan kekuasaan dan kerajaannya.
4. Allah swt senantiasa menambah rahmat-Nya kepada hamba-hamba-Nya
yang bersyukur; dan menimpakan azab yang sangat hebat kepada
mereka yang mengingkari rahmat-Nya.

Anda mungkin juga menyukai